Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

TEORI KECERDASAN MAJEMUK


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Belajar Pembelajaran SD
Dosen Pengampu : Wendi Nilpa Apriana, M.Pd

KELOMPOK 1
Disusun oleh:
LINDA HAMIDAH (2386210098)
ADINDA PUTRI (2386210084)
OKEU MONICA BELLA (2386210080)

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS MANDIRI SUBANG
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimahkan
rahmat,taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan waktu yang telah di tentukan.Shalawat serta salam senantiasa tercurah
limpahkan pada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, sampai akhir
zaman.
Makalah Mata Kuliah Belajar Pembelajaran SD yang berjudul “Teori
Kecerdasan Majemuk” dapat terselesaikan tepat waktu. Dengan selesainya
makalah ini tak lupa penyusun menyampaikan terimakasih kepada Dosen
Pengampu Bapak Wendi Nilpa Apriana, M.Pd yang telah membimbing kita dalam
pembuatan makalah ini,tidak lupa juga saya ucapakan terimakasih pada semua
pihak yang telah membantu, menyumbangkan pikirannya, memberi kritik dan
saran yang membangun sehingga makalah ini dapat diselesaikan.Akhirnya
penyusun harapkan agar hasil dari makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembelajaran selanjutnya.
Subang, Desember 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................i


DAFTAR ISI ..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah..........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................3
2.1 Sejarah Kecerdasan Majemuk...................................................................3
2.2 Pengertian Kecerdasan Majemuk..............................................................3
2.3 Prinsip-Prinsip Kecerdasan Majemuk.......................................................3
2.4 Jenis-Jenis Kecerdasan Majemuk ............................................................6
2.5 Langkah-Langkah Penerapan Kecerdasan Majemuk ..............................6
2.6 Dampak Teori Kecerdasan Majemuk .......................................................6
2.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Majemuk.......................6
BAB III PENUTUP .......................................................................................8
3.1 Simpulan ...................................................................................................8
3.2 Saran .........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap manusia di dunia ini memiliki kemampuan untuk mengenali dunia


di sekitarnya. Setiap manusia memandang dunia dengan cara yang berbeda-beda.
Setidaknya ada tujuh cara mengetahui dunia menurut Gardner yang kemudian
dilabelkan dengan tujuh intelegensi manusia. Namun dalam perkembangannya
Gardner menambahkan kecerdasan naturalis, sehingga menjadi delapan macam
kecerdasan majemuk. Perbedaan individu ada pada kekuatan intelegensi ini dan
disebut sebagai profil intelegensi. Kombinasi intelegensi ini kemudian kita
gunakan untuk menyelesaikan masalah yang kita hadapi.

Sebagai peserta didik kita dihadapkan pada banyak persoalan yang


membutuhkan pemecahan yang tepat. Setiap peserta didik mampu menyelesaikan
masalah sesuai dengan kecerdasan yang dimiliknya. Selain memecahkan masalah,
kecerdasan yang ada mampu menunjang proses pembelajaran dan mengetahui
potensi diri. Namun dewasa ini banyak peserta didik yang tidak mengetahui tipe
kecerdasan yang dimilikinya dan tidak tahu cara mengembangkan kecerdasan
yang ia miliki. Makalah ini dibuat untuk membantu peserta didik mengenal apa
itu kecerdasan majemuk dan bermacam kecerdasan lain yang ada di dalam
kecerdasan majemuk. Serta berupaya membantu peserta didik agar mengetahui
bagaimana cara meningkatkan dan menguasai kecerdasan yang lain.

1.2 Rumusan Masalah


1) Sejarah kecerdasan majemuk?
2) Pengertian kecerdasan majemuk?
3) Apa saja yang termasuk dalam Prinsip-Prinsip Kecerdasan Majemuk?
4) Apa saja yang termasuk dalam Jenis-Jenis Kecerdasan Majemuk?
5) Bagaimana Langkah-Langkah Penerapan Kecerdasan Majemuk?
6) Bagaimana Dampak Teori Kecerdasan Majemuk?
7) Apa Saja Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Majemuk?

4
1.3 Tujuan
1) Peserta didik mampu mengetahui Sejarah kecerdasan majemuk.
2) Peserta didik mampu mengetahui arti dari kecerdasan majemuk.
3) Peserta didik dapat megetahui dan memahami Prinsip-prinsip dalam
kecerdasan majemuk.
4) Peserta didik dapat megetahui dan memahami Jenis-jenis dalam kecerdasan
majemuk.
5) Peserta didik mampu mempelajari dan mengamalkan Langkah-langkah
kecerdasan majemuk, sehingga dapat memudahkan peserta didik dalam
belajar.
6) Peserta didik mampu memahami Dampak dari belajar teori kecerdasan
majemuk.
7) Peserta didik mampu memahami Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
teori kecerdasan majemuk.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Kecerdasan Majemuk

