Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

“ AKHIR MASA KANAK-KANAK”


Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah
Psikologi Perkembangan

Disusun oleh :
Dinda Alfika Anugrahani
22081014
Vidi Yuliana Sari
22081008

Dosen Pembimbing :
Starry Kireida Kusnadi, S.Psi.,M.Psi.
0718078901

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA
SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta
karunia-Nya sehingga makalah dengan berjudul ‘AKHIR MASA KANAK-KANAK’ dapat
selesai.
Makalah ini di buat dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang ada pada semester 2
dari ibu Starry Kireida Kusnadi, S.Psi.,M.Psi. pada bidang studi psikologi perkembangan.
Berkat tugas yang di berikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik
yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesarnya kepada semua pihak
yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketidaksempurnaan
yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran
dari pembaca apabila menemukan kesalahan pada makalah ini.

Surabaya, 23 Desember 2022


Kelompok Saya:
1. Dinda Alfika A
2. Vidi Yuliana S
DAFTAR ISI

COVER ..............................................................................................................................
KATA PENGANTAR ......................................................................................................
DAFTAR ISI .....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................
1.3 Tujuan .....................................................................................................................
1.4 Manfaat ...................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................
2.1.1 Ciri akhir masa kanak-kanak..........................................................................
2.1.2 Tugas perkembangan Akhir masa kanak-kanak.............................................
2.1.3 Perkembangan fisik pada akhir masa kanak-kanak........................................
2.1.4 Ketermapilan awal pada akhir masa kanak-kanak..........................................
2.1.5 Kemajuan bicara.............................................................................................
2.1.6 Emosi dan ungkapan-ungkapan emosi...........................................................
2.1.7 Pengelompokan sosial ...................................................................................
2.1.8 Minat dan kegiatan bermain...........................................................................
2.1.9 Peningkatan dalam pengertian........................................................................
2.2.1 Sikap dan perilaku moral................................................................................
2.2.2 Minat pada akhir masa kanak-kanak .............................................................
2.2.3 Penggolongan peran seks ...............................................................................
2.2.4 Perubahan dalam hubungan keluarga.. ..........................................................
2.2.5 Perubahan kepribadian...................................................................................
2.2.6 Bahaya pada akhir masa kanak-kanak............................................................
2.2.7 Kebahagiaan pada akhir masa kanak-kanak ..................................................
BAB III PENUTUP ..........................................................................................................
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam siklus kehidupannya, manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari
segi fisik maupun psikologisnya. Jika, Anda melihat potret diri Anda semasa bayi, tahulah
Anda bahwa selama ini secara pasti Anda telah beubah. Misalnya, dari seorang yang tidak
berdaya, sampai menjadi seorang mahasiswa seperti saat ini. Bagaimana hal ini dapat terjadi?
Apakah Anda yang sekarang tetap Anda yang dahulu juga? Dari hal ini terlihat bahwa
manusia mengalami perkembangan sejak bayi, masa kanak-kanak, remaja, dewasa, sampai
masa tua.
Dalam proses perkembangan, jelas adanya perubahan-perubahan yang meliputi aspek
fisik, intelektual, sosial, moral, bahasa, emosi dan perasaan, minat, motivasi, sikap,
kepribadian, bakat, dan kreatifitas. Di mana dalam setiap aspek tersebut pada dasarnya
membuat kombinasi-kombinasi atau hubungan baru yang kemudian membentuk spesialisasi
fisik dan psikologis yang berbeda antara manusia yang satu dan lainnya.
Adanya kombinasi dan perbedaan, menyebabkan adanya persaingan dan rasa saling
membutuhkan antara manusia yang satu dan lainnya. Dengan demikian, pola perilaku
manusia dapat menunjukkan kesempatan apa yang akan diperoleh untuk mengembangkan
kepopulerannya dalam kelompok terhadap mereka yang berlatar belakang ras, agama, sosial-
ekonomi yang berbeda akan memperbaiki mereka yang mempunyai standar penampilan dan
perilaku yang berbeda.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa yang dimaksud dengan akhir masa kanak-kanak?
2) Bagaimana proses perkembangan fisik pada akhir masa kanak-kanak?
3) Apa saja tugas perkembangan pada akhir masa kanak-kanak?
4) Kenapa penggolongan peran seks itu penting?
5) Mengapa terdapat bahaya pada akhir masa kanak-kanak?

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan akhir masa kanak-kanak.
2) Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya perkembangan fisik pada akhir masa
kanak-kanak.
3) Untuk mengetahui apa saja tugas perkembangan pada akhir masa kanak-kanak.
4) Agar memahami kenapa penggolongan seks itu sangat penting pada akhir masa
kanak-kanak.
5) Agar dapat memahami bahaya pada akhir masa kanak-kanak.
1.4. Manfaat
1) Memberi pengetahuan baru terkait akhir masa kanak-kanak.
2) Memberi pengetahuan dan pemahaman baru terkait proses terjadinya perkembangan
fisik pada akhir masa kanak-kanak.
3) Memberi pengetahuan mengenai tugas perkembangan pasa akhir masa kanak-kanak.
4) Memeberi pengetahuan baru tentang penggolongan seks pada akhir masa kanak-
kanak.
5) Serta untuk mengetahui mengapa terdapat bahaya pada akhir masa kanak-kanak.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Akhir Masa Kanak-kanak
Akhir masa kanak kanak berlangsung dari usia 6 tahun sampai tiba saatnya individu menjadi
matang secara seksual.perulaan masa kanak knak biasanya ditandai dengan masuknya anak
ke kelas 1,hal ini merupakan perubahan besardalam pola kehidupan anak seperti
menyesuaikan diri dengan tuntutan dan harapan baru dikelas 1,kebanyakan anak berada
dalam keadaan tidak seimbang:
a) a.anak mengalami gangguan emosional
b) b.perubahan sikap
c) c.perubahan perilaku
d) d.perubahan fisik yang menonjol
kematangan pada masa kanak kanak dengan masa remaja timbulnya tidak selalu pada usia
yang sama ini disebabkan perbedaan dalam kematangan seksual anak laki laki dan
perempuan.

2.2 Ciri Akhir Masa Kanak-kanak


1. Anak menjadi tdk menurut dan cenderung dipengaruhi teman teman sebaya dri pada oleh
orang tua dan anggota keluarga lainnya.
2. Anak menjadi kurang rapih dlam arti anak anaka cenderung tidak memperdulikan dan
ceroboh dalam penampilan,dan kamar sangat berantakan meskipun ada peraturan dlam
keluarga.
3. Pada usia tersebut anak diharapkan memperoleh dasar dasar pengetahuan yang dianggap
penting untuk keberhasilan penyesuaian diri paa kehidupan dewasa dan mempelajari
berbagai keterampilan penting tertentu.
4. Bagi ahli psikologi,akhir masa kanak kanak adalah usia berkelompok dimana anak ingin
menyesuaikan dengan standar yang disetujui kelompok dalam penampilan,berbicara,dan
perilaku.
5. (usia kreatif),anak anak mulai menunjukkan kemampuan untuk menggunakan dasar dasar
ini dalam kegiatan kegiatan orisinal pada umumnya belum berkembang sempurna.
6. (usia bermain),anak anak lebih cenderung minat dan kegiatan bermain dam buka karena
banyaknya waktu untuk bermain.

