Anda di halaman 1dari 16

POLA ASUH ORANG TUA

Oleh :

MUH. ADAM ALIF


11000119101
HES C

FAKULTAS HUKUM EKONOMI SYARIAH


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2020

i
Halaman Judul

POLA ASUH ORANG TUA

Oleh

M. ADAM ALIF
11000119101
HES C

FAKULTAS HUKUM EKONOMI SYARIAH


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2020

i
DAFTAR ISI

Halaman sampul ............................................................................................... i


Daftar Isi........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Manfaat Penelitian ........................................................................... 2
D. Tujuan Penelitian ............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3
A. Definisi Pola Asuh Orang Tua......................................................... 3
B. Tipe-tipe Pola Asuh Orang Tua ....................................................... 4
C. Dimensi Pola Asuh Orang Tua ........................................................ 8
D. Aspek Pola Asuh Orang Tua ........................................................... 10
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 12
A. Kesimpulan ...................................................................................... 12
B. Saran ................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULAN

A. Latar Belakang
Pola asuh orang tua secara etimologi adalah sebagai berikut : 1] Pola
berarti bentuk, tata cara. 2] Asuh berarti menjaga, merawat dan mendidik.
Sehingga pola asuh berarti bentuk atau sistem dalam menjaga, merawat dan
mendidik. Sedangkan jika ditinjau dari terminologi, pola asuh orang tua adalah
suatu pola atau sistem yang diterapkan orang tua dalam menjaga, merawat dan
mendidik seorang anak yang bersifat relative konsisten dari waktu ke waktu.
Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak dari segi negatif atau positif
(Shochib, 2000).
Pola pengasuhan dipengaruhi oleh budaya yang ada di lingkungannya
karena segala sesuatu yang ada dalam keluarga baik yang berupa benda –
benda dan orang – orang serta peraturan – peraturan dan adat istiadat yang
berlaku dalam keluarga itu sangat berpengaruh dan menentukan corak
perkembangan anak serta pendidikan orang tua (Gazali, 2009).
Sedangkan, orang tua merupakan tempat pertama kalinya seseorang
anak memperoleh pendidikan dan mengenal nilai–nilai maupun peraturan yang
harus diikutinya, serta membekali anak untuk melakukan hubungan sosial
dengan lingkungan yang lebih luas. Namun dengan adanya perbedaan latar
belakang, pengalaman, pendidikan dan kepribadian dari orang tua, maka
terjadilah keanekaragaman cara mendidik anak. (Spok, 2002).
Orang tua merupakan pengambil peran utama dalam mengasuh anak –
anaknya. Terutama kedekatan anak terhadap ibu, karena ibunya yang
mendukung, melahirkan dan menyusui secara psikologis menpunyai ikatan
yang lebih dalam. Namun tentu saja peran ayah sebagai orang ta tidak kalah
penting juga. Terjadinya krisis hubungan yang melibatkan antara orang tua dan
anak sebagian besar disebabkan karena ketidakbijaksanaan orang tua dalam
menerapkan pola asuh kepada anaknya. Sikap pengasuhan anak itu tercermin
dari dalam pola pengasuhan kepada anak yang berbeda – beda karena orang tua
dan keluarga mempunnyai pola pengasuhan tertentu. (Galih,2009)

1
Peran pengasuhan oleh orang tua juga dijelaskan dalam al-Qur’an surah
at-Tahrim (66) : 6 sebagai berikut :

… .
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka … QS. at-Tahrim (66):6
Perkembangan anak dari segala fase dan aspek perkembangan terutama dari
bayi sampai pada masa remaja, dari aspek fisik sampai pada psikologi, kearah
positif atau negatif sebagian besarnya akan dipengaruhi pola asuh dan kualitas
orang tua.
Orang tua perlu menyesuaikan posisinya sesuai dengan kondisi anak
Oleh karena beberapa penjelasan terkait pola asuh orang tua di atas, maka
penulis perlu membahas pola asuh orang tua lebih lanjut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi pola asuh orang tua?
2. Bagaimana tipe-tipe pola asuh orang tua?
3. Bagaimana dimensi pola asuh orang tua?
4. Bagaimana aspek pola asuh orang tua?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengertahui definisi pola asuh orang tua.
2. Untuk mengetahui tipe-tipe pola asuh orang tua.
3. Untuk mengetahui dimensi pola asuh orang tua.
4. Untuk mengetahui aspek pola asuh orang tua
D. Manfaat Penulisan
Makalah ini dapat memberikan informasi dan sebagai tambahan kepustakaan
bagi penulis terkait pola asuh orang tua yang lain.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Pola Asuh Orang Tua