Teori kecerdasan majemuk ditemukan dan dikembangkan oleh Gardner,


seorang psikolog perkembangan dan professor pendidikan dari Graduate School
of Education, Harvard University Amerika Serikat pada tahun 1983. Gardner
mendefinisikan intelligence sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan
dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan dalam
situasi yang nyata. Intelligence bukanlah kemampuan seseorang untuk menjawab
soal-soal tes IQ dalam ruang tertutup yang terlepas dari lingkungannya. Akan
tetapi, intelligence memuat kemampuan seseorang untuk memecahkan persoalan
yang nyata dan dalam situasi yang bermacam-macam. Seseorang memiliki
intelligence yang tinggi apabila ia dapat menyelesaikan persoalan hidup yang
nyata, bukan hanya dalam teori. Semakin seseorang terampil dan mampu
menyelesaikan persoalan kehidupan yang situasinya bermacam-macam dan
kompleks, semakin tinggi intelligencenya.
Kecerdasan adalah kemampuan memecahkan masalah dan membuat suatu
produk yang bermanfaat bagi kehidupan (Amstrong,1994;Mc. Grath &
Noble,1996.). Sedangkan kecerdasan majemuk adalah teori kecerdasan yang
dikembangkan Howard Gardner 18 tahun silam yang mengemukakan bahwa
paling tidak ada delapan jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan verbal-linguistik,
logis-matematis, visualspasial, kinestetik, musik, intrapribadi, antarpribadi, dan
naturalis.
Pandangan Howard Gardner dituangkan dalam buku Frames of mind: The
theory of multiples intelligences (1983). Dalam buku tersebut Gardner membahas
teori multiple intelligences yang mengemukakan tujuh kecerdasan dasar pada diri
manusia yang sangat bermanfaat dalam kehidupan ( Gage&
Berliner,1991;Brudaldi,1996). Namun demikian pada tahun 1999, Howard
Gardner mengembangkan teorinya dan menambah satu kecerdasan lagi yaitu
kecerdasan natural.

6
2.2 Pengertian Kecerdasan Majemuk
Teori kecerdasan majemuk adalah validasi tertinggi gagasan bahwa
perbedaan individu adalah penting. Pemakaiannya dalam pendidikan sangat
tergantung pada pengenalan, pengakuan dan penghargaan terhadap setiap atau
berbagai cara siswa belajar, di samping pengenalan, pengakuan dan penghargaan
terhadap setiap minat masing-masing siswa. Teori kecerdasan majemuk bukan
hanya mengakui perbedaan individual ini untuk tujuan-tujuan praktis, seperti
pengajaran dan penilaian, tetapi juga menganggap serta menerimanya sebagai
sesuatu yang normal, wajar, bahkan menarik dan sangat berharga
Gardner dalam bukunya Jasmine mengenalkan teori kecerdasan majemuk
yang menyatakan bahwa kecerdasan meliputi delapan kecerdasan. Yaitu
linguistik, matematis, visual, musikal, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, dan
naturalis. Teori tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa kemampuan intelektual
yang diukur melalui tes IQ sangatlah terbatas, karena tes IQ hanya menekan pada
kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Padahal setiap orang mempunyai
cara yang unik untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapinya. Kecerdasan
bukan hanya dilihat dari nilai yang diperoleh seseorang. Kecerdasan merupakan
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat suatu masalah, lalu
menyelesaikan masalah tersebut atau membuat sesuatu yang dapat berguna bagi
orang lain.
Dengan menerapkan kecerdasan majemuk, maka aktivitas mengajar adalah
ibarat air yang mengisi ruang-ruang murid. Ketika murid diibaratkan bagaikan
botol, maka seorang pendidik dituntut untuk mampu menyesuaikan seperti botol;
dan ketika murid ibarat seperti gelas, maka seorang pendidik juga dituntut dapat
mengikuti seperti gelas. Artinya dengan bekal kecerdasan majemuk, aktivitas
mengajar harus sesuai dengan gaya belajar setiap individu murid.6
Mengembangkan kecerdasan majemuk siswa merupakan kunci utama untuk
kesuksesan masa depan siswa. Dengan mempertimbangkan dan melihat cara
belajar apa yang paling menonjol dari masing-masing individu, maka seorang
pendidik/ orangtua diharapkan dapat bertindak secara arif dan bijaksana dalam
memilih gaya mengajar yang sesuai dengan gaya belajar siswa.

7
2.3 Prinsip-Prinsip Kecerdasan Majemuk
Haggerty dalam bukunya Paul Suparno mengungkapkan beberapa prinsip
umum untuk membantu mengembangkan kecerdasan majemuk pada siswa, yaitu:
1. Pendidikan harus memperhatikan semua kemampuan intelektual. Maka,
mengajar tidak hanya terfokus pada kemampuan dari intelligence yang lain.
Kemampuan yang hanya logika dan bahasa tidak cukup untuk menjawab
persoalan manusia secara menyeluruh. Perlu dikenalkan pula intelligence yang
lain.
2. Pendidikan seharusnya individual, pendidikan harusnya lebih personal,
dengan memperhatikan intelligence setiap siswa, mengajar dengan cara,
materi dan waktu yang sama, jelas tidak menguntungkan bagi siswa yang
berbeda intelligence-nya, jadi, guru perlu banyak cara untuk membantu siswa.
3. Pendidikan harus menyemangati siswa untuk dapat menentukan tujuan dan
program belajar mereka. Siswa perlu diberi kebebasan untuk menggunakan
cara belajar dan cara kerja sesuai dengan minat mereka.
4. Sekolah harus menyediakan sarana dan fasilitas yang dapat dipergunakan
siswa untuk melatih kemampuan intelektual mereka berdasarkan intelligence
majemuk.
5. Evaluasi belajar harus lebih konstektual dan bukan tes tertulis saja. Evaluasi
lebih harus berupa pengalaman lapangan langsung dan dapat diamati
bagaimana performa siswa, apakah langsung maju atau tidak.
6. Pendidikan sebaiknya tidak dibatasi di dalam gedung sekolah, intelligence
majemuk memungkinkan juga dilaksanakan di luar sekolah, lewat masyarakat,
kegiatan ekstra, serta kontak dengan orang luar dan para ahli.
Dalam prinsip umum ini cukup jelas arah umum bila guru mau membantu
siswa berkembang dalam intelligence majemuk mereka.

