Anda di halaman 1dari 18

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI BERBASIS

MULTIPLE INTELLIGENCE

Dosen Pengampu: Dewi Khurun Aini, M.A.

Disusun Oleh:

1. Zakiyyatul Fakiroh (2107016104)


2. Fitriya Atikasari (2107016117)
3. Shinta Nurliana (2107016148)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil’alamiin, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas
rahmat, karunia, serta kasih sayangNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Motivasi
Kerja ini dengan sebaik mungkin. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita,
Nabi Agung, Nabi Muhammad SAW. Tentunya tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada
Ibu Dewi Khurun Aini, M.A selaku dosen mata kuliah Pendidikan Anak Usia Dini yang telah
membimbing kami selama ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan.
Meskipun kami telah berusaha sebisa mungkin untuk lebih teliti, tetapi kami masih
merasakan adanya kekurangan dalam penyusunan tugas makalah ini. Untuk itu, kami selalu
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi sedikit lebih maju lagi. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi para pembacanya, Aamiin.

Semarang, 27 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 3
A. Pengertian Multiple Intelligence ................................................................. 3
B. Macam-macam Multiple Intelligence ......................................................... 4
C. Penerapan Multiple Intelligence pada Anak Usia Dini ............................ 6
D. Strategi Pembelajaran Multiple Intelligence pada Anak Usia Dini ......... 8
E. Peran Multiple Intelligence dalam Pembelajaran Anak Usia Dini .......... 11
F. Review Jurnal ............................................................................................... 11

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 13

A. Simpulan ....................................................................................................... 13
B. Saran ............................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan bagi anak usia dini memang pendidikan yang paling dasar bagi
seorang anak. Pada tahap ini orang tua harus benar-benar memperhatikan pendidikan
bagi anaknya. Baik dalam memilih lembaga pendidikan bagi sang anak atau pun
memilih untuk mendidik sendiri sang anak dirumah. Dalam pendidikan anak usia dini
hendaknya memperhatikan kecerdasan yang dimiliki oleh anak. Karena kecerdasan
antara anak yang satu dengan yang lain berbeda. Orang tua maupun pendidik anak
usia dini harus mengenali kecerdasan yang dimiliki anak agar dapat mengarahkan dan
mengembangkan kecerdasan yang dimiliki anak secara maksimal. Pendidikan pada
dasarnya merupakan suatu proses pengembangan potensi individu. Melalui
pendidikan, potensi yang dimiliki oleh individu akan diubah menjadi kompetensi.
Kompetensi mencerminkan kemampuan dan kecakapan individu dalam melakukan
suatu tugas atau pekerjaan. Tugas pendidik atau guru dalam hal ini adalah
memfasilitasi anak didik sebagai individu untuk dapat mengembangkan potensi yang
dimiliki menjadi kompetensi sesuai dengan cita-citanya.

Program pendidikan dan pembelajaran seperti yang berlangsung saat ini oleh
karenanya harus lebih diarahkan atau lebih berorientasi kepada individu peserta didik
itu sendiri. Kenyataan menunjukkan bahwa program pendidikan yang berlangsung
saat ini lebih banyak dilaksanakan dengan cara membuat generalisasi terhadap potensi
dan kemampuan yang dimiliki siswa. Hal ini disebabkan karena kurangnya
pemahaman pendidik tentang karakteristik individu. Muncul keluhan dari pendidik
atau guru bahwa mereka merasa bahwa menjelaskan sejelas-jelasnya tetapi ada saja
anak didik yang tidak dapat memahami pelajaran dengan baik. Setiap kali orang
belajar pasti melibatkan pikirannya dan didalam pikiran tersebut ada kecerdasan.
Salah satu temuan yang sangat bermanfaat adalah bahwa setiap individu memiliki
tidak hanya memiliki satu kecerdasan tetapi lebih yaitu disebut juga multiple
intelligence atau kecerdasan ganda.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebelumnya, masalah yang akan diidentifikasi


adalah sebagai berikut.