Pola asuh orang tua secara etimologi berasal dari kata pola berarti
bentuk, tata cara. Sedangkan asuh berarti menjaga, merawat dan mendidik.
Sehingga pola asuh berarti bentuk atau sistem dalam menjaga, merawat dan
mendidik.
Jika ditinjau dari terminologi, pola asuh orang tua adalah suatu pola
atau sistem yang diterapkan orang tua dalam menjaga, merawat dan mendidik
seorang anak yang bersifat relative konsisten dari waktu ke waktu. Pola
perilaku ini dapat dirasakan oleh anak dari segi negatif atau positif. (Shochib,
2000)
Cara orang tua mengasuh, mendidik serta merawat anak dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor antara lain faktor budaya, agama, kebiasaan, status
ekonomi dan kepercayaan serta kepribadian orang tua. Selain itu faktor pola
asuh yang diterapkan pada anak biasanya sangat dipengaruhi oleh pola asuh
yang diterima orang tua semasa kecil. Fungsi pola asuh dari orang tua adalah
menganjurkan anak dan menerima pengekangan yang dibutuhkan dan
membantu mengarahkan emosi anak ke dalam jalur yang berguna dan diterima
secara sosial.(Junaidi, 2009)
Begitu besarnya peranan orang tua dalam mengembangkan potensi yang
telah diberikan oleh Allah kepada setiap anaknya, agar anak tersebut tetap pada
firah yang suci, Nabi Muhammad SAW mengatakan dalam hadits riwayat
Bukhari yang artinya:
“Abu Hurairah menceritakan, bahwa Nabi Muhammad SAW berkata
tidak seorangpun yang di lahirkan, melainkan ia di lahirkan dalam keadaan
fitrah maka ibu bapaknyalah yang menjadikan yahudi atau Nasrani atau
Majusi” (H.R Bukhari dan Muslim)
Menurut hadits di atas dapat dipahami bahwa dalam pengembangan
fitrah setiap manusia yang dilahirkan tidak terlepas dari peran orang tua. Fitrah

3
itu sendiri menurut Bastaman adalah “suci dan beriman”. Diibaratkan pada
hadits tersebut bahwa jika anak menjadi Yahudi, Nasrani dan Majusi (sebagai
sebuah kondisi penyimpangan fitrah dari fitrah Islami) adalah karena kesalahan
orang tua dalam mendidik. Atau mungkin sekali orang tua ikut andil dalam
memberikan sifat-sifat Keyahudian, Kenasranian, atau Kemajusian dalam diri
anak atau mungkin juga orang tua itu tidak memahaminya atau memang
dilakukan didasarkan atas sifat dan cara-cara orang tua yang ditiru oleh anak.
B. Tipe-tipe Pola Asuh Orang Tua
Ada tiga macam jenis pola asuh orang tua yang berhubungan dengan aspek
yang berbeda dalam perilaku sosial remaja antara lain sebagai berikut :
a. Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter merupakan disiplin yang kaku dan keras. Dalam
menerapkan disiplin menggunakan hukuman fisik dan ancaman orang tua
juga memberikan hukuman dengan cara menghindarkan afeksi dari anak
dalam waktu tertentu, menjauhi anak atau tidak mau berbicara dengan
mereka.
Orang tua dengan pola asuh otoriter menerapkan kekuasaan orang tua,
disiplin yang kaku, dingin dan kurang peduli pada perasaan anak. Pola asuh
ini menggunakan pengawasan sepenuhnya, anak tidak didorong untuk
mandiri dan tidak diberikan kesempatan utuk mengungkapkan pendapatnya.
Menurut Steward dan Koch (2003), orang yang menerapkan pola asuh
otoriter mempunyai ciri sebagai berikut:
1) Kaku, di mana peraturan dan disiplin yang diterapkan orang tua
tidakdapat diganggu gugat.
2) Tegas, perkataan orang tua tidak dapat disanggah dan harus ditepati.
3) Suka menghukum. Orang tua tidak segan memberikan hukuman,
baikfisik maupun psikis.
4) Kurang ada kasih sayang serta simpatik. Orang tua tidak pernah atau
jarang menilai hasil pekerjaan anak.