2.3 Tugas perkembangan akhir masa kanak kanak


Kematangan seksual anak laki laki lebih lamban daripda perempuan
1. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan yang umum
2. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang sedng
tumbuh
3. Belajar menyesuaikan dri dengan teman teman seusianya
4. Mulai mengembangkan peran social pria atau wanita yang tepat
5. Mengebangkan keterampilan membaca,menulias dan berhitung
6. Mengembangkan pengertian pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari hari
7. Mengembangkan hati nurani,pengertian moral,dan tata dan tingkatan nilai
8. Mencapai kebebasan pribadi.

2.4 Perkembangan fisik pada akhir masa kanak kanak


a) Tinggi badan;kenaikan tinggi badan per tahun adalah 2-3 inci
b) Berat badan;kenaikan berat badan antara 3-5 pon
c) Perbandingan otot lemak;anak yang berbentuk endomorfik jaringan lemak jauh lebih
banyak daripada jaringan otot
d) Gigi;umumnya anak anak memiliki 22 gigi tetap,keempat diantaranya muncul saat
masa remaja

2.5 keterampilan akhir masa kanak kanak


keterampilan akhir masa kanak kanak dibagi menjadi empat yaitu
1. keterampilan menolong diri senndiri
Seperti makan,berpakaian,mandi dan berdandan sendiri hampir secepat dan semahir
orang dewasa
2. keterampilan menolong orang lain
Contohnya seperti membersihkan tempat tidur,menyapu,mengosongkan tempat
sampah
3. keterampilan sekolah
Dimana anak mengembangkan berbagai keterampilan seperti
menulis,menggambar,melukis,memasak
4. keterampilan bermain
Contohnya;bermain sepak bola,naik sepeda,berenang
pilihan penggunaan tangan
Pada saat anak anak mencapai akhir masa kanak kebanyakan anak melakukan sesuatu
memakai tangan atau dominan memakai tangan kanan tak jarang juga anak menjadi kidal
atau dominan meakai tangan kiri dikarenakan banyaknya kesulitan yang dihadapi dlam
mengubah pilihan penggunaan tangan,maka sekaliketerampilan yang dikuasai,sangat sedikit
anak yg mau mngubah penggunaan tangan kanan pada awal priode anak anak.

2.6 Kemajuan Berbicara


Berbicara merupakan sarana yng sangat penting sehingga hal tersebut membuat dorongan
yang kuat untuk berbicara lebih baik,anak mengetahui bahwa inti komunikasi adalah bahwa
ia mampu mengerti apa yg dikatakan orang lain

Bidang bidang yang mengalami kemajuan


Mencapai kemajuan dalam berbagai tugas yang tercakup dalam lancar berbicara
a) penambahan kosa kata
b) pengucapan
c) pembetukan kalimat
d) kemajuan dalam pengertian
e) isi pembicaraan
f) banyak bicara
kosa kata khusus pada akhir masa kanak kanak
a. kosa kata etiket
b. penggunaan kata minta tolong dan juga terimakasih dilingkungan keluarga
c. kosa kata warna
d. anak belajar nama semua warna yang umumm dan warna yang tidak terlampau umum
dipelajari segera setelah masuk sekolah
e. kosa kata bilangan
f. dari pelajaran berhitung disekolah
g. kosa kata uang
h. mengetahu berbagai uang logam dan mengerti berapa nilai dari berbagai satuan uang
kertas
i. kosa kata waktu
j. pengertian kosa kata tentang kata kata waktu
k. kata kata popular dan kata kata makian
l. dengan penggunaan kata tersebut anak anak merasa lebih dewasa dan nilai perhatian
lebih besar
m. kosa kata rahasia
n. kosa kata ini lebih ditujukan kesahabat atau orang terdekat bias berupa tulisan atau
kode,lambing bahkan pengganti huruf

2.7 Emosi dan ungkapan ungkapan emosi


Umumnya,ungkapan emosi pada masa akhir kanak-kanak merupakan ungkapan yang
menyenangkan .anak tertawa genit atau tertawa terbahak-bahak,menggeliat-
liat,mengejangkan tubuh atau berguling guling dilantai dan pada umumnya menunjukkan
pelepasan dorongan-dorongan yang tertahan. Untuk standar orang dewasa ungkapan
emosional kurang matang,tetapi hal ini menandakan bahwa anak bahagia dan dapat
mnyesuaikan diri.Biasanya anak perempuansering mencurahkan air mata atau
mengungkapkan ledakan amarah seperti perilaku pada masa prasekolah sedangkan anak laki-
laki lebih banyak mengungkapkan kekesalahan atau kekhawatirannya dengan cemberut atau
merajuk.
1. Pola emosi yang umum pada akhir masa kanak-kanak
Pola emosional umumnya dari akhir masa kanak-kanak berbeda dari pola emosional
awal masa kanak-kanak dalam dua hal pertama jenis situasi yang membangkitkan
emosi keduabentuk ungkapannya,perubahan tersebut merupakan akibat dari
meluasnya pengalaman dan belajarnya dari proses pematangan diri.umumnya anak
yang lebih besar lebih cepat marah kalau dihina dari pada anak yang lebih muda yang
tidk sepenuhnya mengerti apa arti setiap komentar yang bersifat merendahkan.
2. Periode meningginya emosi
Meningginya emosi pada akhir masa kanak-kanak dpat disebabkan karena keadaan
fisik atau lingkungan keadaan lingkungan yng menyebabkan meningginya emosi jga
beragam dan serius.karena penyesuaian dri pada setiap situasi baru selalu menysahkan
anak
3. Permulaan katarsis emosional
Keadaan emosi yang tidak tersalurkan tidak menyenangkan pada anak ,seringkali
anak dengan cara coba –coba meredakan keadaan ini dengan sibuk bermain,dengan
tertawa terbahak bahak atau bahkan dengan menangis.sekali cara meredkan emosi
yang tidak tersalurkan ini ditemukan,yang disebut katarkis emosi maka akan ttimbul
cara baru bagi anak untuk mengatasi ungkapan emosional agar sesuai dengan harapan
social.