1. Apa yang dimaksud dengan Multiple Intelligence?


2. Apa saja macam-macam Multiple Intelligence?
3. Bagaimana penerapan Multiple Intelligence pada anak usia dini?
4. Bagaimana strategi Multiple Intelligence pembelajaran pada anak usia dini?
5. Bagaimana peran Multiple Intelligence dalam pembelajaran anak usia dini?

C. Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah sebelumnya, tujuan yang


akan didapatkan adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Multiple Intelligence.


2. Untuk mengetahui apa saja macam-macam Multiple Intelligence.
3. Untuk mengetahui bagaimana penerapan Multiple Intelligence pada anak usia
dini.
4. Untuk mengetahui bagaimana strategi Multiple Intelligence pembelajaran pada
anak usia dini.
5. Untuk mengetahui bagaimana peran Multiple Intelligence dalam pembelajaran
anak usia dini.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Multiple Intelligence

Multiple Intelligences dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai


kecerdasan majemuk atau kecerdasan ganda. Teori ini dicetuskan atau dikembangkan
pada tahun 1983 oleh Howard Gardner, seorang psikolog perkembangan dan profesor
Pendidikan dari Graduate School of Education, Harvard University, Amerika Serikat.

Dalam teorinya, Gardner menjelaskan bahwa setiap orang memiliki


bermacam-macam kecerdasan, tetapi dengan kadar pengembangan yang berbeda
antara kecerdasan yang satu dengan kecerdasan yang lainnya. Sebelum muncul teori
multiple intelligence, teori kecerdasan lebih cenderung diartikan secara sempit.
Kecerdasan seseorang lebih banyak ditentukan oleh kemampuannya dalam
menyelesaikan serangkaian tes IQ yang hanya menonjolkan kecerdasan matematis-
logis dan linguistik, sehingga kurang memperhatikan kecerdasan pada bidang yang
lain. Gardner berhasil mendobrak dominasi teori dan tes IQ yang sejak 1905 banyak
digunakan oleh para pakar psikolog di dunia. Penemuan Gardner tentang intelegensi
seseorang telah mengubah konsep kecerdasan.

Inteligensi seseorang dapat dikembangkan melalui pendidikan dan jumlahnya


banyak. Secara jelasnya Gardner mengungkapkan bahwa tidak ada anak bodoh atau
pintar. Yang ada, anak yang menonjol dalam salah satu atau beberapa jenis
kecerdasan tersebut. Dengan demikian, dalam menilai dan menstimulasi kecerdasan
anak, orang tua dan guru selayaknya dengan jeli dan cermat merancang sebuah
metode khusus. Dalam menstimulasi kecerdasan anak, dapat dikatakan, kecerdasan
tertentu bisa jadi diasah agar lebih terampil.

Esensi teori multiple intelligence menurut Gardner adalah menghargai


keunikan setiap orang, berbagai variasi cara belajar, mewujudkan sejumlah model
untuk menilai mereka, dan cara yang hampir tak terbatas untuk mengaktualisasikan
diri didunia ini dalam bidang tertentu yang akhirnya diakui. Menurut hasil
penelitiannya, Gardner menyatakan bahwa di dalam diri setiap orang terdapat delapan
jenis kecerdasan diantaranya seperti kecerdasan logika matematika, linguistik
(berbahasa), visual-spasial, kinestetik (gerak tubuh), musikal, interpersonal,

3
intrapersonal, dan naturalis. Kedelapan kecerdasan tersebut bisa saja dimiliki oleh
setiap individu, hanya saja dalam taraf berbeda. Selain itu, kecerdasan ini juga tidak
berdiri sendiri, terkadang bercampur dengan kecerdasan yang lain.

B. Macam-macam Multiple Intelligence

Awalnya Gardner menemukan tujuh jenis kecerdasan tetapi kemudian


mengembangkannya menjadi delapan, dan membahas kemungkinan kecerdasan yang
ke sembilan. Berikut adalah macam-macam multiple intelligence:

1. Kecerdasan linguistik

Kecerdasan linguistik sering disebut juga dengan kecerdasan verbal.


