Anda di halaman 1dari 16

KONSELING MULTIBUDAYA

“BUDAYA SEBAGAI HAK PATEN MANUSIA”

Dosen Pembimbing

Harwanti Noviandari M. Psi

Disusun Oleh Kelompok 5

Wazirotus Sakinah (228620100031)


Andin Fitriansyah (228620100631)
M. Iqbal Permana (228620100561)

BIMBINGAN DAN KONSELING 2022


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI BANYUWANGI
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah “Budaya Sebagai Hak Paten Manusia”
ini tepat pada waktunya.Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Konseling MultiBudaya.

Sehubungan dengan tersusunnya makalah ini kami menyampaikan terima kasih kepada ibu
Harwanti Noviandari M. Psi selaku dosen pengampu mata kuliah Konseling Multi Budaya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan pembaca.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Namun
penyusun tetap mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif sehingga bisa
menjadi acuan dalam penyusunan makalah selanjutnya.

Banyuwangi, September 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................2

C. Tujuan Penulisan.........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3

A. Manusia Sebagai Dinamika........................................................................3

B. Budaya Sebagai Hak Paten Manusia..........................................................6

C. Pewarisan dan Perkembangan Budaya.......................................................8

BAB III PENUTUP..............................................................................................12

A. Kesimpulan ................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam dinamika peradaban manusia, konsep manusia sebagai suatu


dinamika menjadi sangat relevan. Manusia tidak hanya eksis sebagai individu
yang berdiri sendiri, tetapi sebagai bagian dari masyarakat, budaya, dan alam
semesta. Kemampuan manusia untuk berinteraksi dengan lingkungannya,
beradaptasi, dan berkembang menjadi ciri khas yang membedakannya dari
makhluk lain.

Salah satu aspek penting dalam pemahaman manusia sebagai dinamika


adalah pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Pengembangan SDM
menjadi kunci untuk menjawab tantangan dinamika yang melekat pada
manusia, baik secara individu maupun sebagai bagian dari organisasi dan
masyarakat. Di tengah era globalisasi, manusia modern diharapkan memiliki
karakteristik tertentu seperti berorientasi pada masa depan.

Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kemampuan unik untuk


menciptakan, memodifikasi, dan mewariskan budaya. Budaya merupakan
bagian integral dari identitas manusia dan menjadi ciri khas yang
membedakan satu kelompok manusia dari yang lainnya. Budaya mencakup
beragam aspek, seperti bahasa, norma, nilai-nilai, seni, agama, teknologi, dan
banyak lagi. Budaya juga bukan entitas yang statis, melainkan dinamis, terus
berkembang seiring waktu.

Selama ribuan tahun, manusia telah mengembangkan budaya mereka,


mengadaptasikannya terhadap perubahan lingkungan dan kebutuhan mereka.
Proses pewarisan budaya menjadi penting dalam memastikan kelangsungan
budaya itu sendiri. Namun, dalam era globalisasi dan perkembangan
teknologi, budaya juga menjadi komoditas yang bisa diperdagangkan,
dilestarikan, atau bahkan hilang.

Permasalahan yang muncul adalah bagaimana manusia dapat menjaga


hak paten atas budaya mereka, mempertahankan keberagaman budaya, dan
sekaligus mengakomodasi perkembangan budaya yang dinamis. Dalam
konteks ini, penelitian tentang peran manusia sebagai agen dinamika budaya,
hak paten atas budaya, serta proses pewarisan dan perkembangan budaya
menjadi sangat relevan.

Makalah ini akan mengulas lebih lanjut konsep manusia sebagai


dinamika, pentingnya pengembangan SDM, peran budaya sebagai hak paten
manusia, proses pewarisan budaya, serta dampak positif dan negatif pengaruh
budaya asing dalam konteks pewarisan budaya. Dengan pemahaman yang
mendalam tentang aspek-aspek ini, kita dapat lebih baik memahami
kompleksitas manusia dan budaya yang membentuk dunia kita saat ini

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Manusia Sebagai Dinamika?
2. Bagaimana Budaya Sebagai Hak Paten Manusia?
3. Bagaiaman Pewarisan dan Perkembangan Budaya?

C. TUJUAN PENULISAN
Untuk memahami dan mengetahui Budaya Sebagai Hak Paten
Manusia, sehingga dapat menjelaskan dan menerapkan bagaiaman
dinamika manusia, pewarisan dan perkembangan budaya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. MANUSIA SEBAGAI DINAMIKA


1. Konsep Manusia Sebagai Suatu Dinamika

Manusia sebagai makhluk hidup yang tinggal di tengah-tengah


manusia lain, dalam lingkungan sosial, budaya, dan alam semesta,
memiliki sifat-sifat unik dan juga kesamaan sebagai bagian dari alam
ciptaan Tuhan, (Anak agung ngurah 2014:49). Dalam perjalanan sejarah,
manusia telah membawa perubahan signifikan dalam muka bumi dan
Dalam setiap aspek kehidupannya, manusia selalu berinteraksi dengan
lingkungannya dan mengalami berbagai perubahan.

