Anda di halaman 1dari 30

MEMAHAMI MULTIPLE INTELEGENCE (KECERDASAN JAMAK)

Makalah

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan

Oleh

Febri Algustina Sukma

NPM: 2106103010064

Maya Sari

NPM: 2106103010084

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya serta

inayah sehingga kami mampu menyelesaikan sebuah makalah ini dengan tepat waku yang

kami beri judul “Memahami Multiple Intelegences (Kecerdasan Jamak)”. Shalawat serta

salam tidak lupa kami sanjungkan kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW beserta

keluarga dan para sahabatnya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk

memenuhi tugas yang diberikan pada bidang Psikologi Pendidikan. Selain itu, makalah ini

bertujuan untuk menambah wawasan tentang ilmu kecerdasan yang memiliki pengembangan

berbeda-beda dan membantu seorang pendidik untuk mampu memperhatikan modalitas

kecerdasan dengan menggunakan berbagai strategi.

Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Dr. Wiwit Artika, S.Si dan Bapak Dr. Ruslan,

S.Pd., M. Ed selaku sebagai dosen pengampu mata kuliah Psikologi Pendidikan yang telah

memberikan kritikan serta bimbingan yang sangat bermanfaat guna membantu kami secara

moral maupun materi hingga mampu menyempurnakan proses dalam menyusun makalah ini.

Tidak lupa pula kami menyampaikan rasa terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa

seperjuangan karena telah mampu memberikan konstribusinya, hingga dapat membantu

kami dapat menyelesaikan suatu makalah ini. Makalah yang telah dipersiapkan ini masih

jauh dari kata kesempurnaan baik dari segi bahasa, maupun penyusunannya serta penulisan

yang masih kurang efektif. Meskipun kami telah mengumpulkan banyak referensi untuk

menunjang penyusunan makalah ini, namun kami menyadari bahwa makalah yang telah

kami susun masih banyak kekurangan. Sehingga kami mengharapkan segala kritik serta

saran dari semua pihak yang bersifat membangun guna sebagai acuan agar penulis menjadi

lebih baik dimasa mendatang.

Banda Aceh, 16 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

1.1. Latar Belakang.............................................................................................1


1.2. Rumusan Masalah........................................................................................3
1.3. Tujuan Penulisan..........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................4

2.1 Pengertian Multiple Intelegence...................................................................4

2.2 Karakteristik Multiple Intelegence (Kecerdasan Jamak)..............................6

2.3 Makna Kecerdasan dalam Multiple Intelligence...........................................18

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inteligensi.............................................18

2.5 Pendidikan tanpa Multiple Intelligence........................................................19

BAB III Penutup......................................................................................................

3.1 Rangkuman...................................................................................................21

Daftar Pustaka..........................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Multiple intelegence dalam terjemahan bahasa Indonesia diartikan sebagai

kecerdasan majemuk atau kecerdasan jamak. Kecerdasan jamak ini merupakan suatu

teori yang memiliki banyak pengakuan yang sudah disampaikan oleh penemunya.

Teori multiple intelegence ini di perkenalkan oleh seorang psikolog terkenal dari

Universitas Harvard yaitu Howard Garner, beliau seorang profesor dan psikolog

perkembangan yang sangat berpengaruh dari Graduate School of Education. Gardner

telah mendefinisikan dalam teori Multiple Intelegence bahwa integlensi mampu

sebagai bentuk kemampuan untuk dapat memecahkan atau mencari solusi dalam

suatu permasalahan sehingga akan menghasilkan suatu produk yang dalam bagian

setting itu yang memiliki ragam ataupun banyak macam persoalan hingga dalam

situasi yang rill (nyata).

Berdasarkan pendapat yang disampaikan Howard Garner, dapat dipahami

bahwa teori multiple intelegence bukanlah seseorang yang mampu mengandalkan

kemampuan dalam menjawab beberapa soal-soal berkaitan dengan tes IQ dalam

ruangan yang tertutup dari jangkauan lingkungannya. Akan tetapi, kemampuan

inteligensi ini akan mewujudkan seseorang untuk dapat mengatasi dan memecahkan

persoalan yang fakta maupun nyata hingga berkaitan dengan situasi yang bermacam-

macam kemunculannya.

Kecerdasan menurut pendapat Howard Garner ialah suatu ahli kemampuan

seseorang yang akan sanggup menangani suatu situasi kandungan suatu masalah

yang sangat spesifik di ruang lingkup kehidupan. Namun, tidak berarti bahwa hal ini

1
2

berkaitan dengan orang yang telah memiliki kecerdasan tertentu, misalnya seorang

yang memiliki kecerdasan musikal ia akan mampu menunjukkan kemampuannya.

Berdasarkan pemahaman yang disampaikan Howard Garner, terdapat delapan

komponen penyusun dalam teori multiple intelegence, dalam kedelapan jenis

tersebut memiliki kecerdasan tingkatan yang berbeda-beda yang didalamnya terdapat

inti dan ciri-ciri untuk dibedakan. Didunia nyata kecerdasan itu hadir secara berurut

dan saling berkaitan dalam suatu aktifitas aspek hidupnya. Dapat ditandai dengan

adanya seorang yang memiliki tingkat kecerdasan yang sangat tinggi pada satu

bagian komponen kecerdasan intelegence, namun mengalami penurunan pada jenis

kecerdasan bagian yang lainnya.

Dunia pendidikan menerima teori yang telah disampaikan oleh Howard

Garner, dikarenakan dianggap akan lebih berkaitan melayani semua perihal

kecerdasan yang dimiliki oleh seorang anak. Konsep dari teori Multiple Intelegence

ini mampu membuat seorang pendidik untuk tidak berpikir bahwasanya seorang anak

dapat dibedakan cerdas atau tidak cerdasnya, karena pada hakikatnya seorang anak

terbilang cerdas sesuai dengan kemampuan kecerdasan yang dimilikinya. Hanya saja

konsep kecerdasan yang dimiliki setiap anak perlu dikembangkan dengan landasan

baru. Kecerdasan intelektual harus mampu dilihat dari segi beberapa aspek berupa

kinetis, interpersonal, visual spatial, secara musical, intrapersonal dan maupun secara

naturalis. Bagian komponen tersebut akan dikenal dengan istilah kecerdasan jamak.

