Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

LANDASAN IPTEK DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM

Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum PAI


Dosen Pengampu : Amal Hayati, M.Ag

Oleh Kelompok 5:
PUTRI ALISA (19219632)
DHIYA ULFA (19219621)

Mahasiswi Semester VI
Prodi Pendidikan Agama Islam

FAKULTAS TARBIYAH
PERGURUAN TINGGI ISLAM AL-HILAL SIGLI
2022 M/1443 H
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................... i


BAB I PEMBAHASAN
A. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi( IPTEK) .................................... 1
B. Pertimbangan landasan IPTEK dalam pengembangan kurikulum .................. 5
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................. 11
B. Saran .......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I
PEMBAHASAN

A. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi( IPTEK)


Kata“ ilmu” berasal dari bahasa Arab yang berarti pengetahuan. Dalam
bahasa Indonesia, kata“ ilmu” kerap di satukan dengan kata “pengetahuan” sehingga
menjadi ilmu pengetahuan. Pada awal mulanya manusia mencari pengetahuan dengan
bersumber pada kenyataan yang terlepas-lepas, tidak sistematis, serta tidak bersumber
pada teori yang jelas. Sesuai dengan perkembangan kebudayaan, mulailah manusia
menyusun teori tentang bermacam-macam hal sesuai dengan kenyataan yang ada.
Dalam perkembangannya, kenyataan serta teori tersebut digunakan pula untuk
menguasai fenomena lain yang didukung oleh pengalaman. Sehingga kesimpulannya
menjadi suatu pengetahuan yang logis dan sistematis. Inilah yang disebut dengan
ilmu pengetahuan (science).
Ilmu merupakan pelukisan fakta-fakta pengalaman secara lengkap serta tidak
berubah-ubah dalam istilah-istilah sesederhana mungkin. 1 Di samping pengalaman
yang ada, ilmu senantiasa ingin mendapatkan kebenaran dari suatu indikasi melalui
hukum sebab-akibat (kausalita) dalam memahaminya sebagaimana adanya.
Pengalaman adalah sumber pengetahuan, dan pengetahuan merupakan seperangkat
objek tertentu yang dikenal orang. Pengetahuan serta pengalaman hendak menjadi
ilmu pengetahuan bila pengetahuan itu disusun secara sistematis, memakai pola
berpikir yang logis, berlandaskan prosedur kerja hukum sebab akibat pada
permasalahan yang dirasakan itu. Tingkatan pengetahuan bermacam-macam, seperti
berikut:
a. fakta khusus,
b. ide- ide pokok,
c. prinsip-prinsip,
d. generalisasi,
e. konsep,
f. serta sistem pemikiran dan prosedur penelitian, prosedur merumuskan
persoalan bagi disiplin ilmu tertentu, cara-cara logis untuk memandang
hubungan antara berbagai ide.