Kecerdasan ini merupakan kemampuan berpikir dalam bentuk kata-kata,
menggunakan bahasa untuk mengekspresikan, dan menghargai makna yang
kompleks. Dengan kata lain bahwa kecerdasan ini dapat diwujudkan dengan
kata-kata dalam lisan maupun tulisan (Alamsyah Said & Andi Budimanjaya,
2015: 33).

Orang yang memiliki kecerdasan ini memiliki keterampilan auditori


yang tinggi, dan mereka belajar melalui mendengar. Mereka gemar membaca,
menulis, dan berbicara, dan suka bercengkrama dengan kata-kata. Mereka
memakai kata-kata bukan hanya untuk makna tersurat dan juga tersiratnya
semata, namun juga dengan bentuk bunyinya, serta untuk citra yang tercipta
ketika kata-kata dirancang reka dalam cara yang lain dan berbeda dari biasa
(Muhammad Yaumi, 2012: 14).

2. Kecerdasan Logis Matematis

Kecerdasan logis matematis adalah kemampuan dalam berhitung,


mengukur, dan mempertimbangkan proposisi dan hipotesis, serta
menyelesaikan operasi-operasi angka-angka (Alamsyah Said & Andi
Budimanjaya, 2015: 112).

Siswa yang memiliki kecerdasan ini lebih senang dengan proses


pembelajaran yang dirancang dalam bentuk analisis masalah, pertanyaan,
eksperimen, dan analisis untuk mencari solusi.

4
3. Kecerdasan Spasial Visual

Kecerdasan spasial visual merupakan cara pandang dalam proyeksi


tertentu dan kapasitas untuk berpikir dalam tiga cara dimensi. Siswa yang
memiliki kecerdasan ini cenderung lebih senang dengan sajian pembelajaran
yang menggunakan gambar visual, film, patung, potret dan laini-lain
(Alamsyah Said & Andi Budimanjaya, 2015: 172).

4. Kecerdasan Musikal

Kecerdasan ini merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang yang


mempunyai sensitivitas pada pola titi nada, melodi, dan ritme. Siswa yang
mempunyai kecerdasan ini lebih peka dalam menciptakan dan mengapresiasi
irama, pola, titi nada, serta apresiasi bentuk-bentuk ekspresi emosional
musikal (Alamsyah Said & Andi Budimanjaya, 2015: 214).

5. Kecerdasan Kinestetik

Kecerdasan ini memproses informasi melalui sensasi yang dirasakan


pada badan. Orang yang memiliki kecerdasan ini mempunyai kemampuan
jasmani yang baik dengan menggunakan otot kecil maupun otot besar, dan
menyukai aktifitas fisik dan berbagai jenis olahraga. Mereka lebih nyaman
mengkomunikasikan informasi dengan peragaan (demonstrasi) atau
pemodelan. Mereka juga dapat mengungkapkan emosi dan suasana hatinya
melalui tarian (Julia Jasmine, 2012: 25).

6. Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan ini merupakan kemampuan seseorang dalam memahami


dan berinteraksi dengan orang lain secara efektif dan kemampuan
mempertahankan hubungan yang sudah terjadi sebelumnya. Siswa yang
mempunyai kemampuan ini akan terampil dalam hal menjalin hubungan
dengan orang lain, misalnya mudah bergaul, mempunyai kepekaan sosial,
negosiasi, bekerja sama, dan punya empati yang tinggi (Alamsyah Said &
Andi Budimanjaya, 2015: 261).

7. Kecerdasan Intrapersonal

5
Kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligence) merupakan
kemampuan untuk membuat persepsi yang akurat tentang dirinya sendiri dan
menggunakan pengetahuan semacam itu dalam merencanakan dan
mengarahkan kehidupan seseorang (Campbell, 2002: 3).

8. Kecerdasan Naturalis

Kecerdasan naturalis merupakan kemampuan berinteraksi dengan


lingkungan (flora dan fauna), menjaga lingkungan, dan menikmati
keindahannya. Siswa yang memiliki kecerdasan ini cenderung akan menyukai
kehidupan di alam dan mampu berinteraksi dengan alam ditunjukkan dengan
kepekaan membedakan spesies, meneliti gejala alam, dan mampu
melestarikannya (Alamsyah Said & Andi Budimanjaya, 2015: 299).

