Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Kelompok 4
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat dan hidayahNya
kepada kita semua, sehingga kami dapat menulis makalah yang berjudul “Teori Gardner”
dengan lancar. Sholawat dan Salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan
petunjuk ke jalan yang lebih baik.
Makalah berjudul “Teori Gardner” ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Psikologi Pembelajaran Matematika. Dalam penulisan makalah ini, penulis dibantu oleh
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Ibu Ika Kurniasari, S.Pd, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi
Pembelajaran Matematika.
2. Orang tua yang mendukung dan memberikan do’a
3. Teman-teman yang mendukung untuk terus maju bersama
4. Dan seluruh pihak yang membantu secara langsung maupun tidak langsung.
Saran dan kritik dari seluruh pihak sangat kami harapkan guna perbaikan. Sehingga
makalah kami dapat berguna bagi para pembaca pada khususnya dan lingkungan hidup di
seluruh dunia pada umumnya.
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................1
1.3 Tujuan...................................................................................................................................2
3.1 KESIMPULAN...................................................................................................................26
3.2 Saran...................................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecerdasan memiliki peranan yang begitu penting dalam dunia pendidikan. Akan
tetapi, seringkali kecerdasan ini dipahami secara parsial oleh sebagian kaum pendidik.
Sebagian besar pola pendidikan yang berkembang saat ini lebih mengutamakan
kemampuan logika dan bahasa. Seorang individu dipandang cerdas apabila mampu
menyelesaikan soal matematika yang sulit.
Padahal sesungguhnya setiap individu dilahirkan cerdas dengan membawa potensi
dan keunikan masing-masing yang memungkinkan mereka untuk menjadi cerdas.
Sebagai contoh, masalah fisika-teoritis Einstein, Max Planck, Stephen Hawking, dan
Newton adalah para jenius. Tetapi dalam hal olahraga maka Zidane, Jordan, Maradona
adalah jenius-jenius di lapangan. Juga Mozart, Sebastian Bach adalah jenius-jenius di
musik. Disinilah Howard Gardner mengeluarkan teori baru dalam buku Frame of
Mind, tentang Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk), dimana dia mengatakan
bahwa era baru sudah merubah dari Test IQ yang melulu hanya test tulis (dimana
didominasi oleh kemampuan Matematika dan Bahasa), menjadi Multiple Intelligences.
Teori Multiple Intelligences ini dipandang sangat cocok diterapkan pada
pembelajaran. Sebab bila diterapkan, akan mampu memaksimalkan pola belajar
masing-masing siswa dengan cara yang mereka sukai. Sebagaimana yang kita tahu
bahwa setiap peserta didik pasti memiliki minat dan kemampuan di bidang tertentu.
Dan yang menadi tugas dari pendidik, adalah mengidentifikasi minat tiap siswa
tersebut lalu mencari cara agar siswa tersebut memiliki motivasi belajar dengan
sendirinya, tanpa harus ada pemaksaan. Dengan demikian, maka sangat perlu bagi
para calon pendidik untuk mengetahui kecerdasan pada masing-masing peserta didik
1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Biografi dari Howard Gardner
2. Mengetahui Sejarah Teori Howard Gardner
3. Mengetahui Ciri, Landasan, Jenis, dan Faktor dari Howard Gardner
4. Mengetahui Kekurangan dan Kelebihan Teori Howard Gardner
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Biografi Howard Gardner
Thomas Armstrong, Ph.D. merupakan seorang penulis dan pembicara yang sudah terlibat
dalam bidang pendidikan lebih dari 40 tahun. Dia sekarang menjabat sebagai Direktur
Eksekutif di American Institute for Learning and Human Development sejak tahun 2013.
Banyak buku yang telah ditulisnya, diantaranya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia adalah Multiple Intelligences in the Classroom 2rd Edition Awakening Your
Child’s Natural Genius, 7 Kinds of Smart, dan Awakening Genius in the Classroom.
Armstrong mulai menerapkan teori Kecerdasan Majemuk Gardner mulai tahun 1970-an
pada saat bekerja sebagai seorang spesialis yang menangani anak-anak yang mengalami
kesulitan belajar di sekolah. Akhirnya pada tahun1985 dia menyadari teori Kecerdasan
Majemuk ini dapat menjawab tentang bakat alami anak-anak, terutama mereka yang dilabeli
anak-anak yang bermasalah dalam belajar di sekolah.
3
terutama aplikasinya dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Proyek Zero adalah pusat
penelitian dan pendidikan yang mengembangkan cara belajar, berfikir dan kreatifitas dalam
mempelajari suatu bidang bagi individu dan intuisi. Teori intelegensi ganda banyak
mendasari proyek Zero.
Gardner mengatakan bahwa intelegensi bukan hanya kemampuan seseorang untuk
menjawab suatu tes IQ dalam kamar tertutup yang lepas dari lingkungannya. Intelegnsi
memuat kemampuan memecahkan persoalan yang nyata dalam situasi yang berbeda-beda.
Tekanan pada persoalan nyata ini sangat penting bagi Gardner karena seseorang baru
sungguh berintelegensi tinggi bila dia dapat menyelesaikan persoalan dalam hidup nyata,
bukan hanya dalam teori.
Gardner membedakan antara intelegensi lama yang diukur dengan IQ dan intelegensi
ganda yang ia temukan. Dalam pengertian lama, intelegensi seseorang dapat diukur dengan
tes tertulis (tes IQ), IQ seseorang tetap sejak lahir dan tidak dapat dikembangkan secara
signifikan, yang menonjol dalam pengukuran IQ adalah kemampuan matematis logis dan
linguistik.
Sedangkan menurut Gardner, intelegensi seseorang bukan dapat hanya diukur dengan tes
tertulis, melainkan lebih cocok dengan cara bagaimana orang itu memecahkan persoalan
dalam hidup nyata, intelegensi seseorang dapat dikembangkan lewat pendidikan, dan
intelegensi itu banyak jumlahnya (Suparno, 2009: 17-19).