1
Saidulkarnain Ishak, “ Jurnalisme Modern”, (Jakarta: Gramedia,2016), hal. 78.

1
Teknologi pada umumnya merupakan penerapan ilmu pengetahuan
(technology is application of science).2 Teknologi memegang peranan terpenting
dalam kehidupan budaya manusia, salah satu penanda kemajuan peradaban manusia
bisa diukur dari kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi. 3 Teknologi banyak
digunakan dalam bermacam bidang kehidupan. Tujuannya adalah untuk
menghasilkan sesuatu keadaan yang efisien, efektif, serta sinergis terhadap pola
perilaku manusia. Produk teknologi tidak selalu berupa fisik, semacam pc, tv, radio,
tape recorder, video, film dan sebagainya, namun terdapat pula non- fisik, seperti
prosedur pembelajaran, sistem penilaian, metode mengajar dan sebagainya. Produk
teknologi tersebut banyak digunakan dalam pembelajaran sehingga memberikan
pengaruh yang sangat signifikan terhadap proses serta hasil pembelajaran. 4
Ilmu pengetahuan dan teknologi terbentuk karna terdapatnya karya-karya
pikir manusia dengan mengingat sifatnya yang lebih objektif dalam menjawab
fenomena-fenomena alam, baik itu mengenai benda- benda, makhluk hidup ataupun
mengenai kehidupan masyarakat. Ilmu pengetahuan dan teknologi dalam wujud
informasi lebih gampang meresapi kebudayaan yang ada di setiap masyarakat yang
terjangkau ataupun dapat menjangkaunya. Informasi jenis lain dalam budaya manusia
yang penuh dengan interpretasi subjektif dari masyarakat yang menghasilkan budaya
itu, pada biasanya tidak dapat meresapi budaya-budaya masyarakat lain semudah
informasi ilmu dan teknologi. Oleh sebab itu, ilmu pengetahuan serta teknologi cepat
menyebar luas, terutama dalam segi-segi yang sangat terasa manfaatnya serta bisa
langsung dan mudah digunakan. Untuk lingkungan masyarakat yang banyak
menciptakan karya pikir berbentuk ilmu serta teknologi, lingkup produk ilmu dan
teknologi yang bisa dimanfaatkan, dan ke dalam keahlian dalam memanfaatkannya,
pastinya akan lebih baik dari masyarakat yang banyak menerima produk, namun tidak
banyak menghasilkan ilmu dan teknologi tersebut.
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang mempunyai kedudukan
yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat peranan
kurikulum sangat penting dalam pendidikan dan perkembangan kehidupan manusia,
maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan
landasan yang kokoh dan kuat. Fungsi pendidikan dalam pengembangan kurikulum

2
Sunhaji, dkk., “Evaluasi Kurikulum Pacasarjana PTKIN Di Era Revolusi Industri 4.0”,
(Jawa Tengah: Zt Corpora, 2021), hal. 44.
3
Sunhaji, dkk., “Evaluasi Kurikulum ..., hal. 44.
4
Sugiarti dan Eggy Fajar Andalas, “Membangun Optimisme Meretas Kehidupan Baru dalam
Dunia Pendidikan”, (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2020), hal. 31.

2
sangatlah penting, begitu pula pemahaman tentang pendidikan multikultural dan
pemahaman tentang tugas para pengembang kurikulum, berikut penjelasannya:

1. Fungsi Pendidikan dalam Pengembangan Kurikulum


Dari segi ini pendidikan mempunyai fungsi yang penting bagi masyarakat,
yaitu sebagai berikut:5
1. Mengadakan perbaikan terlebih lagi perombakan sosial
2. Mempertahankan kebebasan akademis serta kebebasan mengadakan
penelitian ilmiah
3. Mendukung dan ikut memberi sumbangan kepada pembangunan nasional
4. Mengantarkan kebudayaan serta nilai- nilai tradisional
5. Mewujudkan revolusi sosial untuk menghapuskan pengaruh pemerintahan
terdahulu
6. Menyebarluaskan falsafah, politik serta keyakinan tertentu
7. Mempercepat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
8. Memberikan ketrampilan pokok seperti membaca, menulis serta berhitung dan
ketrampilan hidup( live skill).

2. Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural merupakan proses penanaman cara hidup
menghormati, tulus, serta toleran terhadap keanekaragaman budaya yang hidup
ditengah-tengah masyarakat.6 Dengan pendidikan multikultural, diharapkan adanya
kekenyalan dan kelenturan mental bangsa menghadapi benturan konflik sosial,
sehingga persatuan bangsa tidak mudah retak. Multikultural adalah sebuah ideologi
yang mengagungkan perbedaan budaya, atau sebuah keyakinan yang mengakui dan
mendorong terwujudnya pluralisme budaya sebagai suatu corak kehidupan
masyarakat. Multikulturalisme dapat menjadi pengikat dan jembatan yang
mengakomodasi perbedaan-perbedaan termasuk perbedaan kesukubangsaan dan suku
bangsa dalam masyarakat multikultural. Dalam konteks indonesia, yang dikenal
dengan muatan yang sarat kemajemukan, maka pendidikan multikultural menjadi
sangat strategis untuk dapat mengelola kemajemukan secara kreatif, sehingga konflik

5
Sutiah, “Pengembangan Kurikulum PAI”, (Jawa Timur: Nizamia Learning Center, 2017),
hal. 25-26
6
Dani Nurcholis, “Transformasi Pendidikan Multikultural di Sekolah”, (Jawa Timur:
Parasurama Education, 2019), hal.131.

