Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

PERKEMBANGAN ILMU TEKNOLOGI


DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN
MODEL KONSEP KURIKULUM SUBYEK AKADEMIS
Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum dan Model Pembelajaran PAI
Dosen Pengampu: Dr. Khuriyah, S.Ag., M.Pd.

Disusun oleh:
1. Abdul Azis (234051001)
2. Pratama Ananda Ayu Nur Fadhilah (234051008)
3. Zulham Ainun Najib (234051011)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam, yang telah
melimpahkan Rahmat dan hidayahnya kepada kami dalam mengarungi proses
penyelesaian makalah ini sebagaimana mestinya.
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan nabi kita
suri tauladan kita, Nabi Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafaatnya di
yaumul akhir nanti dan yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju
zaman yang terang benderang dan penuh dengan ilmu pengetahuan seperti
sekarang ini.
Tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Khuriyah,
S.Ag., M.Pd. selaku Dosen Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum dan Model
Pembelajaran PAI. Dalam penyusunan makalah yang berjudul “Perkembangan
Ilmu Teknologi Dalam Pengembangan Kurikulum Dan Model Konsep Kurikulum
Subyek Akademis”. Tidak terlepas bantuan dari beberapa pihak, baik berupa saran
maupun kontribusi pemikiran. Oleh karena itu, penyusun sepatutnya sudah
menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak yang terlibat dalam penyusunan
makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, karena
itu kritik dan saran membangun senantiasa diharapkan demi perbaikan makalah.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan bagi
umumnya pembaca.

Klaten, 23 September 2023

Kelompok 2.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................ii


DAFTAR ISI ...................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1
C. Tujuan Masalah .............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................... 3


A. Pengertian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ................................ 3
B. Pengembangan Kurikulum Pendidikan ......................................... 4
C. Pengaruh Perkembangan IPTEK dalam Pendidikan.................... 12
D. Landasan IPTEK dalam Pengembangan Kurikulum PAI ............ 15
E. Peran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pembelajaran ............... 16
F. Peran IPTEK dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan ...... 19
G. Kurikulum Subyek Akademis ...................................................... 21
H. Pendekatan Perkembangan Kurikulum Subyek Akademis.......... 22
I. Kelebihan dan Kelemahan Kurikulum Subyek Akademis .......... 24
J. Karakteristik Kurikulum Subyek Akademis ................................ 24

BAB III PENUTUP ........................................................................... 27


A. Kesimpulan .................................................................................. 27
B. Saran ............................................................................................ 28

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 29

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Model–model pengembangan kurikulum memegang peranan penting
dalam kegiatan pengembangan kurikulum. Sungguh sangat naif bagi para pelaku
pendidikan di lapangan terutama guru, kepala sekolah, pengawas bahkan anggota
komite sekolah jika tidak memahami dengan baik keberadaan, kegunaan dan
urgensi setiap model–model pengembangan kurikulum.
Salah satu fungsi pendidikan dan kurikulum bagi masyarakat adalah
menyiapkan peserta didik untuk kehidupan di kemudian hari. Pemahaman tentang
kurikulum sendiri merupakan salah satu unsur kompetensi paedagogik yang harus
dimiliki seorang guru. Kompetensi paedagogik merupakan kemampuan guru
dalam pengelolaan pembelajaran pada peserta didik yang salah satunya
kemampuan pengembangan kurikulum.
Dengan berkembangnnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang melaju
cepat, menuntut kemajuan masyarakat sebagai pelaku pendidikan juga
berkembang, untuk itu pemerintah melalui guru berusaha mewujudkan sumber
daya manusia yang kompeten sebagai produk hasil dari proses pendidikan. Maka
dari itu perlu adanya pengembangan kurikulum sebagai modal dasar agar
pembelajaran dapat berjalan lancar dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi?
2. Bagaimana Pengembangan Kurikulum Pendidikan?
3. Apa Pengaruh Perkembangan IPTEK dalam Pendidikan?
4. Apa Landasan IPTEK dalam Pengembangan Kurikulum PAI?
5. Apa Peran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pembelajaran ?
6. Apa Peran IPTEK dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan?
7. Apa yang dimaksud dengan Kurikulum Subyek Akademis?
8. Apa Pendekatan Perkembangan Kurikulum Subyek Akademis?
9. Apa Kelebihan dan Kelemahan Kurikulum Subyek Akademis?
10. Apa Karakteristik Kurikulum Subyek Akademis?

1
C. Tujuan Masalah
1. Dapat Mengetahui Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
2. Dapat Mengetahui Pengembangan Kurikulum Pendidikan.
3. Dapat Mengetahui Pengaruh Perkembangan IPTEK dalam Pendidikan.
4. Dapat Mengetahui Landasan IPTEK dalam Pengembangan Kurikulum PAI.
5. Dapat Mengetahui Peran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pembelajaran.
6. Dapat Mengetahui Peran IPTEK dalam Pengembangan Kurikulum
Pendidikan.
7. Dapat Mengetahui Kurikulum Subyek Akademis.
8. Dapat Mengetahui Pendekatan Perkembangan Kurikulum Subyek Akademis.
9. Dapat Mengetahui Kelebihan dan Kelemahan Kurikulum Subyek Akademis.
10. Dapat Mengetahui Karakteristik Kurikulum Subyek Akademis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan proses
pembelajaran nyaman untuk peserta didik aktif mengekplorasi kemampuan
keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan dan akhlak mulia untuk bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Kemajuan suatu negara didukung oleh kualitas sumber
daya manusia (SDM) didalamnya, kemajuan teknologi dan pengetahuan
merupakan dua hal yang paling memberi pengaruh terhadap perkembangan negara
tersebut semua negara maju disebabkan karena kemampuan SDM yang ditunjang
dengan kemajuan teknologi dalam mengolah sumber daya alam mereka. Kemajuan
teknologi informasi bergerak dengan cepat dan pesat mengubah dunia secara
modern dalam berbagai bidang.
Ilmu dalam Bahasa Indonesia seringkali dipadankan dengan sains, dan
disandingkan dengan kata pengetahuan, menjadi ilmu pengetahuan. Ilmu adalah
pemahaman atau kesadaran mengenai suatu pengetahuan, dengan fungsi untuk
mencari, menyelidiki, menganalisis suatu hipoteisi. Ilmu memiliki arti sebuah
pengetahuan yang didapat dengan menempuh beberapa metode dalam belajar dan
pengalaman. Ilmu dapat dikatakan sebuah pengetahuan yang telah valid
kebenarannya.
Kata ilmu merupakan kata serapan dari bahasa Arab "ilm" yang berarti
memahami, mengerti, atau mengetahui.Ilmu pengetahuan berarti dapat memahami
suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah
sosial, dan lain sebagainyaAdapun pengetahuan merupakan suatu informasi yang
disadari dan diketahui seseorang. Pengetahuan dapat diperoleh dengan cara
mengalami atau mendapatkan dari orang lain.1
Adapun teknologi hakikatnya merupakan implementasi dari ilmu
pengetahuan dan menduduki peranan penting dalam kehidupan manusia.
Teknologi lahir dari karya pikir manusia melalui proses ilmiah guna mencapai
tujuan yang optimal, teknologi juga dapat diartikan sebagai sarana manusia untuk

1
Ariani, R., & Festiyed, F. (2019). Analisis landasan ilmu pengetahuan dan teknologi pendidikan dalam
pengembangan multimedia interaktif. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, 5(2).