2.3 Kecerdasan Majemuk Menurut Gardner
Gardner menyatakan bahwa kecerdasan lebih berkaitan dengan kapasitas memecahkan
masalah dan menciptakan produk di lingkungan yang kondusif dan alamiah. Berangkat dari
pernyataan tersebut, dia memetakan lingkup kemampuan manusia yang luas menjadi
delapan kecerdasan dasar. Ada delapan kriteria yang harus dipenuhi setiap kategori
kecerdasan untuk dapat disebut sebagai kecerdasan yang berkembang sepenuhnya, bukan
bakat, kemampuan, atau bawaan lahir.
Kedelapan kriteria tersebut adalah: pertama, potensi yang terisolasi karena cedera otak
menyebabkan ada kecerdasan yang tidak berkembang; kedua, adanya satu kecerdasan
superior pada seseorang sedangkan kecerdasanlainnya rendah; ketiga, kecerdasan terbentuk
melalui keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan yang bernilai budaya dan mengikuti pola
perkembangan tertentu; keempat, sejarah perkembangan jaman menunjukkan beberapa
4
kecerdasan berkembang pesat pada jaman tertentu; kelima, dukungan dari temuan
psikometrik; keenam, dukungan dari penelitian psikologi eksperimental; ketujuh, rangkaian
cara kerja dasar yang teridentifikasi padatiap-tiap kecerdasan; kedelapan, kemudahan
menyandikannya ke dalamsistem simbol.
Dalam pemahaman akan teori kecerdasan majemuk, perlu diperhatikanhal-hal berikut ini.
Satu, setiap orang memiliki kedelapan kecerdasan tetapi dengan tingkatan-tingkatan yang
tidak sama. Dua, pada umumnya orang dapat mengembangkan setiap kecerdasan sampai
pada tingkat penguasaan yang memadai dengan dukungan yang tepat. Tiga, setiap
kecerdasan umumnya bekerja bersamaan dengan cara yang kompleks. Empat, ada banyak
cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori kecerdasan.
2.4 Ciri-Ciri Multiple Intelligence Gardner
Sampai saat ini, teori Multiple Intelligences masih berfokus pada upaya mengenali dan
menguraikan bakat bukannya pada membuat struktur halus dan berfungsinya kecerdasan
Teori multiple intelligences Howard Gardner memiliki beberapa ciri penting yang
membedakannya dengan teori kecerdasan lain, yaitu :
Menurut teori Multiple Intelligences, setiap orang memiliki semua kecerdasan yang
dicetuskan Gardner. Teori Multiple Intelligences adalah teori fungsi kognitif. Teori ini
menandaskan bahwa setiap orang memiliki semua kapasitas kecerdasan. Hanya saja, semua
kecerdasan tersebut bekerja dengan cara yang berbeda-beda, tetapi berfungsi bersama-sama
secara khas dalam diri seseorang. Seseorang mungkin memiliki semua kecerdasan pada
tingkat yang relatif tinggi, sementara orang lain mungkin hanya memiliki kecerdasan-
kecerdasan itu dalam kondisi paling dasar (relatif rendah) (Armstrong, 1994:11).
Pada umumnya, orang dapat mengembangkan setiap kecerdasan sampai pada tingkat
penguasaan yang memadai (adequate). Menurut Gardner, setiap orang, sebenarnya,
mempunyai kapasitas untuk mengembangkan kecerdasan-kecerdasannya hingga tingkat
tertinggi, asalkan memperoleh dukungan, pengayaan, dan pembelajaran yang tepat atau pas
(Armstrong, 1994:11). Ini berarti, seorang anak yang memperoleh dukungan positif dari
orang tua, fasilitas yang menunjang, bimbingan yang intensif akan memiliki peluang untuk
mengembangkan kecerdasan-kecerdasannya, seperti bermain musik, bercerita, melukis, dan
menari (lebih lanjut, lihat Gardner, 1993)
5
Pada umumnya, kecerdasan-kecerdasan bekerja bersamaan melalui cara yang kompleks.
Menurut Gardner, kecuali pada diri orang savant dan orang yang mengalami cidera otak,
kecerdasan-kecerdasan itu tidak berdiri sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Kecerdasan
selalu berinteraksi satu dengan yang lain. Ketika bermain sepak bola, misalnya, seseorang
tidak sematamata mengandalkan kecerdasan kinestetik (untuk menendang) tetapi juga
memanfaatkan kecerdasan visual-spasial (untuk mengorientasikan diri dan mengantisipasi
lintasan bola).
Ada berbagai cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori. Tidak ada seperangkat ciri
standar yang musti dimiliki untuk disebut cerdas. Seseorang tetap disebut cerdas linguistik
karena kemahirannya bercerita, meskipun ia tidak lancar membaca. Demikian pula dengan
orang yang tidak piawai di lapangan sepak bola, dapat dikategorikan cerdas dalam kinestetik
apabila ia pandai menari dan luwes dalam gerak-gerik. Teori Multiple Intelligences
menekankan keberagaman cara orang menunjukkan bakat, baik dalam satu kecerdasan
tertentu maupun antarkecerdasan (Armstrong, 1996:11-12).
2.5 Landasan Multiple Intelligence Gardner
Gardner menjelaskan bahwa “kemampuan-kemampuan yang dimasukan dalam
intelegensi ganda haruslah memenuhi delapan kriteria yang sering digunakan untuk
menentukan apakah kemampuan itu sungguh suatu intelegensi” (Suparno, 2009: 21).
Delapan kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
6
mereka tidak miliki atau istilahnya mereka lemah dalam hal lain. Dari sini dilihat bahwa
kemampuan seseorang bersifat independen.