Seperti yang telah diketahui, kelebihan manusia dari makhluk-


makhluk hidup lainnya yaitu pemberian karunia berupa akal-pikiran yang
dapat berkembang. Individu memiliki kemampuan untuk melakukan
pendidikan diri sendiri secara sadar, yang mengarah pada perkembangan
intelektual yang lebih baik. Manusia, yang memiliki akal budi dan budaya,
terus mengalami evolusi dan kemajuan. Seperti yang disampaikan oleh
Drijarkara dalam bukunya "Anak Agung" (2014:49), manusia adalah suatu
dinamika. Dinamika ini menghubungkan manusia dengan sesamanya dan
dunia sekitarnya. Dinamika ini terus berkembang sepanjang hidup
manusia. Dinamika ini juga merupakan dasar perkembangan manusia yang
memungkinkan kemajuan intelektual dan kemajuan budaya. Manusia
sebagai suatu dinamika adalah konsep yang menggambarkan bahwa
manusia merupakan entitas yang selalu berubah, beradaptasi, dan
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti lingkungan fisik, psikologis,
sosial, dan budaya sepanjang perjalanan hidupnya.

2. Perlunya Memahami Manusia Sebagai Suatu Dinamika

Anak Agung Ngurah (2014:50) dalam bukunya, berpendapat


bahwa untuk mengimbangi dinamika yang melekat pada diri manusia, baik
secara individual maupun melalui organisasi, manusia terlibat dalam suatu

3
proses pengembangan yang dikenal sebagai pengembangan Sumber Daya
Manusia (SDM). Pengembangan sumber daya manusia (SDM) menjadi
penting. Hal ini melibatkan pengembangan individu atau kelompok
melalui pendidikan dan pelatihan. Sedangkan Garis Besar Haluan Negara
(GBHN) juga mengkonsepkan pembangunan manusia secara menyeluruh.
Dinamika manusia juga tercermin dalam mobilitas sosial, baik vertikal
maupun horizontal. Manusia selalu berusaha mencapai kedudukan yang
lebih tinggi dalam masyarakat. Ini adalah contoh bagaimana perilaku
manusia mempengaruhi perubahan dalam ruang sosial. Perilaku-perilaku
keruangan tersebut merupakan dinamika manusia yang membawanya ke
taraf kehidupan yang lebih baik.

Dalam era globalisasi, manusia yang dibutuhkan adalah manusia


yang berkualitas lepas landas yang modern dan berjiwa “generasi jaguar”,
seperti pendapat Mohammad Surya (1997:9) dalam Anak Agung
(2014:50). Manusia modern diharapkan memiliki karakteristik tertentu.

a) Berorientasi pada masa depan, berorientasi ke masa depan, dan belajar


merencanakan hidupnya secermat mungkin, dan sambil membuat
perhitungan kemungkinan terjadinya hal-hal yang kurang
menguntungkan di masa depan, sehingga terdorong untuk menyisihkan
sebagaian dari pendapatannya untuk hal itu.
b) Memiliki kemampuan berpikir kritis, berorientasi terhadap pandangan
hidup yang bersifat positif dan aktif, serta wajib menentukan dirinya
sendiri beradaptasi dengan perubahan, sejak kecil diajarkan dan dilatih
untuk menyapa keselarasan dengan alam sekelilingnya sehingga
mendorong tumbuhnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
c) Memahami nilai gotong-royong, berpegang teguh pada aspek-aspek
positif gotong-royong dengan cara menghindari dari aspek-aspek
negatifnya.

Bebagai pakar menyebutkan bahwa untuk memperoleh kemajuan


dan kelestarian di masa globalisasi diperlukan adanya kualitas
“empowerment atau keberdayaan’’, “emotional intelligence atau

4
kecerdasan emosional”, dan “mega skills atau keterampilan-keterampilan
mega”.

a) Empowerment melibatkan kemampuan individu untuk memahami diri


mereka sendiri dan mengatasi hambatan.
b) Kecerdasan emosional penting dalam menghadapi tantangan
kehidupan.
c) Keterampilan mega mencakup berbagai aspek, seperti percaya diri,
motivasi, kerja tim, dan pemecahan masalah.