3
menyediakan kebutuhan. Tujuannya ialah menciptakan suatu kondisi yang efektif,
efisien, dan sinergis terhadap pola perilaku manusia. Salah satu indikator kemajuan
peradaban manusia salah satunya dapat diukur dari kemajuan IPTEK. Teknologi
dibuat untuk mendukung kehidupan manusia di semua aspek. Adanya teknologi
memudahkan manusia dalam mengembangkan sumber daya alam yang ada, namun
sering kali melampaui batas sehingga sering terjadi ketidakseimbangan dalam
penggunaannya dan kerakusan manusia yang menyebabkan terjadinya bencana
alam.
IPTEK merupakan hasil dari gagasan-gagasan manusia dan bersifat objektif
sehingga mudah diterima dan dijangkau oleh masyarakat. Dengan adanya IPTEK
dapat memudahakan dalam menyampaikan informasi sehingga menyebabkan
perubahan dan perkembangan pada budaya. Perkembangan tersebut membuat pola
pikir dan hidup masyrakat terus berubah mengikuti kemajuan. Apabila masyarakat
tidak dapat mengikutinya maka mereka akan ketinggalan sehingga membuat
mereka kesusahan dalam memanfaatkan sumber daya alam. Berdasarkan hal itu,
sebuah bangsa atau Negara akan mengalami kemunduran karena rakyat di
dalamnya tidak mampu memanfaatkan sumber daya alam dalam hal IPTEK.2

B. Pengembangan Kurikulum Pendidikan


1. Pengembangan kurikulum
a. Pengertian Pengembangan Kurikulum
Istilah pengembangan menunjukkan pada suatu kegiatan
menghasilkan suatu alat atau cara yang baru, dimana selama kegiatan
tersebut penilaian dan penyempurnaan terhadap alat atau cara tesebut
terus dilakukan. Bila setelah mengalami penyempurnaan-penyempurnaan
ahirnya alat atau cara tersebut dipandang cukup mantap untuk digunakan
seterusnya, maka berahirlah kegiatan pengembangan tersebut.
Pengertian pengembangan di atas, berlaku pula dalam bidang
kurikulum. Kegiatan pengembangan kurikulum mencakup penyusunan
kurikulum itu sendiri, pelaksanaan di sekolah-sekolah yang disertai
dengan penilaian yang intensif, dan penyempurnaan-penyempurnaan

2
Camelia, F. (2020). Analisis landasan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengembangan kurikulum. SAP
(Susunan Artikel Pendidikan), 5(1).

4
yang dilakukan terhadap komponen-komponen tertentu dari kurikulum
tersebut atas dasar hasil penilaian. Bila kurikulum itu sudah dianggap
cukup mantap, setelah mengalami penilaian dan penyempurnaan, maka
berahirlah tugas pengembangan kurikulum tersebut untuk kemudian
dilanjutkan dengan tugas pembinaan. Hal ini berlaku pula untuk setiap
komponen kurikulum, misalnya pengembangan metode mengajar,
pengembangan alat pelajaran, dan sebagainya.3
Kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh
lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa. Berdasarkan program
pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar sehingga
mendorong perkembangan dan pertumbuhannya sesuai dengan tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain dengan program
kurikuler tersebut, sekolah atau lembaga pendidikan menyediakan
lingkungan pendidikan bagi siswa untuk berkembang. Itu, sebabnya
kurikulum disusun sedemikian rupa yang memungkinkan sisiwa
melakukan beraneka ragam kegiatan belajar. Kurikulum tidak terbatas
pada sejumlah mata pelajaran, namun meliputi segala sesuatu yang dapat
mempengaruhi perkembangan siswa, seperti: bangunan sekolah alat
pelajaran perlengkapan sekolah, perpustakaan, karyawan tata usaha,
gambar-gambar, halaman sekolah dan lain-lain.4
Mengutip pendapat Audry dan Howard Nichools, Oemar Hamalik
mengemukakan bahwa pengembangan kurikulum adalah perencanaan
kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa
peserta didik kearah perubahan-perubahan yang diinginkan serta menilai
sejauh mana perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri peserta didik.
Pengembangan kurikulum sesungguhnya adalah sebuah siklus, suatu
proses berulang yang tidak pernah berakhir. Proses kurikulum itu sendiri
terdiri atas empat unsur. Pertama, tujuan, yakni mempelajari serta
menggambarkan semua sumber pengetahuan dan pertimbangan tentang
tujuan-tujuan pengajaran, baik yang berkenaan dengan mata pelajaran
(subject course) maupun kurikulum secara menyeluruh. Kedua, metode

3
Hendyat Soetopo & Wasty Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan.., 45
4
Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum..,10

5
dan material, yakni mengembangkan serta mencoba menggunakan
metode dan material sekolah untuk mencapai tujuan-tujuan yang serasi
menurut pertimbangan guru. Ketiga, penilaian (assessment), yakni
menilai keberhasilan pekerjaan yang telah dikembangkan dalam kaitan
dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya atau mengembangkan
tujuan-tujuan baru. keempat, feedback, yakni umpan balik dari semua
pengalaman yang telah diperoleh, yang pada giliranya menjadi titik tolak
bagi studi selanjutnya.5
b. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum
Prinsip pertama adalah relevansi, ada dua macam relevansi yang
harus dimiliki kurikulum, yaitu relevansi keluar dan relevansi didalam
kurikuklum itu sendiri. Relevansi keluar maksudnya adalah tujuan, isi,
dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya releven
dengan tuntutan, kebutuhan,dan perkembangan masyarakat. Selain itu,
kurikulum juga harus memilikirelevansi didalam, yaitu ada kesesuaian
atau konsistensi antara komponen-komponen kurikulum(antara tujuan, isi
proses,penyampaian dan penilaian).
Prinsip kedua adalah fleksibilitas, kurikulum hendaknya nemiliki
sifat lentur atau fleksibel. Kurikulum yang baik adalah yang berisi halhal
yang solid, tetapi dalam pelaksanaannya memungkinkan terjadinya
penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu, maupun
kemampuan, dan latar belakang peserta didik.
Prinsip ketiga adalah kontinuitas, yaitu kesinambungan.
Perkembangan dan proses belajar peserta didik hendaknya berlangsung
secara berkesinambungan, tidak terputus-putus atau berhenti-henti.
Pengembangan kurikulum perlu dilakukan secara serempak, sehingga
harus selalu ada komunikasi dan kerjasama antara para pengembang
kurikulum SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi.6
Prinsip keempat adalah praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan
alat-alat sederhana dan biayanya juga murah. Prinsip ini juga disebut
prinsip efisiensi. Betapapun bagus dan idealnya suatu kurikulum kalu

5
Zainal Arifin, Pengembangan Manajemen Mutu Kurikulum.., 42-43.
6
Zainal Arifin, Pengembangan Manajemen..,48-49

6
menuntut keahlian dan peralatan yang sangat husus, dan mahal pula
biayanya, maka kurikulum tersebut tidak praktis dan sukar dilaksanakan.
Kurikulum bukan hanya harus ideal tetapi juga praktis.
Prinsip kelima adalah efektifitas. Walaupun kurikulum tersebut
harus murah, sederhana, dan murah tetapi keberhasilannya juga harus
diperhatikan. Keberhasilan pelaksanaan kurikulum ini baik secara
kuantitas maupun kualitas. Keberhasilan kurikulum akan mempengaruhi
keberhasilan pendidikan.7
c. Konsep Dasar Pengembangan Kurikulum dan Manajemen
Manajemen menurut parker ialah seni melaksanakan pekerjaan
melalui orang-orang (the art of getting things done through people).
Manajemen dalam arti luas adalah perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian (P4) sumber daya organisasi untuk
mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Manajemen dalam arti sempit
adalah manajemen sekolah yang meliputi: perencanaan program sekolah,
kepemimpinan kepala sekolah, pengawas/evaluasi, dan system informasi
sekolah.8
Sedangkan pengembangan menunjukkan pada suatu kegiatan
menghasilkan suatu alat atau cara yang baru, dimana selama kegiatan
tersebut penilaian dan penyempurnaan terhadap alat atau cara tesebut
terus dilakukan.
Manajemen pendidikan dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu
mengelola sumberdaya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.9
Menurut Oemar Hamalik manajemen adalah suatu disiplin ilmu,
yang memiliki objek studi, sistematika, metode dan pendekatan. Jadi
dapat diambil kesimpulan bahwa menejemen adalah suatu disiplin ilmu

7
Nana Syaodih S., Pengembangan Kurikulum..,151
8
Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2011),5
9
Ibid., 12