3. Memuat satuan operasi khusus
Setiap intelegensi mengandung keterampilan operasi tertentu yang berbeda satu sama lain
dan dengan keterampilan operasi itu seseorang dapat mengekspresikan kemampuannya
dalam menghadapi persoalan.
4. Mempunyai sejarah perkembangan sendiri
Setiap inteleghensi memiliki sejarah perkembangannya tersendiri, mempunyai waktunya
sendiri untuk berkembang, menuju puncak lalu kemudian akan turun, seperti karir
sesorang yang pada puncaknya menjadi seorang yang professional.
5. Dukungan psikologi eksprimental
Dari tugas-tugas psikologis yang diberikan tampak bahwa intelegensi bekerja secara
terisolasi.
6. Dukungan dari penemuan psikometrik
Dari beberapa tes psikologi yang terstandar dapat diyakini bahwa intelegensi yang
ditemukan Gardner memang benar. Misalnya, Wechsler intelegence scale for children
yang mengandung tes intelegensi linguistic, matematis-logis, visual dan kinestetik-
badani.
7. Dapat disimbolkan
Salah satu tanda tingkah intelegensi manusia adalah kemampuannya untuk menggunakan
symbol dalam hidup (Suparno, 2009: 23-25).
Lebih lanjut lagi Asri Budiningsih dalam bukunya juga memberikan Kriteria keabsahan
munculnya teori kecerdasan alam.
2. Memiliki dasar biologis
Kecendrungan untuk mengetahui dan memecahkan masalah merupakan sifat dasar
biologis/fisiologis manusia.
3. Bersifat universal bagi spesies manusia
Setiap cara untuk memahami selalu ada pada setiap budaya, tidak peduli kondisi sosio-
ekonomi dan pendidikannya.
4. Nilai budaya suatu keterampilan
7
Cara untuk memahami sesuatu didukung oleh budaya manusia dan merupakan hal yang
harus diteruskan kepada generasi penerus.
5. Memiliki basis neurologi
Setiap kecerdasan memiliki bagian tertentu pada otak sebagai pusat kerjanya, dan yang
dapat diaktifkan atau dipicu oleh informasi internal maupun eksternal.
6. Dapat dinyatakan dalam bentuk symbol.
Setiap kecerdasan dapat dinyatakan dalam bentuk symbol atau tanda-tanda tertentu
(Budiningsih, 2012: 116-117).
8
4) terampil menyimak dan suka bermain bahasa
5) cepat menangkap informasi lewat kata-kata
6) mudah hafal kata-kata, nama (termasuk nama tempat)
7) memiliki kosakata yang relatif banyak
8) cepat mengeja kata-kata
9) berminat terhadap buku (membuka-buka, membawa, mengoleksi)
10) cepat membaca dan menulis
Cara belajar terbaik bagi anak-anak yang cerdas dalam verbal-linguistik adalah
dengan mengucapkan, mendengarkan, dan melihat tulisan. Cara terbaik memotivasi
mereka adalah mengajak mereka berbicara, menyediakan banyak buku-buku, rekaman,
serta menciptakan peluang mereka untuk menulis. Guru perlu menyediakan peralatan
membuat tulisan, menyediakan tape recorder, menyediakan mesin ketik atau keyboard
untuk belajar mengidentifikasi huruf dalam kata-kata. Selain itu, berikan dongeng pada
mereka dan lakukan tanya jawab. Sesekali, membawa anak-anak ke toko buku atau
perpustakaan merupakan langkah yang tepat.
2. Kecerdasan Logika-Matematika
Kecerdasan logika-matematika berkaitan dengan kemampuan mengolah angka dan
atau kemahiran menggunakan logika. Anak-anak yang mempunyai kelebihan dalam
kecerdasan logika-matematika :
1) tertarik memanipulasi lingkungan serta cenderung suka menerapkan strategi coba-
ralat.
2) menduga-duga sesuatu;
3) terus menerus bertanya dan memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang peristiwa di
sekitarnya. Pertanyaan seperti, “mengapa telur berubah jadi ayam?” merupakan
contoh pertanyaan yang berhulu logika-matematika.
9
4) relatif cepat dalam kegiatan menghitung, gemar berhitung, dan menyukai
permainan strategi seperti permainan catur jawa
5) cenderung mudah menerima dan memahami penjelasan sebab-akibat.
6) suka menyusun sesuatu dalam kategori atau hierarki seperti urutan besar ke kecil,
panjang ke pendek, dan mengklasifikasi benda-benda yang memiliki sifat sama.
Apabila dihadapkan pada komputer atau kalkulator, anak-anak dengan kecerdasan
logika-matematika akan cenderung menikmatinya sebagai permainan yang
mengasyikkan.
3. Kecerdasan Visual-Spasial
Kecerdasan visual-spasial berkaitan dengan kemampuan menangkap warna, arah, dan
ruang secara akurat serta mengubah penangkapannya tersebut ke dalam bentuk lain
seperti dekorasi, srsitektur, lukisan, patung. Anak yang cerdas dalam visual-spasial :
1) memiliki kepekaan terhadap warna, garis-garis, bentuk-bentuk, ruang, dan
bangunan.
10
2) memiliki kemampuan membayangkan sesuatu, melahirkan ide secara visual dan
spasial (dalam bentuk gambar atau bentuk yang terlihat mata) (Armstrong, 1996)
3) memiliki kemampuan mengenali identitas objek ketika objek tersebut ada dari
sudut pandang yang berbeda.
4) mampu memperkirakan jarak dan keberadaan dirinya dengan sebuah objek (Indra
Supit, dkk., 2003:39).
5) suka mencoret-coret, membentuk gambar, mewarnai, dan menyusun unsurunsur
bangunan seperti puzzle dan balok-balok;
6) dapat mempergunakan apa pun untuk membentuk sesuatu yang bermakna baginya.
