Anda di halaman 1dari 15

IDEOLOGI KEBIJAKAN DAN SISTEM

PENDIDIKAN NASIONAL

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah


Wawasan Pendidikan

Dosen Pengampu :
Moh. Nasrul Amin, M.Pd.I

Oleh :
Mohammad Naufal Rohidul Ibad

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM TARBIYATUT THOLABAH
(IAI TABAH)
KRANJI PACIRAN LAMONGAN
JANUARI 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa memberikan rahmat


dan hidayah-Nya kepada Penulis, sehingga Penulis mampu merampungkan salah
satu tugas yang berbentuk makalah sebagai salah satu persyaratan untuk
menempuh mata kuliah Wawasan Pendidikan.
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan Ideologi, kebijakan dan system
pendidikan nasional .Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari sumbangsih
orang-orang terdekat Penulis, karena itu dengan tulus Penulis sampaikan banyak
terima kasih kepada:
1. Dosen pengampu Moh. Nasrul Amin, M.Pd.I mata kuliah Wawasan
Pendidikan semester VI IAI TABAH Kranji Paciran Lamongan yang telah
membimbing penulis dengan penuh kesabaran.
2. Para Pegawai perpustakaan IAI TABAH Kranji Paciran Lamongan yang telah
membantu kami untuk menemukan referensi yang akurat.
3. Teman-teman sekelas semester VI Prodi PAI Fakultas Tarbiyah IAI TABAH
Kranji Paciran Lamongan yang selalumengarahkan dan
mengingatkanpenulisjikapenulisterdapatkekurangan.
Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini, namun
tidak mustahil dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Hal
itu dikarenakan kelemahan dan keterbatasan kemampuan Penulis semata. Saran
dan kritik yang konstruktif tetap kami harapkan dari audien/peserta diskusi yang
budiman. Akhirnya semoga makalah ini membawa manfaat tidak hanya bagi
Penulis namun juga bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Lamongan, 29 Januari 2024

ii
Penulis,

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................3
A. Ideologi pendidikan nasional...................................................................3
B. Kebijakan pendidikan nasional................................................................4
C. Jenjang dan kurikulum pendidikan nasional............................................6
D. Sistem penilaian pendidikan nasioanl......................................................9

BAB III PENUTUP..................................................................................11


A. Kesimpulan............................................................................................11
B. Saran......................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran yang di lakukan oleh
seseorang untuk memperoleh pengetahuan serta ketrampilan yang di lihat dari
kebiasaan setiap orang. Pendidikan adalah suatu bahan warisan dari orang-orang
sebelumnya hingga sekarang dan nanti yang akan datang.Pendidikan bagi
kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi
sepanjang hayat.Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia
dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera
dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. 1
Pendidikan berusaha untuk melahirkan masyarakat yang berkebudayaan
serta berusaha untuk melestarikan eksistensi masyarakat selanjutnya, maka
pendidikan akan mengarahkan kepada pengembangan sumber daya manusia yang
berkualitas. Pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas merupakan
sarana pembangunan nasional sebagai out-put dari lembaga pendidikan nasional.
Pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi di Indonesia untuk
keberhasilan dalam proses tinggal landas, maka salah satu syarat utamanya adalah
melaksanakan sistem pendidikan nasional yang mampu melahirkan sumber daya
manusia yang berkualitas tinggi. 2
Dari pola pikir tersebut terwujudlah fungsi dan tujuan pendidikan nasional
dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2013 yang
mengatakan bahwa fungsi pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan
kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia
dalam upaya mewujudkan tujuan nasional, sedangkan tujuan tujuan pendidikan
nasional adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
1
Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan Komponen MKDK, Rineka Cipta Jakarta, 2010, Cet.6. 2
2
Abdul Kholiq, dkk, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Tokoh Klasik Kontemporer, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, 1999. 4

iv
manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki kemampuan dan
ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian mantap dan mandiri serta
rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. 3

B. RumusanMasalah
1. Apa Ideologi pendidikan nasioanl?
2. Apa Kebijakan pendidikan nasional?
3. Apa Jenjang dan kurikulum pendidikan nasional?
4. Apa Sistem penilaian pendidikan nasioanl?