7
untuk merencana, mengorganisasikan, mengarahkan,dan mengendalikan
suatu objek study.
2. Dasar dan Tujuan Pendidikan
Pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara.
Sedangkan Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap
terhadap tuntutan perubahan zaman.10
Di dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang system
pendidikan nasional Bab II pasal 2 dan 3 menyebutkan bahwa pendidikan
nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Serta pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sedangkan Tujuan pendidikan nasional adalah tujuan yang bersifat
paling umum dan merupakan sasaran yang harus dijadikan pedoman oleh setiap
usaha pendidik. Tujuan pendidikan umum dirumuskan dalam bentuk perilaku
yang ideal sesuai dengan pandangan hidup dan falsafat suatu bangsa yang
dirumuskan oleh pemerintah dalam bentuk UndangUndang. Dalam Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 dinyatakan dengan jelas tujuan
pendidikan nasional bersumber dari system nilai pancasila, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan jangka
panjang yang menjadi dasar dari segala tujuan pendidikan nasional baik
pandidikan formal, informal maupun pendidikan nonformal.11

10
Undang Undang dan Peraturan Pemerintah RI..,5
11
Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru ( Bandung: Remaja Rosdakarya,2013), 52- 53

8
Berdasarkan pancasila dan UUD RI tahun 1995, pendidikan nasional
memiliki fungsi dan juga tujuan yaitu, pendidikan berfungsi mengembangakan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan bangsa, dan bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
tuhan yang maha esa, berahklaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga yang dimokratis serta bertanggung jawab.12 Maka harus ada
peraturan dan juga manajemen tentang pendidikan, terutama di bidang
kurikulum pendidikan dan juga harus dikembangkan agar dapat memenuhi
tuntutan jaman.
Dengan demikian pengembangan kurikulum merupakan bagian yang
esensial dalam proses pendidikan, karena sasaran yang diinginkan bukan
semata-mata memproduksi bahan pelajaran melainkan lebih dititik beratkan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan, maka harus dimengerti tentang
pengertian pengembangan kurikulum, yaitu suatu proses yang merencanakan,
menghasilkan suatu alat yang lebih baik dengan didasarkan pada hasil
penelitian terhadap yang telah berlaku sehingga dapat memberikan kondisi
mengajar yang lebih baik. Dengan kata lain pengembangan kurikulum adalah
kegiatan untuk menghasilkan kurikulum baru melalui langkah-langkah
penyusunan kurikulum atas dasar hasil penelitian yang dilakukan selama
periode waktu tertentu.13
Pengembangan kurikulum juga tidak dibuat atas semaunya orang yang
ada di dunia pendidikan, namun harus berdasarkan suatu hal, dari itu dalam
undang-undang tentang sistem pendidikan nasional tahun 1995 memutuskan
pada bab x pasal 36 ayat 1 dan 2 tentang kurikulum bahwa dalam
pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada setandar nasional
pendidikan guna mewujudkan tujuan pendidikan nasional, dan dengan prinsip
diversifikasikan sesuai dengan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.14
Konsep pengembangan kurikulum juga bisa dilihat dari aspek
manajerialnya. Dalam Manajemen kurikulum dewasa ini semakin mendapat

12
Undang-Undang Dan Peraturan Pemerintah Ripublik Indonesia tentang Pendidikan, (Direktoral Pendidikan
Islam Depertemen Agam Ri, 2006), 8.
13
Subandijah, Pengembangan Dan Iovasi Kurikulum, 38.
14
Undang-Undang Dan Peraturan Pemerintah Ri, 25.

9
perhatian dari kalangan ilmuan yang menekuni bidang pengembangan
kurikulum, teknologi pendidikan dan administrasi pendidikan. Studi ini
dianggap menempati bagian terpenting dalam studi pengembangan kurikulum
dan administrasi pendidikan. Hal ini wajar, sebab kurikulum adalah komponen
yang penting dan merupakan alat pendidikan yang sangat vital dalam kerangka
sistem pendidikan nasional. Itu sebabnya, setiap institusi pendidikan, baik
formal maupun nonformal, harus memiliki kurikulum yang sesuai dan serasi,
tepat guna dengan kedudukan, fungsi dan peranan serta tujuan lembaga
tersebut.15
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua
pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa disekolah. Dalam kurikulum
terintegrasi filsafat, nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan pendidikan.
Kurikulum disusun oleh para ahli pendidikan atau ahli kurikulum, ahli bidang
ilmu, pendidik, pejabat pendidikan, pengusaha serta unsur-unsur masyarakat
lainya. Rancangan ini disusun dengan maksud memberi pedoman kepada para
pelaksana pendidikan, dalam proses pembimbingan perkembangan siswa,
mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh siswa sendiri, keluarga, maupun
masyarakat.
Kelas merupakan tempat untuk melaksanakandan menguji kurikulum.
Disana semua konsep, prinsip, nilai, pengetahuan, metode, alat, dan
kemampuan guru diuji dalam bentuk perbuatan, yang akan mewujudkan bentuk
kurikulum yang nyata dan hidup. Pewujudan konsep, prinsip, dan aspek-aspek
kurikulum tersebut seluruhnya terletak pada guru. Oleh karena itu, gurulah
pemegang kunci pelaksanaan dan keberhasilan kurikulum. Dialah sebenarnya
perencana, pelaksana, penilai, dan pengembang kurikulum sesungguhnya.16
Pengembangan kurikulum merupakan bagian yang esensial dalam
proses pendidikan. Sasaran yang ingin dicapai bukan semata-mata
memproduksi bahan pelajaran melainkan lebih dititik beratkan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan. Pengembangan kurikulum merupakan
proses yang menyangkut banyak faktor yang perlu dipertimbangkan. Caswell
mengartikan pengembangan kurikulum sebagai alat untuk membantu guru

15
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2012),1
16
Nana Syaodih Sukmadinata , Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek (Bandung: Remaja
Rosdakarya,2013), 150

10
dalam melakukan tugas mengajarkan bahan menarik minat murid dan
memenuhi kebutuhan masyarakat. Sementara Beane, Toepfer dan Allesia
menyatakan bahwa perencanaan atau pengembangan kurikulum adalah suatu
proses dimana partisipasi pada berbagai tingkat dalam membuat keputusan
tentang tujuan, tentang bagaimana tujuan direalisasikan melalui proses belajar-
mengajar dan apakah tujuan dan alat itu serasi dan efektif.17
Kemrosostan pendidikan kita sudah terasa selama bertahun-tahun, untuk
kesekian kalinya kurikulum dituding sebagai penyebabnya. Hal ini tercermin
dengan adanya upaya mengubah kurikulum mulai kurikulum 1975 diganti
dengan kurikulum1984, kemudian diganti lagi dengan kurikulum 1994 dan
seterusnya hingga kini yang dipergunakan adalah kurikulum berbasis
kompetensi yang kemudian dikenal sebagai kurikulum 2004. dilajut kurikulum
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 hingga kurikulum 2013 sebagai
refleksi kurikulum berbasis karakter.
Perubahan kurikulum sebaiknya melihat keperluan masa depan, serta
menekankan kembali pada bentuk asal, berbuat lebih baik dengan
menghentikan penyimpangan-penyimpangan dan praktik yang salah atau
memperkenalkan prosedur yang lebih baik, suatu perombakan menyeluruh dari
suatu sistem kehidupan dalam aspek politik, ekonomi, hukum, sosial dan tentu
saja dalam bidang pendidikan. Perubahan juga berarti memperbaiki,
menyempurnakan dengan membuat sesuatu yang salah menjadi benar. Oleh
karena itu reformasi berimplikasi pada mengubah sesuatu untuk
menghilangkan yang tidak sempurna menjadi yang lebih sempurna seperti
melalui perubahan kebijakan institusional. Dangan demikian dapat
dikemukakan beberapa karakteristik reformasi dalam kurikulum yaitu adanya
keadaan yang tidak memuaskan pada kurikulum masa yang lalu, keinginan
untuk memperbaikinya pada masa yang akan datang, adanya perubahan besar-
besaran, adanya orang yang melakukan, adanya pemikiran atau ide-ide baru,
adanya sistem dalam suatu institusi tertentu baik dalam skala kecil seperti
sekolah maupun skala besar seperti negara.18

17
Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum (jakarta: Raja Grafindo Persada,1993), 38
18
Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum..,259-260.