Makalah ini akan mampu menrapkan dan membahas sebuah makna teori Multiple

Intelegence yang akan diperjelas dengan sangat rinci, semoga makalah ini mampu

memberikan manfaat ilmu dan pemahaman lebih lanjut bagi kita tentang suatu teori
3

kecerdasan jamak (Multiple Intelegence) dalam suatu pembelajaran di ranah dunia

pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa pengertian dari Multiple Intelegence ?

2.2.1 Bagaimana karakteristik Multiple Intelegence (kecerdasan jamak) ?

3.2.1 Apa makna kecerdasan dalam Multiple Intelligence ?

4.2.1 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi Inteligensi ?

5.2.1 Bagaimana pendidikan tanpa teori Multiple Intelligence ?

6.2.1 Bagiamana cara mengembangkan Multiple Intellegence pada anak ?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk dapat mengetahui pengertian dari Multiple Intelegence

1.3.2 Untuk dapat mengetahui karakteristik Multiple Intelegence

1.3.3 Mengetahui makna kecerdasan dalam Multiple Intelligence

1.3.4 Mengetahui faktor yang akan berpengaruh pada Inteligensi

1.3.5 Untuk dapat mengetahui dampak bila suatu pendidikan tanpa Multiple

Intelligence

1.3.6 Untuk dapat mengetahui suatu tindakan dalam mengembangkan

Multiple Intellegence pada seorang anak


4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Multiple Intelegence

Teori Multiple Intelegence diperkenalkan sejak tahun 1983 oleh seorang tokoh

terkenal yaitu Prof. Howard Gardner. Konsep Multiple Intelegence memiliki esensi

bahwasanya setiap individu memiliki karakter unik. Setiap orang harus mampu

mengembangkan potensi dalam dirinya baik keahlian maupun kecerdasan yang perlu

disadari sehingga setiap para peserta didik akan memiliki perbedaan kombinasi

kecerdasannya.

Gambar 1. Profesor Howard Gardner

Sumber: http://www.pz.harvard.edu/who-we-are/people/howard-gardner

Multiple Intelegence ialah sebuah teori yang berkaitan dengan kecerdasaan

yang bermakna “kecerdasan ganda ataupun kecerdasan majemuk” Secara

terjemahan dalam bahasa Indonesia bermakna kecerdasan majemuk. Bahkan ada

yang berpendapat bahwa kecerdasan intelegence merupakan kecerdasan yang

beragam. Multiple intelegence dikenal sebagai kecerdasan majemuk yang

mampu memecahkan masalah atau dianggap sebagai teori yang memiliki nilai

bagi kehidupan sehari-hari peserta didik. Kecerdasan bukanlah sesuatu yang

dapat dilihat dengan mata maupun dihitung, melainkan ialah suatu potensi pada
5

bagian sel otak yang mulai aktif ataupun nonaktif sesuai dengan pengalaman

hidup yang dijalaninya sehari-hari, baik lingkungan rumah, sekolah, maupun

disuatu tempat lainnya (Indria, 2020).

Konsep kecerdasan majemuk (Multiple intelegence) ini telah dikenal

berawal dari sebuah karya Prof. Howard Gardner dalam sebuah buku yang

ditulisnya berjudul Frames Of Mind yang diterbitkan pada tahun 1983, di

dasarkan dari sebuah penelitiannya yang telah diamati selama beberapa tahun

tentang Human Cognitif Capacities. Mengapa Gardner mengembangkan teori

Multiple Intelegence, dikarenakan beliau menolak asumsi yang bahwasanya

seorang manusia hanya memiliki kecerdasan tunggal sehingga bertentangan

dengan pendapatnya bahwa setiap individu memiliki kecerdasan yang berbeda-

beda dalam memecahkan atau mengatasi suatu permasalahan.

Gambar 2. The types of intelligence

Sumber: https://lib.ub.ac.id/news/9-jenis-kecerdasan-manusia/

Bagi seorang pendidik dan implikasinya bagi dunia pendidikan, teori

multiple intelegence melihat sudut pandang kepada anak didik yang memliki

ragam kecerdasan unik. Pendidik akan melihat bahwasanya ada berbagai ragam

variasi dalam proses belajar, dimana variasi tersebut akan mampu memiliki
6

sebuah dampak konsekuensi dalam menuturkan cara pandang serta evaluasi

yang akan diterapkan.

Menurut Prof. Howard Gardner, kecerdasan suatu paradigma multiple

intelegence (kecerdasan jamak) didefinisikan sebagai suatu kemampuan yang

dapat dibedakan dalam tiga pembagian yakni:

1. Kemampuan yang mampu mengatasi suatu permasalahan yang terjadi

di kehidupan fakta ataupun nyata kehidupan sehari-hari.

2. Kemampuan untuk dapat mengembangkan persoalan atau masalah baru

yang akan dapat diselesaikan dengan mudah.

3. Kemampuan untuk mampu menciptakan atau memberikan sebuah karya

maupun suatu jasa yang akan membuat para individu yang lainnya

menghargai serta meberikan penghargaan dikarenakan suatu keahlian

yang dimiliki seseorang.