3
yang muncul sebagai dampak dari transformasi dan reformasi sosial dapat dikelola
secara cerdas dan menjadi bagian dari pencerahan kehidupan bangsa ke depan. 7
Pendidikan multikultural menunjang siswa memahami, menerima, dan
menghargai orang dari suku, adat budaya, serta nilai berbeda. 8 Untuk itu, anak didik
diajak untuk memandang nilai budaya lain, sehingga mengerti secara dalam, serta
kesimpulannya bisa menghargainya. Modelnya bukan dengan menyembunyikan
budaya lain, atau menyeragamkan sebagai budaya nasional, sehingga budaya lokal
lenyap. Dalam model pendidikan lama, kerap karena terdapat ketakutan, anak didik
tidak diberitahu tentang budaya lain. Dampaknya mereka tidak paham serta tidak bisa
menguasai kenapa temannya yang berasal dari suku serta ras lain bersikap seperti itu.
Kadangkala terdapat ketakutan apabila nilai budaya lain diajarkan, nanti hendak
membuat siswa tidak menghargai budaya sendiri. Sementara itu, pengenalan budaya
lain malah akan membantu kita mengerti budaya kita lebih jelas.
Kebudayaan ialah keseluruhan totalitas cara manusia hidup serta
meningkatkan pola kehidupannya sehingga dia tidak saja menjadi landasan di mana
kurikulum dibesarkan namun pula jadi sasaran hasil pengembangan kurikulum. 9
Atas dasar posisi multikultural sebagai pendekatan dalam pengembangan
kurikulum maka pendekatan multikultural untuk kurikulum dimaksud sebagai sesuatu
prinsip yang memakai keragaman kebudayaan peserta didik dalam meningkatkan
filosofi, misi, tujuan, dan komponen kurikulum, dan lingkungan belajar sehingga
siswa bisa menggunakan kebudayaan pribadinya untuk memahami serta
meningkatkan bermacam pengetahuan, konsep, ketrampilan, nilai, sikap, serta moral
yang diharapkan.

3. Tugas Para Pengembang Kurikulum


Dalam mengambil sesuatu keputusan mengenai kurikulum, para
pengembang mesti merujuk pada lingkungan ataupun dunia di mana mereka tinggal,
merespon terhadap kebutuhan yang dilontarkan ataupun diusulkan oleh bermacam-

7
Lin Purnamasari dan Qoriati Mushafanah, “Mempertahankan Integritas Bangsa Indonesia
Melalui Pendidikan Multikultural”, (Semarang: Fkip Ikip PGRI, 2019). Jurnal pendidikan
Muktikuktural, Vol. 2, No. 2, hal. 29.
8
Ujang Syarip hidayat, “Menumbuhkan Pendidikan Multikultural Pada Peserta Didik
Melalui pembelajaran di Kelas”, (Jawa Barat: Budhi Mulia Studio, 2018), hal. 151.
9
Agus Pahrudin dan Ismail Suardi Wekke, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama
Islam Multikultural”, (Yogyakarta: Samudra Biru, 2021), hal. 147.

4
macam kalangan dalam warga dan pemahaman atas tuntutan pencantuman nilai- nilai
falsafah pendidikan bangsa dan berkait dengan falsafah pendidikan yang berlaku. 10
Tugas para pengembang kurikulum ialah sebagai berikut:
1. Mempelajari serta memahami kebutuhan masyarakat sebagaimana
dirumuskan dalam UU, peraturan pemerintah, keputusan pemerintah, dan lain-
lain
2. Menganalisis masyarakat di mana sekolah berada
3. Menganalisis ketentuan dan tuntutan terhadap tenaga kerja
4. Menginterprestasikan kebutuhan pribadi dalam ruang lingkup kepentingan
masyarakat.