2.8 Pengelompokan social dan perilaku social pada masa akhir kanak-kanak
Ciri ciri geng anak
1. Geng anak merupakan kelompok bermain
2. Untuk menjadi anggota geng,anak harus diajak
3. Anggota geng teridiri dari jenis kelamin yang sama
4. Geng social anak laki-laki dering terlibat dalam perilaku social yang buruk
dari papda anak perempuan
Efek dari keanggotaan kelompok
1. Belajar jdi kelompok
2. Belajar bebas dari orang dewasa
3. Belajar menyesuaikan diri dengan standar kelompok
4. Belajar perilaku social yang baik
Teman pada masa akhir kanak-kanak
Anak laki-laki cenderung mempunyai hubungan teman sebaya yang lebih luas daripada anak
perempuan.ia lebih suka bermain berkelompok dari pada hanya dengan satu atau dua
anak.sebaliknya hubungan social anak perempuan lebih intensif dalam arti bahwa ia lebih
sering bermain dengan satu atau dua dari pada degan seluruh kelompok.banyak factor yang
menentukan pemilihan teman biasanya yang dipilih adalah yang dianggap serupa dengan
dirinya sendiri dan memenuhi kebutuhan karena daya Tarik fisik mempengaruhi kesan
pertama,anak cenderung memilih mereka yang berpenampilan menarik menjadi teman
bermain dan sebagai teman baik mereka.
Perlakuan teman
Perlakuan yang kurang baik tidak hanya ditunjukkan kepada anak yang bukan anggota
kelompok.seringkali aanak anak saling tdk berbicara dengan teman bermain atau teman baik
ketika terjadi perkelahian.
Status sosiometris
Status yang mereka senangi pada kelompok social,tetapi juga status sosiometris dengan
teman sebaya mereka.
Pemimpin pada masa akhir masa kanak-kanak
Anak yang dipilih oleh teman-teman untuk berperan sebagai pemimpin pada akhir masa
kanak-kanak,mendekati ideal kelompok.ia tidak hanya disukai oleh sebagian besar anggota
kelompok,tetapi juga memiliki ciri-ciri yang dikagumi.

2.9 Minat dan kegiatan bermain pada akhir masa kanak-kanak


4. Bermain konstruktif
5. Menjelajah
6. Mengumpulkan
7. Permainan olahraga
8. Hiburan

PENINGKATAN DALAM PENGERTIAN


Dengan masuk sekolah, dunia dan minat anak-anak bertambah luas. Dan dengan
meluasnya minat maka bertambah pula pengertian tentang manusia dan benda-benda yang
sebelumnya kurang atau tidak berarti. Anak-anak sekarang memasuki apa yang oleh Piaget
disebut sebagai "tahap operasi konkret" dalam berpikir, suatu masa di mana konsep yang
pada awal masa kanak-kanak merupakan konsep yang samar-samar dan tidak jelas sekarang
menjadi konkret dan tertentu .
Anak menghubungkan arti baru dengan konsep lama berdasarkan apa yang dipelajari
setelah masuk sekolah. Di samping itu anak mendapatkan arti baru dari media massa,
terutama film, radio, dan televisi. Dalam menambah konsep sosial, misalnya, anak
mengkaitkan stereotip budaya dengan orang-orang dari ras, agama, seks, atau kelompok
sosial ekonomi yang berbeda stereotip yang sebagian besar dipelajari dari media massa.
Ketika anak membaca buku pelajaran di sekolah dan mencari keterangan dari
ensiklopedia atau sumber-sumber informasi lain, anak .tidak hanya mempelajari arti baru
untuk konsep tetapi juga memperbaiki arti yang salah yang dihubungkan dengan konsep
lama. Pengalamannya sendiri juga memberikan makna bagi konsepnya.
Karena pengalaman anak yang lebih besar lebih beragam daripada pengalaman anak
prasekolah, dapatlah dimengerti bahwa konsepnya berubah ke berbagai arah dan menjadi
semakin beragam. Namun, konsep-konsep tertentu biasanya ditemui pada anak yang lebih
besar dalam kebudayaan Amerika saat ini.
SIKAP DAN PERILAKU MORAL
Apabila awal masa kanak-kanak akan berakhir, konsep moral anak tidak lagi sesempit
dan sekhusus sebelumnya. Anak yang lebih besar lambat laun memperluas konsep sosial
sehingga mencakup situasi apa saja, lebih daripada hanya situasi khusus. Di samping itu,
anak yang lebih besar menemukan bahwa kelompok sosial terlibat dalam berbagai tingkat
kesungguhan pada berbagai macam perbuatan. Pengetahuan ini kemudian digabungkan
dalam konsep moral.
Menurut Piaget, antara usia lima dan dua belas tahun konsep anak mengenai keadilan
sudah berubah. Pengertian yang kaku dan keras tentang benar dan salah, yang dipelajari dari
orang tua, menjadi berubah dan anak mulai memperhitungkan keadaan-keadaan khusus di
sekitar pelanggaran moral. Jadi, menurut Piaget, relativisme moral menggantikan moral yang
kaku. Misalnya, bagi anak lima tahun, berbohong selalu buruk, sedangkan anak yang lebih
besar sadar bahwa dalam beberapa situasi, berbohong dibenarkan, dan oleh karena itu,
berbohong tidak selalu buruk.
Kohlberg memperluas teori Piaget dan menamakan tingkat kedua dari perkembangan
moral akhir masa kanak-kanak sebagai tingkat moralitas konvensional atau moralitas dari
aturan-aturan dan penyesuaian konvensional. Dalam tahap pertama dari tingkat ini yang oleh
Kohlberg disebutkan moralitas anak baik, anak mengikuti peraturan untuk mengambil hati
orang lain dan untuk mempertahankan hubungan-hubungan yang baik. Dalam tahap kedua,
Kohlberg mengatakan bahwa kalau kelompok sosial menerima peraturan-peraturan yang
sesuai bagi semua anggota kelompok, ia harus menyesuaikan diri dengan peraturan untuk
meng- hindari penolakan kelompok dan celaan.
a. Perkembangan Kode Moral
Kode moral berkembang dari konsep-konsep moral yang umum. Pada akhir masa
kanak-kanak seperti halnya awal masa remaja, kode moral sangat dipengaruhi oleh
standar moral dari kelompok di mana anak mengidentifikasikan diri. Ini tidak berarti
bahwa anak meninggalkan kode moral keluarga untuk mengikuti kode kelompok
tempat ia bergabung.
b. Peranan Disiplin dalam Perkembangan Moral
Disiplin berperan penting dalam perkembangan kode moral. Meskipun anak
memerlukan disiplin, disiplin merupakan masalah yang serius bagi anak yang lebih
besar. Penggunaan secara kontinu teknik-teknik disiplin yang ternyata efektif ketika
anak masih kecil, cenderung menyebabkan kebencian pada anak yang lebih besar.
Kalau disiplin di- butuhkan dalam perkembangan, haruslah disesuaikan dengan
tingkat perkembangan anak. Kotak 6-7 menunjukkan hal-hal yang pokok dari disiplin
yang efektif bagi anak yang lebih besar.
c. Perkembangan Suara Hati
Jenis disiplin biasanya juga memainkan peran yang penting dalam perkembangan
suara hati salah satu tugas perkembangan yang penting pada akhir masa kanak-kanak.
Istilah suara hati berarti suatu reaksi khawatir yang terkondisi terhadap situasi dan
tindakan tertentu yang telah dilakukan dengan jalan menghubungkan perbuatan
tertentu dengan hukuman. Rasa bersalah merupakan "penilaian-diri negatif yang
terjadi bila individu mengakui bahwa perilakunya bertentangan dengan nilai moral
tertentu yang wajib diikuti." Sebaliknya, rasa malu adalah "reaksi emosional yang
tidak menyenangkan dari individu terhadap penilaian negatif orang lain, baik yang
merupakan dugaan maupun yang benar- benar terjadi, yang mengakibatkan individu
mencela diri sendiri berhadapan dengan kelompok.
d. Pelanggaran Hukum pada Akhir Masa kanak-kanak
Seperti halnya dengan anak yang lebih kecil, beberapa pelanggaran ringan oleh anak
yang lebih besar disebabkan oleh ketidak tahuan akan yang diharapkan daripadanya
atau karena salah mengerti peraturan. Pelanggaran pada akhir masa kanak-kanak
bergantung pada peraturan-peraturan yang dilanggar. Dan karena tidak ada peraturan
yang berlaku uni- versal untuk semua anak Amerika baik di rumah maupun di
sekolah, maka tidak ada pelanggaran pada masa kanak-kanak yang berlaku universal
dalam kebudayaan Amerika saat ini.