2.2 Karakteristik Multiple Intelegence (Kecerdasan Jamak)

Menurut Prof. Howard Gardner, beliau mengatakan bahwasanya kecerdasan

jamak (Multiple Intelegence) memiliki delapan kompenen kecerdasan masing-

masing jenis dari kecerdasan majemuk ini berdiri sendiri bukanlah dari integlensi

yang mampu berdiri sendiri. Gardner telah mengajukan adanya delapan komponen

kecerdasan majemuk yang meliputi:

1. Kecerdasan Linguistik

Kecerdasan linguistik merupakan suatu keahlian yang akan biasa

menggunakan kata-kata yang lebih efektif baik secara kebiasaan suka menulis

(mengarang ataupun berdongeng/cerita), mudah menghafal baik suatu nama,

tempat ataupun hal lainnya, aktif ataupun suka dalam kegiatan berdebat yang
7

mengarah ke positif, menyukai hal-hal yang bersangkutan dengan aktivitas

permainan kata yang bertujuan untuk meningkatkan potensi daya ingat.

Hubungan anak dengan lingkungan sekitar sangat berpengaruh dengan

adanya meningkatnya perkembangan usia dan dikarenakan adanya peran

lingkunganlah yang mengubah pola kecerdasan dalam dirinya. Bahasa ialah

merupakan acuan utama untuk berkomunikasi didalamya terdapat prantara

yang mampu meningkatkan potensi kecerdasan pada anak (Jaenudin, 2021).

Kecerdasan linguistik ialah bagian dari multiple intelligence

dikarenakan setiap individu memiliki kemampuan ataupun kecerdasan yang

berbeda-beda yang dapat disesuaikan dengan segala karakter indivualnya.

Kecerdasan bahasa dapat sebagai penuntun mencapainya perubahan masa

depan, sehingga peserta didik dituntut untu mampu kreatif, bersifat rasional,

sistematis, dan mampu berfikir kritis (Marlina, 2019).

2. Kecerdasan Spesies

Gambar 3. Kecerdasan spasial pada seorang anak didik

Sumber. https://lifestyle.kompas.com.anak- memahami-visual-spasial

Kecerdasan spasial ialah kecerdasan yang dapat dilihat berdasarkan

kemampuan seseorang yang mampu memahami sesuatu berkaitan dengan apa


8

yang ia pahami ataupun dilihatnya. Dalam kata lain, kecerdasan spasial yaitu

kemampuan yang akan dapat memvisualisasikan suatu gambar ataupun dapat

menciptakannnya secara nyata maupun dalam sebuah kertas. Contoh orang

yang memiliki kecerdasan spasial ialah seorang arsitek, desaigner busana dan

lain sebagainya yang berkaitan dengan pengerjaan desaign.

Ciri-ciri orang yang memiliki kemampuan kecerdasan spasial ialah

orang yang gemar membuat peta, skema, diagram dan table, senang membuat

sketsa ataupun coretan, menyukai hal-hal yang berkaitan dengan gambar dan

menjelaskan sesuatu pembelajaran menggunakan gambar, denah atau sketsa

lainnya

3. Kecerdasan Logis Matematika

Gambar 4. Seorang anak yang gemar menghitung

Sumber. https://www.parenting.co.id/10- ciri-anak-kecerdasan-logis-

Kecerdasan logis matematika merupakan kecerdasan yang berkaitan

dengan angka-angka ataupun kemahiran dalam mengelola angka

menggunakan akal sehat dan logika berkemampuan untuk menghitung dan

mampu memecahkan suatu masalah. Hal ini dapat kita lihat dari sisi segi

kemampuan dalam mencerna laporan, suka dengan hal yang berkaitan dalam
9

menganalisis ataupun membuat hipotesa, mampu menjelaskan masalah

perhitungan angka secara logis, mampu mengkatkan hubungan sebab akibat

dalam suatu bilangan angka, menyukai ataupun gemar menghitung hal-hal

yang berkaitan dengan angka.

Kecerdasan logis matematis memiliki beberapa komponen utama. Said

dan Budimanjaya telah mengungkapkan komponen utama dari kecerdasan

logismatematis adalah kemampuan untuk memahami logika atau pola

numerik dan kemampuan untuk memproses pemikiran yang kompleks.

Kecerdasan logis-matematis ini terletak di area otak tertentu, lobus frontal kiri

dan parietal kanan atau tepat di atas alis. Kecerdasan logika matematis selalu

memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Ini masuk senada

dengan Soefandi dan Pramudya yang menyatakan bahwa kecerdasan logis

matematis adalah kritis dan diperlukan karena kemampuan berhitung

merupakan kemampuan yang sangat penting untuk mengubah kehidupan

menjadi lebih baik. Jadi, aman untuk mengatakan bahwa kecerdasan logis

matematis perlu dikembangkan lebih dengan berbagai cara (Azinar, 2020).

Seseorang yang memliki kecerdasan matematis yang tinggi dan logis

biasanya kertertarikannya pada bilangan angka akan sangat memuaskan,

peserta didik yang menyukai ilmu matematika dalam benaknya telah tumbuh

rasa menyenangkan akan mempelajari ilmu yang berkaitan dengan pola angka

tersebut, sehingga meningkatkan kritis pada kemampuan pengetahuannya.

Biasanya kelebihan yang dimiliki oleh anak yang memiliki kecerdasan logis

matematik ini, memiliki kecerdasan yang suka memecahkan misteri bilangan


10

angka ataupun permainan seperti pada catur dan games strategi yang

berkaitan dengan matematika.

4. Kecerdasan Kinestik

Kecerdasan kinestik merupakan kecerdasan yang memiliki hubungan

dengan kemampuan seseorang untuk dapat beraktivitas dengan cara

menggerakkan anggota seluruh tubuh sebagaian ataupun bagian

seluruhannya. Ciri-ciri yang dimiliki oleh orang yang berkemampuan

kecerdasan kinestik ialah adanya prestasi dalam bidang olahraga, menyukai

hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan fisiknya, senang melakukaan

pekerjaan yang turun langsung ke lapangan, dan menyukai hal yang berkaitan

dengan bongkar pasang suatu mainan (puzzle) ataupun sepak bola dan lain

sebagainya yang berkaitan dengan dunia sport, karena bermain permainan

tersebut memiliki aktifitas yang menguras tenaga.