4
5) Orang tua memaksa anak-anak untuk patuh pada nilai-nilai mereka,serta
mencoba membentuk tingkah laku yang sesuai dengan tingkah lakunya
serta cenderung mengekang keinginan anak.
6) Orang tua tidak mendorong serta memberi kesempatan pada anakuntuk
mandiri dan jarang memberikan pujian.
7) Hak anak dibatasi tetapi dituntut tanggung jawab seperti orang dewasa.
(Junaidi, 2009)
Gerugan, 2009 dalam penelitiannya menemukan bahwa anak-anak yang
diasuh oleh orang tua yang otoriter banyak menunjukkan ciri-ciri adanya
sikap menunggu dan menyerah segala-galanya dalam pengasuhannya.
Disamping sikap menunggu itu terdapat juga ciri-ciri keagresifan,
kecemasan, dan mudah putus asa.
b. Pola asuh demokratis
Pada pola asuh ini orang tua berusaha mengarahkan aktivitas anak
secara rasional, memberikan informasi dan penjelasan tentang dasar
kebijaksanaan atau keputusan yang diambilnya serta mempertimbangkan
implikasi jangka panjangnya. Corak hubungan antara orang tua bersifat
memberi dan menerima, karena orang tua memberi kebebasan pada anak
untuk berekspresi dan berani mengambil tindakan, meskipun anak
tetapdiawasi dan diberikan tanggung jawab serta didorong untuk mandiri
dandilatih untuk mengambil pertimbangan secara matang. Pola asuh
demokratis berasumsi bahwa kebebasan pribadi untuk memenuhi keinginan
dan kebutuhan,baru bisa tercapai dengan baik bila individu mengontrol dan
mengendalikan diri serta menyesuaikan diri dengan lingkungan, baik
keluarga maupun dengan masyarakat. Erwin, 2003, menyatakan disiplin
orang tua yang demokratis menjelaskan aturan dan menjelaskan mengapa
mereka menuntut anak untuk bertingkah laku tertentu, disiplin ini disebut
Induction.
Stewart dan Koch (2003) menyatakan ciri-cirinya adalah:
1) Bahwa orang tua yang demokratis memandang sama hak dan kewajiban
antara orang tua dan anak.

5
2) Secara bertahap orang tua memberikan tanggung jawab bagi anak-
anaknya terhadap segala sesuatu yang diperbuatnya sampai mereka
menjadi dewasa.
3) Mereka selalu berdialog dengan anak-anaknya, saling memberi dan
menerima, selalu mendengarkan keluhan-keluhan dan pendapat-pandapat
anaknya.
4) Dalam bertindak, mereka selalu memberikan alasan kepada anak,
mendorong anak saling membantu dan bertindak secara obyektif, tegas
tetapi hangat dan penuh pengertian.
Pola asuhan demokratik ditandai dengan ciri-ciri:
a) Anak-anak diberi kesempatan untuk mandiri dan dan
mengembangakan kontrol internalnya.
b) Anak diakui keberadaannya oleh orang tua.
c) Anak dilibatkan dalam pengambilan keputusan.
Geringan, 2009 menemukan dalam penelitiannya dengan
membandingkan keluarga yang berpola demokratis dengan yang otoriter
dengan membandingkan keluarga yang berpola demokratis dengan yang
otoriter dalam mengasuh anaknya, bahwa asuhan dari orang tua
demokratis menimbulkan ciri-ciri berinisiatif, berani, lebih giat, dan lebih
bertujuan. Sebaliknya, semakin otoriter orang tua makin berkurang
ketidaktaatan anak, bersikap menunggu, tidak dapat merencanakan
sesuatu, daya tahan kurang, dan menunjukkan ciri-ciri takut. Jadi setiap
pola asuh orang tua akan berpengaruh terhadap anak asuhannya dalam
perilaku tertentu, misalnya terjadinya agresif pada anak.
c. Pola asuh permisif
Orang tua hanya memiliki tuntutan, tidak menghukum, tidak
mengarahkan perilaku anak, tidak memberi penjelasan, cenderung
menerima dan memuaskan keinginan anak. Nampaknya mereka hadir untuk
dirinya sendiri dan bukan sebagai orang yang bertanggung jawab dalam
membentuk dan mengarahkan perilaku dan kepribadian anak serta tidak
memberikan kontrol diri pada anak.

