Anda di halaman 1dari 12

Makalah Kelompok

Landasan Pendidikan
Implementasi Konsep Pendidikan menurut Howard Gardner (Pendidikan
Sebagai Pengembangan Berbagai Potensi Kecerdasan)
Dosen Pengampu :Ibu Ernidawati. M,Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Ridho Kurniawan 2205135802

Alya Syafika Fitri 2205125173

Intan Syahraini 2205113839

Tasya Chika Setiaulia 2205136049

Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Riau

2022

i
Kata Pengantar

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Puji syukur atas rahmat Allah SWT,


berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga makalah Landasan Pancasila ini dengan materi
“Implementasi konsep pendidikan menurut Howard Gardner (Pendidikan sebagai
pengembangan berbagai potensi kecerdasan)” ini dapat terselesaikan secara tepat waktu.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas makalah dari Ibu Ernidawatim M,Pd
selaku Dosen pada bidang Landasan Pancasila. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan
menambah wawasan kepada pembaca tentang apa saja “Implementasi konsep pendidikan
menurut Howard Gardner (pendidikan sebagai pengembangan berbagai potensi kecerdasan)”

Penulis mengucapkan ucapan terima kasih kepada Ibu Ernidawati, M.Pd selaku Dosen
Mata Kuliah Landasan Pancasila. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan
Penulis berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang
sebesar besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu, Penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketidaksempurnaan
yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran
dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Pekanbaru, 3 Oktober 2022

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan Makalah..............................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
A. Pengertian kecerdasaan majemuk......................................................................................2
B. Latar belakang kecerdasan majemuk………………………………………………….....2
C. Peran Sekolah Bagi Perkembangan Anak dalam Multiple Intelligences (Kecerdasan
Majemuk)……………………………………………………………………………………3
D. Macam-macam kecerdasan majemuk……………………………………………………4
BAB III
PENUTUPAN...........................................................................................................................5
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................8
3.2 Saran............................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seorang ahli pendidikan lain dari Harvard University bernama Howard
Gardner berpendapat bahwa tidak ada manusia yang tidak cerdas. Paradigma ini
menentang teori dikotomi cerdas-tidak cerdas. Gardner juga menentang anggapan
“cerdas” dari sisi IQ (intelectual quotion), yang menurutnya hanya mengacu pada tiga
jenis kecerdasan, yakni logiko-matematik, linguistik, dan spasial. Untuk selanjutnya,
Howard Gardner, kemudian memunculkan istilah multiple intelligences. Istilah ini
kemudian dikembangkan menjadi teori melalui penelitian yang rumit, melibatkan
antropologi, psikologi kognitif, psikologi perkembangan, psikometri, studi biografi,
fisiologi hewan, dan neuroanatomi (Armstrong, 1993; Larson, 2001).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
Rumusan Masalah pada Penulisan Makalah ini adalah :
1. Pengertian Kecerdasan Majemuk.
2. Latar Belakang Kecerdasan Majemuk.
3. Peran Sekolah bagi perkembangan anak dalam Kecerdasan Majemuk
4. Macam Macam Kecerdasan Majemuk
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan Rumusan Masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
makalah ini adalah :
1. Mengetahui apa itu Pengertian Kecerdasan Majemuk.
2. Memahami Latar Belakang Kecerdasan Majemuk.
3. Mengetahui Peran Sekolah bagi perkembangan anak dalam Kecerdasan
Majemuk
4. Mengetahui Macam Macam Kecerdasan Majemuk