11
Peningkatan kualitas merupakan salah satu pilar pembangunan
pendidikan, disamping pemerataan dan perluasan akses dan peningkatan
efektifitas efisiensi tata kelola pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan
semakin mendapat penekanan, dikarenakan adanya kesadaran bahwa masa
depan suatu bangsa sangat tergantung pada keberhasilan bangsa menciptakan
pendidikan yang berkualitas.

C. Pengaruh Perkembangan IPTEK dalam Pendidikan


1. Pengaruh positif perkembangan IPTEK dalam pendidikan
Pengembangan dan penerapan teknologi informasi juga bermanfaat
untuk Pendidikan antara lain:
a. Munculnya Media Massa, khususnya media elektronik sebagai sumber
ilmu dan pusat Pendidikan. Seperti jaringan Internet, Lab. Komputer
Sekolah dan lain-lain. Dampak dari hal ini yaitu guru bukanlah satu-
satunya sumber ilmu pengetahuan, sehingga siswa dalam belajar tidak
perlu terlalu terpaku terhadap Informasi yang diajarkan oleh guru, tetapi
juga bisa mengakses materi pelajaran langsung dari Internet, olehnya itu
guru disini bukan hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pembimbing
siswa untuk mengarahkan dan memantau jalannya pendidikan, agar siswa
tidak salah arah dalam menggunakan Media Informasi dan Komunikasi
dalam pembelajaran.
b. Munculnya metode-metode pembelajaran yang baru, yang memudahkan
siswa dan guru dalam proses pembelajaran.Dengan kemajuan Teknologi
terciptalah metode- metode baru yang membuat siswa mampu memahami
materi-materi yang abstrak, karena materi tersebut dengan bantuan
Teknologi bisa dibuat abstrak, dan dapat dipahami secara mudah oleh
siswa.
c. Sistem pembelajaran tidak harus melalui tatap muka. Selama ini, proses
pembelajaran yang kita kenal yaitu adanya pembelajaran yang
disampaikan hanya dengan tatap muka langsung, namun dengan adanya
kemajuan teknologi, proses pembelajaran tidak harus mempertemukan
siswa dengan guru, tetapi bisa juga menggunakan jasa pos Internet dan
lain- lain.

12
d. Adanya sistem pengolahan data hasil penilaian yang menggunakan
pemamfaatan Teknologi. Dulu, ketika orang melakukan sebuah
penelitian, maka untuk melakukan analisis terhadap data yang sudah
diperoleh harus dianalisis dan dihitung secara manual. Namun setelah
adanya perkembangan IPTEK, semua tugasnya yang dulunya dikerjakan
dengan manual dan membutuhkan waktu yang cukup lama, menjadi
sesuatu yang mudah untuk dikerjakan, yaitu dengan menggunakan media
teknologi, seperti Komputer, yang dapat mengolah data dengan
memamfaatkan berbagai program yang telah di installkan.
e. Pemenuhan kebutuhan akan fasilitas pendidikan dapat dipenuhi dengan
cepat.Dalam bidang pendidikan tentu banyak hal dan bahan yang harus
dipersiapkan, salah satu contoh, yaitu; Penggandaan soal Ujian, dengan
adanya mesin foto copy, untuk memenuhi kebutuhan akan jumlah soal
yang banyak tentu membutuhkan waktu yang lama untuk mengerjakannya
kalau dilakukan secara manual. Tapi dengan perkembangan teknologi
semuanya itu dapat dilakukan hanya dalam waktu yang singkat.
Khususnya dalam kegiatan pembelajaran, ada beberapa manfaat yang
dapat diperoleh dari perkembangan IPTEK, yaitu:
1) Pembelajaran menjadi lebih efektif dan menarik.
2) Dapat menjelaskan sesuatu yang sulit / Kompleks.
3) Mempercepat proses yang lama.
4) Menghadirkan peristiwa yang jarang terjadi.
5) Menunjukkan peristiwa yang berbahaya atau diluar jangkauan.
2. Pengaruh negatif perkembangan IPTEK dalam pendidikan
Disamping dampak positif yang ditimbulkan oleh perkembangan IPTEK,
juga akan muncul dampak negatif yang akan ditimbulkan oleh perkembangan
IPTEK dalam proses pendidikan antara lain:
a. E-learning yang dapat menyebabkan pengalih fungsian guru dan
mengakibatkan guru jadi tersingkirkan, atau juga menyebabkan
terciptanya individu yang bersifat individual karena system pembelajaran
dapat dilakukan dengan hanya seorang diri. Bahkan dimungkinkan etika
dan disiplin peserta didik susah atau sulit untuk diawasi dan dibina,
sehingga lambat laun etika dan manusia khususnya para peserta didik akan

13
menurun drastis, serta hakikat manusia yang utama yaiu sebagai makhluk
social akan tergerus.
b. Seringnya mengakses internet dikhawairkan siswa/mahasiswa bukannya
benar-benar memanfaatkan teknologi informasi dengan optimal, tetapi
malah mengakses hal-hal yang tidak baik, seperti pornografi, game online.
Bahkan dapat terkena cyber-relational addiction ialah keterlibatan yang
berlebihan pada hubungan yang terjalin melalui internet (seperti melalui
chat room dan virtual affairs) sampai kehilangan kontak dengan
hubungan- hubungan yang ada dalam dunia nyata.
c. Peserta didik bisa terkena information overload, yakni menemukan
informasi yang tidak habis-habisnya yang tersedia di internet, sehingga
rela menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengumpulkan dan
mengorganisir informasi yang ada, yang akhirnya dapat membuat
seseorang kecanduan, terutama menyangkut pornografi dan dapat
menghabiskan uang karena hanya untuk melayani kecanduan tersebut.
d. Pelajar atau juga mahasiswa menjadi pecandu dari keberadaan dunia maya
secara berlebihan. Hal ini bisa terjadi ketika siswa/mahasiswa tidak
memiliki sikap skeptic serta kritis terhadap sesuatu hal yang baru. Apalagi
dalam konteks dunia maya (internet) mereka secara tidak langsung telah
masuk di dalam dunia yang over free, maka sangat penting adanya kedua
sikap di atas untuk menjadi benteng atau filter dari segala sumber
informasi yang ada. Selain itu, yang tidak kalah pentingnya ialah perhatian
dari orang tua juga sangat berperan dalam menanamkan nilai-nilai tentang
sebuah norma agama sebagai landasan hidup.
e. Tindakan kriminal (Cyber Crime). Di dalam dunia pendidikan hal ini
dapat terjadi, misalnya pencurian dokumen atau asset penting tentang
sebuah tatanan Pendidikan yang sesungguhnya dirahasiakan (dokumen
mengenai ujian akhir atau negara) dengan media internet.
f. Menimbulkan sikap yang apatis pada masing- masing individu, baik bagi
pelajar/siswa/ mahasiswa maupun pengajar/guru/dosen. Hal ini dapat
dilihat misalnya pada system pembelajaran yang bersifat virtual maupun
e-learning. Di mana system pembelajaran yang tidak saling bertemu

14
antara peserta didik dengan pengajar, maka dapat terjadi peserta didik
kurang aktif dalam sistem pembelajaran dan hasilnya tidak maksimal 19