MINAT PADA AKHIR MASA KANAK-KANAK


Karena adanya perbedaan dalam kemampuan dan pengalaman, minat anak yang lebih
besar lebih beragam daripada minat anak yang lebih muda. Meskipun setiap anak akan
mengembangkan minat individual tertentu namun semua anak dalam kebudayaan
mengembangkan minat-minat lain yang hampir dimiliki oleh semua anak dalam kebudayaan
itu.
Efek Minat yaitu Minat yang dikembangkan sangat mempengaruhi perilaku tidak
saja selama periode masa kanak-kanak tetapi juga sesudahnya. Itulah sebabnya. mengapa
perkembangan minat yang bermanfaat dan penting yang sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan anak sering diabaikan. Banyak orang tua dan guru merasa bahwa sebagian besar
minat kekanak-kanakan hanyalah suatu tingkah saja, yang segera akan berlalu. Akibatnya,
anak cenderung memandang enteng dan menganggap bahwa anak akan "mengakhiri" minat-
minat ini dengan ber- tambahnya usia dan bertambah luasnya pengalaman.
Nuckols dan Banducci, dalam penelitian mengenai pengetahuan anak-anak tentang
bermacam-macam pekerjaan dan pandangan mereka terhadap pekerjaan-pekerjaan tersebut
berdasarkan pengeta huan mereka, yang baik maupun yang kurang baik, sampai pada suatu
kesimpulan bahwa pandangan anak-anak terhadap berbagai pekerjaan merupakan dasar bagi
ada tidaknya minat anak terhadap pekerjaan-pekerjaan tersebut. Hal ini penting karena
"keputusan-keputusan penting yang dapat mempengaruhi seluruh kehidupan didasarkan pada
citra pekerjaan yang dianut seseorang".

PENGGOLONGAN PERAN SEKS


Penggolongan peran seks, yang dimulai segera sesudah dilahirkan, sekarang
dilanjutkan dengan perantara baru yang berperan penting dalam proses penggolongan ini. Di
antara kekuatan-kekuatan baru yang memainkan peran yang penting dalam proses
penggolongan peran seks ini, yang paling menonjol adalah guru-guru dan pelajaran-pelajaran
sekolah, karena martabat yang dapat diperoleh bila terikat dengan peran guru. Berbagai
media massa juga berperan penting. Seperti diterangkan oleh Nolan dan kawan-kawan,
"Secara diam-diam anak-anak belajar dari televisi bahwa anak laki-laki lebih berharga dan
lebih penting daripada anak perempuan". Mereka membaca di buku-buku bahwa bila wanita
dan pria mengerjakan pekerjaan yang sama, umumnya pria digambarkan sebagai orang yang
mengarahkan tugas . Kalau ibu bekerja di luar rumah, hal ini akan mempengaruhi cita-cita
anak dalam bekerja dan mempengaruhi apa yang menurut anak perempuan harus dila- kukan
oleh para wanita
Tidak diragukan lagi, kekuatan yang paling penting dalam penggolongan peran seks
selama akhir masa kanak-kanak berasal dari tekanan teman-teman sebaya. Seperti sudah
ditekankan sebelumnya dalam bab ini, anak harus sepenuhnya mengikuti keyakinan, nilai-
nilai dan pola-pola perilaku bila ingin diterima oleh anggota geng anak- anak. Ini berarti
bahwa ia harus menerima stereotip peran seks teman-teman geng sebagai pedoman dari
perilakunya sendiri dan harus menerima sikap teman-teman geng terhadapnya dan lawan
jenis. Lebih penting lagi, anak harus bertindak sesuai dengan apa yang oleh kelompok
dianggap wajar, meskipun ini berarti merendahkan lawan jenis atau meremehkan cita-citanya
apabila teman-teman menganggap cita-citanya terlampau muluk bagi kelompok jenis
kelaminnya.
Efek Penggolongan Peran Seks yaitu berpengaruh pada perilaku dan penilaian diri
anak-anak. Dalam penampilan, pakaian dan bahkan gerak-gerik, anak berusaha menciptakan
kesan akan kesesuaian dengan peran seks. Pada saat duduk di kelas dua, anak sudah sadar
akan penampilan yang dianggap sesuai dengan peran seks. Bahkan sebagai anak prasekolah,
ia mengetahui bahwa bentuk-bentuk bermain tertentu permainan, olah raga dan hiburan
dalam bentuk buku- buku, komik, dan acara-acara televisi dianggap lebih sesuai untuk anak
laki-laki daripada untuk anak perempuan. Sepanjang masa kanak-kanak, anak perempuan
terus memainkan beberapa permainan, membaca beberapa komik dan buku, dan melihat
acara-acara televisi yang dianggap sesuai untuk anak laki-laki, tetapi jarang ada anak laki-
laki yang memainkan permainan yang disebut "permainan perempuan."
Pertentangan Seks, mrupakan hasil dari penggolongan peran seks. Kalau anak laki-
laki didorong untuk memandang dirinya lebih dari anak permpuan, maka akan timbul sikap
merendahkan wanita.
Dalam perkembangan minat, anak-anak diharapkan hanya untuk mengembangkan
minat-minat yang dianggap sesuai dengan peran-seksnya. Harapan tersebut diungkapkan
dengan mendorong mereka menghadapi bidang-bidang yang sesuai dengan kelompok seks
mereka, seperti halnya olah raga, sepak bola, dan baseball di mana anak laki-laki diajak untuk
menyaksikan pelbagai pertandingan, sedangkan anak perempuan tidak didorong sekalipun
hanya melihat di televisi karena dianggap kurang sesuai. Sebaliknya anak perempuan
didorong untuk menonton bagaimana orang berenang dan menyelam, yaitu kegiatan-kegiatan
yang dianggap lebih pantas untuk perempuan.
Penggolongan peran-seks paling penting dalam penilaian-diri. Anak menilai diri
sendiri sesuai dengan pandangan orang-orang yang penting dalam hidupnya. Kalau orang tua,
guru-guru, atau teman- teman menganggap anak perempuan lebih rendah dari anak laki-laki
dan peran serta prestasi anak perempuan tidak sepenting anak laki-laki, tidaklah
mengherankan apabila anak laki-laki cenderung menilai tinggi dirinya sedangkan anak
perempuan cenderung menilai dirinya rendah. Dalam kecenderungan-kecenderungan ini
terletak dasar-dasar untuk kompleks unggul daripada pria dan kompleks rendah diri pada
wanita.