BAB II

iv
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kecerdasan Majemuk


Seorang ahli pendidikan lain dari Harvard University bernama Howard
Gardner berpendapat bahwa tidak ada manusia yang tidak cerdas. Paradigma ini
menentang teori dikotomi cerdas-tidak cerdas. Gardner juga menentang anggapan
“cerdas” dari sisi IQ (intelectual quotion), yang menurutnya hanya mengacu pada tiga
jenis kecerdasan, yakni logiko-matematik, linguistik, dan spasial. Untuk selanjutnya,
Howard Gardner, kemudian memunculkan istilah multiple intelligences. Istilah ini
kemudian dikembangkan menjadi teori melalui penelitian yang rumit, melibatkan
antropologi, psikologi kognitif, psikologi perkembangan, psikometri, studi biografi,
fisiologi hewan, dan neuroanatomi (Armstrong, 1993; Larson, 2001).
Bagi para pendidik dan implikasinya bagi pendidikan, teori multiple
intelligences melihat anak sebagai individu yang unik. Pendidik akan melihat bahwa
ada berbagai variasi dalam belajar, di mana setiap variasi menimbulkan konsekuensi
dalam cara pandang dan evaluasinya. Kecerdasan, menurut paradigmamultiple
intelligences (Gardner, 1993), dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang
mempunyai tiga komponen utama, yakni:
1. Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan nyata
sehari-hari
2. Kemampuan untuk menghasilkan persoalan persoalan baru yang dihadapi unntuk
diselesaikan
3. Kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa yang akan
menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang. Semua kemampuan tersebut
dimiliki oleh semua manusia, meskipun manusia memiliki cara yang berbeda
untuk menunjukkannya
B. Latar Belakang Kecerdasan Majemuk
Dikotomi anak cerdas dan tidak cerdas, serta pemberian label hiperaktif,
gangguan belajar, dan prestasi di bawah kemampuan, mendorong para pendidik untuk
mempelajari teori Multiple Intelligences. Setelah menemukan delapan bukti dari
teorinya, Gardner meneguhkan kriteria temuannya tentang sembilan kecerdasan dalam
multiple intelligences. Untuk menguatkan temuan dan keyakinannya, Gardner
menyusun kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh setiap kategori kecerdasan.
Kriteria tersebut didasarkan pada bukti-bukti berikut.
1. Ditemukannya potensi yang terisolasi akibat kerusakan otak. Ini berarti setiap
kecerdasan memiliki sistem otak yang relatif otonom. Terdapat struktur otak
dalam setiap kecerdasan.
2. Ditemukannya orang-orang genius dan idiot savant. Ini berarti, ada kecerdasan
yang sangat tinggi sementara kecerdasan lain hanya berfungsi pada tingkat
rendah.
3. Ditemukannya riwayat perkembangan khusus dan kinerja kondisi puncak bertaraf
ahli yang khas. Hal ini berarti, kecerdasan terbentuk melalui keterlibatan anak
dalam kegiatan dan setiap kecerdasan memiliki waktu kemunculan tertentu.
v
Musik dan bahasa, misalnya muncul sejak awal dan bertahan hingga usia tua
sementara logiko-matematis mencapai kinerja kondisi puncak pada usia belasan
tahun.
4. Ditemukannya bukti-bukti sejarah dan kenyataan logis evolusioner. Hal ini
berarti, kecerdasan ada pada setiap kurun waktu, meskipun peran dari setiap
kecerdasan tidak sama. Bukti kecerdasan musik ditemukan pada bukti arkeologis
instrumen musik purba.
5. Ditemukannya dukungan dari temuan psikometri atau tes pengujian, seperti tes
verbal IQ dan TPA (verbal-linguistik), penalaran IQ dan TPA (logiko-matematik),
tes bakat seni dan tes memori visual (visual-spasial), tes kebugaran fisik
(kinestetik), sosiogram (interpersonal), tes proyeksi (intrapersonal) untuk
mengenali kecerdasan anak. Saat ini, telah dibuat tes psikometri untuk kecerdasan
majemuk.
6. Ditemukannya dukungan riset psikologi eksperimental, seperti studi kemampuan
mengingat, persepsi, dan atensi. Hal ini menunjukkan bahwa manusia memiliki
kemampuan yang terkotak-kotak, dan bahwa setiap kemampuan kognitif berlaku
khusus untuk satu kecerdasan.
7. Ditemukannya cara kerja dasar yang teridentifikasi. Setiap kecerdasan
memerlukan cara kerja dasar yang berperan menggerakkan kegiatan yang spesifik
pada setiap kecerdasan. Cara kerja dasar kinestetik, misalnya adalah kemampuan
meniru dan menguasai gerak.
8. Ditemukannya penyandian kecerdasan dalam sistem simbol. Semua kecerdasan
memiliki sistem simbol khas, seperti bunyi bahasa (verbal linguistik), simbol
matematika (logiko-matematik), kanji (visual-spasial), braille (kinestetik), notasi
(musikal), mimik wajah (interpersonal), dan simbol diri terhadap karya seni
(intrapersonal), klasifikasi spesies (naturalis), dan simbol nurani (eksistensial)
Menurut Howard Gardner, multiple intelligences memiliki karakteristik konsep
yang berbeda dengan karakteristik konsep kecerdasan terdahulu.
Karakteristik yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Semua inteligensi itu berbeda-beda, tetapi semuanya sederajat. Dalam pengertian
ini, tidak ada inteligensi yang lebih baik atau lebih penting dari inteligensi yang
lain (Gardner, 1993; Hine; 2003; Armstrong, 1993; 1996).
2. Semua kecerdasan dimiliki manusia dalam kadar yang tidak persis sama. Semua
kecerdasan dapat dieksplorasi, ditumbuhkan, dan dikembangkan secara optimal.
3. Terdapat banyak indikator kecerdasan dalam tiap-tiap kecerdasan. Dengan latihan,
seseorang dapat membangun kekuatan kecerdasan yang dimiliki dan menipiskan
kelemahan-kelemahan.
4. Semua kecerdasan yang berbeda-beda tersebut akan saling bekerja sama untuk
mewujudkan aktivitas yang diperbuat manusia. Satu kegiatan mungkin
memerlukan lebih dari satu kecerdasan, dan satu kecerdasan dapat digunakan
dalam berbagai bidang (Gardner, 1993: 37–38).