D. Landasan IPTEK Dalam Pengembangan Kurikulum PAI


Pendidikan Agama Islam adalah segenap kegiatan yang dilakukan seseorang
untuk membantu seorang atau sekelompok peserta didik dalam menanamkan dan
menumbuh kembangkan ajaran Islam dan nilai-nilainya untuk dijadikan sebagai
pandangan hidupnya, yang diwujudkan dalam sikap hidup dan dikembangkan
dalam keterampilan hidupnya sehari-hari.
Keterampilan abad 21 seperti yang dijelaskan Parkay, Hass and Anctil di atas
untuk saat ini perlu dikembangkan dalam pengembangan kurikulum Pendidikan
Agama Islam. Peserta didik perlu dibekali dengan kemempuan teknologi agar
mereka siap menghadapi tantangan global, modernisasi, globalisasi dan khususnya
dalam menghadapi duna kerja. Kurikulum Pendidikan Agama Islam jangan hanya
berurusan dengan masalah-masalah akhirat atau ukrawi saja, tetapi bersentuhan
dengan kepentingan peserta didik di dunia. Pendidikan Agama Islam harus
bersentuhan dengan dunia teknologi agar materi yang dikembangkan tidak
ketinggalan zaman (out of date).
Guru PAI sebagai pemegang kendali utama dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dituntut untuk menguasai teknologi, ia harus berupaya agar
kehadiran Agama Islam di tengah masyarakat selalu dirindukan dan dibutuhkan
oleh peserta didik. Guru PAI harus bisa mengkontekstualiasai ajaran agama dengan
kehidupan dunia nyata peserta didik, sehingga materi-materi Pendidikan Agama
Islam selalu aktual dengan kehidupan dunia nyata mereka.
Metode pembelajaran Agama Islam sebagai dampak dari perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi tidak hanya terfokus pada metode ceramah
yang teachercentered, tetapi siswa diberi kesempatan untuk berdialektika dengan
teknologi. Siswa diberi kesempatan untuk mencari materi yang diajarkan dari
internet, web, e-book, facebook, email, sms atau yang lainnya. Sehingga
pembelajaran yang disampaikan oleh guru tidak menjenuhkan bagi peserta didik,
dan peserta didik merasa bahwa belajar Agama merupakan kebutuhan pokok yang
tidak bisa ditinggalkan.

19
Ramadhan, M. A. (2022). Pengaruh Iptek Terhadap Pendidikan Di Dunia Pendidikan. Hal.149

15
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilandasi nilai-nilai teknologi
diharapkan menjadi media dalam pengembangan pendidikan Karakter.
Pengembangan pendidikan karakter dalam pembelajaran PAI di sekolah/madrasah
meliputi pengembangan 17 karakter utama, yaitu: kereligiusan, kejujuran,
kecerdasan, ketangguhan, tanggung jawab, kepedulian, kedemokratisan,
kesantunan, kedisiplinan, cinta ilmu, keingintahuan, percaya diri, menghargai
keberagaman, kepatuhan terhadap aturan sosial, gaya hidup sehat, kesadaran akan
hak dan kewajiban, dan kerja keras. Dari 17 nilai itu ada 6 nilai karakter pokok
yang menjadi pangkal tolak pengembangan karakter pada Sekolah menengah, yaitu
kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kedemokratisan, dan
kepedulian.20 Nilai-nilai karakter ini yang harus dikuatkan oleh guru dalam setiap
pembelajaran, sehingga hal tersebut bisa menjadi bekal ketika siswa menjalani
kehidupan di masyarakat.

E. Peran Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Pembelajaran


Setelah era pandemi berakhir kesempatan belajar anak banyak dilakukan
secara webinar atau web seminar, sehubungan pemanfaatan media teknologi
informatika yang perkembangan begitu cepat terkadang tidak seimbang antara
beban sekolah/Madarsah dengan dengan tuntutan perubahan, serta visi misi yang
keliru, sehingga ini menjadi permasalahan baru bagi sekolahan atau madrasah yang
kurang siap menghadapi perubahan tersebut.21
Pemanfaatan media teknologi pendidikan yang diselenggarakan oleh tiap-
tiap satuan pendidikan diantara salah satunya adalah LPTK (Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan) di Surabaya pernah muncul pertanyaan dari peserta di
kolom chat zoom ketika ada meeting sehubungan istilah Teknologi Pembelajaran
“yang benar istilahnya apakah teknologi pendidikan atau teknologi
pembelajaran?”. namun pertanyaan tersebut kurang mendapat respon dari panitia,
sehingga menjadi pertanyaan yang tidak terjawab.22
Tiga fungsi dalam realita perkembanganya, bahwa Teknologi dan informasi
serta komunikasi memilki peran yan tidak bisa dielakkan lagi, Peran Ilmu

20
Saridudin. (2021). Pengembangan Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran PAI Pada Sekolah Menengah.
OSF Preprints, 1. https://doi.org/10.31219/osf.io/7p54a
21
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam rangka Pengembangan Sumber Daya
Manusia,(Jakarta Rineka Cipta 2010), 152
22
https://lpmpjatim.kemdikbud.go.id/site/detailpost/tekonologi-pendidikan-atau-teknologipembelajaran

16
Pengetahuan dan teknologi pembelajaran dalam pengembangan kurikulum
pendidikan, diantaranya :
1. Teknologi sebagai media atau alat dalam tata kelola Administrasi Sekolah
/Madrasah
Keberadaan teknologi dan informatika digunakan sebagai media yang
bantu para pengguna /user dalam hal ini adalah siswa. untuk membantu proses
pembelajaran, baik dalam mengolah bahasa atau kata, angka, desain grafis,
membuat pelaporan database, atau proses membuatan program tata kelola
administratif pada siswa, tenaga pendidik, sarana manajemen pembelajaran,
Mutu lulusan atau staf tata usaha , juga data pegawai, penyusunan rencana
anggaran pendapatan belanja sekolah, pelaporan dana bantuan oprasional
Sekolah dan sebagainya.
2. Teknologi sebagai media dalam pengembangan ilmu pengetahuan
Melalui kode etik yang diterapkan di sekolah Dalam hal ini peran
teknologi menjadi bagian tak terpisahkan dari disiplin ilmu yang harus dimilki
oleh siswa, karena teknologi komputer juga dipelajari oleh beberapa program
atau jurusan di beberapa perguruan tinggi baik pada bidang informatika,
manajemen informatika, dan ilmu komputer. metode pembelajaran yang
diterapkan di sekolah relevan dengan kurikulum 2006 terdapat mata pelajaran
TIK sebagai bidang ilmu pengetahuan yang wajib dikuasi oleh siswa semua
sebagai bentuk kompetensi keahlian Pada tiap-tiap satuan pendidikan.
3. Teknologi sebagai sarana dan alat proses pembelajaran
Salah satu bentuk media pembelajaran, teknologi merupakan bahan
pembelajaran juga sekaligus sebagai alat yang membantu untuk menguasai
kompetensi pembelajaran melalui bantuan komputer. hal ini komputer memang
diprogram semaksimal mungkin agar siswa mudah dibimbing secara litarasi
maupun numerasi, bejalan secara bertahap dengan menggunakan metode
pembelajaran tuntas dalam semua bidang dalam rangka menguasai kompetensi.
Pada era gobal saat ini teknologi menjadi kebutuhan pokok dalam
memenuhi empat standar komponen pendidikan, baik dari segi Mutu Lulusan,
Proses Pembelajaran, Mutu Guru, Mutu Sekolah, sehingga tenaga Idukatif saat
harus memilki nilai multi fungsi baik sebagai : a) Fungsi fasilitator b) Fungsi
motivator c) Fungsi transmiter d) Fungsi evaluator.