Gambar 5. Sekumpulan anak yang sedang bermain bola

Sumber. https://hypeabis.id/read/15093/latih-kecerdasan-kinestetik-anak

Kecerdasan kinestetik akan mampu didefinisikan sebagai kemampuan

ataupu keahlian yang dimiliki setiap individu untuk dapat digunakan oleh

tubuhnya untuk memecahkan masalah, mengungkapkan ide dan emosi dan

akan mampu memanipulasi objek. Menurut definisi ini, salah satu ciri utama
11

dasar dari jenis kecerdasan ini adalah kemampuan ataupun suatu keahlian

untuk menggunakan tubuh jasmani maupun rohaninya dalam berbagai

kegiatan yang membutuhkan keterampilan untuk mencapai tujuan seseorang.

Ciri-ciri kecerdasan kinestetik jasmani adalah tampak perkembangan

keterampilan dalam manipulasi objek. Tampaknya terdapat hubungan yang

erat antara kecerdasan kinestetik jasmani dengan tujuan dan kreatif menari.

Tarian kreatif bertujuan untuk mengekspresikan ide dan perasaan kinetik

secara bebas melalui eksplorasi tubuh dan kemampuan kinetik masing-

masing anak. Selain itu, dengan menggunakan berbagai benda (bola, syal,

koran) selama sesi tari kreatif, siswa diaktifkan untuk dapat membiasakan diri

dengan penggunaannya dan untuk meningkatkan kemampuan manipulatif

dalam diri mereka (Michelaki, 2016).

5. Kecerdasan Musical

Kecerdasan musikal merupakan kemampuan dalam menyimpan suatu

nada yang ada pada pikiran seseorang, karena irama tersebut dipengaruhi oleh

musik secara emosional. Kecerdasan musikal adalah bakat yang paling sering

muncul. Keahlian pada bidang musik tergantung pada suatu pengalaman

hidup yang bertambah sehingga bisa saja seorang anak yang berusia 3 tahun

mampu untuk mengenali nada lagu yang sedang di dengarkannya. Oleh sebab

itu, anak yang memiliki bakat dalam bidang musik perlu dibina agar menjadi

tambahan untuk meningkatkan pembelajaran anak tersebut. Anak yang

memiliki kecerdasan pada bidang musik memiliki beberapa komponen.

1. Penyesuaian nada

2. Penyesuain antara tempo dengan irama


12

3. Memainkan alat-alat musik paling sederhana

Anak yang memiliki kemampuan kecerdasan musikal akan lebih peka

terhadap bunyi yang terdapat disekitarnya. Kepekaan tersebut akan sering

tampak ketika anak tersebut mampu mendengar suatu bunyian nada yang

tidak beraturan. Adapaun ciri-ciri yang terlihat pada anak yang memiliki

keahlian smusikal antara lain:

1. Menyukai suatu alat musik dan senang dalam bernyanyi

2. Aktif dalam mendengarkan music

3. Mudah dalam mengingat lagu dan melodi

4. Memiliki pemahaman yang luas tentang music

5. Senang ketika ikut suatu kegiatan yang berkaitan dengan musik

seperti contohnya paduan suara

Dalam meningkatkan kecerdasan musikal anak dapat dilakukan melalui

beberapa kegiatan seperti bermain musik tradisional, contohnya memainkan

angklung. Angklung adalah salah satu alat musik tradisional yang berasal dari

sunda terbuat dari bahan bambu. Cara memainkannya adalah dengan

digoyangkan supaya bambu bisa bertabrakan sehingga dapat menghasilkan

suatu bunyi.

Jika dibandingkan dengan alat musik yang lain, angklung memiliki

keunggulan tersendiri karena angklung lebih mudah untuk dimainkan dan

tidak tampak berbahaya bagi anak-anak. Dengan memainkan alat musik

angklung dapat melatih motorik ketika dimainkan oleh anak-anak dan

semakin bermanfaat apabila dimainkan secara berkelompok agar anak dapat


13

bekerja sama dan melatih dalam berkoordinasi dengan yang lain. Beberapa

alasan kenapa kecerdasan musikal perlu dikembangkan, antara lain:

6. Kecerdasan Interpesonal

(Ekayati, 2015) mengatakan kecerdasan interpersonal ialah tingkat

kecerdasan tentang kpribadian ataupun karaktr pada diri sendiri. Kecerdasan

yang dimaksudkan adalah kemampuan ataupun keahlian untuk dapat

memahami atau merenungi dirnya sendiri dan mampu tanggung jawab atas

dirinya sendiri dalam memahami, memiliki kesadaran terhadap diri sendiri

dan tanggung jawab terhadap kehidupan pribadi sendiri. Yang termasuk

kedalam kecerdasan interpersonal adalah kemampuan dalam menggambarkan

diri terhadap motivasi, tujuan, mood, tujuan, keinginan dan tidak bertanggung

jawab terhadap orang lain.

Kecerdasan interpesonal menggambarkan tentang diri sendiri yaitu

kelemahan dan kelebihan, suasana hati, tempramen, keinginan, serta

pemahaman terhadap diri. Kecerdasan interpesonal juga diartikan sebagai

kecerdasan yang dimiliki seseorang dalam memahami diri sendiri. Selain itu

anak juga berpikir suatu tindakan yang sebaiknya dilakukan dan memberi

motivasi diri sendiri. Anak yang memiliki kecerdasan interpesonal mampu

dalam mengintropeksi dirinya sendiri dan mampu untuk memperbaikin

kekurangan yang ada pada dirinya. Anak yang memiliki kecerdasan

interpesonal tinggi biasanya bisa dalam mengungkapkan keinginanannya

dengan cara baik dan tidak memaksa keinginanan, mengetahui kelebihan dan

kekurangan dirinya, sehingga anak tersebut berani tampil karena mereka

merasa mampu. Sedangkan pada anak yang kecerdasan interpersonal nya


14

rendah akan bersikap sebaliknya sehingga kurang memiliki kepercayaan diri.