vi
5. Semua jenis kecerdasan tersebut ditemukan di seluruh atau semua lintas
kebudayaan di seluruh dunia dan kelompok usia (Gardner, 1993: Armstrong,
2004:10–13).
C. Peran Sekolah Bagi Perkembangan Anak dalam Multiple Intelligences
(Kecerdasan Majemuk)
Problematika pendidikan sekolah di Indonesia mengalami masa-masa penuh
dilema. Pendidik hingga saat ini masih menerapkan pendekatan akademik penuh
hafalan. Praktik yang sesuai dengan kebutuhan/perkembangan anak belum seluruhnya
diterapkan. Keberhasilan belajar anak diukur dari kepatuhan, kemampuan kognitif dan
sosial anak. Anak-anak dengan kecerdasan kinestetik, intrapersonal, dan naturalis
dianggap sebagai anak-anak yang bermasalah. Beberapa pendidik, bahkan, mengecap
mereka sebagai anak yang hiperaktif, kuper, dan jorok. Pandangan ini telah membawa
efek yang merugikan bagi anak-anak, terutama bagi perkembangan mereka.
Pendidikan yang berbasis multiple intelligences, berpeluang memberikan
pengalaman hidup yang menyenangkan bagi anak dan memantik kecerdasan mereka.
Padahal, sebagaimana dikatakan oleh Howard Gardner (Armstrong, 2003)
perkembangan kecerdasan ditentukan oleh crystallizing experience dan paralyzing
experience. Hal ini menunjukkan pentingnya pengalaman baik yang mengesankan
bagi anak, dan betapa berbahayanya pengalaman buruk yang menyakitkan anak.
Dengan kata lain, anak-anak yang dididik dengan konsep multiple intelligences akan
mendapatkan perlakuan yang adil, memperoleh dukungan yang sangat mungkin
menjadi crystallizing experience. Mereka akan memperoleh kesempatan berkembang
sehingga setiap indikator dari kecerdasan berkembang optimal, dan muncul dalam
bentuk keterampilan yang menakjubkan. Teori multiple intelligences membuka
kemungkinan bagi setiap anak untuk belajar dan mencapai tugas
perkembangan. Multiple intelligences menghindarkan anak dari kegagalan tugas
perkembangan, seperti rasa rendah diri dan tidak bahagia, rasa ketidaksetujuan dan
penolakan sosial, yang akan menyulitkan penguasaan tugas perkembangan baru.
Tugas perkembangan akan terganggu jika anak tidak memperoleh kesempatan untuk
belajar apa yang diharapkan oleh kelompok sekolah, tidak memperoleh bimbingan
dalam belajar, dan tidak memiliki motivasi untuk belajar. Sebaliknya anak akan
terdukung oleh lingkungan yang memberikan kesempatan anak untuk belajar,
bimbingan belajar dari orang tua dan pendidik, serta motivasi yang kuat untuk belajar
(Hurlock, 1997). Hal ini berarti, multiple intelligences memberi kesempatan pada anak
untuk mendapatkan dukungan untuk pencapaian tugas perkembangan.