17
Guru dalam menjalankan tugas-tugas pembelajaran, teknologi /
Informatika memiliki tiga peran, yaitu :
1. Sebagai Peran suplemen
Sebagai peran suplemen/tambahan, dalam hal ini anak didik memilki
kebebasan memilih, apakah akan memahami materi melalui media
pembelajaran Teknologi Informatika atau yan lain. Dalam hal ini, tidak ada
paksaan bagi siswa dan tidaklah wajib bagi siswa untuk akses materi
pembelajaran dengan pemanfaatan media teknologi informatika. walaupun
sifatnyahanya opsional artinya berupa pilihan bukan keharusan, peserta
didik yang ingin memanfaatkan media tersebut tentu akan mendapatkan
tambahan informasi pengetahuan. meskipun materi pembelajaran yang
disajikan melalui teknologi informatika berperan sebagai tambahan atau
suplemen. Seorang pendidik tentu akan selalu berusaha memotivasi,
melalui saran, atau memberi teladan para siswa untuk akses materi
pembelajaran dalam batas yang wajar, serta memfilter bila ada
penyimpangan dalam pemanfaatan media melalui teknologi informatika
tersebut.
2. Sebagai Peran komplemen
Sebagai peran dan berfungsi pelengkap/komplemen, penyampaian
materi pembelajaran yang dikelola melalui pemanfatan Teknologi
Informatika memang terprogram untuk melengkapi kebutuhan materi
pembelajaran yang akan diterima peserta didik. Sebagai fungsi komplemen
berarti penyajian materi pembelajaran dengan melalui media teknologi
informatika memang diprogram secara elastis agar menjadi materi yang
bersifat reinforcemen,t artinya sebagai materi pengayaandan bersifat
mengulang (enrichment) atau remedi pada peserta didik secara
konvensional.
3. Sebagai Peran Substitusi
Pada tingkat perguruan tinggi di beberapa negara maju peran subtitusi
merupakan pemberian opsi kegiatan pembelajaran pada perkuliahan kepada
mahasiswa, Dengan tujuan untuk membantu mempermudah bagi maasiswa
dalam mengelola proses kegiatan pembelajaran atau perkuliahan, sehingga
semua mahasiswa mampu menyesuaikan diri antara waktu dan kegiatan
lain. Sehubungan dengan hal ini, terdapat tiga alternatif bentuk model
18
kegiatan belajar mengajar yang akan dipilih oleh mahasiswa, yaitu
mengikuti proses pembelajaran yang diberikan secara luring (tatap muka)
saja, atau sebagian secara daring atau pembelajaran jarak jauh atau PJJ.,
melalui Alternatif model pembelajaran apapun yang dipilih oleh mahasiswa
tidak menjadi persoalan dalam asesmen. Artinya, setiap siswa/mahasiswa
yang ikut dalam salah satu metode atau model penyajian materi kuliah akan
memperoleh pengakuan dan evaluasi yang sama. Apabila seorang
mahasiswa mampu menyelesaikan program pembelajaran serta lulus
dengan cara luring atau sepenuhnya melalui daring, atau kolaburasi kedua
model ini, maka institusi sebagai penyelenggara pendidikan tetntu akan
memberikan legalitas yang sama. Elastisitas dalam pemberian nilai sangat
membantu siswa/mahasiswa sebagai solusi cepat dalam penyelesaian
pembelajaran.

F. Peran IPTEK dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan


Keberadaan Kurikulum pendidikan merupakan ruh dari pembelajaran di
sekolah, dalam perjalananya tak terlepas dari perkembangan Ilmu pengetahuan dan
teknologi, di era modern ini pemanfaatan media pembelajaran lebih banyak
didesain melalui pembelajaran tatap maya, tidak lagi berbasis kertas
Mengingat kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan
yang dinamis, maka kurikulum harus selalu dikembangkan dan disempurnakan
agar sesuai dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.23 Dan
dalam pengembangan dan penyempurnaan kurikulum pasti tidak lepas dari ikut
campur tangan sumber daya manusia yang kreatif dan mumpuni sehingga mampu
menciptakan kurikulum-kurikulum yang betul-betul mampu mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
a. Pada dasarnya kurikulum disusun untuk mewujudkan sistem pendidikan
nasional. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan tuntutan
pembangunan daerah dan nasional, keanekaragaman potensi daerah dan
lingkungan serta kebutuhan pengembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi
dan seni.24

23
Subandijah, Pengembangan Dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), 48.
24
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), 98.

19
b. Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.
Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dan
kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik.
Oleh sebab itu, kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk
memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan
potensi yang ada di daerah.25
c. Perubahan atau pengembangan kurikulum menunjukkan bahwa sistem
pendidikan itu dinamis. Jika sistem pendidikan tidak ingin terjebak dalam
stagnasi, semangat perubahan perlu terus dilakukan dan merupakan suatu
keniscayaan. Kita berharap, perubahan dan pengembangan kurikulum 2013
tak hanya perampingan mata pelajaran semata, tetapi juga harus mampu
menjawab tantangan perubahan dan perkembangan zaman.26
d. Implementasi kurikulum merupakan aktualisasi kurikulum tertulis dalam
bentuk pembelajaran. Menurut Miller dan Saller sebagaimana dikutip oleh E.
Mulyasa, menjelaskan bahwa implementasi kurikulum merupakan suatu
proses penerapan konsep, ide, program, atau tatanan kurikulum ke dalam
praktek pembelajaran atau aktivitas-aktivitas baru, sehingga terjadi perubahan
pada sekelompok orang yang diharapkan untuk berubah.27
e. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa implementasi kurikulum
adalah operasionalisasi konsep kurikulum yang masih bersifat potensial
(tertulis) menjadi aktual dalam bentuk kegiatan pembelajaran.28 Strategi
pelaksanaan kurikulum memberi petunjuk cara pelaksanaan kurikulum di
sekolah. Oleh karena itu, komponen strategi pelaksanaan kurikulum
memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan pendidikan.29 Hal
tersebut menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan
berbagai kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah
diprogramkan.

25
Yeti Heryati dan Mumuh Muhsin, Manajemen Sumber Daya Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2014), 140.
26
Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), 111-112.
27
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Konsep, karakteristik, dan konsep) (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2003), 93.
28
Ibid., 94
29
Yeti Heryati dan Mumuh Muhsin, Manajemen Sumber, 155

20
f. Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik
dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih
baik.30 Proses pembelajaran menggambarkan interaksi antar peserta didik,
materi pelajaran dan pendidik. Dalam pemilihan ragam aktivitas pembelajaran,
pengembang kurikulum perlu berpegang pada azas kongruensi dengan
komponen-komponen kurikulum lainnya, karena tidak mungkin melakukan
pemilihan dan pengorganisasian aktivitas belajar yang memenuhi semua
kondisi pembelajaran.31
g. Dalam interaksi banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor
internal yang datang dari dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang
datang dari lingkungan. Implementasi kurikulum sedikitnya dipengaruhi oleh
tiga faktor yaitu karakteristik kurikulum, strategi implementasi, karakteristik
pengguna kurikulum. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama
adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan
perilaku bagi peserta didik.
h. Keberhasilan implementasi kurikulum di sekolah sangat ditentukan oleh faktor
guru, karena bagaimanapun baiknya sarana pendidikan apabila guru tidak
melaksanakan tugas dengan baik, maka hasil implementasi kurikulum
(pembelajaran) tidak akan memuaskan. Dalam implementasi kurikulum 2013,
guru dituntut untuk secara profesional merancang pembelajaran efektif dan
bermakna, mengorganisasikan pembelajaran, memilih pendekatan
pembelajaran yang tepat, menentukan prosedur pembelajaran dan
pembentukan kompetensi secara efektif, serta menetapkan kriteria
keberhasilan.32

G. Kurikulum Subyek Akademis


Kurikulum subjek akademis bersumber dari pendidikan klasik yang
berorientasi pada masa lalu. Semua ilmu pengetahuan dan nilai-nilai telah
ditemukan oleh para pemikir masa lalu. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi
pendidikan. Belajar adalah berusaha menguasai ilmu sebanyak-banyaknya.33

30
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis, 100.
31
Tedjo Narsoyo Reksoatmodjo, Pengembangan Kurikulum Pendidikan (Teknologi dan Kajuruan) (Bandung:
Refika Aditama, 2010), 55-56.
32
Tedjo Narsoyo Reksoatmodjo, Pengembangan Kurikulum, 100
33
Nana Syaodih, Op. Cit, h.81