Penjepit kain dapat dikait-kaitkan membentuk pesawat terbang, dinaosaurus,
bahkan orang-orangan. Bola sepak diberi coretan sehingga menyerupai gambar
orang. Kemampuan dan kecenderungan membayangkan suatu bentuk mewarnai
aktivitas bermain mereka.
11
12
4. Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan gerak-kinestetik berkaitan dengan kemampuan menggunakan gerak
seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaannya serta keterampilan
mempergunakan tangan untuk mencipta atau mengubah sesuatu. Kecerdasan ini
meliputi kemampuan fisik yang spesifik, seperti koordinasi, keseimbangan,
keterampilan, kekuatan, kelenturan, kecepatan dan keakuratan menerima rangsang,
sentuhan, dan tekstur. Anak yang cerdas dalam gerak-kinestetik :
1) terlihat menonjol dalam kemampuan fisik (terlihat lebih kuat, lebih lincah) daripada
anak-anak seusianya;
2) suka bergerak, tidak bisa duduk diam berlama-lama,
3) mengetuk-ngetuk sesuatu,
4) suka meniru gerak atau tingkah laku orang lain yang menarik perhatiannya,
5) senang pada aktivitas yang mengandalkan kekuatan gerak seperti mamanjat, berlari,
melompat, berguling;
6) suka menyentuh barang-barang;
7) suka bermain tanah liat dan menunjukkan minat yang tinggi ketika diberi tugas
yang berkaitan dengan keterampilan tangan.
8) memiliki kecerdasan gerak-kinestetik memiliki koordinasi tubuh yang baik;
9) gerakan-gerakan mereka terlihat seimbang, luwes, dan cekatan;
10) cepat menguasai tugas-tugas motorik halus seperti menggunting, melipat, menjahit,
menempel, merajut, menyambung, mengecat, dan menulis.
11) secara artistik mereka kemampuan menari dan menggerakkan tubuh mereka dengan
luwes dan lentur.
Guru dapat memfasilitasi anak-anak yang memiliki kecerdasan ini dengan memberi
kesempatan pada mereka untuk bergerak. Pembelajaran dirancang sedemikian rupa
sehingga anak-anak leluasa bergerak dan memiliki peluang untuk mengaktualisasikan
dirinya secara bebas. Pembelajaran dapat dilakukan di luar ruangan seperti meniti titian,
berjalan satu kaki, senam irama, merayap, dan lari jarak pendek. Permainan yang
bermuatan akademis sangat membantu anak-anak menyalurkan kebutuhan mereka
untuk bergerak.
13
Menurut Gardner, kecerdasan gerak-kinestetik mempunyai lokasi di otak serebelum,
basal ganglia (otak keseimbangan) dan motor korteks. Kecerdasan ini memiliki wujud
relatif bervariasi, bergantung pada komponen-komponen kekuatan dan fleksibilitas serta
doimain seperti tari dan olah raga.
5. Kecerdasan Musikal
Kecerdasan musikal berkaitan dengan kemampuan menangkap bunyi-bunyi,
membedakan, menggubah, dan mengekspresikan diri melalui bunyi-bunyi atau suara-
suara yang bernada dan berirama. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada irama,
melodi, dan warna suara. Anak-anak yang cerdas dalam musikal :
1) cenderung cepat menghafal lagu-lagu dan bersemangat ketika kepadanya
diperkenalkan lagu;
2) menikmati musik dan menggerak-gerakkan tubuhnya sesuai irama musik tersebut;
3) mengetuk-ngetukkan benda ke meja pada saat menulis atau menggambar. Mereka
cenderung senang bermain alat musik atau bahkan bermusik dengan benda-benda
tak terpakai.
4) suka menyanyi, bersenandung, atau bersiul;
5) mudah mengenali suara-suara di sekitarnya seperti suara sepeda motor, burung,
kucing, anjing;
6) dapat mengidentifikasi perbedaan suara-suara sejenis, seperti suara-suara sepeda
motor dari merk yang berbeda, suara berbagai burung, suara kucing lapar dan
berkelahi, suara beberapa guru dan temannya
7) mudah mengenali suatu lagu hanya dengan mendengar nada-nada pertama lagu
tersebut. Menurut Gardner, musikal merupakan kecerdasan yang tumbuh paling
awal dan muncul secara tidak terduga dibandingkan dengan bidang lain pada
inteligensi manusia. Kecerdasan musikal mampu bertahan hingga usia tua.
Kecerdasan musikal mempunyai lokasi di otak bagian kanan (Gardner, 1993;
Armstrong, 1996:7).
6. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal melibatkan kemampuan untuk memahami dan bekerjasama
dengan orang lain. Kecerdasan ini melibatkan banyak kecakapan, yakni kemampuan
berempati pada orang lain, kemampuan mengorganisasi sekelompok orang menuju ke
14
tujuan suatu tujuan bersama, kemampuan mengenali dan membaca pikiran orang lain,
kemampuan berteman atau menjalin kontak (Armstrong, 1993:11; 2002:21-22).
Kecerdasan interpersonal dibangun, antar lain, atas kemampuan inti untuk mengenali
perbedaan, khususnya perbedaan besar dalam suasana hati, temperamen, motivasi, dan
intensi (maksud) (Gardner, 1993:23). Anak-anak yang memiliki kecerdasan
interpersonal:
1) cenderung mudah memahami perasaan orang lain;
2) sering menjadi pemimpin di antara teman-temannya
3) pandai mengorganisasi teman-teman mereka dan pandai mengkomunikasikan
keinginannya pada orang lain;
4) memiliki perhatian yang besar pada teman sebayanya sehingga acapkali mengetahui
berita-berita di seputar mereka;
5) memiliki kemahiran mendamaikan konflik dan menyelaraskan perasaan orang-
orang yang terlibat konflik;
6) mudah mengerti sudut pandang orang lain, dan dengan relatif akurat, mampu
menebak suasana hati dan motivasi pribadi orang lain
7) cinta damai, pengamat dan motivator yang baik.