D. Macam Macam Kecerdasan Majemuk


Gardner menyatakan “people are born with certain amount of intelligences,”12
bahwa seorang anak manusia lahir ke dunia memiliki lebih dari satu potensi
kecerdasan yang mungkin bisa berkembang, walaupun perkembangan tersebut
berbeda dari satu orang dengan orang lain. Lebih lanjut Gardner menambahkan bahwa
“after all, intelligences arise from the combination of a person’s genetic heritage and

vii
life condition in a given culture and era.”13 Kecerdasan berkembang sesuai dengan
lingkungan yang berpengaruh pada seorang diri individu. Maka itu kecerdasanlah
yang menjadikan perbedaan antara seseorang dengan yang lainnya.
Gardner menyusun daftar tujuh kecerdasan dalam buku Frames of Mind (1993)
yakni:
a. Kecerdasan Linguistik (Linguistic Intelligence)
Kecerdasan linguistik merupakan kemampuan untuk menggunakan dan
mengolah kata-kata secara efektif baik secara oral maupun tertulis seperti dimiliki para
pencipta puisi, editor, jurnalis, dramawan, sastrawan, pemain sandiwara, maupun
orator. Gardner menyatakan bahwa “Linguistic Intelligences, involves sensitivity to
spoken and written language, the ability to learn languages, and the capacity to use
language to accomplish certain goals.”15
Kemampuan ini berkaitan dengan penggunaan dan pengembangan bahasa
secara umum. Dalam pengertian bahasa, orang itu mempunyai kepekaan yang tinggi
terhadap makna kata-kata (semantik), aturan diantara kata-kata (sintaksis), pada suara
dan ritme ungkapan kata (fonologi), dan perbedaan fungsi bahasa(pragmatic)

b. Kecerdasan Logis-Matematis (Logical-Mathematical Intelligence)

Howard Gardner menyatakan bahwa kecerdasan logis-matematis melibatkan


kesanggupan untuk menganalisis masalah secara logis, mengatasi masalah matematika
serta kesanggupan menginvestigasi suatu permasalahan sesuai kaidah keilmiahan.

Kecerdasan logis-matematis melibatkan keterampilan mengolah angka dan


atau kemahiran menggunakan logika atau akal sehat. Ini adalah kecerdasan yang
digunakan ilmuwan ketika menciptakan hipotesis dan dengan tekun mengujinya
dengan data eksperimental. Hal ini merupakan kecerdasan yang digunakan akuntan
pajak, scientist,programmer komputer, dan ahli matematika. Termasuk dalam
kecerdasan tersebut adalah kepekaan pada pola logika, abstraksi, kategorisasi, dan 19
perhitungan. Beberapa tokoh yang termasuk dalam kecerdasan ini seperti B.J. Habibie
(pakar teknologi pesawat), Yohanes Surya(fisikawan), dan Andi Hakim Nasution
(dosen dan ahli statistik).