21
Model konsep kurikulum ini adalah model yang tertua, sejak sekolah yang
pertama berdiri, kurikulumnya mirip dengan tipe ini. Guru sebagai penyalur
informasi materi pelajaran sangat berperan penting. Oleh sebab itu guru harus
menguasai bidang studi yang diajarkannya. Selain itu guru juga menjadi model
bagi para siswanya. Apa yang disampaikan dan cara penyampaiannya harus
menjadi bagian dari pribadi guru.34
Model kurikulum subyek akademis adalah tipe kurikulum tertua yang
bersumber dari Pendidikan klasik berorientasi pada masa lalu dimana kurikulum
dipandang sebagai proses belajar yang dilakukan oleh peserta didik tergantung
kepada segi apa yang dipentingkan dalam materi Pelajaran tersebut. Kurikulum
subyek akademik lebih mengutamakan isi Pendidikan, isi Pendidikan diambil dari
disiplin-disiplin ilmu. Karena kurikulum sangat mengutamakan pengetahuan maka
pendidikannya menjadi lebih bersifat intelektual.35
Jadi kurikulum subjek akademis adalah kurikulum yang berorientasi pada
masa lalu dan peserta didiknya tergantung kepada segi apa yang diajarkan oleh
pendidiknya, karena kurikulum ini sangat mengutamakan pengetahuan.
Kurikulum subjek akademis bersumber dari Pendidikan klasik
(paraniaslisme dan esensialisme) yang berorientasi pada masa lalu. Fungsi
Pendidikan memelihara dan mewariskan hasil-hasil budaya masa lalu tersebut.
Kurikulum ini lebih-lebih mengutamakan isi Pendidikan. Isi Pendidikan-
pendidikan di ambil dari setiap disiplin ilmu. Kurikulum sangat mengutamakan
pengetahuan maka pendidikannya bersifat intelektual. Pada kurikulum subjek
akademik tidak hanya menekankan pada materi yang disampaikan, dalam
perkembangannya secara berangsur memperhatikan proses belajar yang dilakukan
siswa. Proses belajar yang dipilih sangat bergantung pada segi apa yang
dipentingkan dalam materi Pelajaran tersebut.36

H. Pendekatan Perkembangan Kurikulum Subyek Akademis


Kurikulum subjek akademis tidak hanya menekankan pada materi pelajaran
saja. Secara berangsur-angsur mengalami perkembangan tidak hanya pada isi

34
Ibid, hal.82
35
Sukmadinata, N S. (2005). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal.81
36
Hamalik, O. (2007). Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hal.95.

22
pelajaran, tapi juga memperhatikan proses belajar. Ada tiga pendekatan dalam
perkembangan Kurikulum Subjek Akademis yaitu sebagai berikut:
a. Melanjutkan pendekatan struktur pengetahuan, Dalam hal ini murid – murid
tidak hanya mengingat materi pelajaran, tetapi juga belajar bagaimana
memperoleh materi pelajaran dan mengujinya berdasarkan fakta – fakta yang
ada.
b. Studi yang bersifat intergatif, yaitu belajar mengangkat dari satuan – satuan
pelajaran yang batas-batas antar pelajaran ditiadakan. Semua mata pelajaran
didasarkan pada fenomena-fenomena alam, masalah - masalah yang ada
disekitar. Kemudian dikembangkan menjadi model kurikulum yang
terintegrasi (integrated curriculum).
pendekatan ini merupakan respons terhadap perkembangan masyarakat yang
menuntut model-model pengetahuan yang lebih komperhensif-terpadu.
Mereka mengembangkan suatu model kurikulum yang terintegrasi. Ada
beberapa ciri model kurikulum yang dikembangkan yaitu:
1) Menentukan tema-tema yang membentuk satu kesatuan (unifying theme)
yang dapat terdiri atas suatu proses kerja ilmu, fenomena alam, atau
masalah sosial yang membutuhkan pemecahan secara ilmiah.
2) Menyatukan kegiatan belajar dari beberapa proses ilmu
3) Menyatukan berbagai cara/metode belajar
c. Materi yang diajarkan tetap menekankan menulis, membaca, dan memecahkan
masalah-masalah matematis. Sedangkan pelajaran seperti ilmu alam, ilmu
sosial dan lain sebagainya dipelajari tanpa menghubungkan dengan masalah
yang ada dalam kehidupan sekitar. Pendekatan yang dilaksanakan pada
sekolah-sekolah fundamentalis, mereka tetap mengajar berdasarkan mata
Pelajaran dengan menekankan membaca, menulis, dan memecahkan masalah-
masalah matematis. Pelajaran-pelajaran lain seperti ilmu kealaman, ilmu sosial
dan lain-lain dipelajari tanpa dihubungkan dengan kebutuhan praktis
pemecahan masalah dalam kehidupan,37

37
Sukmadinata, N S. (2005). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal.82

23
I. Kelebihan dan Kelemahan Kurikulum Subjek Akademis
1. Kelebihan kurikulum subjek akademis
a. Kelebihan dari kurikulum ini adalah pengedepanan intelektual siswa,
karena Pendidikan berfungsi untuk memelihara, mengawetkan dan
meneruskan budaya tersebut kepada generasi berikutnya.
b. Pemilihan aspek-aspek dalam satu mata pelajaran yang mampu membantu
tersistemnya sebuah pemahaman.
c. Mempersiapkan manusia dari dunia intelektualisme kepada dunia aktual
yaitu masyarakat.
2. Kelemahan kurikulum subjek akademis
Para pengembang kurikulum subjek akademis lebih mengutamakan
penyusunan bahan secara logis dan sistematis dari pada menyelaraskan urutan
bahan dengan kemampuan berpikir anak. Umumnya kurang memperhatikan
bagaimana siswa belajar melainkan lebih mementingkan susunan isi atau apa
yang akan dipelajari. Para ahli kurikulum subjek akademis juga memandang
materi yang akan diajarkan bersifat universal dan mengabaikan karakteristik
siswa dan kebutuhan masyarakat setempat.

J. Karakteristik Kurikulum Subyek Akademis


a. Tujuan Kurikulum Subjek Akademis
Tujuan Kurikulum Subjek Akademis adalah memberikan pengetahuan
yang solid serta melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses penelitian
dengan menjadikan para siswa berpengetahuan di dalam berbagai disiplin
ilmu, diharapkan para siswa memiliki konsep dan cara-cara yang dapat terus
dikembangkan dalam Masyarakat. Sekolah harus memberikan kesempatan
kepeda peserta didik untuk merealisasikan kemampuan menguasai warisan
budaya.38
b. Metode Pembelajaran
Metode yang paling banyak digunakan dalam kurikulum subjek
akademis adalah pameran (eksposisi) dan inkuiri. Ide-ide yang diberikan oleh
guru lalu dikolaborasi oleh peserta didik sehingga dapat mereka kuasai. Dalam

38
Ibid, hal.84

24
disiplin ilmu yang diberikan dicari berbagai masalah yang penting, kemudian
dirumuskan dan dicari pemecahannya.39
c. Organisasi Kurikulum
Organisasi kurikulum subjek akademis memiliki pola organisasi isi
(materi Pelajaran). Pola-pola organisasi yang terpenting diantaranya adalah:
1) Correlated Curriculum
Kurikulum ini menekankan pentingnya hubungan antara organisasi materi
atau konsep yang dipelajari dari satu Pelajaran dengan Pelajaran yang lain,
tanpa menghilangkan perbedaan esensia dari setiap mata Pelajaran.
Dengan menghubungkan beberapa bahan tersebut, cakupan ruang lingkup
materi semakin luas.
2) Unified Atau Concentrated Curriculum
Sesuai dengan Namanya, kurikulum jenis ini sangat kental dengan disiplin
ilmu. Setiap disiplin ilmu dibangun dari berbagai tema Pelajaran. Pola
organisasi bahan dalam suatu Pelajaran disusun dalam tema-tema dalam
Pelajaran tertentu. Salah satu aplikasi kurikulum saat ini terdapat pada
pembelajaran yang sifatnya tematik. Dari stau tema yang diajukan
misalnya. “lingkungan” selanjutnya dikaji dari berbagai disiplin ilmu
misalnya, sain, matematika, sosial dan Bahasa.
3) Integrated Curriculum
Pola organisasi kurikulum ini memperhatikan warna disiplin ilmu. Bahan
ajar diintegrasikan menjadi satu keseluruhan yang disajikan dalam bentuk
satuan unit. Dalam satu unit terdapat hubungan antara Pelajaran serta
berbagai kegiatan siswa. Dengan keterpaduan bahan Pelajaran tersebut
diharapkan siswa mempunyai pemahaman materi secara utuh. Oleh
karena itu, inti yang diajarkan kepada siswa harus memenuhi kebutuhan
hidup dilingkungan Masyarakat. Adapun ciri-ciri kurikulum ini sebagai
berikut:
a) Unit haruslah merupakan satu kesatuan yang bulat dari seluruh bahan
Pelajaran