Dalam konteks konseling lintas budaya, terdapat dua pendekatan


ekstrim yang harus dipertimbangkan. Pertama, ada pandangan yang
mengabaikan faktor budaya dan memfokuskan diri pada individu ketika
konseling. Mereka berpendapat bahwa budaya tidak relevan dalam
konseling, dan konselor hanya harus memperhatikan individu klien.
Mereka meyakini bahwa teori-teori konseling yang bersifat universal dapat
digunakan tanpa mempedulikan perbedaan budaya. Pendekatan ini
dianggap tidak memadai karena mengabaikan pentingnya faktor budaya
yang dapat memengaruhi perilaku klien. Selain itu, bisa menghasilkan
konselor yang tidak peka terhadap budaya dan bahkan memaksakan nilai-
nilai budaya mereka kepada klien.

Di sisi lain, ada pandangan yang terlalu menekankan keunikkan


budaya dan individu klien, mengabaikan adanya kesamaan di antara
mereka. Mereka melihat budaya sebagai titik sentral dalam konseling dan
lupa bahwa ada pola perilaku yang dapat bersifat universal di antara
individu, meskipun dalam konteks budaya yang berbeda. Pendekatan ini
juga memiliki kekurangan karena fokus terlalu kuat pada aspek budaya
dan mengabaikan aspek universal dalam konseling.

Sebenarnya, pendekatan yang ideal dalam konseling lintas budaya


adalah mencapai keseimbangan antara perspektif etic dan emic, antara
prinsip-prinsip yang berlaku universal dan keunikan budaya, serta antara
penyesuaian autoplastik dan alloplastik. Pendekatan ini mengakui bahwa
setiap individu adalah unik, tetapi juga memiliki kesamaan dengan

5
individu lain dalam beberapa hal. Keseimbangan ini penting untuk
memahami klien dalam konteks budaya mereka dan memberikan layanan
konseling yang efektif. Intinya, konselor perlu mempertimbangkan
konteks budaya dan individu secara seimbang.

Pendekatan ini mencerminkan prinsip dasar bahwa setiap individu


adalah unik, tetapi juga memiliki beberapa kesamaan dengan individu lain
dalam beberapa aspek. Kluckohn dan Murray dengan indah
menggambarkan konsep ini dengan menyatakan bahwa setiap individu
dapat dianggap sebagai "seperti semua individu lainnya, seperti beberapa
individu lainnya, dan seperti tidak ada individu lainnya." Dengan kata lain,
setiap individu memiliki aspek universal, budaya, dan keunikan yang
berbeda-beda.

B. BUDAYA SEBAGAI HAK PATEN MANUSIA

Perkembangan dan pengembangan akal-pikiran manusia menghasilkan


apa yang kita sebut “kebudayaan”. Konsep kebudayaan sendiri asalnya dari
bahasa Sansekerta, kata buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang
berarti “budi” atau “akal” (Koentjaraningrat, 1990: 9; Soekanto, S., 1990: 188)
oleh karena itu, kebudayaan dapat diartikan sebagai “hal-hal yang
bersangkutan dengan budi dan akal”.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita juga biasa menggunakan kata


“kultur” untuk kata kebudayaan itu. Kata kultur sebenarnya berasal dari
culture dalam bahasa inggris, yang aslinya dari bahasa Latin kata colere yang
artinya segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah
alam (Soekanto, S., 1990: 188). Dengan demikian, antara konsep kebudayaan
(buddhayah) dengan konsep kultur (colere atau culture) itu tidak berbeda,
dalam arti berkenaan dengan daya ataukemampuan manusia menggunakan
dan memanfaatkan akal, dalam hal ini menggunakan serta memanfaatkan akal
untuk mengolah dan mengubah alam.

Pernyataan C.P. Kottak (1991, dalam Sumaatmadja, N., 2000: 47)

6
All human populations have culture, which is therefore a
generalized possession of the genus Homo. This is Culture (capital
C) in general sense, a capacity and possession shared by hominids
… Finally there is cultural learning. This depends on the uniquely
developed human capacity to use symbols, signs that have no
necessary or natural connection with the things for which the
stand.

Berdasarkan pernyataan Kottak di atas, kebudayaan itu merupakan


milik umum dari jenis manusia, kemampuan yang hanya dimiliki oleh
manusia. Kebudayaan ini merupakan hasil belajar yang sangat bergantung
pada pengembangan kemampuan manusia yang unik dalam memanfaatkan
simbol, tanda-tanda, atau isyarat yang tidak ada paksaan atau hubungan
alamiah dengan hal-hal yang mereka pertahankan. Dengan demikian,
kebudayaan itu hak paten manusia dalam konteks masyarakat atau kelompok,
yang tumbuh melalui proses belajar sesuai dengan kemampuan manusia
sendiri.