Ciri-ciri anak yang memiliki kecerdasan interpesonal:

a. Proses belajar terjadi sangat dengan baik ketika membangung sebuah

interaksi dengan individu yang lain

b. Produktif dan mampu berkembang dengan pesat saat belajar secara

kooperatif dan kolaboratif

c. Jika belajar sendiri akan cepat merasa bosan

d. Anak dengan kecerdasan intrapersonal ketika terjadi masalah sosial

maka anak tersebut akan sangat peduli dan perhatian pada

permasalahan tersebut

e. Merasa senang dan gembira ketika berpatisipasi pada kegiatan sosial

Ada tiga tipe pola mangasuh anak dalam mengembangkan kecerdasan

interpesonal yaitu authoritarian, autoratif, dan permisif. Orang tua denga pila

authotarian akan cenderung mendikte kepada anak apa yang anaknya harus

dilakukan dan tidak boleh dibantah. Orang tua dengan pola autoratif lebih

memberikan pengertian kepada anaknya tentang larangan atau perintah yang

mereka berikan. Sedangkan orang tua dengan pola permisif cenderung

mengalah terhadap keinginan anak. Tipe autoritatif dianggap lebih cocok,

karena orang tua dengan pola tersebut menjadikan pemikiran anak tersalurkan

dengan baik.

7. Kecerdasan Intrapersonal

Kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan untuk mengenali dan

memahami diri sendiri. Kecerdasan intrapersonal membantu suatu individu

untuk mengenali dan memahami diri sendiri. Kemampuan yang dimaksud


15

adalah kemampuan dalam mengenali kelebihan, kekurangan, keterbatasan,

dan kecerdasan terhadap emosional diri sendiri. Kecerdasan intrapersonal

membantu seseorang untuk mengenali diri dan batasan diri sehingga dapat

mengekspresikan diri. Sangat menguntungkan bagi diri agar lebih

merenungkan dan memahami karakter dan keahlian kepribadian pada dirinya

sendiri.

Gambar 6. Kecerdasan Intrapersonal

Sumber. https://morinagaplatinum.com/id/milestone/mengenali-kecerdasan-

interpersonal-balita

Kecerdasan intrapersonal membantu seseorang untuk mengenali diri

dan batasan diri sehingga dapat mengekspresikan diri secara baik pada saat

berinteraksi dalam kehidupan. Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan

dalam memahami diri sendiri. Kemampuan yang dimaksud adalah

kemampuan dalam mengenali kelebihan, kekurangan, keterbatasan, dan

kecerdasan terhadap emosional diri sendiri. Dalam membantu seseorang

dalam mengembangkan potensi dalam diri harus memiliki pemahaman yang


16

sangat baik agar bisa mengekspresikan diri dan mampu berkarya secara lebih

optimal. Ada beberapa ciri kecerdasan intrapersonal yaitu:

1. Memiliki waktu untuk intropeksi diri dan memikirkan berbagai

masalah serta merenungkannya

2. Tertarik dengan pembahasan mengenai pengembangan terhadap

kepribadian diri dan sering ikut serta dalam acara konseling atau

seminar yang membahas mengenai kepribadian agar lebih mudah

untuk memahami diri sendiri

3. Lebih mudah untuk menghadapi masalah dan kegagalan

4. Memiliki hobi minat yang berguna untuk kepentingan diri sendiri

5. Mempunyai tujuan hidup jangka pendek maupun jangka panjang

6. Mampu menganalisis kekurangan maupun kelebihan yang ditinjau

dari pandangan orang lain

7. Suka menghabiska waktu untuk diri sendiri daripada daripada

dikeramaian

8. Mandiri dan keinginannya terhadap sesuatu itu kuat

9. Mempunyai semangat yang besar untuk mewujudkan mimpi, usaha

dan keinginan.

Interpersonal yaitu sebuah keahlian ataupun kemampuan untuk dapat

mampu merasakan dan memilah pembedaaan dalam suasana hati diri sendiri

baik pada perhatian antar sesama, hati, sebuah motivasi, serta perasaan yang

harus mampu diungkapkan pada orang lainnya, kecerdasan ini berkaitan

dengan sentitiv pada sebuah mimik ekspresi wajah, gestur ataunpun suara

sedangkan pada intraprsonal kemampuan yang mampu bertindak sesuai


17

dengan pengtahuan yang dimilikinya, maknanya kesadran pada kecerdasan

ini akan berkaitan dengan kekuatan maupun kelemahan pada suasana hatinya

ataupun akan dapat dikatakan temperamen yang butuh motivasi (Maitrianti,

2021).

8. Kecerdasan Naturalis

Gambar 7. Seorang anak yang mengamati ilmu alam

Sumber. https://www.dosenpendidikan.co.id/kecerdasan-naturalis/

Kemampuan naturalis yang tinggi mereka akan dengan mudah merasa senang

dan antusias ketika belajar tentang hewan dan tumbuhan atau melakukan kegiatan

yang berkaitan dengannya alam. Melalui kegiatan pembelajaran IPA tentang alam

dan lingkungan sekitarnya dirancang oleh guru, maka akan dapat mengasah dan

meningkatkan kemampuan naturalis setiap siswa dan akan berdampak pada

kompetensi yang dimiliki, khususnya kompetensi IPA pengetahuan. Oleh karena itu,

semakin tinggi kemampuan naturalis siswa maka semakin tinggi pula kompetensinya

pengetahuan sains yang dimiliki siswa, begitu pula sebaliknya, semakin rendah

kecerdasan naturalisnya siswa, semakin rendah hasil pencapaian (Yulianti, 2020).