39
Ansyar, M Nursain H. (1991). Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, hal.120

25
b) Unit didasarkan pada kebutuhan anak, baik yang pribadi maupun
sosial serta yang bersifat jasmani maupun Rohani
c) Unit memuat kegiatan yang berhubungan dengan kedisiplinan sehari-
hari
d) Unit merupakan motivasi sehingga anak dapat berkreasi
e) Pelaksanaan unit sering memerlukan waktu yang cukup lama. Hal ini
disebabkan percobaan atau perolehan pengalaman yang
membutuhkan waktu yang lama.
4) Problem Solving Curriculum
Pola organisasi isi yang berisi topik pemecahan maslaah sosial yang
dihadapi dalam kehidupan dengan menggunakan pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh dari berbagai mata Pelajaran atau disiplin
ilmu.
d. Kegiatan Belajar Mengajar
Para pengembang kurikulum subjek akademis, lebih mengutamakan
penyusunan bahan secara logis dan sistematis dari pada menyelaraskan urutan
bahan dengan kemampuan berfikir anak. Mereka umumnya kurang
memperhatikan bagaimana siswa belajar dan lebih mengutamakan susunan isi
yaitu apa yang diajarkan. Proses belajar yang ditempuh oleh siswa sama
pentingnya dengan penguasaan konsep, prinsip-prinsip dan generalisasi.
Untuk mengatasi kelemahan diatas dalam perkembangan selanjutnya
dilakukan beberapa penyempurnaan, pertama untuk mengimbangi
penekanannya pada proses berfikir, kedua adanya Upaya-upaya untuk
menyesuaikan Pelajaran dengan perbedaan individu dan kebutuhan setempat,
ketiga pemanfaatan fasilitas dan sumber yang ada pada Masyarakat.
e. Evaluasi Belajar
Kurikulum subjek akademis menggunakan bentuk evaluasi yang
bervariasi disesuaikan dengan tujuan dan mata Pelajaran. Pelajaran tersebut
membutuhkan jawaban-jawaban yang merefleksikan logika, koherensi, dan
integrasi yang menyeluruh. Evaluasi yang dilakukan dalam waktu yang
singkat tidak akan memberikan gambaran yang benar tentang perkembangan
dan penguasaan peserta didik.

26
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dampak pemanfaat ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan dan kesejahteraan hidup manusia. hubungan tersebut ternyata
berdampak pada perkembangan dunia Ilmu pengetahuan dan Teknologi, berbicara
tentang ilmu pengetahuan selalu berhubungan dengan perkembangan duni
teknologi, begitu pula sebaliknya. Realita Perkembangan ilmu pengetahuan serta
teknologi mempunyai peran ganda yaitu semakin lama semakin memilki pengaruh
cepat, yang mampu merubah gaya dan peradaban hidup manusia, karena hasil dari
suatu produk tidak terlepas dari peran dan ekistensi lembaga pendidikan yang
dimana muatan kurikulum di tiap-tiap satuan pendidikan pun juga ikut
mempengaruhi mutu sesuai dengan kebutuhan pasar pendidikan. Kemrosostan
pendidikan kita sudah terasa selama bertahun-tahun, untuk kesekian kalinya
kurikulum dituding sebagai penyebabnya. Hal ini tercermin dengan adanya upaya
mengubah kurikulum mulai kurikulum 1975 diganti dengan kurikulum1984,
kemudian diganti lagi dengan kurikulum 1994 dan seterusnya hingga kini yang
dipergunakan adalah kurikulum berbasis kompetensi yang kemudian dikenal
sebagai kurikulum 2004. dilajut kurikulum Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
2006 hingga kurikulum 2013 sebagai refleksi kurikulum berbasis karakter.
Perubahan kurikulum sebaiknya melihat keperluan masa depan, serta menekankan
kembali pada bentuk asal, berbuat lebih baik dengan menghentikan penyimpangan-
penyimpangan dan praktik yang salah atau memperkenalkan prosedur yang lebih
baik, suatu perombakan menyeluruh dari suatu sistem kehidupan dalam aspek
politik, ekonomi, hukum, sosial dan tentu saja dalam bidang pendidikan. Perubahan
juga berarti memperbaiki, menyempurnakan dengan membuat sesuatu yang salah
menjadi benar.
Kurikulum subjek akademik merupakan kurikulum model yang tertua dalam
dunia pendidikan, model ini diambil dari pendidikan klasik yaitu perenialisme dan
esensialisme yang berorientasi pada masa lalu, semua pengetahuan dan nilai-nilai
telah ditemukan oleh para pemikir masa lalu. Pendekatan kurikulum subjek
akademik adalah sistemisasi materi pengajaran dalam mata pelajaran, atau

27
pengaturan komposisi mata pelajaran pada setiap jenjang agar bisa menjadikan
manusia yang intelektual menjadi aktual. Kurikulum subjek akademis mempunyai
beberapa ciri berkenaan dengan tujuan, metode, organisasi isi dan evaluasi.
Kelebihan kurikulum subjek akademik adalah menyiapkan manusia dengan segala
macam ilmu, nilai dan akhlaq yang sesuai dengan jenjang belajar dan cara berfikir
untuk mencapai manusia yang aktualis untuk hidup bermasyarakat.

B. Saran
Adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami tentang
Perkembangan Ilmu Teknologi Dalam Pengembangan Kurikulum Dan Model
Konsep Kurikulum Subyek Akademis.

28
DAFTAR PUSTAKA

Ansyar, M Nursain H. (1991). Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan.
Ariani, R., & Festiyed, F. (2019). Analisis landasan ilmu pengetahuan dan teknologi pendidikan
dalam pengembangan multimedia interaktif. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika.
Camelia, F. (2020). Analisis landasan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengembangan
kurikulum. SAP (Susunan Artikel Pendidikan).
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Konsep, karakteristik, dan konsep) (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2003)
Hamalik, O. (2007). Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Hendyat Soetopo & Wasty Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan.
Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2011)
Nana Syaodih Sukmadinata , Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek (Bandung: Remaja
Rosdakarya,2013)
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum (Bandung; Remaja Rosdakarya,
2012)
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia,(Jakarta Rineka Cipta 2010)
Ramadhan, M. A. (2022). Pengaruh Iptek Terhadap Pendidikan Di Dunia Pendidikan.
Sukmadinata, N S. (2005). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Saridudin. (2021). Pengembangan Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran PAI Pada
Sekolah Menengah. OSF Preprints, 1.
Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum (jakarta: Raja Grafindo Persada,1993)
Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru ( Bandung: Remaja Rosdakarya,2013)
Tedjo Narsoyo Reksoatmodjo, Pengembangan Kurikulum Pendidikan (Teknologi dan
Kajuruan) (Bandung: Refika Aditama, 2010)
Undang-Undang Dan Peraturan Pemerintah Ripublik Indonesia tentang Pendidikan,
(Direktoral Pendidikan Islam Depertemen Agam Ri, 2006)
Yeti Heryati dan Mumuh Muhsin, Manajemen Sumber Daya Pendidikan (Bandung: Pustaka
Setia, 2014)
Zainal Arifin, Pengembangan Manajemen Mutu Kurikulum.
29

Anda mungkin juga menyukai