8
2.4 Jenis-jenis Kecerdasan
Majemuk Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran, pada dasarnya
adalah menentukan pendekatan pembelajaran yang sejalan dengan kurikulum
tersebut. Membahas pendekatan pembelajaran, banyak sekali jenis pendekatan
yang dapat diterapkan. Di antaranya pendekatan pembelajaran yang
dikembangkan dari suatu teori yang dikenal dengan teori kecerdasan majemuk.
Teori tersebut digunakan sebagai pendekatan pembelajaran, karena di dalamnya
membicarakan tentang keberagaman yang bertautan dengan kompetensi peserta
didik. Pada dasarnya setiap kurikulum menitikberatktan pada pencapaian suatu
kompetensi tertentu peserta didik. Pendekatan kecerdasan majemuk pun
memandang bahwa seseorang/manusia memiliki beberapa potensi kecerdasan.
Salah satu dari kecerdasan setiap peserta didik itulah yang harus dikembangkan,
sehingga pada akhirnya menjadi suatu kompetensi yang sangat dominan
dikuasainya. Gardner dengan bukunya yang berjudul Frames of Mind: the Theory
of Multiple Intelligens, sebagaimana dikutip Paul Suparno membagi kecerdasan
manusia dalam 7 kategori, dan kemudian berkembang menjadi 9 kategori yaitu:
1. Kecerdasan Bahasa (linguistic intelligence).
Kecerdasan Bahasa merupakan kemampuan seseorang dalam
menggunakan kata-kata, baik secara lisan maupun tulisan, untuk
mengekspresikan ide-ide atau gagasan-gagasan yang dimilikinya. Orang yang
mempunyai kecerdasan linguistik tinggi akan mampu berbahasa dengan
lancar, baik dan lengkap. Ia mudah untuk mengetahui dan mengembangkan
bahasa dan mudah mempelajari berbagai bahasa.
2. Kecerdasan Matematika (logic-mathematical intelligence).
Kecerdasan Matematika merupakan kecerdasan yang berkaitan dengan
kemampuan penggunaan bilangan dan logika secara efektif. Termasuk dalam
kecerdasan ini adalah kepekaan pada pola logika, abstraksi, kategorisasi, dan
perhitungan.
3. Kecerdasan Ruang Visual (spatial intelligence).
Kecerdasan Ruang atau intelligence ruang visual adalah kemampuan
seseorang dalam menangkap dunia ruang visual secara tepat, seperti yang
dimiliki oleh seorang dekorator dan arsitek. Yang termasuk dalam kecerdasan

9
ini adalah kemampuan untuk mengenal bentuk dan benda secara tepat,
melakukan perubahan bentuk benda dalam pikiran dan mengenali perubahan
tersebut, menggambarkan suatu hal/benda dalam pikiran dan mengubahnya
dalam bentuk nyata serta mengungkapkan data dalam suatu grafik.
4. Kecerdasan Gerak Badani (bodily-kinesthetic intelligence).
Kecerdasan Gerak Badani merupakan kemampuan seseorang untuk secara
aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi
dan memecahkan masalah. Orang yang mempunyai kecerdasan ini dengan
mudah dapat mengungkapkan diri dengan gerak tubuh mereka. Apa yang
mereka pikirkan dan rasakan dengan mudah dapat diekspresikan dengan gerak
tubuh.
5. Kecerdasan Musikal (musical intelligence).
Kecerdasan Musikal merupakan kemampuan untuk mengembangkan dan
mengekspresikan, menikmati bentuk-bentuk musik dan suara, peka terhadap
ritme, melodi dan intonasi serta kemampuan memainkan alat musik,
menyanyi, menciptakan lagu dan menikmati lagu.
6. Kecerdasan Interpersonal (interpersonal intelligence).
Intelligence interpersonal merupakan kemampuan seseorang untuk
mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, motivasi, watak, temperamen,
ekspresi wajah, suara dan isyarat dari orang lain. Secara umum, intelligence
interpersonal merupakan kemampuan seseorang untuk menjalin relasi dan
komunikasi dengan orang lain.
7. Kecerdasan Intrapersonal (intrapersonal intelligence).
Intelligence intrapersonal merupakan kemampuan seseorang untuk
mengerti tentang diri sendiri dan mampu bertindak secara adaptif berdasarkan
pengenalan diri. Termasuk dalam intelligence intrapersonal adalah
kemampuan seseorang untuk berefleksi dan menyeimbangkan diri,
mempunyai kesadaran tinggi akan gagasan-gagasan, mempunyai kemampuan
mengambil keputusan pribadi, sadar akan tujuan hidup dapat mengendalikan
emosi sehingga kelihatan sangat tenang. Orang yang mempunyai kecerdasan
intrapersonal akan dapat berkonsentrasi dengan baik.
8. Kecerdasan Lingkungan/ Natural (natural intelligence).

10
Intelligence lingkungan atau natural memiliki kemampuan mengerti flora
dan fauna dengan baik, dapat memahami dan menikmati alam dan
menggunakannya secara produktif dalam bertani, berburu dan
mengembangkan pengetahuan akan alam. Orang yang mempunyai kecerdasan
lingkungan/natural memiliki kemampuan untuk tinggal di luar rumah, dapat
berhubungan dan berkawan dengan baik.
9. Kecerdasan Eksistensial (existential intelligence).
Intelligence eksistensial lebih menyangkut pada kepekaan dan
kemampuan seseorang dalam menjawab persoalan-persoalan terdalam
mengenai eksistensi manusia. Orang yang mempunyai kecerdasan eksistensi
mencoba menyadari dan mencari jawaban yang terdalam. Pertanyaan yang
muncul adalah mengapa aku ada? Mengapa aku mati? Apa makna hidup ini?
Bagaimana manusia sampai ke tujuan hidup?
10. Kecerdasan Spritual (Spritual Intelligence).
Pada tahun 1990-an, penelitian oleh Michael Persinger dan V.S.
Ramachandran menemukan adanya titik ketuhanan (God-spot) dalam otak
manusia. Daerah ini berlokasi pada penghubung saraf pada lobus temporal
otak. Tanpa intelligence spiritual, kemampuan manusia tidak dapat mencapai
potensi yang penuh. Intelligence spiritual merupakan akses manusia untuk
menggunakan makna, visi, dan nilai-nilai dalam jalan yang pikirkan dan
keputusan yang dibuat. Dengan intelligence spiritual manusia menyadari
dengan sumber daya yang tersedia bagi mereka, manusia menemukan
kebebasan dari keterbatasan sebagai manusia dan mencapai keilahian.
Jika ditautkan kesepuluh kecerdasan yang dimiliki manusia tersebut dalam
pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa “Sebaiknya kecerdasan majemuk
digunakan dan diterapkan sebagai pendekatan pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
”Setiap manusia (peserta didik) tentu akan memiliki potensi yang sesuai dengan
salah satu kecerdasan di atas. Dengan demikian, maka diharapkan salah satu
potensi kompetensi dari peserta didik dapat muncul dan dapat dikembangkan.
Kecerdasan majemuk yang mencakup sepuluh kecerdasan itu pada dasarnya
merupakan pengembangan dari kecerdasan otak (IQ), kecerdasan emosional (EQ),