B. Alasan mempertimbangkan landasan IPTEK dalam pengembangan


kurikulum
Landasan pengembangan kurikulum layaknya fondasi bangunan. Gedung
menjulang tinggi akan roboh jika berdiri di atas fondasi yang rapuh, oleh karena itu
sebelum membangun sebuah gedung maka perlu membangun fondasi yang kokoh
terlebih dahulu. Perkembangan IPTEK juga sebagai pemacu kemajuan pembangunan.
Perkembangan IPTEK secara langsung berimplikasi terhadap pengembangan
kurikulum yang di dalamnya mencakup pembaruan isi atau materi pendidikan,
penggunaan strategi dan media pembelajaran, serta penggunaan sistem evaluasi.
Materi pelajaran sepatutnya hasil perkembangan IPTEK kontemporer, baik
berhubungan dengan hasil perolehan informasi, ataupun cara memperoleh informasi
tersebut dan memanfaatkannya ke masyarakat. Tentu dalam proses pengembangan
kurikulum harus tetap mengacu kepada prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.
Dukungan IPTEK kepada pembangunan dapat mewujudkan masyarakat
maju, mandiri dan sejahtera. Perkembangan IPTEK semakin cepat dan persaingan
antar-bangsa makin meluas. Oleh karena itu dibutuhkan pemanfaatan, pengembangan
dan penguasaan IPTEK yang mana akan memberi implikasi terhadap pengembangan
SDM. Tercapainya kemampuan SDM agar dapat memanfaatkan, mengembangkan
dan menguasai IPTEK, maka ada beberapa hal yang dijadikan sebagai dasar, yaitu:
a. Pembangunan IPTEK selayaknya berada dalam keseimbangan yang efektif
serta dinamis dengan pembinaan SDM, pelaksanaan penelitian, dan
pengembangan sarana prasarana IPTEK,

10
Edy Sutrisno, “Model Pengembangan Kurikulum Pesantren di Era Modern”, (Jakarta:
Guepedia, 2021), hal. 22.

5
b. Penyusunan IPTEK terarah pada peningkatan kehidupan bangsa dan kualitas
kesejahteraan,
c. Pembangunan IPTEK sepadan dengan nilai-nilai agama, kondisi sosial
budaya, nilai luhur, dan lingkungan hidup,
d. Penyusunan IPTEK harus berdasar pada upaya peningkatan efektivitas
penelitian, efisiensi, produktivitas dan pengembangan yang lebih tinggi, dan
e. Pembangunan IPTEK harus dapat memberikan solusi penyelesaian masalah
konkret.11
Proses penyempurnaan kurikulum atau pengembangan kurikulum menjadi
otonomi sekolah. Sekolah diberi hak penuh dalam mengembangkan kurikulum,
supaya kurikulum sekolah dicocokkan dengan kondisi sekolah masing-masing, yaitu
menyesuaikan kondisi peserta didiknya dan potensi daerah yang ada. Pendapat
tersebut selaras dengan penyempurnaan yang terus dilakukan oleh pengembang
kurikulum di Indonesia. Sering kita mendengar istilah “ganti menteri pendidikan,
ganti kurikulum”, padahal pergantian kurikulum sudah menjadi sesuatu yang biasa-
biasa saja bagi negara di dunia dengan pendidikan yang maju. Hal itu dilakukan
untuk mendorong relevansi pendidikan terhadap tantangan zaman.
Pengembangan kurikulum bukan tentang abstraksi, akan tetapi
mempersiapkan berbagai alternatif untuk tindakan yang merupakan inspirasi dari
ide-ide dan beberapa penyesuaian lain yang dinilai penting. Supaya kurikulum sesuai
dengan perkembangan IPTEK maka harus memperhatikan kebutuhan masyarakat,
industri, menyesuaikan dengan teknologi yang berkembang saat itu, menyesuaikan
pola hidup, syarat dan tuntunan tenaga kerja, serta menginterpretasi kebutuhan
individu dalam kerangka kepentingan IPTEK. Audrey Nicholls dan Howard Nicholls
berpendapat bahwa pengembangan kurikulum ialah perencanaan kesempatan-
kesempatan belajar agar membawa peserta didik ke arah perubahan-perubahan yang
diinginkan dan mengukur sampai di mana perubahan tersebut telah terjadi dalam diri
peserta didik.
Saat ini pemerintah dan seluruh penggerak pendidikan terus berjuang dan
bekerja sama untuk mengembangkan kurikulum. Sebagaimana perkembangan saat
ini, banyak inovasi pembelajaran yang diimplementasikan di berbagai sekolah,
contohnya multimedia pembelajaran interaktif online, untuk media pembelajaran
online baik audio, visual, maupun audio visual di antaranya radio edukasi