8) mempunyai banyak teman;
9) mudah bersosialisasi serta senang terlibat dalam kegiatan atau kerja kelompok;
10) menikmati permainan-permainan yang dilakukan secara berpasangan atau
berkelompok; ! suka memberikan apa yang dimiliki dan diketahui kepada orang
lain, termasuk masalah ilmu dan informasi;
11) tampak menikmati ketika mengajari teman sebaya mereka tentang sesuatu, seperti
membuat gambar, memilih warna, atau bahkan cara bersikap (Armstrong, 1993)
Riset mengenai otak menunjukkan bahwa otak bagian depan memegang peran yang
sangat penting dalam pengetahuan interpersonal. Kerusakan pada bagian ini dapat
menyebabkan perubahan kepribadian yang besar (Gardner, 1993:23). Kecerdasan
interpersonal ini bersemayam, terutama pada hemisfer kanan dan sistem limbik
Kecerdasan ini dipengaruhi oleh kualitas kedekatan atau ikatan kasih sayang selama
masa kritis tiga tahun pertama (Armstrong, 1996:7). Oleh karena itu, anak yang
dipisahkan dari ibunya pada masa pertumbuhan awal, mungkin akan mengalami
15
permasalahan yang serius. Selain itu, kecerdasan interpersonal juga dipengaruhi oleh
interaksi sosial manusia (Gardner, 1993:24).
7. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal berkaitan dengan aspek internal dalam diri seseorang,
seperti, perasaan hidup, rentang emosi, kemampuan untuk membedakan emosi-emosi,
menandainya, dan menggunakannya untuk memahami dan membimbing tingkah laku
sendiri (Gardner, 1993:24-25). Anak-anak dengan kecerdasan intrapersonal yang baik :
1) terlihat lebih mandiri,
2) memiliki kemauan yang keras,
3) penuh percaya diri,
4) memiliki tujuan-tujuan tertentu (Schmidt, 2002:36)
5) tidak mengalami masalah ketika dibiarkan “bekerja sendiri karena mereka cenderung
memiliki gaya “belajar” tersendiri;
6) suka menyendiri dan merenung (Armstrong, 2002:34).
Anak-anak yang cerdas dalam intrapersonal, walaupun memiliki kemauan kuat tetapi
mereka mampu mengubah target ketika target awal gagal. Mereka mampu belajar dari
kegagalan dan memahami kekuatan serta kelemahan mereka sendiri. Oleh karena itu,
mereka dapat dengan tepat mengungkapkan perasaannya (Armstrong, 1996). Selain itu,
mereka juga mampu menghargai diri sendiri dan memiliki kemampuan untuk berkreasi
dan berhubungan secara dekat (Armstrong, 1993:130-131).
16
mandiri tetap diperlukan di samping dorongan untuk bekerja sama dengan teman secara
berpasangan dan berkelompok.
8. Kecerdaan Naturalis
Kecerdasan naturalis berkaitan dengan kemahiran dalam mengenali dan
mengklasifikasikan flora dan fauna dalam lingkungannya. Kecerdasan ini juga berkaitan
dengan kecintaan seseorang pada benda-benda alam, binatang, dan tumbuhan.
Kecerdasan naturalis juga ditandai dengan kepekaan terhadap bentukbentuk alam,
seperti dedaunan, awan, batu-batuan. Anak-anak yang memiliki kecerdasan naturalis :
1) cenderung menyukai alam terbuka, akrab dengan hewan peliharaan
2) menghabiskan waktu mereka di dekat akuarium;
3) memiliki keingintahuan yang besar tentang seluk-beluk hewan dan tumbuhan
(Armstrong, 1993).
4) cenderung suka mengoleksi bunga-bunga dan daun-daun kering;
5) mengoleksi mainan binatang tiruan, seperti dinosaurus, harimau, dan ular;
6) menikmati “komunikasi” dengan binatang piaraan dan memberi mereka makan;
7) memiliki perhatian yang relatif besar terhadap binatang, tumbuhan, dan alam.
Mereka tidak takut memegang-megang serangga dan berada di dekat binatang
(Indra-Supit, 2003:110).
17
Kecerdasan naturalis dapat ditumbuhkan melalui berbagai cara :
Kecerdasan naturalis memiliki peran yang besar dalam kehidupan. Pengetahuan anak
mengenai alam, hewan, dan tumbuh-tumbuhan dapat mengantarkan mereka ke berbagai
profesi strategis, seperti dokter hewan, insinyur pertanian, perkebunan, kehutanan,
kelautan, ahli farmasi, ahli geodesi, geografi, dan ahli lingkungan.
18
19
9. Kecerdasan Eksistensial
Kecerdasan eksistensial berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
menempatkan diri dalam lingkup kosmos yang terjauh, dengan makna hidup, makna
kematian, nasib dunia jasmani maupun kejiwaan, dan dengan makna pengalaman
mendalam seperti cinta atau kesenian (Armstrong, 1996). Kecerdasan eksistensial juga
berkaitan dengan kemampuan merasakan, memimpikan, dan menjadi pemikir
menyangkut hal-hal yang besar (menjadi pemimpin) (Theacorn, 2003) Anak yang
memiliki kecerdasan eksistensial:
1) cenderung memiliki kesadaran akan hakikat sesuatu;
2) menanyakan berbagai hal yang mungkin sekali tidak terpikirkan oleh anak lain
sebayanya. Pertanyaan “Apakah benar ada hantu?”, “Mengapa kita harus berdoa
pada Tuhan?”, dan “Di mana Tuhan berada?” merupakan contoh pertanyaan anak-
anak yang berhulu pada kecerdasan eksistensial ini.