11
kecerdasan spiritual (SQ). Semua jenis kecerdasan perlu dirangsang pada diri anak
sejak usia dini, mulai dari saat lahir hingga awal memasuki sekolah (7 – 8 tahun).
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam kecerdasan majemuk adalah
adanya tanggung jawab lembaga-lembaga pendidikan, dan kecerdikan seorang
guru dalam memerhatikan bakat masing-masing siswa (peserta didik). Di dalam
maupun di luar sekolah, setiap siswa harus berhasil menemukan paling tidak satu
wilayah kemampuan yang sesuai dengan potensi kecerdasannya. Jika hal itu
berhasil ditemukan oleh siswa dengan bimbingan guru, maka akan menimbulkan
kegembiraan dalam proses pembelajaran, bahkan akan membangkitkan ketekunan
dalam upaya-upaya penguasaan disiplin keilmuan tertentu.

8 Kriteria Kecerdasan Majemuk Menurut Garner


Berikut adalah penjelasan tentang kecerdasan-kecerdasan yang terdapat di
dalam kecerdasan majemuk.
A. Kecerdasan Verbal-linguistik

Kecerdasan verbal-linguistik adalah kemampuan berfikir dalam bentuk kata-


kata secara efektif dan mengunakan bahasa untuk mengekspresikan dan
mengapresiasikan makna. Terdapat 4 komponen dalam kecerdasan ini yaitu;
fonologis (kepekaan bunyi), sintaksis (struktur dan susunan kalimat), semantik
(pemahaman tentang makna), dan pragmatika (kemampuan berbahasa untuk
mencapai sasaran praktis).

1) Karakteristik :
a) Senang mendengarkan cerita.
b) Senang bercerita.
c) Bermain peran.
d) Permainan kata, seperti tebak kata (teka teki)

2) Tanda-tanda kesulitan:
a) Sulit dalam ekspresi verbal.
b) Sulit dalam menangkap informasi verbal.
c) Sulit dalam percakapan.

12
d) Lebih suka tugas yang tidak mengandalkan pendengaran.
3) Upaya menstimulasi:
a) Latih rangkaian cerita.
b) Diskusi.
c) Bermain peran.

B. Kecerdasan Logis

Yaitu kemampuan menggunakan angka secara efektif dan penalaran secara


baik. Kecerdasan logis matematis mencakup perhitungan matematis, berfikir
logis, pemecahan masalah pertimbangan deduktif dan induktif, serta ketajaman
pola-pola dan hubungan.

4) Karakteristik:
a) Gemar bereksperimen.
b) Pandai mengkategorikan sesuatu.
c) Melakukan pengukuran-pengukuran.
d) Menganalisa kuantifikasi dan memberikan penjelasan logis
5) Tanda tanda kesulitan:
a) Sulit untuk menguasai konsep yang bersifat kuantitatif dan hubungan
sebab akibat.
b) Sulit menangkap simbol dan konsep abstrak.
c) Tidak mampu mengajukan dan menguji hipotesis.
6) Upaya menstimulasi:
a) Mengenalkan bentuk geometri.
b) Eksplorasi.
c) Pengenalan pola.
d) Eksperimen di alam.
e) Menggambar dan membaca.

13
C. Kecerdasan visual-spasial

Kecerdasan visual spasial yaitu kemampuan berpikir secara visual, imajinatif


dan kreatif, khususnya terhadap objek tiga dimensi. Kecerdasan ini meliputi
kemampuan mengenali objek dari sudut pandang yang berbeda.

7) Karakteristik :
a) Peka dan cermat dalam mengamati suatu objek.
b) Mampu berpikir dalam gambar.
c) Mampu memvisualisasikan sesuatu dalam grafik.
d) Mudah membayangkan bentuk-bentuk geometri atau bangun tiga dimensi.
8) Kecenderungan lain :
a) Suka bermain puzzle dan maze, menggambar, bermain balok.
b) Tampak sering melamun.
c) Menyukaipresentasi visual.
d) Mengamati lingkungan secara holistik.
9) Upaya menstimulasi :
a) Menggambar atau melukis.
b) Menyanyi.
c) Membuat prakarya.
d) Mengatur dan merancang.
e) Permainan dan tugas konstruktif.

D. Kecerdasan kinestetik
Kecerdasan Kinestetik yaitu kemampuan menggunakan badan untuk
mengekspresikan gagasan dan perasaan dan menyelesaikan problem
(Amstrong,1994;Gardner,1993Lazear,1991). Kemampuan untuk menggerakkan
objek dan mengembangkan keterampilan motorik yang halus. Kecerdasan ini
mencakup : keseimbangan; kelenturan; kegesitan; ketangkasan; kontrol;
keanggunan; dan ketahanan dalam gerak tubuh.