11
Farrah Camelia, “Analisis Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam
Pengembangan Kurikulum”, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2020). Jurnal Pendidikan, Vol. 5, No.
1, hal. 57.

6
Kemdikbud, suara edukasi, jogja belajar radio, podcast English first (podcast untuk
belajar listening bahasa Inggris), sumber belajar Kemdikbud, audio, google
classroom, microsoft teams, moodle, kelas digital rumah belajar Kemdikbud, zoom,
ruang guru, zenius, quipper, visual novel berbasis gamifikasi dan banyak lagi
aplikasi serta media lainnya, kemudian evaluasi pembelajaran dengan menggunakan
geschool.net yang dapat diakses melalui smartphone, iphone, ataupun komputer.
Selain itu, peranan pendidik sangat penting dalam penyampaian materi ajar
yang telah disusun dalam kurikulum. Dengan demikian, pengembangan IPTEK
dalam pengembangan kurikulum harus dilakukan oleh pendidik melalui pemanfaatan
media belajar, sumber belajar, sistem penyampaian, pengembangan dimulai dengan
unit-unit belajar yang melibatkan berbagai langkah disertai dengan uji coba
diteruskan dengan unit-unit lain.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai hasil kemampuan
berpikir manusia telah membawa umat manusia pada masa yang tidak sempat
terbayangkan sebelumnya. Terciptanya produk- produk teknologi semacam teknologi
transportasi, misalnya bukan hanya menyebabkan manusia dapat menjelajahi seluruh
pelosok dunia, akan tetapi manusia sanggup menjelajahi ruang angkasa sebuah
tempat yang dulu dibayangkannya sebagai tempat bersemayamnya para dewa.
Demikian pula halnya dengan ditemuinya hasil teknologi data dan komunikasi, bukan
cuma manusia dapat berhubungan secara langsung dengan orang yang tinggal di
seberang sana, akan tetapi manusia dapat melihat bermacam kejadian yang terjadi
pada saat yang sama di seluruh belahan dunia. 12
Namun demikian, seluruh kemajuan yang telah dapat diraih oleh umat
manusia itu, bukan tanpa permasalahan. Pada kenyataannya ada bermacam dampak
negatif yang malah sangat mencemaskan manusia itu sendiri. Diproduksinya alat-alat
transpormasi, menimbulkan kasus kemacetan serta kecelakan kemudian lintas, yang
tiap hari merenggut jiwa manusia. Pembangunan pusat-pusat industri menimbulkan
terbentuknya urbanisasi dengan bermacam permasalahannya, termasuk munculnya
bermacam tipe kejahatan serta kriminalitas. Terciptanya hasil teknologi informasi dan
komunikasi menyebabkan lunturnya serta terjadinya gesekan budaya yang
pengaruhnya terhadap eksistensi kelompok masyarakat bukan main besarnya. 13
Munculnya permasalahan-permasalahan baru ini menimbulkan kompleksitas
tugas-tugas pendidikan yang diemban oleh sekolah. Tugas sekolah jadi semakin
berat, dan kadang-kadang tidak mampu lagi melaksanakan semua tuntutan

12
Wina Sanjaya, “Kurikulum dan Pembelajaran”, (Jakarta: Prenadamedia, 2015), hal. 57.
13
Wina Sanjaya, “Kurikulum dan.., hal. 58.