6
Pola asuh ini berakibat orang tua yang memanjakan anak, sehingga
pola asuh ini ditandai dengan tidak adanya pengawasan, tidak ada tuntutan
dan orang tua yang relative hangat. Pola asuh permisif menerima dan
responsive terhadap anak. Anak dipandang memiliki bekal secara alami
untuk mengatur dan mengurus dirinya sendiri.
Pola asuh ini juga sebagai akibat dari orang tua yang memanjakan
anak, sehingga pola asuh ini ditandai dengan tidak adanya pengawasan,
tidak ada tuntutan dan orang tua relatif hangat. Pola asuh permisif menerima
dan responsif terhadap anak, namun sedikit melakukan pengawasan dan
pembatasan tentang sikap dan tingkah laku anak.
Ciri pola asuh permisif:
a) Orang tua yang mempunyai pola asuh permisif cenderung selalu
memberikan kebebasan pada anak tanpa memberikan kontrol sama
sekali.
b) Anak dituntut atau sedikit sekali dituntut untuk suatu tanggung jawab,
tetapi mempunyai hak yang sama seperti orang dewasa.
c) Anak diberikan kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri dan orang tua
tidak banyak mengatur anaknya.
Pola asuh permisif pada umumnya tidak memiliki pengawasan orang
tua, dengan pola asuh ini memberikan sedikit tuntutan dan sedikit disiplin.
Anak-anak dengan pola asuh permisif dibiarkan mengatur tingkah laku
mereka sendiri dan membuat keputusan sendiri. Pola asuh permisif bersikap
serba bebas tanpa kendali dan tidak ada tuntutan. Pola asuh ini lemah dalam
mendisiplinkan tingkah laku anak. Melalui pola asuh ini orang tua hanya
sedikit memberi perhatian dalam kemandirian dan otonomi. Anak yang
orang tuanya permisif, jarang belajar menghormati orang yang lebih tua dan
kesulitan mengendalikan perilaku mereka serta kesulitan dalam bergaul
dengan teman sebaya.
Orang tua permisif memberikan kepada anak untuk berbuat
sekehendaknya dan lemah sekali dalam melaksanakan disiplin pada
anak.kekrangan pola asuh permisif yaitu;

7
a) Adanya kontrol yang kurang
b) Orang tua bersikap longgar atau bebas dan
c) Bimbingan terhadap anak kurang.
Ketiga sifat-sifat orang tua di atas adalah refresentasi dari seluruh
cara-cara yang dilakukan oleh orang tua dalam melakukan proses
pendidikan di lingkungan masyarakat. Terlepas dari cara-cara dan sifat
orang tua dalam mendidik anak di atas, sebaiknya perlu untuk di sadari
bahwa dalam mendidik anak orang tua dituntut agar lebih sabar dan
bijaksana dan diikutid engan penuh kesadaran bahwa anak-anak itu
adalah amanat yang dititipkan untuk dijaga dan dipelihara. (Erwin, 2003)
C. Dimensi Pola Asuh Orang Tua
Pada umumnya praktik pengasuhan kepada anak dibagi menjadi dua dimensi
yaitu:
a) Dimensi Kontrol
Dimensi ini berhubungan dengan sejauhmana orang tua mengharapkan dan
menuntut kematangan serta prilaku yang bertanggung jawab dari anak.
Dimensi kontrol memiliki indikator, yaitu :
1) Pembatasan (Restrictiveness)
Pembatasan merupakan suatu pencegahan atas suatu hal yang ingin
dilakukan anak. Keadaan ini ditandai dengan banyaknya larangan yang
dikenakan pada anak. Orang tua cenderung memberikan batasan –
batasan terhadap tingkah laku atau kegiatan anak tanpa disertai
penjelasan mengenai apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh
dilakukan, sehingga anak dapat menilai pembatasan – pembatasan
tersebut sebagai penolakan orang tua atau pencerminan bahwa orang tua
tidak mencintainya.
2) Tuntutan (Deman dingeness)
Secara umum dapat dikatakan bahwa adanya tuntutan berarti orang tua
mengharapkan dan berusaha agar anak dapat memenuhi standar tingkah
laku, sikap serta tanggung jawab sosial yang tinggi atau yang telah
ditetapkan. Tuntutan yang diberikan oleh orang tua akan bervariasi dalam