10) Karakteristik :
a) Kecenderungan bertubuh atletis.

14
b) Menguasai banyak keterampilan fisik.
c) Memiliki keterampilan motorik halus dan kasar yang baik.
d) Merasakan dan mampu melakukan bagaimana seharusnya tubuh
membentuk.
e) Menggunakan tubuh untuk mengekspresikan ide & gerak kinestetik lain.
11) Kecenderungan lain :
a) Senang bergerak.
b) Sulit dimana duduk diam.
c) Koordinasi gerak tubuh yang baik.
d) Tangkas dan cepat.
e) Senang dengan kerajinan tangan.
12) Upaya menstimulasi :
a) Menari.
b) Bermain peran.
c) Senam otak.
d) Melatih gesture fisik.
e) Latihan fisik dan berbagai bentuk olahraga.

E. Kecerdasan musik
Kecerdasan musik ialah kemampuan memahami dan menyusun pola titi nada,
irama dan melodi. Tingkat sensitivitas dan kemampuan mengenali, mengikuti dan
menghasilkan berbagai pola titi nada. Stimulasi kecerdasan ini berpengaruh besar
terhadap aspek kecerdasan lainnya, terutama logis, linguistik dan spasial (Khusus
music klasik).
13) Karakteristik :
a) Mudah mengenali dan mengingat nada-nada.
b) Cakap mentransformasikan kata-kata menjadi lagu.
c) Pintar melantunkan beat lagu dengan bagus.
d) Suka menggunakan kosa kata musikal.
e) Peka terhadap ritme, ketukan, melodi, atau warna suara pada sebuah
potongan komposisi musik.
14) Kecenderungan lain :

15
a) Suka menyanyi dan memutar lagu-lagu.
b) Suka melakukan gerak berirama.
c) Suka melakukan kegiatan diiringi musik.
d) Menggambar dengan musik.
e) Mencoba-coba membuat alat musik.
15) Upaya menstimulasi :
a) Menyanyikan atau memutarkan lagu-lagu.
b) Latihan mengenal ritme.
c) Belajar bersenandung.
d) Melakukan gerak berirama.
e) Latihan lagu dan aksi (operet).

F. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk memahami dan
berinteraksi dengan orang lain secara efektif. Kecerdasan ini juga mampu untuk
masuk ke dalam diri orang lain, mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan,
sikap orang lain, dan umumnya dapat memimpin kelompok.
16) Karakteristik :
a) Memiliki interaksi yang baik dengan orang lain.
b) Pandai menjalin hubungan sosial.
c) Mampu mengetahui dan menggunakan berbagai cara saat berinteraksi.
d) Mampu merasakan perasaan, pikiran dan tingkah laku serta harapan orang
lain.
e) Mampu bekerja sama dengan orang lain.
17) Kecenderungan lain :
a) Biasanya lebih menonjol dan terpilih menjadi pemimpin kelompok.
b) Menikmati suasana kebersamaan.
c) Tertarik pada perbedaan budaya dan kegiatan sosial.
d) Gemar humor saat berkomunikasi.
e) Mampu memberikan respon secara efektif dalam berkomunikasi.
18) Upaya menstimuasi :
a) Mengembangkan dukungan kelompok(Group supportive).

16
b) Menetapkan aturan tingkah laku yang mendukung.
c) Memberikan kesempatan bertanggung jawab.
d) Bersama sama menyelesaikan konflik.
e) Melakukan kegiatan sosial di lingkungan sekitar.
19) Pedoman pokok menuju efektivitas antarpribadi :
a) Jangan mengkritik, menghakimi, atau mengeluh.
b) Beri penghargaan yang jujur dan tulus.
c) Tunjukkan minat yang tulus terhadap orang lain.
d) Tersenyumlah.
e) Buatlah orang lain merasa penting.
f) Ajukan pertanyaan, jangan memberi perintah langsung.

G. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan membuat presepsi yang akurat
tentang diri sendiri dan menggunakannya dalam mengarahkan kehidupan sendiri.
Melalui kecerdasan ini kita dapat memahami kelebihan dan kekurangan diri
sendiri, serta mampu memotivasi dan melakukan disiplin diri. Orang yang
memiliki kecerdasan ini sangat menghargai nilai (aturan –aturan), etika (sopan
santun), dan moral.
20) Karakteristik :
a) Memiliki kepekaan perasaan dan situasi yang tengah berlangsung.
b) Mampu berinstropeksi.
c) Mampu mengendalikan diri dalam situasi konflik.
d) Mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam lingkungan
sosial.
e) Mampu memahami diri dan memiliki citra diri yang positif.
21) Ciri-ciri lain :
a) Umumnya memiliki etika yang baik.
b) Terkadang tampak pemalu dan pendiam di lingkungan sosial.
c) Mampu mengungkapkan diri dengan baik.
d) Memiliki motivasi untuk mencapai yang diinginkan.
e) Kerap penasaran akan makna hidup.

17
22) Upaya menstimulasi :
a) Melakukan program 4A atau P3K dalam pembimbingan (attention /
perhatian; acceptance / penerimaan; appreciation / penghargaan; dan
affection / kasih sayang).
b) Menciptakan citra diri yang positif.
c) Pengembangan suasana lingkungan belajar yang mendukung.
d) Penuangan isi hati dalam buku harian.
e) Mengajak membayangkan diri di masa depan.

H. Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan mengenali dan mengklasifikasikan
tanaman, batu-batuan, binatang, dan artefak atau simbol-simbol budaya.
Kecerdasan ini berkenaan dengan kemampuan mengamati dan merasakan bentuk-
bentuk dan menghubungkan elemen-elemen yang ada di alam.
23) Karakteristik :
a) Memiliki ketertarikan yang besar pada dunia luar, sangat berminat pada
lingkungan, bumi, dan spesies.
b) Gemar mengumpulkan benda-benda alam.
c) Pandai menandai kesamaan dan perbedaan yang ada di sekitar, mengingat
dan menandai kekhasan suatu benda, tumbuhan, atau binatang.
d) Selalu ingin tahu mengenai detail benda dan makhluk di sekitar.
24) Kecenderungan lain :
a) Lebih menyukai bermain di luar rumah.
b) Suka menyendiri dan mengamati benda-benda atau makhluk di sekitar.
c) Suka memandangi benda-benda angkasa dan perubahan alam.
d) Menikmati dan gemar berkemah, hiking dan sejenisnya.
e) Tidak takut dengan binatang yang umumnya dipandang menjijikan.
25) Upaya menstimulasi :
a) Menyediakan atau bahkan mengajak membuat diorama mini untuk
serangga, bebatuan, dll.
b) Berpetualang di hutan.
c) Pengamatan terhadap tumbuhan tanpa tanah.

18
d) Penambahan pengetahuan tentang alam.
e) Pemberian kesempatan mengeksplorasi alam.

2.5 Langkah-Langkah Penerapan Kecerdasan Majemuk


Penerapkan pendekatan kecerdasan majemuk dalam pembelajaran, harus
memerhatikan beberapa langkah, meliputi:
1. Mengidentifikasi elemen-elemen kecerdasan majemuk dalam program
kurikuler dan ekstrakurikuler. Misalnya memasukkan program seni ke dalam
kurikulum.
2. Meninjau kembali sistem teknologi dan program piranti lunak untuk melihat
kecerdasan-kecerdasan apa yang terabaikan.
3. Para guru merenungkan kemampuan peserta didik, kemudian memutuskan
untuk secara sukarela bekerjasama dengan rekan-rekan yang lain.
4. Proses pembelajaran dengan tanggung jawab tertentu, bisa dipilih sebagai
metode pembelajaran.
5. Diskusi dengan orang tua siswa dan anggota masyarakat sehingga dapat
membuka kesempatan-kesempatan magang bagi para siswa.

Di samping langkah-langkah di atas, sebagai upaya untuk memadukan


pendekatan kecerdasan majemuk dalam pembelajaran, perlu juga memerhatikan
hal-hal berikut:
a. Persepsi tentang siswa harus diubah selama ini semua orang selalu memiliki
persepsi terhadap siswa, bahwa siswa itu cerdas, rata-rata, dungu, dan lain-
lain. Persepsi inilah yang harus diubah. Sebaiknya para pendidik memberikan
perhatian kepada berbagai macam cara yang dilakukan siswa untuk
memecahkan masalah-masalah mereka dan mengaplikasikan apa yang telah
mereka pelajari. Guru harus menerima bahwa siswa memiliki profil-profil
kognitif dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Guru harus
menyediakan kesempatan-kesempatan belajar yang kaya, mempertajam
kemampuan-kemampuan observasi mereka, mengumpulkan informasi tentang
bakat dan kegemaran siswa, serta mempelajari kecerdasan-kecerdasan yang
tidak biasa. 19Suparno. Teori Intelligence Ganda

19
b. Guru membutuhkan dukungan dan waktu untuk memperluas daftar pengajaran
mereka. Jika proses pembelajaran ingin mencapai tujuan bahwa siswa harus
memiliki pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan yang seimbang,
maka jam belajar yang selama ini hanya cukup untuk menguasai pengetahuan
saja harus diubah dengan memperluas jam belajar.
Hal ini perlu dilakukan tidak lain untuk:
1) Memberi dukungan dan melakukan praktik.
2) Meminta guru tertentu yang memiliki kemampuan tinggi dalam sebuah
kecerdasan untuk memberikan pelatihan.
3) Mengintegrasikan para spesialis yang memiliki keahlian dalam bidang
tertentu.
4) Mengunjungi lokasi-lokasi lain sebagai bahan perbandingan proses
pembelajaran.
5) Pendekatan kecerdasan majemuk dan pembelajaran. Kurikulum pada dasarnya
berfokus pada pengetahuan yang mendalam dan pengembangan kemampuan.
Dalam hal ini, pembelajaran tidak harus menekankan pengajaran melalui
kecerdasan, tetapi yang harus mendapat penekanan adalah bahwa
pembelajaran itu untuk kecerdasan atau penguasaan kompetensi tertentu
sesuai dengan minat dan bakat siswa.
6) Diperlukan pendekatan baru terhadap proses penilaian. Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam aktivitas penilaian, yaitu:
a) Bagaimana menilai kecerdasan siswa;
b) Bagaimana meningkatkan penilaian secara umum dalam hal kognitif,
afektip, dan psikomotorik;
c) Bagaimana melibatkan siswa dalam proses penilaian.
7) Praktik profesional menuju ke arah perkembangan. Tingkat profesionalime
para pendidik perlu dimiliki setiap guru, sehingga tantangan yang dihadapi
terutama dalam menentukan model program yang akan dilakukan di kelas,
tepat dan sesuai dengan kompetensi siswa.