18

Sorang anak yang kreatif mampu menghasilkan ide ataupun sebuah gagasan

yang mampu menciptakan sesuatu yang baru ataupun akan meningkatkan suatu nilai

manfaat yang pada benda-benda tertentu. Contohnya terdapat pada siswa yang

mampu membuat sebuah karya baik seni, ilmiah dan sebuah desaign riset yang

brkaitan dngan proses pembelajaran (Suralaga, 2021).

Orang yang mampu memiliki kecerdasan ini mampu memahami serta mampu

menikmati alam dan mampu menggunakannya sebagai suatu cara yang produktif

untuk dapat dikembangkan dalam pengtahuan alamiah. Ciri-ciri menonjol yang

dimiliki oleh orang yang bersifat naturalis ialah mencintai lingkungan sekitarnya,

mampu mengenali perilaku ataupun sifat alamiah pada hewan, dan menyukai hal-hal

yang berkaitan dengan dunia luar atau kegiatan yang berada di luar ruangan dan

bersifat lebih alami (Nadeak, 2022).

Kecerdasan naturalis adalah keahlian dalam mengenali dan mengkategorikan

suatu spesies yaitu flora dan fauna yang berada di lingkungan sekitar dan melihat

perbedaan hubungan antara spesies. Kecerdasan ini juga tergolong terhadap

kepekaan terhadap fenomena seperti contohnya bentuk awan dan bentuk gunung,

bagi anak yang tumbuh besar di perkotaan memiliki kemampuan membedakan benta

mati dan benda hidup seperti mobil, jalan dan lain-lain. Perkembangan kecerdasan

naturalis anak tidak hanya dipengaruhi oleh faktor keturunan tetapi juga dipengaruhi

oleh faktor lingkungan yang ada di sekitar anak.

Menurut Priyanti (2021) bimbingan orang tua dan guru sangat dibutuhkan

dalam masa tumbuh kembang anak agar kecerdasan naturalis anak dapat berkembang

secara optimal. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan

naturalis dengan sikap lingkungan, artinya semakin tinggi kecerdasan naturalis anak
19

maka semakin baik pula sikap anak terhadap lingkungan. Seseorang yang kecerdasan

naturalisnya tinggi akan memiliki kecintaan yang tinggi terhadap lingkungan.

Biasanya anak dengan kecerdasan naturalis lebih suka mengoleksi benda-benda

yang dia temukan di alam seperti bunga, daun, bebatuan, serangga dan lain-lain.

Mereka suka menghabiskan waktunya di alam terbuka dan mengeksplorasi berbagai

hal yang ada di alam. Kecerdasan naturalis juga diartikan sebagai kemampuan untuk

merasakan bentuk serta menghubungkan elemen yang terdapat di alam. Adapun ciri-

ciri dari kecerdasan naturalis antara lain:

1. Menyukai berbagai hewan peliharaan

2. Menikmati ketika berjalan-jalan di alam

3. Menyukai kegiatan berkebun

4. Suka menghabiskan waktu di alam

5. Ketika sedang di alam, anak suka membawa pulang bunga atau serangga

6. Memiliki prestasi yang bagus di bidang IPA atau Biologi

7. Memiliki prestasi yang baik berkaitan dengan segala mata pelajaran

Beberapa hal yang akan dapat dilakukan para orang tua dalam proses

menggali kecerdasan naturalis pada anak adalah sebagai berikut:

1. Mengajak anak untuk menanam tanaman dirumah dan menyiram bunga

2. Mengajak anak berkeliling di alam bebas dan menunjukan berbagai spesies

tumbuhan dan hewan. Jika perlu, anak didorong untuk mengidentifikasi

berbagai macam tanaman dan hewan yang ditemukan.

3. Mengajak anak ke museum untuk memperkenalkan anak terhadap lingkungan

sekitarnya.
20

Perilaku manusia untuk meningkatkan kecerdasannya tidak dapat terlepas dari

lingkungan sekitarnya, karna itulah tidaklah sempurna meninjau manusia untuk

mampu berdiri sendiri, sehingga kecerdasan pada manusia memiliki komponen

utama yang berkatitan dengan lingkungan sekitar (Saleh,2018).

Howard Gardner mendefinisikan kecerdasan naturalis sebagai kemampuan

“mengenali flora dan fauna, untuk membuat perbedaan konsekuensial lainnya di

alam dunia, dan menggunakan kemampuan ini secara produktif”. Di tempat pertama

konstruk ditambahkan ke tujuh modalitas asli intelijen yang diusulkan oleh Gardner

dan kemudian diintegrasikan olehnya Gardner sendiri dalam Multiple Intelligences

Theory. Pertama, Kecerdasan naturalis tampak mudah untuk dicakup tetapi cukup

konstruk yang kompleks. Meskipun itu terdiri dari kemampuan untuk memproses

informasi dan untuk dapat menghasilkan pengetahuan lingkungan tanpa termasuk

kapasitas emosional (Barbiero, 2018).