Kebudayaan dapat dianggap sebagai “paten manusia” karena setiap


kebudayaan bersifat unik dan spesifik pada kelompok sosial tertentu. Ini
mencakup praktik, tradisi, bahasa, seni, dan kepercayaan bersama yang
mendefinisikan dan membedakan satu kelompok manusia dari kelompok
manusia lainnya. Sama seperti paten yang melindungi penemuan atau
gagasan unik, budaya juga merupakan elemen penentu dan pelindung
masyarakat manusia, yang mengukir identitasnya ke dalam permadani besar
keberadaan manusia.

Paten dan budaya tidak dimiliki oleh individu atau badan, dan budaya
tidak bersifat statis atau tidak berubah. Budaya berkembang dan beradaptasi
seiring berjalannya waktu, dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal,
termasuk interaksi dengan budaya lain. Meskipun paten adalah hak hukum
yang mencegah orang lain menggunakan, membuat, atau menjual penemuan
tertentu, budaya dimiliki bersama, dipinjam, dan sering kali dicampur satu
sama lain.

7
Pandangan hidup suatu masyarakat dapat pula dianggap sebagai
konfigurasi atau sikap mendasar yang mengendalikan tingkah laku seseorang
dan kolektif karena konfigurasi itu akan mendominasi masyarakat
pendukungnya sehingga menimbulkan rangsangan budaya, mewujudkan
kegiatan, mengendalikan perasaan, dan menghasilkan tingkah laku yang ideal
(Budhisantoso, 1982/1983: 8).

C. PEWARISAN DAN PERKEMBANGAN BUDAYA

Pewarisan Budaya Merupakan suatu proses peralihan nilai-nilai dan


norma-norma yang dilakukan dan diberikan melalui pembelajaran oleh
generasi tua ke generasi yang muda. Salah satu contoh yang menyebabkan
pewarisan budaya muncul yaitu Sosialisasi pertama seorang anak bersama
ibunya (sosialisasi antar masyarakat).

a) Tujuan Pewarisan Budaya


1. Pengenalan nilai, norma, dan adat istiadat dalam hidup.
2. Terciptanya keadaan yang tertib,tentram harmonis dalam masyarakat.
3. Usia manusia terbatas

b) Proses Pewarisan Budaya


1. Internalisasi. Proses yang berlangsung sepanjang hidup individu, yaitu
mulai dari lahir hingga akhit hayat nya. Sepanjang hayat nya seseorang
terus belajar untuk mengolah segala perasaan, hasrat nafsu, dan emosi
kemudian menjadi sebuah kepribadian.
2. Sosialisasi. Proses seorang individu belajar berinteraksi dengan sesamanya
dalam suatu masyarakat menurut sistem nilai, norma, dan adat istiadat
yang mengatur masyarakat yang bersangkutan.
3. Enkulturasi. Proses belajar dan menyesuaikan alam pikiran serta sikap
adat, sistem norma, serta semua aturan yang ada di dalam kebudayaan
suatu masyarakat.

8
c) Sarana Proses Pewarisan Budaya Pada Masyarakat Secara
Tradisional
1) Keluarga. Yaitu sebagai media perubahan budaya yang pertama dan
utama, Karena keluarga sebagai sumber pertama kali belajar atau agen
sosialisasi primer.
Fungsi keluarga:
1. Reproduksi.
2. Religi. Ekonomi.
3. Edukatif
4. Afektif atau sikap.
5. Perlindungan.

Contohnya:

seorang anak yang mendapatkan hak nya, ia akan belajar dari hal itu untuk
bertindak adil. Anak sering melihat orang tuanya mengaji dan beribadah di rumah
sehingga anak akan menirunya.

2) Masyarakat
Terjadi melalui proses sosialisasi, dimana anggota masyarakat belajar
tentang adat, nilai, dan norma yang berlaku. Salah satu bentuk yang paling
penting yaitu lingkungan teman sepermainan.
contoh : Bicara sopan pada orang yang lebih tua, dilarang meludah
sembarangan

3) Lembaga Adat
Masyarakat selalu identik dengan adat. tiap orang terikat pada aturan adat
yang dimiliki oleh lembaga adat apabila dilanggar akan mendapatkan sanksi
sosial. lembaga adat sebagai tempat pewarisan kebudayaan mengajarkan
betapa pentingnya menjaga kelestarian adat, agar generasi muda tidak
melupakan begitu saja. Peran lembaga adat dalam pewarisan budaya adalah
mensosialisasikan norma dan adat yang berlaku dalam masyarakat.
Contoh : Kampung Naga merupakan suatu kampung yang mewarisi budaya
leluhur melalui lembaga adat.