C. Tujuan
1. Untuk memahami Ideologi pendidikan nasioanl.
2. Untuk memahami Kebijakan pendidikan nasional.
3. Untuk memahami Jenjang dan kurikulum pendidikan nasional.
4. Untuk memahami Sistem penilaian pendidikan nasioanl.

3
H.M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam; Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner, PT Bumi Aksara Jakarta, 2011, Cet.5. 3

v
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ideologi Pendidikan Nasional


Ideology berasal dari bahasa Yunani ide (idea/gagasan) dan logos (studi
tentang ilmu pengetahuan tentang). Secara harfiah, sebagaimana dalam metafisika
klasik, ideologi merupakan ilmu pengetahuan tentang ide-ide, studi tentang asal-
usul ide. Pendidikan berasal dari kata “didik” dengan mendapat awalan me
sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia mendidik adalah: "Proses pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan". Secara sederhana pendidikan dapat diartikan sebagai
usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam
masyarakat dan kebudayaan, dengan demikian bagaimanapun sederhananya
peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses
pendidikan.4
Jadi ideologi pendidikan dapat disimpulkan sebagai "Gagasan-gagasan
(keyakinan) yang dilontarkan oleh beberapa para pemikir pendidikan yang
dikembangkan melalui proses pendidikan". Sehingga “ide senantiasa deisebut
sebagai (hasil/produk pemikiran), sedangkan pendidikan adalah wadah untuk
melakukan uji coba ideologi dalam bentuk implementasinya (dalam hal ini yang
dimaksud hanya yang termasuk dalam tataran ideologi pendidikan)”.
Ideologi pendidikan merupakan cara pandang yang dijadikan oleh para
pemikir pendidikan untuk melihat implementasi pendidikan yang dilaksanakan,
Ideologi-ideologi pendidikan berhubungan erat dengan esensi sifat dan
penyelenggaraan pendidikan (schooling). Ideologi-ideologi pendidikan terdiri dari
enam sistem dasar etika sosial, yang tergabung dalam ideologi konservatif dan
ideologi liberal. Yang termasuk dalam kelompok ideologi konservatif adalah
fundamentalisme pendidikan, intelektualisme pendidikan, dan koservatisme

4
Asih Mardikani, Telaah Pemikiran Hasan Al-Banna dan Kurikulum Pendidikan Hasan Al-Banna
Pendekatan Hitoris-Filosofis. Skripsi (Yogyakarta:Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga,2005)

vi
pendidikan, sedangkan yang tergabung dalam kelompok ideologi liberal adalah
liberalisme pendidikan, liberalisionisme pendidikan, dan anarchisme pendidikan.

B. Kebijakan Pendidikan Nasional


Kebijakan merupakan istilah yang sering kali kita dengar dalam konteks
pemerintahan atau berpolitikan. Istilah kebijakan memiliki cakupan yang sangat
luas. Kata “policy” yang berarti mengurus masalah atau kepentingan umum, atau
berarti juga administrasi pemerintah.5
Analisis kebijakan pendidikan dilakukan secara komprehensif, yang
mencakup rumusan, implementasi, dan dampak kebijakan, tetapi fokusnya pada
implementasi kebijakan. Proses analisis sebetulnya harus beranjak dari kajian
terhadap rumusan kebijakan.
Berikut ini adalah definisi kebijakan menurut para ahli:
1. Pendapat Eaulau dan Prewitt dikutip oleh H.M. Hasbullah yang
menjelaskan bahwa Kebijakan adalah keputusan tetap yang
dicirikan oleh konsistensi dan pengulangan tingkah laku dari
mereka yang membuat dan dari mereka yang mematuhi keputusan
tersebut. 6
2. Pendapat Duke dan Canady dikutip oleh Mudjia Rahardjo yang
mengelaborasi konsep kebijakan dengan delapan arah pemaknaan
kebijakan, yaitu:
a. Kebijakan sebagai penegasan maksud dan tujuan.
b. Kebijakan sebagai sekumpulan keputusan lembaga yang
digunakan untuk mengatur, mengendalikan, mempromosikan,
melayani, dan lain-lain pengaruh dalam lingkup
kewenangannya.
c. Kebijakan sebagai suatu panduan tindakan diskresional.