2.3 Makna Kecerdasan dalam Multiple Intellegence

Kecerdasan suatu individu tidak terpengaruh oleh bagian tes yang berkaitan

formal. Kecerdasan pada diri seseorang memiliki sifat yang dinamis dan tidak (diam)

ataupun statis. Untuk mampu menilai suatu nilai kecerdasan pada diri seorang

dengan menggunakan tes, berarti banyak penilaian yang dilakukaan pada saat tes

tersebut, tidak hanya berlaku selama satu bulan bahkan 20 tahun ke depan. Menurut

definisi yang diterangkan oleh Prof. Gardner, dari kebiasaan kita dapat melihat

kecerdasan dalam diri seseorang. Padahal perilaku yang selalu terjadi secara berulang

akan menimbulkan sebuah dampak kebiasaan. Sejak 1970-an, banyak para tokoh ahli

bidang psikologi tingkat dunia (Internasional) yang menyatakan bahwa uji pada tes

IQ yang akan digunakan dalam dunia pendidikan yaitu tidak valid ataupun tidak jelas
21

kebenarannya. Gardner mengungkapkan bahwa dalam sebuah buku "Frame of Mind"

bahwa IQ tersebut tidak valid. Seorang psikolog yang bernama Binet ia membuat

suatu tes IQ yang menggunakan konsep eugenic. Dalam teori tersebut ditegaskab

bahwa penyebab faktor eugenic (keturunan) sangat berpengaruh terhadap IQ (otak

kecerdasan) pada anak. Anak yang telah terlahir dari keluarga ningrat (bangsawan)

biasanya akan lebih berkemampuan pintar dan cerdas, karena bangsawan ini

merupakan sosok bagian kelompok masyarakat yang sudah tergolong orang cerdas.

Kecerdasan pada diri seseorang dapat dilihat dari berbagai segi macam sisi dan

suatu dimensi, bukan hanya suatu kecerdasan yang terbilang verbal atau logika.

Gardner juga telah menyatakan bahwa kecerdasan ganda akan memiliki potensi

bahwa suatu kecerdasan tersebut akan terus aktif berkembang dengan cara meluas.

Dengan dapat mengetahui kecerdasan multiple intellegence dari awal, maka akan

mampu menjadi lebih baik karena akan membuat seorang anak tidak berfokus

dengan hasil tes yang bersifat sementara. Ketika multiple intellegence diterapkan

pada bidang pendidikan maka pendidikan di Indonesia akan menemukan banyak

sekali koreksi. Banyak pula yang mengatakan negara Indonesia ini baru siap akan

melaksanakan teori ini sekitar 20 tahun lagi tepatnya.

Teori Gardner akan menyajikan suatu kapasitas kecerdasan yang tampak

berbeda menghasilkan berbagai tindakan suatu cara untuk mampu mengetahui, serta

memahami, dan belajar akan tentang dunia kita. Teori MI Gardner telah menyatakan

definisi alternatif kecerdasan, berdasarkan pandangan pikiran yang sangat berbeda.

Beliau mengusulkan pandangan pluralistik tentang pikiran, mengenali banyak orang

aspek kognisi yang berbeda dan diskrit dan mengakui bahwa setiap orang memiliki

kekuatan kognitif yang tampak berbeda dan begitupun pada gaya kognitifnya yang
22

kontras. Pandangan tentang kecerdasan ini menyatakan bahwa beberapa rangkaian

proses mental yang terbatas memunculkan berbagai aktivitas manusia yang cerdas.

Kecerdasan ini paling lengkap diwujudkan dalam proses pemecahan masalah dan

membuat produk dalam situasi kehidupan nyata (Derakhshan, 2015).

Sejak Gardner mengemukakan teorinya, banyak penelitian telah difokuskan

pada estimasi gaya berpikir umum, tetapi terdapat konsensus umum di dalam

komunitas ilmiah pada adopsi mekanisme yang berbeda untuk mengukur kecerdasan

individu, terutama dengan mempertimbangkan ukuran ini sebagai cara untuk

meningkatkan pengembangan diri sendiri daripada memaksakan batasan tertentu

untuk pertumbuhan pribadi dan akademik (Sanchez, 2017).

2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan dalam Multiple Intelligence

 Faktor Herediter

Faktor herediter adalah faktor keturunan yang diturunkan dari orang tua

baik fisik atau psikis. Setiap anak memiliki gen kecerdasan dengan tingkat

yang berbeda-beda. Dalam pembentukan struktur organ, gen memiliki

peranan yang penting yaitu sebanyak 50% gen berpengaruh terhadap

pembentukan struktur suatu organ. Oleh sebab itu, faktor keturunan memiliki

peran yang sangat penting pada pembentukan kecerdasan anak. Jika seorang

anak memiliki orang tua cerdas maka anaknya juga akan mengikuti

kecerdasan orang tua tersebut.

 Faktor Lingkungan

Faktor lingkunga juga sangat berpengaruh pada perkembangan kecerdasan

seorang anak. Lingkungan adalah tempat anak dalam berinteraksi antara yang

satu dengan yang lain. Di lingkungan juga anak berkembang, lingkungan


23

sangat memberikan pengaruh terhadap kecerdasan anak karena memberikan

pengaruh pada kejiwaan yang meliputi emosiona dan perilaku anak.

 Asupan Nutrisi pada Zat Makanan

Nutrisi merupakan faktor yang menjadi pendukung pada perkembangan

kecerdasan anak. Di zaman sekarang, banyak penawaran nutrisi bagi balita

yang dapat mendukung kemaksimalan kecerdasan pada anak. Namun jumlah

asupan nutrisi tertentu memiliki batasan pada saat tubuh menyerapnya.

Apabila kelebihan pemberian nutrisi makan akan menimbulkan dampak yang

kurang baik. Oleh karena itu pada saat pemberian asupan nutrisi harus

memiliki batasan sesuai denga umur anak agar memberikan dampak yang

bagi dalam pertumbuhan otak anak.

 Aspek Kejiwaan

Kondisi emosional juga memengaruhi fungsi organ kelenjak yang

dipengaruhi oleh otak. Oleh karena itu, kondisi emosional sangat penting

untuk menanamkan kreativitas. Kreativitas biasanya sering muncul atas

perilaku alami dari anak tersebut. Disinilah orang tua harus mengarahkan

kreativitas pada anak.

