al-Quran merupakan kitab suci umat islam, yang di dalam memahami kitab
tersebut tidak bisa hanya dengan membaca langsung dari kitabnya. Untuk itu para
ulama terdahulu atau para mufasir telah menggunakan berbagai metode tafsir atau
cara yang digunakan untuk menjelaskan isi kandungan / makna yang terdapat dari
kitab suci al-Quran. Tentunya dalam menafsirkan ayat al-Quran tidak bisa ditafsirkan
oleh sembarang orang. Mufasir adalah orang yang harus benar-benar mengerti bahasa
Arab secara fasih, mengerti nahwu, sharf, maupun balaghoh.
Syari’at Infaq dalam setiap harta yang dimiliki : Tafsir Q.s al-imran : 92
لن تنالوا الرب حىت تنفقوا مما حتبون وما تنفقوا من شيء فإن اهلل به عليم
Abu Bakr al-Jaziri menyatakan bahwa makna al-Birr adalah kalimat yang
mencakup kebaikan, dalam arti yang lebih khusus yaitu syurga. تفقواmaknanya adalah
menyedekahkan harta bendanya . مماتحبونdari harta-harta yang sangat dicintainya
dan menjadi milik kesayangannya. من شيءmenunjukkan sedikit atau banyak. فإن هللا به
عليمdan Dia akan membalasnya sesuai dengan besarnya sedekah yang
dikeluarkannya.
Ketika turun ayat ini para sahabat Nabi segera menginfakkan harta-harta yang
mereka cintai, seperti ‘Umar yang memerdekakan hamba perempuan yang menjadi
kesayangannya. Zaid bin Haritsah bersedekah dengan kuda kesayangannya.
Imam Waki’ dalam kitab tafsirnya telah meriwayatkan dari Syarik, dari Abu
Ishaq, dari Amr bin Maimunba bahwa lafaz تنالوا البرadalah surga. Imam Ahmad telah
meriwayatkan yang sanadnya sampai kepada Anas bin Malik yang berkata Abu
Thalhah adalah seseorang yang kaya di kalangan Anshar di Madinah, dan dia
mempunyai harta yang sangat banyak, diantara harta yang sangat dicintainya adalah
kebun yang berada di dekat masjid, suatu ketika Nabi memasukinya dan meminum
air darinya. Anas berkata “ maka ketika turun ayat ini (3 : 92) Abu Thalhah berkata “
Wahai Rasulullah sesungguhnya Allah telah berfirman “ kamu sekali-kali tidak
sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian
harta yang kamu cintai “ maka aku sedekahkan dia untuk Allah dan aku
mengharapkan ganjarannya tersimpan di sisi-Nya. Hal ini diikuti oleh Umar bin
Khatab yang mewakafkan bagiannya dari tanah di Khaibar untuk kepentingan kaum
muslimin, dan tidak ketinggalan pula anaknya Ibnu Umar yang berkata “ telah
datang kepadaku ayat ini “kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang
sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai” maka dia
menyebutkan semua karunia Allah yang telah didapatkannya, maka dia tidak
mendapatkan sesuatu yang lebih dicintai lebih dari Jariyah (budak perempuan) maka
aku berkata “ Dia bebas merdeka karena Allah”.
Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah kami berikan kepadamu…
(Q.S al-Munafiqun: 10)
Dan belanjakanlah (harta bendamu ) di jalan Allah ( Qs. Al-Baqarah : 195)
Dari Abi Hurairah , Rasulullah telah bersabda “Allah berfirman wahai anak
Adam berinfaklah kalian , niscaya karunia-Ku akan tercurah kepada kalian.
Menginfakkan harta kepada orang-orang yang berhak adalah salah satu dari
melaksankan perintah-Nya yang berkaitan dengan harta yang menjadi amanah kita.
Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi (Q.S al-Baqarah : 284)
Dari ayat ini dapat kita pahami bahwa semua harta yang ada di dunia ini
adalah milik-Nya. Manusia hanya sebagai pemegang amanah . namun sangat
disayangkan banyak manusia yang lupa untuk melaksanakan hak dari harta tersebut
yaitu menginfakkannya kepada orang-orang yang berhak. Infak yang paling utama
diambil dari harta yang paling kita sukai.