PERUBAHAN-PERUBAHAN DALAM HUBUNGAN KELUARGA PADA AKHIR


MASA KANAK-KANAK
Kemerosotan dalam hubungan keluarga yang dimulai pada bagian akhir masa bayi
dan terus berlangsung melalui awal masa kanak-kanak, semakin mengganggu perkembangan
anak dengan berjalannya akhir masa kanak-kanak. Hal ini juga menyebabkan perasaan tidak
aman dan tidak bahagia.

Banyak kondisi yang menyebabkan merosotnya hubungan keluarga menjelang berakhirnya


masa kanak-kanak. Beberapa di antaranya merupakan kelanjutan dari kondisi-kondisi
sebelumnya dan beberapa lagi merupakan kondisi-kondisi baru yang timbul dari berbagai
situasi yang khas dari pe- riode rentang kehidupan ini.
Tentu saja ada saat damai dan harmonis di dalam rumah. Dan ada juga saat di mana
anak yang lebih besar benar-benar menunjukkan kasih sayang dan minat kepada adiknya,
bahkan sampai mau membantu merawat adik-adik mereka dan mengikuti nasihat dan pola
perilaku yang ditetapkan oleh kakaknya. Tetapi hubungan yang baik seperti ini tidak
sebanyak hubungan yang kurang baik.
Demikian pula, ada saat di mana terjadi hubungan yang baik antara anak dengan
orang tua dan sanak saudara, dan tampaknya anak menyenangi pertemuan-pertemuan dalam
keluarga. Na- mun, anak lebih senang berhubungan dengan teman-temannya sendiri dan
bersikap kritis serta membenci orang tua dan sanak keluarga yang lain. Semakin menonjol
sikap-sikap dan perilaku yang kurang baik, semakin merosot hubungan keluarga.
Efek dari Hubungan Keluarga Pengaruh yang mendalam dari hubungan anak
dengan keluarganya jelas terlihat dari berbagai bidang kehidupan. Yang terpenting
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pekerjaan di sekolah dan sikap anak terhadap sekolah sangat dipengaruhi oleh
hubung- annya dengan anggota keluarga. Hubungan keluarga yang sehat dan
bahagia menimbulkan dorongan untuk berprestasi, sedangkan hubungan yang
tidak sehat dan tidak bahagia menimbulkan ketegangan emosional yang biasanya
memberi efek yang buruk pada kemampuan berkonsentrasi dan kemampuan untuk
belajar.
2. Hubungan keluarga mempengaruhi penyesuaian diri secara sosial di luar rumah.
Bila hubungan keluarga menyenangkan, penyesuaian sosial anak di luar rumah
lebih baik daripada hubungan keluarga yang tegang.
3. Peran yang dimainkan di rumah menentukan pola peran di luar rumah, karena
peran yang harus dilakukan di rumah dan jenis hubungan dengan kakak-adik
membentuk dasar bagi hubungannya dengan teman-teman di luar rumah.
Selanjutnya hal ini mempengaruhi pola perilaku anak. anak terhadap teman-teman
meraka.
4. Jenis metode pelatihan-anak digunakan di rumah mempengaruhi peran anak.
Kalau digunakan metode otoriter, anak belajar menjadi pengikut, seringkali
menjadi pengikut yang tidak puas seperti hubungannya dengan orang tua.
Pelatihan-anak demokratis mendorong berkembangnya kemampuan memimpin.
5. Pelatihan di rumah mempengaruhi penggolongan peran-seks. Stereotip peran-seks
yang dipelajari dan bagaimana anak belajar mela kukannya di luar rumah sangat
dipengaruhi oleh pelatihan rumah yang diperoleh.
6. Cita-cita dan prestasi anak di berbagai bidang sangat dipengaruhi oleh sikap orang
tua. Anak pertama dan anak tunggal biasanya lebih di tekan untuk berprestasi
daripada anak yang lahir kemudian. Dan anak lebih banyak dibantu dan didorong
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh orang tua atau orang tua mendorong
anak untuk mencapai tujuan yang ditetapkan orang tua sendiri.
7. Apakah anak akan menjadi kreatif atau bersikap konformistis dalam perilaku
sangat dipengaruhi oleh pelatihan di rumah. Metode pelatihan anak yang
demokratis mendorong kreativitas, sedangkan metode otoriter cenderung
mendorong sikap konformistis.
8. Hubungan keluarga sangat besar pengaruhnya dalam perkembangan kepribadian
anak-anak. Pandangan anak-anak tentang diri mereka sendiri merupakan cerminan
langsung dari apa yang dinilai dari cara mereka diperlakukan oleh anggota-
anggota keluarga.

PERUBAHAN-PERUBAHAN KEPRIBADIAN
Dengan meluasnya cakrawala sosial pada saat anak masuk sekolah, faktor-
faktor baru mulai mempengaruhi perkembangan kepribadiannya. Akibatnya, anak
harus seringkali memperbaiki konsep diri. Karena sampai sekarang anak memandang
dirinya sendiri hampir sepenuhnya melalui pandangan orang tua, tidaklah
mengherankan kalau konsep diri anak berat sebelah. Sekarang anak melihat dirinya
seperti pandangan guru-guru, teman-teman sekelas dan para tetangga terhadap
dirinya. Bahkan orang tua sekarang memberikan reaksi yang berbeda dan reaksi itu
membantu anak memecahkan dasar-dasar konsep-dirinya.
a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Banyak faktor yang mempengaruhi konsep diri pada awal masa kanak-kanak
masih tetap mempengaruhi meskipun anak berkembang menjadi lebih besar.
Walaupun lingkungan sosial anak makin meluas, namun hubungan keluarga masih
sangat mempengaruhi perkembangan kepribadiannya. Mutu hubungan dengan
orang tua, saudara kandung dan sanak keluarga lain, dan pandangan anak
mengenai metode pelatihan-anak yang digunakan di rumah, semuanya berperan
dalam menentukan perkembangan kepribadian anak. Posisi urutan dalam periode
ini menjadi lebih penting karena sikap anak terhadap peran yang dihubungkan
dengan kedudukannya dalam keluarga lebih besar pengaruhnya dalam cara anak
memandang diri sendiri dibandingkan dengan periode sebelumnya. Anak sulung,
misalnya, yang sekarang diharapkan untuk membantu mengasuh adik-adiknya
dapat merasa dirinya penting atau terkekang. Anak tunggal dapat semakin
bertambah tergantung atau semakin matang dibandingkan anak yang bukan
tunggal, tergantung pada bagaimana perlakuan orang tua.
b. Perkembangan Konsep Diri
Menjelang berakhirnya masa kanak-kanak, anak mulai mengagumi tokoh-tokoh
dalam sejarah, dalam cerita-cerita khayal, dalam sandiwara, film, olah raga dunia
atau tokoh-tokoh nasional. Anak. anak kemudian membentuk konsep diri yang
ideal anak ingin menjadi seperti tokoh ideal itu. Pada mulanya, konsep-diri yang
ideal mengikuti pola yang digariskan oleh orang tua, guru dan orang- orang lain
dalam lingkungannya. Kemudian, dengan meluasnya cakrawala, juga mengikuti
pola atau tokoh-tokoh yang dibaca atau didengar. Dari sumber-sumber yang
banyak ini, anak membangun ego-ideal, yang menurut Van den Daele "berfungsi
sebagai standar perilaku umum yang diinternalisaalsikan. Ego-ideal ini meliputi
sifat-sifat yang dikagumi oleh kelompok. Karena pada usia ini kedua seks sangat
berjauhan, maka tidaklah mengherankan akalau anak laki-laki dan anak
perempuan mengagumi sifat-sifat kepribadian yang berbeda.
c. Mencari Identitas
Karena anak-anak pada umumnya memasuki periode akhir masa kanak-kanak dan
berminat dalam keanggotaan kelompok, mereka sangat terpukau dengan anggapan
bahwa mereka harus menyesuaikan diri dengan standar dalam penampilan,
berbicara dan berperilaku seperti yang ditetapkan oleh kelompok. Karena takut
akan kehilangan dukungan dari anggota-anggota kelompok, mereka berusaha
menyesuaikan dengan baik bahkan kadang-kadang berlebihan. Meskipun
penyesuaian ini memberikan ke- puasan rasa aman dalam hubungan dengan
teman- teman, tetapi tidak dapat memberikan kepuasan ego. Lambat atau cepat
anak mulai merasa bahwa ia tidak mengikuti pola yang sama dengan teman-
teman sebaya dan kurang memiliki individualitas dan tidak memiliki identitas.
Pencarian identitas ini dimulai pada bagian akhir masa kanak-kanak dan mencapai
tahap kritis dalam masa remaja. Menurut Erikson, "Identitas diri" berarti perasaan
dapat berfungsi sebagai seseorang yang tersendiri tetapi yang berhubungan erat
dengan orang lain.