c. Kecerdasan Visual-Spasial (Spatial Intelligence)

Gardner menyatakan dalam keterangan tersebut bahwa kecerdasan ruang


memiliki potensi untuk mengenal dan memanipulasi pola ruang yang luas dan pola
ruang yang kecil. Kecerdasan visual- spatial adalah kemampuan untuk membentuk
dan menggunakan model mental. Orang yang memiliki kecerdasan ini cenderung
berpikir dalam atau dengan gambar dan cenderung mudah belajar melalui sajian-sajian
visual seperti film, gambar, video dan peragaan yang menggunakan model atau slide.
Tokoh yang menonjol dibidang ini misalnya Joko F. Purwoko (instruktur penerbangan
pesawat tempur), Tino Sidin (pelukis), Ko Pin (disainer)

d. Kecerdasan Musikal (Musical Intelligence)

viii
Kecerdasan musik terkait dengan kepiawaian dalam menampilkan, mengarang
dan menyusun serta mengapresiasi pola musik. Kecerdasan musikal adalah
kemampuan untuk menikmati, mengamati, membedakan, mengarang, membentuk dan
mengekspresikan bentuk-bentuk musik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap
ritme, melodi dan timbre dari musik yang didengar, kemampuan memainkan alat
musik, kemampuan bernyanyi, kemampuan untuk mencipta lagu, kemampuan untuk
menikmati lagu, musik, dan nyanyian. Kecerdasan ini misalnya dimiliki tokoh seperti
Gilang Ramadhan (musikus), Ebiet, G. Ade, Doel Sumbang dan Iwan Fals.

e. Kecerdasan Gerak Tubuh (Bodily-Kinesthetic Intelligence)

Gagasan dan kecerdasan gerak tubuh adalah kemampuan menggunakan tubuh


untuk mengekspresikan gagasan atau perasaan seperti ada pada aktor, atlet, penari,
pemahat, dan ahli bedah atau kemampuan mengendalikan dan maningkatkan
fisiknya.Orang yang memiliki kecerdasan gerak badani mampu memahami sesuatu
yang berkaitan dengan gerak badan sebelum dia memperoleh latihan secara formal,
atau bisa memahami dan melakukan gerakan. dengan tepat hanya dengan latihan yang
relatif singkat. Beberapa tokoh yang termasuk kecerdasan ini antara lain Boaz Salosa
(pesepak bola), Mathias Muchus dan Didi Petet (aktor), Muhammad Ali dan Manny
Pacquiao (petinju).

f. Kecerdasan Interpersonal(Interpersonal Intelligence)

Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk memahami orang lain: apa


yang memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja, bagaimana bekerjasama dengan
mereka, mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak,
temperamen orang lain juga termasuk dalam kecerdasan ini. dalam memahami sesama
biasanya ia suka mengamati sesama, mudah berteman suka menawarkan bantuan
ketika seseorang membutuhkan, menikmati kegiatan-kegiatan kelompok serta
percakapan yang hangat dan menyenangkan, senang membantu sesama yang sedang
bertikai agar berdamai, percaya diri ketika bertemu dengan orang baru, mengetahui
bagaimana cara membuat sesamanya bersemangat untuk bekerjasama, mementingkan
soal keadilan serta benar-salah dan senang bersukarela untuk menolong sesama.