5
William F O’ Neill, Ideologi-Ideologi Pendidikan, Alih Bahasa Omi Intan Naomi (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2001), hal.xv-xvii
6
H.M. Hasbullah, Kebijakan Pendidikan (Dalam Perspektif Teori, Aplikasi, dan Kondisi Objektif
Pendidikan di Indonesia),,, hlm. 37

vii
d. Kebijakan sebagai sutau strategi yang diambil untuk
memecahkan masalah.
e. Kebijakan sebagai perilaku yang bersanksi.
f. Kebijakan sebagai norma perilaku dengan ciri konsistensi, dan
keteraturan dalam beberapa bidang tindakan substansif.
g. Kebijakan sebagai keluaran sistem pembuatan kebijakan.
h. Kebijakan sebagai pengaruh pembuatan kebijakan, yang
menunjuk pada pemahaman khalayak sasaran terhadap
implementasi system. 7
3. Pendapat Koontz dan O‟Donell dikutip oleh Syaiful Syagala
mengemukakan bahwa kebijakan adalah pernyataan atau
pemahaman umum yang mempedomani pemikiran dalam
mengambil keputusan yang memiliki esensi batas-batas tertentu
dalam pengambilan keputusan. 8
Berbagai pendapat mengenai kebijakan di atas dapat diambil kesimpulan
secara garis besar bahwa kebijakan adalah kepandaian, kemahiran, rangkaian
konsep, dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan
suatu pekerjaan didasarkan pada suatu ketentuan dari pimpinan yang berbeda
dari aturan yang ada dan dikenakan seseorang karena adanya alasan yang dapat
diterima seperti untuk tidak memberlakukan aturan yang berlaku karena suatu
alasan yang kuat.
Implikasi dari kebijakan yang diambil mempersyarakan dua hal. Pertama,
sekelompok persoalan dengan karakteristik tertentu. Kedua, implikasi dari
karakteristik pembuatan kebijakan sebagai suatu proses. Jika dilihat dari sudut
pembangunan pendidikan, maka implikasi kebijakan pendidikan nasional adalah
upaya peningkatan taraf dan mutu kehidupan bangsa dalam mengembangkan
kebudayaan nasional, karenanya dalam pengambilan keputusan selalu ditemukan
problem.

7
Mudjia Rahardjo, Pemikiran Kebijakan Pendidikan Kontemporer, (Malang: UIN Maliki Press,
2010), hlm. 3
8
Syaiful Syagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm.97

viii
Kebijakan dalam konteks ini adalah kebijakan yang terkait dengan
masalah pendidikan. Pendidikan merupakan proses tanpa akhir yang diupayakan
oleh siapa pun, terutama negara. Pendidikan sebagai upaya untuk meningkatkan
kesadaran dan ilmu pengetahuan. Dilihat dari makna sempitnya, pendidikan
identik dengan sekolah. Berkaitan dengan hal ini, pendidikan adalah pengajaran
yang diselenggarakan sekolah sebagai lembaga mendidik. Pendidikan
merupakan segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja
(usia sekolah) yang diserahkan kepada pihak sekolah agar mempunyai
kemampuan kognitif dan kesiapan mental yang sempurna dan kesadaran maju
yang berguna bagi mereka untuk terjun ke masyarakat, menjalin hubungan
sosial, dan memikul tanggung jawab mereka sebagai individu maupun sebagai
makhluk sosial. 9

C. Jenjang Dan Kurikulum Pendidikan Nasional


1. Jenjang Pendidikan Nasional
Menurut undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sisdiknas
dalam Hafid pengertian jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan
dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.
Menurut Ihsan jenjang pendidikan adalah tahap pendidikan yang
berkelanjutan, yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta
didik, tingkat kerumitan bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan
pengajaran.
Dari beberapa pengertian mengenai jenjang pendidikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang harus
ditempuh oleh peserta didik secara berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan
tingkat perkembangan peserta didik yang bertujuan untuk mengembangkan
potensi dirinya.
Adapun jenis-jenis jenjang pendidikan nasional, yaitu:
a. Pendidikan Formal