7
masyarakat. Sesuai dengan pergantian era, tugas-tugas yang dulu bukan menjadi
tugas sekolah, kini diserahkan kepada sekolah. Sekolah ini bukan hanya bertugas
menanam dan mewariskan ilmu pengetahuan saja, tetapi juga wajib memberi
keterampilan tertentu dan menanamkan budi pekerti.
Hal penting yang butuh dicermati dan diantisipasi oleh para pengembang
kurikulum sehubungan dengan pergantian yang terjadi dimasyarakat ialah mengenai
perubahan pola hidup dan perubahan sosial politik.

1. Perubahan Pola Hidup


Perubahan pola hidup itu dikatakan banyak orang sebagai perubahan pola
hidup yang bersifat agraris tradisional mengarah pola kehidupan industri modern. 14
Pola kehidupan masyarakat industri modern mempunyai ciri yang berbeda dengan
pola kehidupan agraris. Perbandingan tersebut bisa dilihat. Pertama, dari pola kerja.
Pada masyarakat agraris, pola kerja sangat tertib yang berlangsung siang hari pada
waktu yang tetap. Tidak demikian halnya pada masyarakat industri, selain masyarakat
menggunakan waktu yang lumayan panjang untuk bekerja juga mempunyai pola yang
tidak beraturan. Apabila dilihat pada masyarakat perkotaan kondisi ini sangat dapat
dirasakan, bagaimana kehidupan di kota- kota besar yang tidak pernah hening
sepanjang dua puluh empat jam. Orang padat jadwal bekerja baik siang ataupun
malam.
Kedua, pola hidup yang sangat bergantung kepada hasil- hasil teknologi.
Pada masyarakat industri banyak sekali jenis-jenis pekerjaan yang sangat
mengandalkan teknologi, dari mulai pekerjaan ibu rumah tangga di dapur hingga
kepada pekerjaan kantor. Ketergantungan terhadap hasil teknologi, melenyapkan
jenis pekerjaan tertentu dan memunculkan jenis pekerjaan yang baru yang menuntut
keahlian tertentu. Kemampuan tersebut pasti saja wajib dipersiapkan oleh lembaga-
lembaga pendidikan. Seorang petani contohnya, untuk meningkatkan hal panennya,
tidak lagi berpikir berapa kerbau yang wajib dimiliki supaya bisa membajak sawah
dengan segera, akan tetapi berpikir bagaimana memanfaatkan traktor dan bagaimana
teknik merawatnya dengan baik. Dengan demikian sebagai akibat ketergantungan
terhadap hasil- hasil teknologi, keahlian memelihara kerbau berganti menjadi
ketrampilan menjaga mesin-mesin pertanian.
Ketiga, pola hidup dalam sistem perekonomian baru. Perubahan pola ini
ditandai dengan pemakaian produk jasa perbankan serta asuransi untuk kegiatan

14
Sarinah, “Pengantar Kurikulum”, (Yogyakarta: Deepublish, 2015), hal. 82.

8
perekonomian, seperti menabung, perkreditan, dan permodalan usaha. 15 Demikian
juga tumbuh suburnya pusat- pusat perbelanjaan dalam gedung bertingkat mengambil
alih pasar- pasar tradisional. Seluruhnya ini bukan saja membawa pada hal-hal yang
bersifat positif, akan tetapi juga membawa dampak negatif seperti misalnya
tumbuhnya pola hidup konsumtif bersamaan dengan program advertensi yang begitu
gencar melalui pesawat tv, munculnya berbagai jenis kejahatan serta lain sebagainya.
Terdapat perubahan-perubahan semacam itu, bukan cuma memerlukan pergantian isi
kurikulum akan tetapi juga dapat mengubah lingkungan sekolah termasuk mengubah
bahan-bahan bacaan yang dapat memperkenalkan anak didik terhadap fenomena-
fenomena baru yang terjalin. Misalkan bagaimana cara menabung di Bank,
bagaimana cara memakai ATM, bagaimana metode berbicara di telepon, seluruhnya
wajib diperkenalkan melalui bahan-bahan bacaan sekolah.