Tokoh-tokoh yang memiliki kecerdasan ini antara lain Jusuf Kala (negosiator),
Akbar Tanjung (politikus), Dr. Jose Rizal (relawan MER-C/pekerja sosial). Anak yang
memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi biasanya mampu dengan baik bekerja
dalam kelompok dan sering berperan sebagai pemimpin.

g. Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)

Gardner menyatakan dalam keterangan tersebut bahwa kecerdasan diri pribadi


merupakan kemampuan untuk memahami diri sendiri yang terkait dengan kelebihan
dan kekurangan dan cara kerja. Hal demikian juga termasuk keinginan, ketakutan serta
kemampuan untuk memanfaatkan informasi secara efektif dalam mengatur kehidupan

ix
sendiri. Termasuk dalam kecerdasan ini adalah kemampuan berefleksi dan
berkeseimbangan diri, memiliki kesadaran tinggi akan gagasan-gagasannya,
mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan pribadi, sadar akan tujuan
hidupnya, bisa

kelompok dan sering berperan sebagai pemimpin.Kecerdasan Intrapersonal


dimiliki tokoh seperti Mario Teguh, Ari Ginanjar Agustian (motivator),mengatur
perasaan serta emosi dirinya sendiri. Kecerdasan seperti ini Sarlito Wirawan
(psikolog), Dr. H. Dadang Hawari (psikiater).

h. Kecerdasan Lingkungan (Naturalist Intelligence)

Kecerdasan naturalis atau lingkungan ini terkait dengan kemampuan untuk


mengenali, membedakan, menggolongkan dan membuat kategori terhadap apa yang
dijumpai, flora dan dauna di lingkungan maupun di alam sejagad ini. Howard Gardner
menjelaskan kecerdasan lingkungan sebagai kemampuan seseorang untuk mengenali
tanaman, hewan dan bagian lain dari alam semesta. Di dalam keterangan diatas
Gardner menyatakan bahwa kecerdasan naturalis melibatkan kapasitas untuk
mengklasifikasikan dan memahami kehidupan dari makhluk hidup flora dan fauna.

Tokoh-tokoh yang memiliki kecerdasan ini misalnya Edwin Norman dan Didik
Syamsu (pendaki gunung), Erma Widyasti (mikrobiologis/penyayang hewan),
Suratman (pembuat biopori/florist)

i. Kecerdasan Eksistensial (Existential Intelligence)

definisi kecerdasan eksistensialis sebagai kesiapan manusia dalam menghadapi


kematian, menempatkan diri dalam ciri manusia yang paling eksistensial, makna
hidup, makna kematian. Tokoh ini dimiliki oleh orang-orang tertentu seperti Buya
Hamka, Syekh Nawawi al-Bantani, Socrates, Plato, Rene Descartes, Immanuel Kan.

BAB III

x
KESIMPULAN
A. Kesimpulan

Menurut gardner,kecerdasana seseorang meliputi unsur-unsur kecerdasan


matematika logika , kecerdasan bahasa, kecerdasan musical, kecerdasan visual,
kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan
kecerdasan naturalis. Dengan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk, siswa yang
dengan beragam dominasi kecerdasan dapat terfasiliatasi pada saat belajar sehingga
hasil,belajariswa dari segi kognitif (prestasi belajar) dan afektif (minat) meningkat.

Dengan kecerdasan majemuk, maka dapat menyediakan kesempatan bagi


siswa untuk belajar sesuai dengan kebutuhan, minat dan talentanya. Lkecerdasan
majemuk memberikan padnangan bahwa terdapat Sembilan macam kecerdasan yang
dimilki oleh setiap orang. Yang membedakan antaea satu denga yang lainnya adalah
komposisi atau dominasi dari kecerdasan tersebut.

B. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah
diatas masih banyak kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya
penulisa akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan
pedoman dari beberpa sumber dan kritik yang bisa membangun.
Untuk pembaca makalah tentunya bisa menjadikan tulisan ini sebagai bahan
bacaan dan juga bisa menjadi referensi tambahan untuk mengerjakan tugas.

DAFTAR PUSTAKA

xi
Aryanti dan wahyuni. 2003. Multiple intelegences & application. Salatiga;

Gernard, howard. 2011 , framses of mind: the theory of multimples intelligence. New york:
bsic book

Sandjaja, stefanus. 2006. Teori multi[le itelllegnces dan aplikasinya di pendidikan anak usia
dini. semarang

xii

Anda mungkin juga menyukai