9
Nurani Soyomukti, Teori-teori Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2010), hlm. 41

ix
Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi:
1) Pendidikan Dasar
2) Pendidikan Menengah
3) Pendidikan Tinggi
b. Pendidikan Nonformal
Jenjang pendidikan nonformal yang merupakan
pendidikan yang diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai
pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal
dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Satuan
pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga
pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat,
dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.
2. Kurikulum Pendidikan Nasional
Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang diadakan untuk
membelajarkan siswa. Dengan program itu para siswa melakukan berbagai
kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku
siswa sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Oleh sebab itu
kurikulum harus disusun sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat dicapai.
Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah mata pelajaran tertentu saja, tetapi
meliputi setiap sesuatu yang bisa mempengaruhi siswa, seperti : bangunan
sekolah, alat pelajaran, perlengkapan, perpustakaan gambar-gambar, halaman
dan lain sebagainya yang menunjang pembelajaran efektif. Semua
kesempatan dan kegiatan yang akan dan perlu dilakukan oleh siswa
direncanakan dalam suatu kurikulum.
Di dalam undang-undang sistem pendidikan nasional Nomor 20
Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 19 dijelaskan bahwa, Kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengatuaran mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara

x
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional".10
Kurikulum dapat diartikan menurut fungsinya sebagaimana dalam
pengertianberikut ini:
a. Kurikulum sebagai program studi. Merupakan seperangkat mata
pelajaran yang mampu dipelajari oleh peserta didik di sekolah atau di
institusi pendidikan lainnya.
b. Kurikulum sebagai konten. Merupakan data atau informasi yang tertera
dalam buku-buku kelas tanpa dilengkapi dengan data atau informasi lain
yang memungkinkan timbulnya belajar.
c. Kurikulum sebagai kegiatan terencana. Merupakan kegiatan yang
direncanakan tentang hal-hal yang akan diajarkan dan dengan cara
bagaimana hal itu dapat diajarkan dengan berhasil.
d. Kurikulum sebagai hasil belajar. Merupakan seperangkat tujuan yang
utuh untuk memperoleh suatu hasil tertentu tanpa menspesifikasi
caracara yang dituju untuk memperoleh hasil tersebut, atau seperangkat
hasil belajar yang direncanakan dan diinginkan.
e. Kurikulum sebagai reproduksi kultural. Merupakan transfer dan refleksi
butir-butir kebudayaan masyarakat, agar dimiliki dan dipahami anak-
anak generasi muda masyarakat tersebut.
f. Kurikulum sebagai pengalaman belajar. Merupakan keseluruhan
pengalaman belajar yang direncanakan dibawah pimpinan sekolah.
g. Kurikulum sebagai produksi. Merupakan seperangkat tugas yang harus
dilakukan untuk mencapai hasil yang ditetapkan terlebih dahulu.

D. Sistem Penilaian Pendidikan Nasional


Penilaian adalah istilah umum yang mencakup semua metode yang
digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik. Proses penilaian mencakup

10
Pendidikan Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, (Jakarta:
Depdiknas, 2003), h. 9

xi
pengumpulan bukti untuk menunjukkan pencapaian beajar peserta didik. Tujuan
penilaian memiliki banyak sekali manfaatnya, di antaranya adalah: untuk
mengetahui apakah siswa telah atau belum menguasai suatu kompetensi dasar
tertentu, penilaian juga bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian
kompetensi guru, mengukur pertumbuhan dan perkembangan siswa,
mendiagnosis kesulitan belajar siswa, mengetahui hasil pembelajaran, mengetahui
pencapaian kurikulum, mendorong siswa belajar dan mendorong guru agar
mengajar dengan lebih baik. Sistem penilaian di atas dapat berfungsi untuk:
1. mengetahui kemajuan belajar siswa,
2. mendiagnosis kesulitan belajar,
3. memberikan umpan balik,
4. melakukan perbaikan,
5. memotivasi siswa untuk belajar lebih baik.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan BAB I Ketentuan Umum: Penilaian adalah proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil beljar
peserta didik.
Prinsip penilaian berbasis kelas lainnya, yaitu tidak terpisahkan dari KBM,
menggunakan acuan patokan, menggunakan berbagai cara penilaian (tes dan
nontes), mencerminkan kompetensi siswa secara komprehensif, berorientasi pada
kompetensi, valid, adil, terbuka, berkesinambungan, bermakna dan mendidik.
Untuk lebih jelasnya akan diuraikan pembagian penilaian beserta
tekniknya sebagai berikut:
1. Penilaian Unjuk Kerja
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan
mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu.
2. Penilaian Sikap
Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif.
Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau
penilaiannya terhadap sesuatu.
3. Penilaian tertulis