2. Perubahan Kehidupan Sosial Politik


Arus globalisasi yang bergerak sangat cepat membawa perubahan kehidupan
sosial politik ke segala penjuru dunia tak terkecuali ke dalam kehidupan sosial
politik. Di Indonesia pergantian tersebut merupakan di isyaratkan dengan timbulnya
gerakan reformasi yang menjatuhkan rezim Orde Baru yang selama 32 tahun
berkuasa. Selama berkuasanya rezim ini hampir tidak ada hubungan komunikasi yang
dapat menyuarakan kebebasan. Kehidupan sosial politik tidak pernah berkembang,
disebabkan bergerak dalam pola yang kaku dan bersifat linier. Demikian pula dengan
sistem pendidikan yang berlaku. Sistem pendidikan yang sangat sentralistis seakan-
akan sulit melepaskan dari kungkungan kekuasaan. Diakui ataupun tidak, pendidikan
sudah menjadi alat politik rezim yang berkuasa. Akibatnya kurikulum yang berlaku
pun kurang berperan sebagai alat pembebasan dan alat pencerahan, akan tetapi
digunakan untuk membentuk manusia yang memiliki pola pikir yang seragam,
manusia yang tunduk serta patuh terhadap kekuasaan, manusia yang lebih bahagia
menjadi abadi, manusia yang lebih bahagia dipekerjakan dari pada manusia yang
bahagia membuka, menghasilkan serta mencintai pekerjaan.
Dengan munculnya era reformasi, semua mestinya berganti. Pembelajaran
wajib ditunjukkan untuk menghasilkan manusia-manusia yang kritis serta
demokratis. 16 Untuk itulah, pergantian ke arah transparansi wajib ditangkap secara
utuh oleh para pengembang kurikulum. Kehidupan yang demokratis haruslah

15
Wina Sanjaya, “Kurikulum dan.., hal. 60.
16
Wina Sanjaya, “Kurikulum dan.., hal. 61.

9
menjiwai isi kurikulum. Mengutip pendapat Paulo Freire( 1993), kurikulum
pendidikan wajib mampu membebaskan manusia dari klasik kuno.
Pengaruh berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat luas
dalam kehidupan masyarakat ialah karena adanya sarana telekomunikasi semacam
radio, tv, satelit, video, CD, permainan, pesawat telepon, serta lain-lain, yang sangat
menolong kebutuhan akan informasi dan hiburan. Tidak hanya dampak positif untuk
meningkatkan pengetahuan, media komunikasi serta pendidikan juga mempunyai
dampak negatif seperti siaran di Televisi tentang kejahatan, kekerasan, pembunuhan,
perampokan, pemerkosaan serta lain-lain secara silih berganti. Perkembangan sarana
transportasi pula berikan dampak positif untuk kecepatan arus kemudian lintas, arus
benda, arus tenaga kerja, arus pelajar, namun pula berikan dampak negatif semacam
kerap terjadi kecelakaan.
Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap
pendidikan adalah memberikan materi ataupun bahan yang hendak di informasikan
dalam proses pendidikan dan menuntut lembaga pendidikan untuk sanggup
membagikan pengetahuan, ketrampilan baru yang dikembangkan melalui
pengembangan kurikulum. 17
Sebagai gambaran, berikut akan dikemukakan beberapa perkembangan
penting dalam ilmu pengetahuan serta teknologi yang telah dan banyak memengaruhi
perkembangan masyarakat Indonesia, seperti berikut:18
a. Mikro elektronika, yang melandasi terbukanya kesempatan untuk
memanfaatkan kadar informasi dalam sistem-sistem ciptaan manusia
b. Telekomunikasi, yang memperluas jangkauan pengamatan serta penyebaran
data ilmiah dan lainnya, baik menimpa fenomena-fenomena fisik ataupun
fenomena kemasyarakatan
c. Biologi, terutama yang berkaitan dengan pemahaman dan kemampuan dalam
mempengaruhi proses-proses fisik penyusunan jaringan makhluk hidup yang
disebut bioteknologi, dan
d. Pengembangan material baru yang memungkinkan terwujudnya produk-
produk baru dengan kemampuan-kemampuan yang tadinya sukar diwujudkan,
karena keterbatasan sifat material yang ada.