C. Penerapan Multiple Intelligence pada Anak Usia Dini

Multiple intelligence yang diterapkan pada pembelajaran PAUD diilustrasikan,


sebagai berikut:

1. Kecerdasan Linguistik

Anak dapat distimulasi dengan berbagai kegiatan: mendengarkan orang


dewasa/teman berbicara, berlatih berbicara dengan baik, dapat menirukan
kembali 3-4 kata, menyebutkan kata-kata dengan suku awal kata yang sama,
mendengarkan cerita dan menceritakan kembali isi cerita secara sederhana.

2. Kecerdasan Matematika-Logis

Mengoptimalkan kecerdasan matematika-logis dapat dilakukan dengan


cara: mengelompokkan benda dengan berbagai cara, menunjuk sebanyak-
banyaknya benda, tanaman yang mempunyai bentuk atau ciri-ciri tertentu,
mencoba menceritakan apa yang terjadi (balon terbang, biji-bijian menyebut
urutan bilangan dari 1-10, membilang dengan menunjuk benda sampai 5, dan
menunjukkan urutan benda sampai 5.

3. Kecerdasan visual-spasial

Kegiatan yang dapat meningkatkan kecerdasan visual-spasial


mencakup: membuat coretan, membuat gambar dan coretan tentang gambar

6
yang dibuatnya, bercerita tentang gambar, membaca gambar yang
dibaca/dibuat sendiri, membaca gambar yang memiliki kata/kalimat
menghubungkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya,
menggambar bebas dengan berbagai media, mewarnai bentuk-bentuk geometri
dalam ukuran besar, dan mencipta dua bentuk geometri.

4. Kecerdasan Musik

Mengasah kecerdasan musik dapat dilakukan melalui kegiatan,


misalnya: menyanyikan lagu sederhana, membuat bunyi-bunyian dengan
berbagai alat, mencipta musik dari alat perkusi, bertepuk tangan membuat
irama, menggerakkan anggota badan sesuai irama, mengekspresikan diri
dengan bebas sesuai irama musik, dan mengucap syair sebuah lagu.

5. Kecerdasan Kinestetik

Kecerdasan kinestetik dapat dioptimalkan melalui berbagai kegiatan,


seperti: membuat berbagai bentuk dengan menggunakan plastisin dan
sejenisnya, menjiplak dan meniru membuat garis tegak, datar, miring,
lengkung dan lingkaran, melipat kertas sederhana (1-6 lipatan), menjahit
jelujur 10 lubang dengan tali sepatu, dll.

6. Kecerdasan Interpersonal

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengasah kecerdasan


interpersonal, seperti: bersikap ramah, meminta tolong dengan baik,
mengucapkan salam, berterima kasih jika memperoleh sesuatu, berbahasa
sopan dalam berbicara, mau menyapa dan menjawab sapaan dengan ramah,
mau mengalah, dan mau berbagi miliknya.

7. Kecerdasan Intrapersonal

Kecerdasan intrapersonal ini dapat dimaksimalkan dengan melakukan


berbagai kegiatan, diantaranya: tidak mengganggu teman, mampu
mengerjakan tugas sendiri, menunjukkan kebanggaan terhadap hasil karyanya,
menggunakan barang orang lain dengan hati-hati, membersihkan sendiri, dan
membantu membersihkan lingkungan.

7
8. Kecerdasan Natural

Meningkatkan kecerdasan natural dapat dilakukan dengan cara: belajar


menyiram tanaman, memberi makan binatang, membantu membersihkan
lingkungan atau membuang sampah pada tempatnya.

D. Strategi Pembelajaran Multiple Intelligence pada Anak Usia Dini


1. Kecerdasan Linguistik (Linguistic Intelligence)

Ada beberapa strategi mengajar yang harus dilakukan oleh guru dalam
membantu mengembangkan kecenderungan kecerdasan linguistik, yaitu
dengan adanya membaca, menulis informasi, menulis naskah, wawancara,
presentasi, membuat cerpen, membuat buletin, tanya jawab, tebak aksara atau
huruf, tebak kata, aksara bermakna, permainan kosakata, pantun, dan
melaporkan suatu peristiwa (reportase).