2.5 Pendidikan tanpa Multiple Intelligence

Pendidikan tidak akan lepas dari peran seorang guru sebagai kunci untuk

mencerdaskan anak bangsa. Sebagai pendidik, guru harus mampu dalam

mengembangkan kecerdasan seorang anak. Pemikiran Howard Gardner sudah

memberi solusi pada lembaga pendidikan agar dapat menerapkan pendidikan yang

berbasis multiple intelligences. Dengan penerapan tersebut maka akan menjadikan


24

anak menjadi pribadi yang mendapatkan ruang yang digunakan untuk belajar yang

sesuai dengan bakat dan minat anak.

Lembaga pendidikan dan seorang pendidik memiliki peran penting dan proses

pembelajaran dan paradigma harus diubah untuk memikirkan cara pembelajaran.

Guru sering kali terjebak dalam membatasi suatu metode dalam proses pembelajaran,

padahal banyak siswa yang tidak menyukai metode yang guru tersebut gunakan

karena setiap siswa mempunyai gayanya masing-masing dalam belajar. Jika

pembelajaran sesuai dengan gaya siswa tersebut, maka tentunya pembelajaran akan

berhasil, artinya tujuan dalam pendidikan akan tercapai.

Ciri-ciri yang membangun motivasi belajar untuk kesiapan anak dalam

mendorong perkembangan untuk mampu berprestasi dalam kecerdasan Multiple

Intelligence ialah berusaha untuk mampu menjadi yang paling berkualitas, mengejar

kompetensi ajang kejuaraan, dan untuk meningkatkan usaha yang berkualitas

mencapai kesiapan dalam pembelajar (Nurhidayah, 2017).


BAB II
PENUTUP
3.1 Rangkuman

Multiple intelegence dalam terjemahan bahasa Indonesia diartikan sebagai

kecerdasan majemuk atau kecerdasan jamak. Teori multiple intelegence ini di

perkenalkan oleh seorang psikolog terkenal dari Universitas Harvard yaitu Howard

Garner, beliau seorang profesor dan psikolog perkembangan yang sangat

berpengaruh dari Graduate School of Education. Gardner telah mendefinisikan dalam

teori Multiple Intelegence bahwa integlensi mampu sebagai bentuk kemampuan

untuk dapat memecahkan atau mencari solusi dalam suatu permasalahan sehingga

akan menghasilkan produk dalam bagian setting yang memiliki banyak macam

persoalan hingga dalam situasi yang nyata.

Menurut Prof. Howard Gardner, beliau mengatakan bahwasanya kecerdasan

jamak (Multiple Intelegence) memiliki delapan kompenen kecerdasan masing-

masing jenis dari kecerdasan majemuk ini berdiri sendiri bukanlah dari integlensi

yang mampu berdiri sendiri. Gardner telah mengajukan adanya delapan komponen

kecerdasan majemuk yang meliputi; Kecerdasan Linguistik, Kecerdasan Spesies,

Kecerdasan Logis Matematika, Kecerdasan Kinestik, Kecerdasan Musical,

Kecerdasan Interpesonal, Kecerdasan Intrapersonal dan Kecerdasan Naturalis.

21
22

DAFTAR PUSTAKA
Asrori. (2020). Psikologi Pendidikan Pendekatan Multidisipliner by Asrori (z-

lib.org).

Barbiero, G., & Berto, R. (2018). From Biophilia to Naturalist Intelligence Passing

Through Perceived Restorativeness and Connection to Nature. Annals of

Reviews and Research, 3(1), 555-604.

Derakhshan, A., & Faribi, M. 2015. Multiple intelligences: Language learning and

teaching. International Journal of English Linguistics, 5(4), 63.

Ekayati, I. A. S. 2015. Pengaruh Permainan Tradisional ‘Gobag Sodor’ Terhadap

Kecerdasan Intrapersonal dan Interpersonal pada Anak Usia Dini. Jurnal

Ilmiah Didadikta, 2(8), 1-10.

Hidayah, N. (2017). Psikologi Pendidikan. Universitan Negeri Malang

Indria, A. (2020). Multiple intelligence. Jurnal Kajian Dan Pengembangan Umat,

3(1).

Jaenudin, U., & Sahroni, D. (2021). Psikologi Pendidikan. Logood’s Publishing

Michelaki, E., & Bournelli, P. 2016. The Development of Bodily-Kinesthetic

Intelligence Through Creative Pance for Preschool Students. Journal of

Educational and Social Research, 6(3), 23.

Marlina, E. 2019. Meningkatkan Kecerdasan Linguistik pada Pembelajaran

Matematika melalui Cooperative Integrated Reading and Composition

(CIRC). METAMORFOSIS| Jurnal Bahasa, Sastra Indonesia dan

Pengajarannya, 12(2), 12-16.

Maitrianti, C. (2021). Hubungan Antara Kecerdasan Intrapersonal dengan

Kecerdasan Emosional. Jurnal MUDARRISUNA: Media Kajian Pendidikan

Agama Islam , 11(2), 291-305.


23

Nadeak, B. (2022). Psikologi Pendidikan. Widina Media Utama

Priyanti, N., & Warmansyah, J. 2021. The Effect of Loose Parts Media on Early

Childhood Naturalist Intelligence. Jurnal Pendidikan Usia Dini, 15(2), 239-

257.

Setyawati, T., Permanasari, A. T., & Yuniarti, T. C. E. (2017). Meningkatkan

Kecerdasan Musikal Melalui Bermain Alat Musik Angklung (Penelitian

Tindakan pada Anak Kelompok B Usia 5-6 Tahun Di TK Negeri Pembina

Kota Serang-Banten). JPKS (Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni), 2(1)1, 63-

77.

Suralaga, F. (2021). Psikologi Pendidikan. (1 th ed.). PT. Rajagrafindo Persada

Yulianti, N. M. K., Negara, I. G. A. O., & Sujana, I. W. 2020. Contribution of

Naturalist Intelligence and Learning Participation toward Students’

Knowledge Competence in Science. International Journal of Elementary

Education, 4(3), 366-375

Anda mungkin juga menyukai