17
Muhammad Hasan, dkk., “Telaah Kurikulum: Teori dan Pengembangannya”, (Jawa
Tengah: Tahta Media Group, 2021), hal. 90.
18
Komunitas Muda bersejarah, “Pemuda Generasi emas Indonesia”, (Jakarta: Guepedia,
2021), hal. 59.

10
BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pertama, lembaga pendidikan, khususnya jalur sekolah harus mampu menunjang
dan mengantisipasi perkembangan IPTEK baik yang dihadapi saat ini maupun
tantangan masa depan. Kedua, materi atau bahan ajar sepatutnya hasil perkembangan
IPTEK kontemporer, baik berkaitan dengan hasil perolehan informasi, ataupun
cara memperoleh informasi tersebut dan memanfaatkannya untuk masyarakat.
Ketiga, pengembang kurikulum memperhatikan kebutuhan masyarakat, industri, pola
hidup, lapangan kerja, serta menginterpretasi kebutuhan individu dalam kerangka
kepentingan IPTEK supaya kurikulum sesuai dengan perkembangan IPTEK.
Keempat, dibutuhkan pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan IPTEK yang
akan memberi implikasi terhadap pengembangan sumber daya manusia.
Pendidikan dihadapkan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang berkembang dengan sangat pesat. Oleh karena itu, agar kurikulum sesuai dapat
bertahan kuat, maka pengembangannya harus didasarkan pada ilmu pengetahuan dan
teknologi yang kuat pula. Dengan hal tersebut maka kurikulum akan mampu
menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berkembang, baik itu dilihat dari segi
perkembangan sosial budaya maupun dilihat dari segi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

B. Saran
Kami penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun kritik dan saran dari para
pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan susunan makalah ini nantinya
dengan tepat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Agus Pahrudin dan Ismail Suardi Wekke. 2021. “Pengembangan Kurikulum


Pendidikan Agama Islam Multikultural”. Yogyakarta: Samudra Biru
Dani Nurcholis. 2019. “Transformasi Pendidikan Multikultural di Sekolah”. Jawa
Timur: Parasurama Education
Edy Sutrisno. 2021. “Model Pengembangan Kurikulum Pesantren di Era Modern”.
Jakarta: Guepedia
Farrah Camelia. 2020. “Analisis Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam
Pengembangan Kurikulum”. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga. Jurnal
Pendidikan, Vol. 5, No. 1.
Komunitas Muda bersejarah. 2021. “Pemuda Generasi emas Indonesia”. Jakarta:
Guepedia
Lin Purnamasari dan Qoriati Mushafanah. 2019. “Mempertahankan Integritas
Bangsa Indonesia Melalui Pendidikan Multikultural”. Semarang: Fkip Ikip
PGRI. Jurnal pendidikan Muktikuktural, Vol. 2, No. 2.
Muhammad Hasan, dkk. 2021. “Telaah Kurikulum: Teori dan Pengembangannya”.
Jawa Tengah: Tahta Media Group
Saidulkarnain Ishak. 2016. “ Jurnalisme Modern”. Jakarta: Gramedia
Sarinah. 2015. “Pengantar Kurikulum”. Yogyakarta: Deepublish
Sugiarti dan Eggy Fajar Andalas. 2020. “Membangun Optimisme Meretas Kehidupan
Baru dalam Dunia Pendidikan”. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang
Sunhaji, dkk. 2021. “Evaluasi Kurikulum Pacasarjana PTKIN Di Era Revolusi
Industri 4.0”. Jawa Tengah: Zt Corpora
Sutiah. 2017. “Pengembangan Kurikulum PAI”. Jawa Timur: Nizamia Learning
Center
Ujang Syarip hidayat. 2018. “Menumbuhkan Pendidikan Multikultural Pada Peserta
Didik Melalui pembelajaran di Kelas”. Jawa Barat: Budhi Mulia Studio
Wina Sanjaya. 2015. “Kurikulum dan Pembelajaran”. Jakarta: Prenadamedia

Anda mungkin juga menyukai