20
Selain itu ada juga faktor pendorong dan penghambat kecerdasan. Faktor faktor tersebut
adalah Crystallizing dan paralyzing experiences yang merupakan dua proses kunci dalam
perkembangan kecerdasan. Pengalaman yang mengkristalkan (Crystallizing experiences)
adalah titik balik dalam perkembangan bakat dan kemampuan orang. Seringkali titik balik
itu terjadi pada awal masa kanak-kanak meskipun dapat terjadi sepanjang hidup. Istilah
pengalaman yang melumpuhkan (Paralyzing experiences) digunakan untuk menyebutkan
pengalaman yang menghambat kecerdasan.
Sejumlah pengaruh lingkungan juga berperan mendorong atau menghambat
perkembangan kecerdasan. Pengaruh tersebut antara lain:
a) Akses ke sumber daya atau mentor
Apabila orang tua tidak mampu membelikan anaknya gitar, drum atau alat musik lain,
mungkin kecerdasan musik anak tidak akan berkembang.
b) Faktor historis-kultural
Apabila individu adalah seorang siswa yang memiliki kecenderungan pada matematika
pada saat program-program matematika dan ilmu pengetahuan banyak mendapat
subsidi, besar kemungkinan kecerdasan matematis-logis individu tersebut berkurang.
c) Faktor geografis
Apabila individu dibesarkan di lingkungan perkebunan, individu tersebut memiliki
kesempatan yang lebih besar untuk mengembangkan kecerdasan naturalisnya dibanding
jika dibesarkan di keramaian kota dengan gedung-gedungnya yang menjulang tinggi.
d) Faktor keluarga
Apabila individu ingin menjadi pemusik, tetapi orang tua menginginkan individu
tersebut menjadi pengacara, mungkin pengaruh mereka akan mendorong perkembangan
kecerdasan linguistik, tetapi menghambat kemajuan kecerdasan musikal anda.
e) Faktor situasional
Apabila individu harus membantu merawat keluarga besarnya saat beranjak dewasa
padahal ia memiliki keluarga sendiri maka ia tidak akan punya waktu untuk
mengembangkan aspek-aspek kecerdasan yang dimilikinya, kecuali kecerdasan itu
bersifat interpersonal.
Teori kecerdasan majemuk memiliki kelemahan yaitu, kedelapan kecerdasan tersebut
belum memiliki standar tes dan norma, artinya sampai saat ini belum ditemukan alat ukur
untuk mengukur kecerdasan majemuk. Alat ukur yang telah ada hanya memetakan
kedelapan kecerdasan dalam kecerdasan majemuk namun tidak untuk dipakai sebagai alat
pengukuran. Gardner mengungkapkan bahwa kecerdasan dalam kecerdasan majemuk dapat
didukung dengan menggunakan tes-tes standart, seperti Skala Kecerdasan Weschler yang
berisi subtes yang melibatkan kecerdasan logic mathemathic, verbal linguistic, visual spatial,
bodily kinesthathic (dalam kandungan yang lebih sedikit).
Tes kecerdasan lainnya yang menyentuh kecerdasan interpersonal dan intrapersonal
seperti Skala Kedewasaan Masyarakat Vineland dan Daftar Penilaian Diri Coopersmith.
Namun beberapa alat tes yang telah disebutkan di atas adalah untuk menilai setiap
kecerdasan, sedangkan penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk menggambarkan
kecerdasan dalam kecerdasan majemuk, maka alat-alat tes tersebut tidak dapat digunakan.
21
Setelah mengetahui kekuatan dan kelemahan diri, selanjutnya guru perlumengetahui
juga kecerdasan majemuk yang dimiliki siswa-siswi yangdiajarnya. Ada beberapa cara
untuk membantu seorang guru mengetahuikecerdasan majemuk apa yang dimiliki
para siswanya, diantaranya adalah:
1. Pengamatan dan checklist
pengamatan guru terhadap siswa di dalam kelas merupakan faktor penting dalam usaha
mengenali kecerdasan masing-masing siswanya. Cara ini akan lebih efektif dengan
penggunaan checklist untuk siswa tertentu yang cukup menonjol dalam suatu
kecerdasan
2. Mengumpulkan dokumentasi
guru juga dapat melakukanpendokumentasian terhadap kegiatan dan karya siswa
baik menggunakan video atau kamera. Semua dokumentasi itu kemudian disatukan
untuk masing-masing siswa untuk dapat dengan mudah diamati perkembangannya oleh
guru, orang tua, dan siswa yang bersangkutan.
3. Melihat data sekolah
nilai-nilai yang diperoleh siswa pada saat evaluasi,nilai rapor, dan juga catatan-catatan
dari guru kelas sebelumnya dapat menjadi informasi yang membantu guru mengetahui
kecerdasan anak didiknya.
4. Berdiskusi dengan guru lain
bagi guru bidang studi sangat dianjurkan untuk sering berdiskusi dengan guru bidang
studi lainnya untuk bertukarinformasi tentang kecerdasn siswa yang diajarnya. Baik di
suatu pelajaran belum tentu baik di pelajaran lainnya, dan sebaliknya
5. Bicara dengan orang tua
ornag tua dapat menjadi sumber informasi penting tentang perkembangan kecerdasan
anaknya. Guru dapat juga meminta bantuan orang tua untuk memantau lebih lanjut
kecerdasan tertentu dari anaknya dan mendokumentasikannya. Guru dan orang tua
berkoordinasi untuk mengembangkan kecerdasan siswa.
6. Bertanya pada siswa
dapat juga guru bertanya langsung kepada anak didiknya untuk mendapatkan informasi
minat dan kemampuan mereka. Dorongan dari guru dapat memotivasi siswa untuk
mengembangkan kecerdasannya.