Inti dari kecerdasan linguistik ini adalah kecerdasan berbahasa, tapi


bukan berarti kecerdasan linguistik ini adalah mata pelajaran yang identik
dengan mata pelajaran bahasa Indonesia. Jika beranggapan demikian, maka
pemahaman tersebut salah, karena linguistic intelligence ini bukan nama mata
pelajaran melainkan strategi pembelajaran untuk mengetahui kecenderungan
kecerdasan anak. Menanamkan kecintaan anak terhadap buku dilakukan
dengan cara menekankan fungsi buku dan manfaat buku. Cara yang dilakukan
harus terkait langsung dengan pemanfaatan buku seperti membaca dan
merawat buku.Melalui kegiatan tersebut mewadahi informasi atau ide tertentu

2. Kecerdasan Logis-Matematis (Logical-Mathematical Intelligence)

Ada beberapa strategi mengajar yang harus dilakukan oleh guru dalam
membantu mengembangkan kecenderungan kecerdasan logis-matematis, yaitu
dengan membuat grafik, pembuatan pola, kode, perhitungan, tebak angka,
tebak simbol, diagram, hipotesis, analog, pengukuran, berdagang
(penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian), praktikum, membuat
tabel, penalaran ilmiah, klasifikasi, studi kasus, merancang eksperimen,
analisis data, membuat pola dalam bentuk data, belajar melalui argumentasi,
silogisme, dan menaksir data, prediksi atau perkiraan.

8
Sedangkan untuk penggunaan sehari-hari untuk membantu
mengembangkan kecerdasan logis- matematis, yaitu dengan cara membaca
jadwal pesawat terbang, mengelola anggaran rumah tangga dan proyeksi
pengeluaran gaji bulanan untuk keluarga. Kecerdasan logis-matematis tidak
termasuk pada penggunaan hanya angka karena terkandung kemampuan
hubungan logika angka (numerical reasoning).

3. Kecerdasan Visual atau Spasial (Visual or Spasial Intelligence)

Ada beberapa strategi mengajar yang harus dilakukan oleh guru dalam
membantu mengembang kan kecenderungan kecerdasan visual-spasial, yaitu
dengan visualisasi (pengungkapan ide-ide dengan penglihatan), fotografi,
dekorasi ruang, desain, penggunaan warna, melukis, sketsa gagasan, metafora
warna, pameran lukisan, kaligrafi, mind mapping (gambar peta pikiran)
menebak arah putaran benda, menebak arah, berkunjung ke museum,
imajinasi, membayangkan, mendesain sampul, rekreasi, belajar secara visual
dan mengumpulkan ide-ide, serta belajar berpikir secara konsep (holistik)
untuk memahami sesuatu.

4. Kecerdasan Musikal (Musical Intelligence)

Ada beberapa strategi mengajar yang harus dilakukan oleh guru dalam
membantu me- ngembangkan kecenderungan kecerdasan musikal, yaitu
dengan bernyanyi, konser, paduan suara, konduktor (pemimpin orkestra),
mencipta lagu, mengarasemen lagu, parodi lagu, merancang irama lagu,
bersenandung, permainan kuis (berpacu dalam melodi), tebak lagu, tebak
nada, tebak irama, musik alam, belajar dengan pola-pola musik, dan
mempelajari sesuatu melalui identifikasi yang menggunakan panca indera.

5. Kecerdasan Tubuh/Kinestetik (Body/Kinesthetic Intelligence)

Ada beberapa strategi mengajar yang harus dilakukan oleh guru dalam
membantu mengembangkan kecenderungan kecerdasan tubuh atau kinestetik,
yaitu menari, pantomim, teater kelas, peragaan, akting, gerak tubuh,
melempar, kerja tangan, olah tubuh, adu kecepatan, senam, bermain peran,
simulasi (perbuatan meniru yang sebenarnya), pendidikan petualangan,
mencari harta karun, perjalanan ke alam bebas, outbound, permainan melalui

9
teknologi dan latihan latihan fisik, belajar melalui interaksi dengan satu
lingkungan tertentu, dan belajar melalui pengalaman nyata.

6. Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Intelligence)

Bekerja sama untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin, merupakan


kalimat yang menunjukkan prinsip kerja kecerdasan interpersonal Ciri khas
seseorang yang memiliki kecerdasan ini biasanya merasa nyaman saat
berinteraksi dengan perbedaan yang timbul, dipahami sebagai kesempurnaan
interaksi.

Ada beberapa strategi mengajar yang harus dilakukan oleh guru dalam
membantu mengembangkan kecenderungankecerdasan interpersonal, yaitu
dengan strategi kerja kelompok atau belajar kelompok, saling berbagi rasa
antara teman, kerja sama, negosiasi, melobi, permainan “kenali sekitarmu”,
manajemen konflik, belajar melalui interaksi dengan orang lain, belajar
melalui kolaborasi dan dinamika kelompok.

7. Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)

Para peneliti bidang genetika sangat yakin bahwa ketika dilahirkan ke


dunia, kecerdasan intrapersonal seseorang telah berkembang dari sebuah
kombinasi genetis. Namun, pengalaman dan lingkunganlah yang akhirnya
menentukan kualitas kecerdasan intrapersonal. Kecerdasan intrapersonal bisa
dibangun oleh interaksi hubungan sosial dan lingkungannya sehingga
memperkaya pengalaman pribadi seseorang. Dengan demikian kecerdasan
intrapersonal dan interpersonal saling berkaitan.

Ada beberapa strategi mengajar yang harus dilakukan oleh guru dalam
membantu mengembangkan kecenderungankecerdasan intrapersonal, yaitu
dengan berbagi kasih, motivasi diri, refleksi satu menit, refleksi kegunaan
(merefleksikan apa yang diperoleh), ekspresikan dirimu, lihat sekitarmu,
merenungi lagu “syukuri apa yang ada”, pengalaman pribadi, saling
menasehati, kunjungan ke panti asuhan, kunjungan ke panti jompo, dan belajar
melalui perasaan, nilai-nilai dan sikap.

8. Kecerdasan Alamiah (Naturalis Intelligence)

10
Ada beberapa strategi mengajar yang harus dilakuan oleh guru dalam
membantu me- ngembangkan kecenderungan kecerdasan alamiah, yaitu
dengan mengoleksi tumbuhan, wisata alam, penelitian lingkungan, penelitian
gejala alam, penelitian anomali(tidak normal) cuaca, penelitian perilaku
hewan, menghitung ranting, koleksi daun, klasifikasi (pengelompokan) warna
daun, menanam pohon, dan identifikasi (bahan alam).28

E. Peran Multiple Intelligence dalam Pembelajaran Anak Usia Dini

Kegiatan pengembangan dalam pembelajaran berdasarkan Multiple


Intelligence memberikan peluang keberhasilan yang lebih besar karena anak
mendapatkan kesempatan untuk belajar melalui cara cara yang lebih bervariasi. Anak
akan berusaha mencapai hasil belajar yang optimal melalui cara yang sesuai dengan
diri dan karakteristik objek yang dipelajari.

F. Review Jurnal

Pada jurnal yang ditulis oleh Wuryani Tri Astuti berjudul Pembelajaran Anak
Usia Dini Berbasis Multiple Intelligences Di TK Tunas Harapan Tambakrejo Ngaglik
Sleman. Pada jurnal tersebut Pembelajaran anak usia dini berbasis multiple
intelligence di TK Tunas Harapan, Tambakrejo, Sariharjo, Ngaglik, Sleman,
Yogyakarta sangat penting dikembangkan. Berdasarkan penelitian dan
pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut:

Pertama, Penerapan pembelajaran berbasis multiple intelligence dilakukan


dengan cara mengintegrasikan dalam materi pembelajaran yang disusun dalam
kurikulum dengan pendekatan multiple intelligence yang bervariasi melalui gambar-
gambar, kartu angka, kartu huruf, cerita bergambar yang menarik, dan metode
pembelajarannya dilakukan dengan kegiatan bermain, metode sosiodrama pada
kecerdasan interpersonal, bercakap-cakap, demonstrasi, pemberian tugas, tanya
jawab, diskusi, keteladanan.