BAHAYA PADA AKHIR MASA KANAK-KANAK


Beberapa bahaya yang umum merupakan kelanjut- an dari bahaya tahun-tahun
sebelumnya, meskipun lain bentuknya. Ada bahaya baru yang timbul dari perubahan pola
hidup anak setelah masuk sekolah. Seperti halnya tahun-tahun sebelumnya, bahaya akhir
masa kanak-kanak dapat berbentuk bahaya fisik dan psikologis. Namun, selama akhir masa
kanak-kanak, reaksi psikologis dari bahaya fisik sangat penting dan hal ini akan ditekankan.
a. Bahaya Fisik
Sebagai akibat dari adanya teknologi medis baru untuk mendiagnosis, mencegah dan
merawat berbagai penyakit, maka tingkat kematian selama akhir masa kanak-kanak
tidak sesering seperti di masa lampau. Namun, kecelakaan masih tetap menyebabkan
kematian pada anak periode ini. Meskipun banyak bahaya fisik dari tahun-tahun
sebelumnya terus berlangsung sampai akhir masa kanak-kanak, namun akibatnya
pada keadaan fisik anak tidak sehebat sebelumnya. Sebaliknya, akibat psikologis lebih
besar dan lebih menetap. Di bawah ini dibahas bahaya fisik yang utama.
b. Penyakit
Karena vaksin terhadap sebagian besar penyakit anak-anak sekarang mudah didapat,
maka penyakit yang diderita anak-anak terutama adalah selesma dan gangguan-
gangguan pencernaan, yang jarang menimbulkan akibat fisik yang lama. Tetapi,
akibat psikologis dari penyakit adalah serius, Penyakit mengganggu keseimbangan
tubuh yang menjadikan anak mudah marah, menuntut dan sulit. Kalau penyakitnya
berlangsung lama, maka anak akan tertinggal dalam pelajaran sekolah dan dalam
keterampilan bermain. Orang tua juga menjadi kurang sabar, mengeluh tentang
bertambahnya tugas dan biaya akibat penyakit anak.

Beberapa penyakit merupakan penyakit khayalan atau "palsu." Cepat atau lambat
anak belajar bahwa kalau ia sakit, anak tidak perlu melaksanakan tugas-tugas, tidak
dikenakan disiplin yang ketat dan memperoleh lebih banyak perhatian daripada
biasanya. Dengan demikian anak berpura- pura sakit untuk menghindari tugas atau
situasi yang kurang menyenangkan.
c. Kegemukan
Kegemukan pada anak yang lebih besar dapat disebabkan karena kondisi kelenjar,
tetapi lebih sering disebabkan kebanyakan makan, terutama kebanyakan karbohidrat.
Penelitian terhadap anak gemuk menunjukkan bahwa anak makan lebih cepat,
gigitannya lebih besar dan lebih cepat menghabiskan makanan dan minta tambah lagi,
di bandingkan dengan teman seusianya yang lebih langsing. Apapun penyebabnya,
kegemukan merupakan bahaya fisik tidak saja bagi kesehatan-misal nya anak lebih
cenderung menderita diabetes tetapi juga bagi sosialisasinya. Anak gemuk sulit
mengikuti kegiatan bermain sehingga kehilangan kesempatan untuk mencapai
keterampilan-keterampilan yang penting untuk keberhasilan sosial. Di samping itu
teman-teman sering mengganggu dan mengejek dengan menyebut "gendut" atau
sebutan-sebutan lain yang membuat anak merasa rendah diri.
d. Bentuk Tubuh yang Tidak Sesuai
Anak perempuan yang bentuk tubuhnya kelaki-lakian dan anak laki-laki yang
penampilan fisiknya seperti perempuan sering dicemooh oleh teman-teman dan
dikasihani oleh orang-orang dewasa. Akibatnya, penyesuaian pribadi dan penyesuaian
sosial cenderung memburuk, terlebih lagi anak laki-laki. Sebaliknya, bentuk tubuh
yang sesuai dengan seksnya membantu penyesuaian diri yang baik. Biller dan
Borstelmann menjelaskan tentang anak laki-laki sebagai berikut. Anak laki-laki yang
tinggi dan tegap atau meso- morfik, sekalipun tanpa dorongan orang tua akan mudab
mencapai sukses dalam berbagai aktivitas maskulin sehingga dilibat oleh orang-orang
lain dan dengan sendirinya belajar memandang diri sendiri sebagai seorang yang
sangat maskulin. Anak ektomorfik yang lemah dan anak endomorfik yang gemuk
pendek sulit meraih sukses sehingga tidak terlibat oleb orang-orang lain dan belajar
memandang diri sendiri sebagai tidak maskulin.
e. Kecelakaan
Sekalipun kecelakaan tidak meninggalkan bekas-bekas fisik, namun kecelakaan itu
dapat meninggalkan bekas psikologis. Anak yang lebih besar sebagaimana halnya
dengan anak yang lebih muda, yang lebih sering mengalami kecelakaan. biasanya
lebih hati-hati. Keadaan ini dapat menyebabkan rasa takut terhadap semua kegiatan
fisik dan dapat meluas ke bidang-bidang perilaku lain. Kalau ini terjadi maka dapat
berkembang menjadi rasa malu yang mempengaruhi hubungan sosial, pekerjaan
sekolah dan kepribadiannya.
f. Ketidakmampuan Fisik
Banyak ketidakmampuan fisik merupakan akibat dari kecelakaan, jadi lebih banyak
terdapat pada anak laki-laki daripada perempuan. Besarnya pengaruh dari akibat ini
ber- gantung pada derajat ketidakmampuan, dan pada cara perlakuan teman-teman,
terutama teman-teman sebaya. Ada, teman-teman yang menunjukkan belas kasihan
dan memperhatikan anak cacat, tetapi ada pula yang mengabaikan, menolak bahkan
mencemooh.