7. Menyelenggarakan kegiatan khusus
dengan melakukan kegiatan tertentudapat pembelajaran, guru dapat mengamati
kecerdasan setiap siswanya.Penugasan-penugasan yang tepat dapat menjadi dorongan
bagi siswayang bersangkutan mengembangkan kecerdasannya
Guru dapat merancang kegiatan-kegiatan khusus yang dapat memotivasisiswa mencari,
menemukan, dan mengembangkan kecerdasan majemuknyamasing-masing. Contoh-contoh
kegiatan yang dapat dilakukan antara lainadalah:
1. Hari karier secara berkala guru menghadirkan tokoh, bisa orang tuaatau warga
lingkungan, dari berbagai bidang pekerjaan untuk berbagidengan siswa tentang
kecerdasan majemuk yang mereka gunakan pada pekerjaan mereka masing-masing.
22
2. Karya wisata siswa dibawa untuk melihat penerapan kecerdasan majemuk di
lapangan seperti laboratorium, stasiun TV atau radio, dan kebun binatang.
3. Biografi dengan mempelajari biografi tokoh-tokoh terkenal, siswadapat mempelajari
kecerdasan majemuk dari masing-masing tokoh yang mereka baca seperti Affandi, Rudi
Hartono, dan Soekarno
4. Pengalaman empiris yang praktis guru meminta siswa untuk melakukan kegiatan-
kegiatan yang berhubungan dengan kedelapankecerdasan majemuk. Dengan ini siswa
dapat memahami kegiatan manayang mereka sukai dan yang tidak dan
menghubungkannya dengan kecerdasan mereka masing-masing
5. Pameran karya siswa secara berkala karya siswa dipamerkan, satu macam
kecerdasan pada satu kesempatan. Setiap siswa mendapat giliran untuk dipamerkan
karyanya sesuai dengan kecerdasannya.6. Kegiatan-kegiatan lain
6. Kegiatan-kegiatan lain permainan berburu kecerdasan boardgame tentang kecerdasan
majemuk, bilik-bilik kecerdasan, buku bacaan tentangkecerdasan majemuk, dan lain-
lain
23
Untuk orang tertentu suatu inteligensi lebih menonjol daripada inteligensi lain. Inteligensi
bukanlah kemampuan yang tetap tak berubah sepanjang hayat. Inteligensi dapat
dikembangkan dan ditingkatkan secara memadai sehingga dapat berfungsi bagi pemiliknya.
Di sinilah seorang guru memiliki andil besar untuk membantu perkembangan inteligensi
peserta didik. Karena itu, guru perlu memahami teori MI agar pembelajaran di kelas
berlangsung optimal.
Biasanya guru, karena memiliki inteligensi tertentu yang menonjol, cenderung
menggunakan pendekatan yang sesuai dengan inteligensi tersebut secara terus menerus.
Guru yang menonjol dalam inteligensi linguistik akan senang mengajar dengan
menggunakan model inteligensi itu, seperti berceramah, bercerita panjang lebar, dengan
puisi, membaca, dan sebagainya. Guru yang inteligensi matematis-logisnya menonjol akan
lebih senang mengajar dengan menekankan cara pendekatan matematis-logis; secara
sistematis, dengan skema, bagan, rumus, dan sebagainya. Guru tersebut jarang mengajar
dengan menggunakan inteligensi kinestetik-badani, interpersonal, ruang-visual, natural, atau
lainnya, yang mungkin lebih cocok untuk siswa. Akibatnya, siswa yang tidak memiliki
inteligensi sama dengan yang digunakan guru, kurang merasa terbantu secara baik dalam
belajarnya. Bahkan bisa jadi siswa tersebut merasa tidak diajar apapun, karena guru
mengajar dengan pendekatan yang cocok untuk dirinya sendiri.
Chatib, Munif (2009) memaparkan dalam bukunya yang berjudul “Sekolahnya Manusia”,
bahwa dalam faktanya, banyak siswa mengalami kebingungan dalam menerima pelajaran
karena tidak mampu mencerna materi yang diberikan oleh guru. Banyaknya kegagalan siswa
mencerna informasi dari gurunya disebabkan oleh ketidaksesuaian gaya mengajar guru
dengan gaya belajar siswa. Sebaliknya, apabila gaya mengajar guru sesuai dengan gaya
belajar siswa, semua pelajaran (termasuk pelajaran matematika) akan terasa sangat mudah
dan menyenangkan. Guru juga senang karena punya siswa yang semuanya cerdas dan
berpotensi untuk sukses.
Sebenarnya dalam melaksanakan proses pembelajaran yang menggunakan kerangka
multiple intelligences tidaklah sesulit yang dibayangkan. Yang dibutuhkan hanyalah
kreativitas dan kepekaan guru. Artinya, setiap guru harus bisa berpikir secara terbuka yaitu
keluar dari paradigma pengajaran tradisional, mau menerima perubahan, dan harus memiliki
24
kepekaan untuk melihat setiap hal yang bisa digunakan di lingkungan sekitar dalam
menunjang proses pembelajaran.
Berikut ini adalah gambaran umum penggunaan kecerdasan majemuk (multiple
intelligences) dalam matematika seperti terlihat dalam Jangkauan Modalitas dikutip dari
Workshop Notebook: Portfolios and Other Alternative Assesment, Teachercreated materials:
a) Ranah kurikulum : Matematika
b) Intrapersonal : mintalah anak-anak untuk melakukan refleksi dan tulis kemajuan
mereka dalam matematika
c) Interpersonal : mulailah tutorial (bimbingan) lintas usia dengan kelas lain
d) Linguistik : mintalah anak-anak untuk menulis sebuah cerita dari sudut
pandang bilangan atau angka
e) Logis-matematis : ajarlah anak-anak bagaimana memainkan “Othello” sebagai
latihan dalam logika
f) Visual-Spasial : buatlah kota/gambar dengan hanya menggunakan persegi,
segitiga
dan lingkaran
g) Badani-Kinestetik : berdirilah menyerupai sebuah bilangan. Suruhlah anak-anak
mendekati bilangan dengan badan mereka dan mintalah mereka
menyentuhnya.
h) Musikal : cari dan tunjukkan sebuah video yang menjelaskan hubungan
matematika dengan musik.