20
2.6 Dampak teori Kecerdasan Majemuk

1) Dampak Terhadap Kurikulum Teori Kecerdasan majemuk banyak


mempengaruhi penyusunan kurikulum, pengaruh yang menonjol adalah
pemilihan materi pelajaran lewat topik-topik tematik, bukan urutan daftar bab
seperti model kurikulum klasik. Topik biasanya gabungan dari yang
ditentukan pemerintah lokal dan pilihan siswa, ini untuk menjembatani
ketentuan pemerintah lokal dan minat serta kesenangan siswa.
2) Dampak Terhadap Pembelajaran Teori kecerdasan majemuk mempunyai
pengaruh besar dalam proses pembelajaran di sekolah. Dengan
mengembangkan Teori kecerdasan majemuk di sekolah maka hasil yang
dicapai adalah bahwa banyak siswa yang tadinya diperkirakan tidak dapat
berhasil dalam studi mereka ternyata dapat dibantu dan berhasil dengan baik,
demikian juga guru yang tadinya mengajar dengan metode yang sama terus
menerus ternyata dapat membantu anak didik dengan metode yang bervariasi.
3) Dampak terhadap guru yang mengajar Secara umum dampak intelligence
majemuk bagi guru adalah:
a. Guru perlu mengerti intelligence siswa-siswa mereka.
b. Guru perlu mengembangkan model mengajar dengan berbagai intelligence
yang menonjol pada dirinya.
c. Guru perlu mengajar dengan intelligence siswa, bukan dengan intelligence
dirinya sendiri yang tidak cocok dengan intelligence siswa.
d. Dalam mengevaluasi kemajuan siswa, guru perlu menggunakan berbagai
model yang cocok dengan Teori kecerdasan majemuk.
4) Dampak Terhadap Pengaturan Kelas Pendekatan pembelajaran yang berbeda,
bervariasi karena intelligence siswa dan guru yang berbeda, juga
mempengaruhi pengaturan kelas. Perlu ditekankan bahwa belajar tidak boleh
dibatasi di dalam kelas atau sekolah. Kadang demi pemahaman yang lebih
mendalam dan mudah.
5) Dampak Terhadap Evaluasi Karena sistem pembelajaran dan juga pendekatan
yang bervariasi, jelas bahwa sistem evaluasi juga harus berbeda. Evaluasi
yang tepat haruslah juga menggunakan macam-macam intelligence yang
dipakai dalam pembelajaran, evaluasi perlu menggunakan model yang

21
memuat semua macam Teori kecerdasan majemuk sekurang-kurangnya sesuai
dengan pembelajarannya. Menurut Amstrong dalam bukunya Chatib agar
evaluasi itu sungguh autentik dan menyeluruh, beberapa hal dapat dilakukan,
yaitu:
a) Guru perlu melihat bagaimana siswa menunjukkan motivasinya berkaitan
dengan setiap intelligence yang digunakan.
b) Guru dapat mengumpulkan semua dokumen yang dihasilkan siswa selama
prose pembelajaran.
c) Guru perlu melihat bagaimana hasil kerja proyek bersama teman-teman.
d) Tes tertulis juga harus bervariasi dan menyertakan kecerdasan majemuk.
6) Dampak Terhadap Pendidikan Nilai Teori kecerdasan majemuk merupakan
pengelompokan dalam diri seseorang dapat berfungsi secara lebih penuh.
Intelligence ini jelas mempengaruhi pula bila mau menanamkan nilai pada
anak. Karena siswa lebih dapat menangkap makna ataupun isi nilai pun perlu
memperhatikan kecerdasan majemuk tersebut.

2.7 Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Majemuk

Ada 3 faktor penting yang berkaitan dengan apakah kecerdasan dapat


berkembang atau tidak, yaitu:

1. Faktor biologis Faktor-faktor yang termasuk di dalamnya adalah faktor


keturunan atau genetis dan luka atau cedera otak sebelum, selama, dan setelah
kelahiran.
2. Sejarah hidup pribadi Termasuk didalamnya pengalaman–pengalaman dengan
orang tua, guru, teman sebaya, kawan-kawan, dan orang lain, baik yang
membangkitkan maupun yang menghambat perkembangan kecerdasan.
3. Latar belakang kultural dan historis Termasuk waktu dan tempat individu
dilahirkan dan dibesarkan serta sifat dan kondisi perkembangan historis atau
kultural ditempat-tempat lain.

22
Selain itu ada juga faktor pendorong dan penghambat kecerdasan. Faktor-
faktor tersebut adalah Crystallizing dan paralyzing experiences yang merupakan
dua proses kunci dalam perkembangan kecerdasan. Pengalaman yang
mengkristalkan (Crystallizing experiences) adalah titik balik dalam perkembangan
bakat dan kemampuan orang. Seringkali titik balik itu terjadi pada awal masa
kanak-kanak meskipun dapat terjadi sepanjang hidup. Istilah pengalaman yang
melumpuhkan (Paralyzing experiences) digunakan untuk menyebutkan
pengalaman yang menghambat kecerdasan.

Sejumlah pengaruh lingkungan juga berperan mendorong atau menghambat


perkembangan kecerdasan. Pengaruh tersebut antara lain:

a) Akses ke sumber daya atau mentor Apabila orang tua tidak mampu
membelikan anaknya gitar, drum atau alat musik lain, mungkin kecerdasan
musik anak tidak akan berkembang.
b) Faktor historis-kultural Apabila individu adalah seorang siswa yang memiliki
kecenderungan pada matematika pada saat program-program matematika dan
ilmu 26M. Dalyono. Psikologi Pendidikan; Cet ke-1 (Jakarta: Rineka Cipta:
2007), h. 188. 30 pengetahuan banyak mendapat subsidi, besar kemungkinan
kecerdasan matematis-logis individu tersebut berkurang.
c) Faktor geografis Apabila individu dibesarkan di lingkungan perkebunan,
individu tersebut memiliki kesempatan yang lebih besar untuk
mengembangkan kecerdasan naturalisnya dibanding jika dibesarkan di
keramaian kota dengan gedung-gedungnya yang menjulang tinggi.
d) Faktor keluarga Apabila individu ingin menjadi pemusik, tetapi orang tua
menginginkan individu tersebut menjadi pengacara, mungkin pengaruh
mereka akan mendorong perkembangan kecerdasan linguistik, tetapi
menghambat kemajuan kecerdasan musikal anda.
e) Faktor situasional Apabila individu harus membantu merawat keluarga
besarnya saat beranjak dewasa padahal ia memiliki keluarga sendiri maka ia
tidak akan punya waktu untuk mengembangkan aspek-aspek kecerdasan yang
dimilikinya, kecuali kecerdasan itu bersifat interpersonal.

23
Teori kecerdasan majemuk memiliki kelemahan yaitu, kedelapan kecerdasan
tersebut belum memiliki standar tes dan norma, artinya sampai saat ini belum
ditemukan alat ukur untuk mengukur kecerdasan majemuk. Alat ukur yang telah
ada hanya memetakan kedelapan kecerdasan dalam kecerdasan majemuk namun
tidak untuk dipakai sebagai alat pengukuran. Gardner mengungkapkan bahwa
kecerdasan dalam kecerdasan majemuk dapat didukung dengan menggunakan tes-
tes standart, seperti Skala Kecerdasan Weschler yang berisi subtes yang
melibatkan kecerdasan logic mathemathic, verbal linguistic, visual spatial, bodily
kinesthathic (dalam kandungan yang lebih sedikit). Tes kecerdasan lainnya yang
menyentuh kecerdasan interpersonal dan intrapersonal seperti Skala Kedewasaan
Masyarakat Vineland dan Daftar Penilaian Diri Coopersmith. Namun beberapa
alat tes yang telah disebutkan di atas adalah untuk menilai setiap kecerdasan,
sedangkan penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk menggambarkan 31
kecerdasan dalam kecerdasan majemuk, maka alat-alat tes tersebut tidak dapat
digunakan.

24
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Teori belajar Howard Gardner dikenalkan pertama kali pada tahun
1983. Teori ini menjadi sumber kekuatan baru bagi pendidik untuk lebih luas
dalam berkreativitas dan berinovasi di dunia pendidikan..

2. Kecerdasan Majemuk adalah kemampuan memecahkan masalah dan


menciptakan produk yang bernilai budaya (anak yang bias menghasilkan sesuatu
dan bias dinikmati dalam kehidupan manusia) secara umum kecerdasan diartikan
sebagai kemampuan seseorang dalam berpikir, bertindak, dan berprilaku sesuai
apa yang dihadapi.

3. Pendidikan harus memperhatikan semua kemampuan intelektual. Maka,


mengajar tidak hanya terfokus pada kemampuan dari intelligence yang lain.
Kemampuan yang hanya logika dan bahasa tidak cukup untuk menjawab
persoalan manusia secara menyeluruh.

4. Menurut Garner Kecerdasan seseorang meeliputi Kecerdasan


Matematika Logika, kecerdasan Bahasa, kecerdasan musical, kecerdasan visual
spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal,
dan kecerdasan naturalis. Kecerdasan-kecerdasan tersebut (Kecerdasan majemuk)
sangat berperan penting dalam kehidupan kita. Selain untuk mengenali dunia dan
memecahkan permasalahan yang ada, kecerdasan majemuk juga menunjang
keberhasilan proses pembelajaran di kelas.

5. Para guru merenungkan kemampuan peserta didik, kemudian


memutuskan untuk secara sukarela bekerjasama dengan rekan-rekan yang lain.

6. Teori Kecerdasan majemuk banyak mempengaruhi penyusunan


kurikulum, pengaruh yang menonjol adalah pemilihan materi pelajaran lewat
topik-topik tematik, bukan urutan daftar bab seperti model kurikulum klasik.

25
7. Selain itu ada juga faktor pendorong dan penghambat kecerdasan.
Faktorfaktor tersebut adalah Crystallizing dan paralyzing experiences yang
merupakan dua proses kunci dalam perkembangan kecerdasan. Pengalaman yang
mengkristalkan (Crystallizing experiences) adalah titik balik dalam perkembangan
bakat dan kemampuan orang.

3.2 SARAN

Peran guru dalam proses pembelajaran yaitu mengkombinasikan setiap


kecerdasan dalam pembelajaran yang terjadi di kelas maupun di luar kelas.
Dengan peran guru tersebut diharapkan proses pembelajaran dapat berjalan
dengan baik dan dapat mengakomodasi gaya belajar peserta didik yang berbeda-
beda. Dengan begitu, kesulitan peserta didik dalam memahami materi pelajaran
dapat diminimalisir.

26
DAFTAR PUSTAKA

http://azizahnurpendidikanekonomi.blogspot.com/2014/05/makalah-kecerdasan-
majemuk.html
http://dian-fajriyah.blogspot.com/
http://repository.uinsu.ac.id/1114/5/BAB%20II.pdf

Buku
Hamidah,. L., Putri., A., Bella., O.M. 2023. “Makalah Teori Kecerdasan
Majemuk”.repository.uinsu.: Sumatra Utara.

Artikel
Hamidah. L. 2020. Kecerdasan Majemuk (multiple intellegence) : Kampus Pedia.

Putri. A . 2020. Kecerdasan, menurut paradigma multiple intelligences (Gardner,


1993) : Pustaka

Menurut Bella . O .M. dalam (Munif Chatib, 2010:89) Sekolahnya Manusia,


Sekolah Berbasis Multiple Intelligence di Indonesia; cet ke-1 (Bandung: Kaifa).

Menurut Hamidah. L. dalam (Julia Jasmine, 2007:13) Panduan Praktis Mengajar


Berbasis Kecerdasan Majemuk; Cet ke-1 (Bandung: Nuansa).

Menurut Putri. A. (Suharsono, 2004:47) Mencerdaskan Anak, Melejitkan


Intelektual dan Spritual, Memperkaya Hasanah Batin, Kesalehan serta Kreativitas
Anak (IQ, EQ dan SQ, Cet: ke-1 (Depok: Inisiasi Press,).

27

Anda mungkin juga menyukai