Kedua, Sistem penilaian dilakukan untuk anak usia dini tidak menggunakan
angka, tetapi berbentuk narasi atau uraian kalimat, Sedangkan tehnik pelaksanaan

11
evaluasi dilakukan pada saat kegiatan proses pembelajaran berlangsung dengan
beberapa cara, antara lain:berdampingan, main bersama, dan main bekerja sama.

12
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Multiple Intelligences dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai


kecerdasan majemuk atau kecerdasan ganda. Dalam teorinya, Gardner menjelaskan
bahwa setiap orang memiliki bermacam-macam kecerdasan, tetapi dengan kadar
pengembangan yang berbeda antara kecerdasan yang satu dengan kecerdasan yang
lainnya. Menurut hasil penelitiannya, Gardner menyatakan bahwa di dalam diri setiap
orang terdapat delapan jenis kecerdasan diantaranya seperti kecerdasan logika
matematika, linguistik (berbahasa), visual-spasial, kinestetik (gerak tubuh), musikal,
interpersonal, intrapersonal, dan naturalis.

Kecerdasan linguistik merupakan kemampuan berpikir dalam bentuk kata-


kata, menggunakan bahasa untuk mengekspresikan, dan menghargai makna yang
kompleks. Kecerdasan logis matematis adalah kemampuan dalam berhitung,
mengukur, dan mempertimbangkan proposisi dan hipotesis, serta menyelesaikan
operasi-operasi angka-angka. Kecerdasan spasial visual merupakan cara pandang
dalam proyeksi tertentu dan kapasitas untuk berpikir dalam tiga cara dimensi.
kecerdasan musikal kecerdasan ini lebih peka dalam menciptakan dan mengapresiasi
irama, pola, titinada, serta apresiasi bentuk-bentuk ekspresi emosional musikal.
Kecerdasan Kinestetik memproses informasi melalui sensasi yang dirasakan pada
badan baik menggunakan otot kecil maupun otot besar, dan menyukai aktifitas fisik
dan berbagai jenis olahraga. Kecerdasan Interpersonal seseorang dalam memahami
dan berinteraksi dengan orang lain secara efektif dan kemampuan mempertahankan
hubungan yang sudah terjadi sebelumnya. Kecerdasan naturalis merupakan
kemampuan berinteraksi dengan lingkungan (flora dan fauna), menjaga lingkungan,
dan menikmati keindahannya.

Kegiatan pengembangan dalam pembelajaran berdasarkan Multiple


Intelligence memberikan peluang keberhasilan yang lebih besar karena anak
mendapatkan kesempatan untuk belajar melalui cara cara yang lebih bervariasi. Anak
akan berusaha mencapai hasil belajar yang optimal melalui cara yang sesuai dengan
diri dan karakteristik objek yang dipelajari.

13
B. Saran

Makalah ini penulis kerjakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Anak Usia Dini. Penulis berharap bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan menambah wawasan mengenai pengembangan pembelajaran anak usia
dini berbasis multiple intelligence. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kesalahan
maupun kekeliruan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun diharapkan sebagai masukkan agar dapat menjadi evaluasi bagi penulis
dalam pembuatan makalah berikutnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Kusniati, E. (2016). Strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences. Nuansa:


Jurnal Studi Islam dan Kemasyarakatan, 9(2).

Marpaung, J. (2017). Pengaruh Pola Asuh Terhadap Kecerdasan Majemuk Anak.


KOPASTA: Jurnal Program Studi Bimbingan Konseling, 4(1), 7–15.

Rofiah, N. H. (2016). Menerapkan Multiple Intelligences dalam Pembelajaran di Sekolah


Dasar. Jurnal Dinamika Pendidikan Dasar, 8(1), 69–79.

Sukitman, T. (2004). Konsep Pembelajaran Multiple Intelligence Dalam Pendidikan Ips Di


Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah.Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, 18(1), 1–12.

15

Anda mungkin juga menyukai