8
hal sejauh mana orang tua menjaga,mengawasi atau berusaha agar anak
memenuhi tuntutan tersebut.
3) Sikap Ketat (Strictness)
Aspek ini dikaitkan dengan sikap orang tua yang ketat dan tegas menjaga
anak agar selalu mematuhi aturan dan tuntutan yang diberikan oleh orang
tuanya. Orang tua tidak menginginkan anaknya membantah atau tidak
menghendaki keberatan–keberatan yang diajukan anak terhadap
peraturan–peraturan yang telah ditentukan.
4) Campur Tangan (Intrusiveness)
Campur tangan orang tua dapat diartikan dapat diartikan sebagai
intervensi yang dilakukan orang tua terhadap rencana-rencana anak,
hubungan interpersonal anak atau kegiatan lainnya. Orang tua yang
selalu turut campur dalam kegiatan anak menyebabkan anak kurang
mempunyai kesempatan untuk mengembangkan diri sehingga anak
memiliki perasaan bahwa dirinya tidak berdaya. Anak akan berkembang
menjadi apatis, pasif, kurang inisiatif, kurang termotivasi, bahkan
mungkin dapat timbul perasaan depresif.
5) Kekuasaan yang Sewenang–wenang (Arbitrary exercise of fower)
Orang tua yang menggunakan kekuasaan sewenang-wenang, memiliki
kontrol yang tinggi dalam menegakan aturan-aturan dan batasan-batasan.
Orang tua merasa berhak menggunakan hukuman bila tingkah laku anak
tidak sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu, hukuman yang diberikan
tersebut tanpa disertai dengan penjelasan mengenai letak kesalahan anak.
b) Dimensi Kehangatan
Dimensi ini berhungan dengan tingkat respon orang tua terhadap
kebutuhan anak dalam penerimaan dan dukungan. Ada orang tua yang
memperlakukan anaknya dengan penuh kehangatan serta menerima dan
adapula yang responsif, menolak. Penerimaan orang tua terhadap anak
identik dengan pemberian kasih sayang tanpa imbalan. Orang tua yang
menerima anaknya akan memberikan kasih sayang serta memberikan
fasilitas untuk mengembangkan kemampuan serta minat anak, terlihat dari

9
sikap peduli terhadap kesejahteraan anak, tidak menuntut atau memusuhi.
Ciri utama dimensi responsive:
 Memperhatikan kesejahteraan dan cepat tanggap atas kebutuhan anak.
 Bersedia meluangkan waktu untuk bekerja bersama-sama dalam suatu
kegiatan
 Siap untuk menanggapi kecakapan atau keberhasilan anak serta
menunjukkan cinta kasih.
 Peka terhadap keadaan emosi anak.
D. Aspek-Aspek Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh orang tua memiliki beberapa aspek, yaitu:
a) Komunikasi antara orang tua dan anak
Komunikasi ini mencakup kesempatan untuk mengemukakan pendapat,
keinginan, keluh kesah serta tempat berdikusi atau berdialog.
b) Penerapan disiplin dalam keluarga
Penerapan disiplin berupa kontrol nilai-nilai dan aturan yang diterapkan
dalam keluarga.
c) Pemenuhan kebutuhan fisik dan psikis
Pemenuhan fisik berupa sarana dan prasarana untuk aktivitas dan kebutuhan
psikis berupa kasih sayang dan perhatian.
d) Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh
Factor yang mempengaruhi pola asuh, yaitu:
 Pendidikan orang tua
Orang tua yang mendapat pendidikan yang baik, cenderung menetapkan
pola asuh yang lebih demokratis ataupun permisif dibandingkan dengan
orang tua yang pendidikannya terbatas. Pendidikan membantu orang tua
untuk lebih memahami kebutuhan anak.
 Kelas sosial
Orang tua dari kelas sosial menengah cenderung lebih permisif dibanding
dengan orang tua dari kelas sosial bawah.
 Konsep tentang peran orang tua