xii
Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Teknik
penilaian memiliki dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:
a. Soal dengan memilih jawaban
1) Pilihan Ganda
2) Dua Pilihan (Benar dan Salah)
3) Menjodohkan
b. Soal dengan mensuplai
1) jawaban.
2) isian singkat atau melengkapi, uraian terbatas, uraian obyektif /
non obyektif, uraian terstruktur/ nonterstruktur.
4. Penilaian Proyek
Penilain proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas
yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu.
5. Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan
kualitas suatu produk. Ada 3 (tiga) tahap penilaian yaitu: tahap persiapan,
tahap pembuatan produk (proses), dan tahap penilaian produk (appraisal).
6. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang
didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan
kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu.11

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

11
B.Uno Hamzah, Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2007.

xiii
Ideology berasal dari bahasa Yunani ide (idea/gagasan) dan logos (studi
tentang ilmu pengetahuan tentang). Secara harfiah, sebagaimana dalam
metafisika klasik, ideologi merupakan ilmu pengetahuan tentang ide-ide, studi
tentang asal-usul ide. Pendidikan berasal dari kata “didik” dengan mendapat
awalan me sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi
latihan.
Kebijakan merupakan istilah yang sering kali kita dengar dalam konteks
pemerintahan atau berpolitikan. Istilah kebijakan memiliki cakupan yang
sangat luas. Kata “policy” yang berarti mengurus masalah atau kepentingan
umum, atau berarti juga administrasi pemerintah.
Menurut Ihsan jenjang pendidikan adalah tahap pendidikan yang
berkelanjutan, yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta
didik, tingkat kerumitan bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan
pengajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang diadakan untuk
membelajarkan siswa. Dengan program itu para siswa melakukan berbagai
kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku
siswa sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran.
Penilaian adalah istilah umum yang mencakup semua metode yang
digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik. Proses penilaian mencakup
pengumpulan bukti untuk menunjukkan pencapaian beajar peserta didik.

B. Saran
Harapan dari kami sebagai penyusun kepada semua pihak baik
pengkoreksi maupun pembaca untuk memberikan kritik dan saran kepada
kami. Karena makalah yang kami susun ini masih terlihat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
butuhkan untuk memperbaiki kekurangan yang ada dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ihsan Fuad, 2010, Dasar-dasar Kependidikan Komponen MKDK, Jakarta;
Rineka Cipta.

xiv
Kholiq Abdul, dkk, 1999, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Tokoh
Klasik Kontemporer, Yogyakarta; Pustaka Pelajar.
Arifin H.M., 2011, Ilmu Pendidikan Islam tinjauan Teoritis dan Praktis
Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, PT Bumi Aksara Jakarta.
Mardikani Asih, 2005, Telaah Pemikiran Hasan Al-Banna dan Kurikulum
Pendidikan Hasan Al-Banna Pendekatan Hitoris-Filosofis, Yogyakarta; Fakultas
Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga.
F O’ Neill William, 2001, Ideologi-Ideologi Pendidikan, Alih Bahasa Omi
Intan Naomi, Yogyakarta; Pustaka Pelajar.
Rahardjo Mudjia, 2010, Pemikiran Kebijakan Pendidikan Kontemporer,
Malang; UIN Maliki Press.
Syagala Syaiful, 2008, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung;
Alfabeta.
Soyomukti Nurani, 2010, Teori-teori Pendidikan, Jogjakarta; Ar-Ruz
Media.
Pendidikan Nasional, 2003, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2003, Jakarta; Depdiknas.
Hamzah B.Uno, 2007, Perencanaan Pembelajaran, Jakarta; Bumi Aksara.

xv

Anda mungkin juga menyukai