25
3. Peran serta orang tua dan masyarakat akan semakin meningkat di dalam mendukung
proses belajar mengajar. Hal ini bisa terjadi karena setiap aktivitas siswa di dalam proses
belajar akan melibatkan anggota masyarakat.
4. Siswa akan mampu menunjukkan dan “berbagi‟ tentang kelebihan yang dimilikinya.
Membangun kelebihan yang dimiliki akan memberikan suatu motivasi untuk menjadikan
siswa sebagai seorang „spesialis‟.
5. Pada saat Anda „mengajar untuk memahami‟ , siswa akan mendapatkan pengalaman
belajar yang positif dan meningkatkan kemampuan untuk mencari solusi dalam
memecahkan persoalan yang dihadapinya.
26
4. Curah pendapat; kemukakan segala gagasan yang ada dalam pikiran dan usahakan satu
ide untuk satu kecerdasan kemudian konsultasikan dengan kolega untuk membantu
menstimulasi pikiran.
5. Pilihlah aktivitas yang cocok, setelah semua gagasan lengkap maka tentukan
pendekatan yang benar-benar operasional dalam adegan pendidikan.
6. Kembangkan urutan tindakan, dengan menggunakan pendekatan yang telah dipilih
rancanglah rencana pelajaran dan tetapkan alokasi waktu untuk setiap hari pelajaran.
7. Implementasikan rencana, kumpulkan materi yang dibutuhkan, pilihlah waktu yang
tepat, kemudian laksanakan rencana belajar. Modifikasi dapat dilakukan selama proses
implementasi strategi.
27
2. Bersifat personal/individual sehingga teori ini lebih efektif digunakan untuk
mengembangkan pembelajaran orang perorang daripada mengembangkan
pembelajaran massa/klasikal.
3. Membutuhkan fasilitas yang lengkap sehingga membutuhkan biaya besar untuk
operasional klasikal atau massal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori intelegensi ganda (Multiple Intelegence) ditemukan dan dikembangkan oleh
Howard Gardner, seorang ahli psikologi perkembangan dan profesor pendidikan dari
graduate School of Education, Harvard university, Amerika Serikat. Ia menuliskan
gagasannya tentang intelegensi ganda dalam bukunya Frames of Mind pada tahun 1983.
Teori itu dilengkapi lagi dengan terbitnya buku intelegence reframed pada tahun 2000.
Gardner mengatakan bahwa intelegensi bukan hanya kemampuan seseorang untuk
menjawab suatu tes IQ dalam kamar tertutup yang lepas dari lingkungannya. Intelegnsi
memuat kemampuan memecahkan persoalan yang nyata dalam situasi yang berbeda-beda.
Gardner membedakan antara intelegensi lama yang diukur dengan IQ dan intelegensi ganda
yang ia temukan. Gardner menyatakan bahwa kecerdasan lebih berkaitan dengan kapasitas
memecahkan masalah dan menciptakan produk di lingkungan yang kondusif dan alamiah.
Berangkat dari pernyataan tersebut, dia memetakan lingkup kemampuan manusia yang
luas menjadi delapan kecerdasan dasar. Kedelapan kriteria tersebut adalah: pertama, potensi
yang terisolasi karena cedera otak menyebabkan ada kecerdasan yang tidak berkembang;
kedua, adanya satu kecerdasan superior pada seseorang sedangkan kecerdasanlainnya
rendah; ketiga, kecerdasan terbentuk melalui keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan yang
bernilai budaya dan mengikuti pola perkembangan tertentu; keempat, sejarah perkembangan
jaman menunjukkan beberapa kecerdasan berkembang pesat pada jaman tertentu; kelima,
dukungan dari temuan psikometrik; keenam, dukungan dari penelitian psikologi
eksperimental; ketujuh, rangkaian cara kerja dasar yang teridentifikasi padatiap-tiap
kecerdasan; kedelapan, kemudahan menyandikannya ke dalamsistem simbol.
28
Dalam pemahaman akan teori kecerdasan majemuk, perlu diperhatikanhal-hal berikut ini.
Satu, setiap orang memiliki kedelapan kecerdasan tetapi dengan tingkatan-tingkatan yang
tidak sama. Menurut teori Multiple Intelligences, setiap orang memiliki semua kecerdasan
yang dicetuskan Gardner. Pada umumnya, orang dapat mengembangkan setiap kecerdasan
sampai pada tingkat penguasaan yang memadai (adequate).
Pada umumnya, kecerdasan-kecerdasan bekerja bersamaan melalui cara yang kompleks.
Tidak ada seperangkat ciri standar yang musti dimiliki untuk disebut cerdas. Seseorang tetap
disebut cerdas linguistik karena kemahirannya bercerita, meskipun ia tidak lancar membaca.
Gardner menjelaskan bahwa “kemampuan-kemampuan yang dimasukan dalam intelegensi
ganda haruslah memenuhi delapan kriteria yang sering digunakan untuk menentukan apakah
kemampuan itu sungguh suatu intelegensi” (Suparno, 2009: 21).
3.2 Saran
Pentingnya seorang pendidik memahami kecerdasan masing-masing peserta didik,
dengan menerapkan Multiple Intelligence dari Gardner nanti nya pendidik harus dapat
mengarahkan peserta didik yang memilki ciri-ciri dari teori Gardner supaya peserta didik
tersebut tidak salah arah.
29
DAFTAR PUSTAKA
Mikarsa, dkk, Pendidikan Anak di SD, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2007), hlm. 7.29-7.30
iii