10
Tiap orang tua memiliki konsep yang berbeda-beda tentang bagaimana
seharusnya orang tua berperan. Orang tua dengan konsep tradisional
cenderung memilih pola asuh yang ketat dibanding orang tua dengan konsep
nontradisional.
 Kepribadian orang tua
Pemilihan pola asuh dipengaruhi oleh kepribadian orang tua. Orang tua
yang berkepribadian tertutup dan konservatif cenderung akan
memperlakukan anak dengan ketat dan otoriter.
 Kepribadian Anak
Tidak hanya kepribadian orang tua saja yang mempengaruhi pemilihan pola
asuh, tetapi juga kepribadian anak. Anak yang ekstrovert akan bersifat lebih
terbuka terhadap rangsangan-rangsangan yang datang pada dirinya
dibandingkan dengan anak yang introvert.
 Usia anak
Tingkah laku dan sikap orang tua dipengaruhi oleh anak. Orang tua yang
memberikan dukungan dan dapat menerima sikap tergantung anak usia pra
sekolah dari pada anak. Dalam keluarga tidak ada peraturan dan pembatasan
apabila disiplin terlalu longgar anak akan merasa bingung dan kurang aman.
Akibat dari pengalaman yang terbatas dan kehidupan mental masih belum
matang, mereka sulit membuat keputusan tentang perilaku mana yang sesuai
dengan harapan sosial, mereka tidak tahu mana yang boleh dan mana yang
tidak boleh dilakukan. Sebagai hasil dari itu mereka cenderung untuk jadi
ketakutan, gelisah, dan sangat agresif serta depresi. (Ridah, 2006)

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Orang tua adalah sekolah pertama bagi anak, kepribadian anak kearah positif
atau negatif tergantung pada pola asuh yang diberlakukan oleh tua. Anak yang
diasuh dengan pola otoriter tentu saja akan berbeda dengan anak yang diasuh
dengan pola demokratis, begitupun pola permisif.
B. Saran
1. Peningkatan kualitas pengetahuan orang tua perlu dilakukan dari waktu ke
waktu.
2. Tidak ada pola asuh yang sempurna, sehingga penggunaan satu pola tidak
mutlak, atrinya pada situasi tertentu orang tua dapat menjadi otoriter dan
diwaktu lain dapat menjadi demokratis, sehingga setiap pola menjadi saling
melengkapi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Erwin. P,2003.Friendship and Relation in Children.England : John Willy andSans


Ltd

Galih. 2009. Pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap pola asuh anak
pada masyarakat desa campurejo kecamatan boja kabupaten kendal.
http://one.indoskripsi.com/node/10123. 01 Juni 2020.

Gazali, imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.


Cetakan keempat. Semarang : UNDIP

Gerungan, W. 2009. Psikologi Sosial. Bandung: Eresco

Moh. Shochib. 2000.Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Anak


mengembangkanDisiplin Diri.Jakarta:Reinaka Cipta.

Ridah. 2006. Hubungan pola asuh orang tua dengan kepribadian anak remaja
usia.17-21 tahun di sekolah menengah atas 15 makassar. Skripsi tidak
diterbitkan. Fakultas Kedokteran Universitas Hasaniddin. Makassar

Spock. B. 2002. Membina Watak Anak. Terjemahan Wunan. J.K Jakarta : Penerbit
Gunung Jati.

Stewart dan Koch. 2003. Children Development Throught Adolescence. Canada :


John Wiley and Sons Inc.

Wawan, Junaidi, (2010). Jenis Pola Asuh Orang Tua, http://blogspot.com./2010


Diakses tanggal 01 Juni 2020

Anda mungkin juga menyukai