Kebanyakan anak menjadi terhambat dan merasa canggung di dalam situasi-situasi


sosial, sehingga penyesuaian sosial menjadi buruk dan ini selanjutnya mempengaruhi
penyesuaian pribadi. Telah dilaporkan bahwa banyak timbul kasus-kasus perilaku
bermasalah di antara anak yang mengalami kelainan fisik ringan dibandingkan dengan
anak yang tidak mengalami kelainan fisik. Banyak anak-anak yang mengerti bahwa
keadaan cacat fisik merupakan suatu cara untuk menghindari situasi-situasi yang tidak
menyenangkan. Oleh karena itu, mereka mengembangkan suatu cacat khayalan atau
membesar-besarkan cacat yang ada. Ini merupakan salah satu bentuk invalidisme
khayal yang dibahas di atas.
g. Kecanggungan
Kalau anak mulai membanding-bandingkan diri dengan teman-teman seusia, ia sering
mendapatkan bahwa kecanggungan dan kekakuan menghalanginya untuk melakukan
apa yang dilakukan oleh teman-teman. Akibatnya, anak mulai memandang diri kurang
dari teman-teman sebaya dan bernasib buruk. Karena keterampilan motorik berperan
pen- ting baik untuk bermain maupun di sekolah, anak yang kaku merasa kekakuan
dan kecanggungannya dalam situasi-situasi tertentu dan tampak jelas oleh orang-
orang lain. Ini mendorong perasaan tidak mampu yang dapat menjadi dasar untuk
kompleks rendah diri.
h. Kesederhanaan Berbeda dengan para remaja atau orang-orang dewasa yang
mengembangkan perasaan ketidakmampuan pribadi kalau mengetahui bahwa mereka
dianggap tidak menarik, banyak anak-anak yang sederhana relatif kurang
mempedulikan penampilan mereka kecuali kalau keadaannya sangat tidak menarik
sehingga menimbulkan komentar yang kurang menyenangkan dari teman- teman atau
menyebabkan penolakan oleh teman- teman. Tetapi, kesederhanaan dapat dan sering
merupakan bahaya bilamana orang-orang bereaksi kurang baik dan mengemukakan
perasaan dalam cara memperlakukan anak yang sederhana. Karena anak yang lebih
besar secara kelompok kurang menarik dibandingkan dengan bayi dan anak yang
lebih kecil, orang-orang dewasa cenderung lebih kritis dan kurang sabar terhadap
perilakunya yang normal tetapi mengganggu. Anak menafsirkan sikap demikian
sebagai penolakan, suatu penafsiran yang dapat menimbulkan akibat buruk pada
perkembangan konsep-diri. Sebaliknya, guru-guru cenderung menilai pekerjaan anak
yang menarik lebih baik daripada pekerjaan anak yang kurang menarik, dan memberi
nilai yang lebih tinggi dari seharusnya. Clifford menunjukkan bahwa di sekolah
"Anak yang menarik mempunyai banyak keuntungan daripada anak yang tidak
menarik". Daya tarik fisik juga penting dalam situasi sosial. Secara keseluruhan, anak
yang menarik lebih disukai oleh teman-teman seusia daripada anak yang kurang
menarik dan cenderung lebih sering dipilih sebagai pemimpin. Daya tarik fisik sangat
penting bagi yang mobilitas geografis dan sosialnya tinggi, karena dapat memberi
kesan pertama yang baik daripada anak yang kurang menarik, dan hal ini
menimbulkan dukungan sosial.
i. Bahaya Psikologis
Bahaya psikologis akhir masa kanak-kanak terutama mempengaruhi penyesuaian
sosial, yaitu tugas perkembangan utama dalam periode ini. Bahaya itu sangat besar
pengaruhnya pada penyesuaian pribadi dan pada perkembangan kepribadian anak.
Akibat dari Bahaya Psikologis Anak yang tidak begitu diterima oleh teman-teman
sebagaimana diharapkan, sering menjadi tidak puas terhadap diri sendiri dan iri
kepada anak yang lebih populer. Ba- nyak kesalahan penyesuaian kepribadian dimulai
dengan cara ini, biasanya pada permulaan sekolah ketika anak pertama kali mulai
membandingkan dirinya dengan teman-teman sebaya dan mempertimbangkan
prestasinya dari sudut pandang prestasi teman-teman.
j. Usaha untuk Mengatasi Kurangnya Dukungan Sosial
Karena kurangnya dukungan sosial dapat menimbulkan gangguan psikologis, para
dokter dan pendidik berusaha mencari jalan untuk menolong anak yang mengalami
kesulitan seperti ini. Namun membuat anak yang tidak disukai menjadi disukai oleh
teman-teman sebaya merupakan usaha yang sulit, karena beberapa sebab.
Pertama, anak mendapatkan reputasi sebagai seorang "penggertak," "cengeng" atau
"pengadu," dan reputasi ini cenderung menetap.
Kedua, pada saat anak masuk kelas satu, pola perilaku yang menjadikan tidak populer
sudah menjadi bagian dari kepribadiannya sehingga sulit diubah dan jarang berhasil.
Ketiga, cara anak memperlakukan anak lain akan menentukan reaksi anak lain
terhadap diri anak. Kalau misalnya anak lain bertindak seperti pimpinan dan
cenderung menguasai, maka anak akan membencinya dan sikap ini sulit diubah.
Tentu saja ini tidak berarti bahwa tidak ada harapan bagi anak yang kurang disukai
oleh teman- temannya. Dengan bimbingan, ia dapat mencapai pola-pola perilaku yang
dapat diterima secara sosial. Misalnya, anak dapat mengucapkan hal-hal yang baik
daripada yang kurang baik, berbicara mengenai hal-hal di luar diri sendiri dan
memper- timbangkan kemauan kelompok daripada memper- hatikan kemauan sendiri.
Yang juga penting, anak harus belajar bahwa apa yang disenangi teman-teman pada
saat ini belum menjamin bahwa hal itu juga disenangi teman- teman nantinya.
Akibatnya, anak harus mau mengubah pola perilakunya untuk menyesuaikan diri
dengan pola kelompok kalau anggota-anggota ke- lompok secara sosial menjadi lebih
matang.