9
4) Lembaga Agama
sebagai sumber utama nilai dan norma. Lembaga agama memberikan
legitimasi adikodrati terhadap nilai dan norma yang berlaku
Misalnya : Pondok pesantren seorang santri diwajibkan mengamalkan
perbuatan-perbuatan baik.

d) Sarana pewarisan budaya pada masyarakat secara modern


1) Sekolah / Pendidikan
Disekolah terdapat suatu pembelajaran secara sistematis terhadap individu.
Dalam pewarisan budaya, sekolah memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Memperkenalkan, memelihara dan mengembangkan unsure-unsur budaya
2. Mengembangkan kekuatan penalaran
3. Memperkuat kepribadian dan budi pekerti
4. Menumbuhkembangkan semangat kebangsaan
5. Menumbuhkan manusia pembangunan

2) Media masa
Melalui media masa, setiap individu dapat memperoleh informasi dan
pengetahuan. Melalui media masa juga, cakrawala berfikir masyarakat dapat
dikembangkan dan diperluas dalam suatu proses pewarisan budaya. media
masa mencakup media cetak maupun elektronik.
contohnya : buku, koran, majalah, tabloid, televisi, radio, serta internet.

e) Dampak positif dan negative pengaruh budaya asing dalam pewarisan


budaya

1). Dampak positif dari pengaruh asing terhadap Budaya kita, akibat
perkembangan media massa dan tekhnologi :

1. Mempercepat proses perkembangan pembangunan karena masuknya ilmu


pengetahuan dan teknologi tepat guna, baik dalam bidang telekomunikasi
dan elektronik maupun dalam bidang lainnya.
2. Memperluas cakrawala berpikir dan berwawasan luas sehingga
menjadikan manusia indonesia sebagai pelopor pembaruan dan perintis
pembangunan.

10
2). Adapun dampak negatif dari budaya budaya asing yang masuk melalui
sarana pewarisan budaya media massa, adalah sebagai berikut :

1. Terjadinya goncangan atau cultural shock sehingga ada individu yang


tidak siap dalam menerima perubahan – perubahan yang terjadi. Akibat
nya mereka jadi tertinggal dan frustasi.
2. terjadi ketimpangan budaya atau cultural lag. Disebabkan budaya asing
yang masuk tidak serempak.
3. Pergeseran nilai- nilai budaya yang mengakibatkan anomi. Pewarisan
budaya yang begitu cepat sehingga tidak disertai perubahan di bidang nilai
budaya dan keagamaan.

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Manusia adalah entitas dinamis yang terus berinteraksi dengan


lingkungannya dan mengalami perubahan sepanjang hidupnya. Untuk
menghadapi dinamika ini, pengembangan sumber daya manusia (SDM)
menjadi penting, dengan fokus pada pengembangan individu atau kelompok
melalui pendidikan dan pelatihan. Pentingnya pemahaman manusia sebagai
dinamika terkait dengan kemampuan individu untuk berpikir kritis, berorientasi
pada masa depan, dan memahami nilai gotong-royong. Hal ini penting dalam
era globalisasi di mana manusia modern harus memiliki karakteristik tertentu,
seperti "empowerment," "kecerdasan emosional," dan "keterampilan mega."

Selanjutnya, budaya dijelaskan sebagai hak paten manusia yang unik


dan berkembang. Kebudayaan merupakan hasil dari kemampuan manusia
dalam menggunakan simbol dan belajar dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Kebudayaan adalah elemen penentu dalam identitas manusia dan
berkembang seiring waktu.

Pewarisan budaya merupakan proses peralihan nilai, norma, dan adat


istiadat dari generasi tua ke generasi muda melalui berbagai sarana seperti
keluarga, masyarakat, lembaga adat, lembaga agama, sekolah, dan media
massa. Dampak pengaruh budaya asing bisa positif, seperti percepatan
pembangunan, tetapi juga negatif, seperti ketimpangan budaya dan pergeseran
nilai-nilai tradisional.

Dalam konteks ini, penting bagi masyarakat untuk menjaga dan


melestarikan nilai-nilai budaya mereka sambil tetap terbuka terhadap pengaruh
dari budaya asing yang dapat memberikan manfaat tanpa mengorbankan
identitas budaya mereka

12
DAFTAR PUSTAKA
Adhiputra Nguraha. (2014). KONSELING LINTAS BUDAYA. Universitas
PGRI MAHADEWA INDONEISA

13

Anda mungkin juga menyukai