3.8 KEBAHAGIAAN PADA MASA AKHIR KANAK-KANAK


Akhir masa kanak-kanak dapat dan harus merupakan periode yang bahagia dalam
rentang kehidupan. Meskipun periode ini bukan masa yang sepenuhnya gembira karena anak
diharapkan memikul tambahan tanggung jawab di sekolah dan di rumah, keberhasilan dalam
melaksanakan tanggung jawab ini terlebih yang dianggap penting oleh orang-orang-akan
menambah kebahagiaan. Banyak faktor yang menimbulkan kebahagiaan anak-anak.
Beberapa di antaranya juga merupakan faktor yang penting pada masa awal kanak- kanak,
tetapi sekarang faktor-faktor tersebut berbeda pengaruhnya karena minat dan pola kehidupan
anak telah berubah dan karena anak ingin lebih banyak meluangkan waktu dengan teman-
teman sebaya.
Karena keterampilan anak bertambah banyak, maka anak yang lebih besar tidak lagi
terlampau bergantung seperti tahun-tahun sebelumnya. Sekarang anak sudah dapat
melakukan banyak hal untuk diri sendiri tanpa memerlukan bantuan dari orang lain.
Keterampilan berbicara juga sudah sedemikian berkembang sehingga anak tidak lagi merasa
kecewa karena tidak dapat mengerti pembicaraan orang atau karena tidak dimengerti
bilamana mereka berusaha berkomunikasi dengan orang lain. Anak akan memiliki
kesempatan yang luas untuk bermain dan untuk memperoleh alat bermain yang dibutuhkan
seperti teman-teman sebayanya, kecuali kalau timbul kondisi yang luar biasa.
Kalau anak menyenangi dukungan sosial yang wajar, permainannya dapat merupakan
sumber kebahagiaan sehari-hari. Bilamana sekolah mulai memenuhi kegiatan anak, maka
perasaan terhadap sekolah dapat menjadikan sumber kebahagiaan atau ketidakbahagiaan.
Anak yang nilai sekolahnya baik, yang dapat menyesuaikan diri secara baik dengan guru dan
teman-teman sekelas, dan yang gemar mempelajari hal-hal baru akan semakin merasa
bahagia. Sekalipun anak yang lebih besar semakin banyak bermain di luar rumah, tetapi
suasana rumah dan hubungan-hubungan dengan berbagai anggota keluarga merupakan dua
faktor yang sangat penting dalam kebahagiaan. Kalau hubungan dengan keluarga bersifat
hangat dan penuh kasih sayang meskipun kadang-kadang terjadi pertentangan dan
memperoleh hukuman atas perilakunya yang salah, anak akan merasa bahwa keluarga
mencintai dan memperlakukannya secara adil. Kebahagiaannya akan bertambah besar bila
suasana rumah tenang dan gembira. Anak yang berbahagia pada akhir masa kanak- kanak
belum tentu merasa bahagia pada tahap- tahap selanjutnya, tetapi kondisi-kondisi yang me-
nimbulkan kebahagiaan dalam periode ini juga akan menimbulkan kebahagiaan pada periode
berikutnya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Akhir masa kanak-kanak yang berlangsung dari 6 tahun sampai anak mencapai
kematangan seksual, yaitu sekitar tiga belas tahun bagi anak perempuan dan empat belas
tahun bagi anak laki-laki, oleh orang tua disebut se bagai usia yang "menyulitkan," "tidak
rapih" atau usia "bertengkar"; oleh para pendidik d sebut usia "sekolah dasar"; dan oleh ahli p
kologi disebut sebagai "usia berkelompok"usia penyesuaian," atau "usia kreatif,"
Pertumbuhan fisik yang lambat pada akhir masa kanak-kanak dipengaruhi oleh kesehat an,
gizi, immunisasi, seks, dan inteligensi. Keterampilan pada akhir masa kanak-kanak secara
kasar dapat digolongkan ke dalam em pat kelompok besar; keterampilan menolong diri,
keterampilan menolong sosial; keteram pilan sosial, dan keterampilan bermain. Sampai
dengan tingkat tertentu semua keterampil an ini dipengaruhi oleh perkembangan pilihan
penggunaan tangan.
Semua bidang dalam berbicara-ucapan, kosa- kata dan struktur kalimat-berkembang
pesat seperti halnya pengertian, namun isi pembica raan cenderung merosot. Anak yang lebih
besar mengendalikan ungkap an-ungkapan emosi secara terbuka dan meng gunakan katarsis
emosi untuk meredakan din dari emosi-emosi yang terkekang sebagai bat dari tekanan sosial
untuk mengendalikan emosinya. Akhir masa kanak-kanak disebut "usia berkelompok" karena
anak berminat dalam kegiatan kegiatan dengan teman-teman dan ingin menjadi bagian dari
kelompok yang mengharapkan anak untuk menyesuaikan diri dengan pola-pola perilaku,
nilai-nilai dan minat anggota-anggotanya, sebagai anggota kelompok, anak sering menolak
standar orang tua, mengembangkan sikap menentang lawan jenis dan berprasangka kepada
semua yang bukan anggota kelompok. Status sosiometris anak berkisar dari yang populer
sampai yang secara sosial terkucil. Sekali status anak terbentuk dalam kelompok sosial, hal
ini sulit diubah, baik status sebagai pe mimpin, pengikut atau dikucilkan.
Minat bermain dan jumlah waktu yang diguna- kan untuk bermain bergantung lebih
pada derajat dukungan sosial daripada kondisi-kondisi lain. Terdapat peningkatan pesat
dalam pengertian dan ketepatan konsep selama periode akhir masa kanak-kanak yang
disebabkan oleh me ningkatnya inteligensi dan meningkatnya kesempatan belajar. Pada akhir
masa kanak-kanak, sebagian besar anak mengembangkan kode moral yang dipe ngaruhi oleh
standar moral kelompoknya dan hati nurani yang membimbing perilaku seba gai pengganti
pengawasan dari luar yang diper lukan pada waktu anak masih kecil. Sekalipun demikian,
pelanggaran di rumah, di sekolah dan di lingkungan tetangga masih sering terjadi.
Minat anak yang lebih besar lebih luas daripa da anak yang lebih kecil dan meliputi
banyak minat baru. Antara lain, minat kepada nama, pakaian, tubuh manusia, seks, sekolah,
pekerjaan masa depan, simbol status dan otonomi. Penggolongan peran seks mempengaruhi
penampilan, perilaku, cita-cita, prestasi, minat, sikap terhadap lawan jenis dan penilaian diri.
Kemerosotan dalam hubungan keluarga, yang merupakan ciri dari periode ini, mempenga-
ruhi penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial yang mempunyai dampak kuat pada kepri-
badiannya melalui pengaruhnya pada penilaian diri. Terlebih bila kesenjangan antara kon-
sep-diri nyata sangat besar, karena hal ini bertindak sebagai penghambat dalam usaha anak
mencari identitas diri. Bahaya fisik akhir masa kanak-kanak antara lain kegemukan, bentuk
tubuh yang tidak sesuai dengan seksnya, kecenderungan mengalami kecelakaan,
kecanggungan dan kesederhanaan. Bahaya psikologis yang baru terutama adalah bahaya yang
mempengaruhi penyesuaian sosial karena mengakibatkan penilaian diri dan penilaian sosial
yang kurang baik. Sekalipun kebahagiaan yang dialami dalam periode ini tidak menjamin
kebahagiaan seumur hidup, tetapi kondisi-kondisi yang menimbul kan kebahagiaan akan
terus memberikan kebahagiaan pada tahun-tahun berikut, terutama bila tiga faktor
kebahagiaan-penerimaandukungan, kasih sayang dan prestasi-terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, E. B. (1980). Development psychologi. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai