Disusun oleh:
Primasari Asa Pratiwi (200204013)
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
penulis juga berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis
untuk menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Media dan Sumber
Pembelajaran Anak Usia Dini, penulis berharap makalah ini dapat bemanfaat untuk
menambah pengetahuan bagi pembaca, khususnya tentang Media Big Book Budaya
Lokal untuk Anak Usia Dini.
Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun khususnya dari dosen pengampu
guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi penulis untuk lebih baik di masa
yang akan datang. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Akan tetapi pengenalan budaya lokal kurang optimal disebabkan oleh
kurang bervariasinya media pembelajaran yang digunakan di TK Mentari
dalam mengenalkan anak pada budaya lokal khususnya budaya Kutai
Kartanegara. Padahal sekolah merupakan tempat strategis untuk mengenalkan
budaya daerah kepada anak.
Oleh karena itu pada pendidikan anak usia dini untuk membuat proses
pembelajaran menjadi lebih menarik perlu dibuatkan media yang bisa
digunakan untuk mendampingi pada proses belajar anak usia diini. Salah
satunya adalah melalui media big book. Apakah media big book itu?
bagaimana tahapan membuat media big book yang bermuatan budaya lokal
Kalimantan Timur? Dan apa saja manfaat dari media big book untuk
perkembangan anak usia dini?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui tahapan membuat media big book
b. Mengetahui manfaat media big book untuk perkembangan anak usia dini
2
BAB II
KAJIAN TEORI
3
5) Untuk memberikan motivasi belajar kepada peserta didik (Rahmatia,
Monawati, & Darnius, 2017).
Selanjutnya Sudjana dan Rivai (2017), mengemukakan manfaat media
pembelajaran untuk meningkatkan proses belajar bagi siswa yaitu:
1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar;
2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan
pengajaran lebih baik
3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru.
4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan penjelasan guru, tetapi juga mengamati, melakukan,
mendemonstrasikan, dan lain-lain.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan penggunaan media
dalam pembelajaran yaitu untuk mengefektifkan proses penyampaian
informasi kepada peserta didik.
4
yang mudah ditebak, dan memiliki pola teks yang berirama untuk dapat
dinyanyikan.
Selain itu Hall & Connor (2006) mendefinisikan Big books typically
use predictable texts, allowing readers to use their prior knowledge to identify
words that come next in a sentence, as well as rhythm, rhyme, and repetition,
all of which aid word recognition and identification.
Definisi di atas bahwa Big book dapat digunakan untuk anak usia dini
karena memiliki karakteristik yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Guru
dapat memilih big book yang isi cerita dan topiknya sesuai dengan minat
siswa atau sesuai dengan tema pelajaran. Bahkan, guru dapat melakukan
pemodelan membaca atau membaca bersama sehingga akan diminati siswa
karena tampilannya menarik perhatian mereka. Lynch (2008) menyatakan
sebuah big book memiliki ciri-ciri agar pembelajaran dapat lebih efektif dan
berhasil, antara lain:
a) Cerita singkat (10-15 halaman).
b) Memiliki satu ide/topik cerita
c) Pola kalimat jelas.
d) Gambar memiliki makna.
e) Jenis dan ukuran huruf jelas terbaca.
f) Jalan cerita mudah dipahami.
Ciri-ciri Big book menjadi suatu bahan belajar yang sekaligus
merupakan suatu pendekatan dalam belajar dan mempunyai kelebihan
menurut Solehuddin (2008) yaitu:
a) Big book memberikan kesempatan kepada anak untuk terlibat dalam
situasi nyata dengan cara yang menarik. Membaca Big book bersama-sama
di depan kelas, anak-anak akan memperoleh pengalaman membaca yang
sebenarnya tanpa merasa takut salah dan tidak berani mencoba. semua
anak termasuk mereka yang lambat dalam membaca karena dengan
membaca Big book bersama-sama akan timbul keberanian dan kenyakinan
dalam diri anak bahwa mereka ”sudah bisa” membaca.
b) Big book memungkinkan semua anak melihat tulisan yang sama ketika
guru membaca tulisan tersebut. Ukurannya yang besar membuat anak
5
dapat melihat tulisan dalam Big book yang sedang dibaca oleh guru
mereka.
c) Penggunaan Big book memungkinkan anak-anak secara bersama-sama.
Dengan bekerjasama memberi makna kepada tulisan di dalamnya.
d) Big book memberikan kesempatan kepada anak yang lambat dalam
membaca untuk mengenali tulisan dengan bantuan guru dan teman-teman
lainnya.
e) Big book membuat guru dan anak berbagi keceriaan dan berbagi
kegiatan secara bersama. Meskipun Big book adalah bahan bacaan,
namun guru dapat menyelinginya dengan percakapan yang relevan
mengenai isi cerita bersama anak sehingga topik bacaan akan semakin
berkembang sesuai dengan pengalaman dan daya imajinasi.
f) Penggunaan big book akan mengembangkan kemampuan dasar anak
dalam semua aspek bahasa yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan
menulis.
g) Belajar dengan Big book memberikan pengalaman sosial kepada anak
yaitu dalam hal berbagi pengalaman pada saat anak-anak mengomentari
gambar dan bacaan Big book.
Selain itu, Karges and Bone. (1992). Dalam bukunya “Bring on the
Big Books” memberikan manfaat dari penggunaan big book yaitu:
a) Memberi pengalaman membaca,
b) Membantu siswa memahami buku,
c) Mengenalkan berbagai jenis bahan membaca kepada siswa,
d) Memberikan peluang kepada guru memberi contoh bacaan yang baik,
e) Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran,
f) Menyediakan contoh teks yang baik untuk digunakan siswa,
g) Menggali informasi
Mengingat pentingnya big book bagi siswa, sebaiknya guru membuat
buku ini secara sederhana namun perlu memperhatikan beberapa hal seperti
tulisan. Jenis huruf alfabet yang digunakan harus tepat sesuai kaidah
karena akan menjadi contoh bagi siswa. Selain itu, perlu dipikirkan jumlah
kata atau kalimat per halaman sesuai dengan karakteristik siswa. Isi/konten
6
big book merupakan informasi penting yang berisi pengetahuan, prosedur, atau
jenis teks lainnya yang sesuai dengan tema disetiap kelas.
Selain memiliki keistimewaan berdasarkan paparan sebelumnya, untuk
meningkatkan literasi budaya lokal anak usia dini, big book juga memiliki
kekurangan. Setiawan (2001: 41) menyatakan bahwa penggunaan big book
sangat menuntut kreativitas guru. Dengan begitu, keberhasilan big book sangat
bergantung pada guru. Guru yang kreatif dalam menciptakan dan
menggunakan media big book tentu akan mengasilkan media big book yang
baik dan dapat menggunakannya dengan baik pula sehingga literasi budaya
anak akan terstimulasi dengan baik, begitu pun sebaliknya. United States Agent
International Development (2014: 56) memaparkan langkah-langkah
pembuatan big book yang dilakukan secara manual dan menggunakan alat yang
sederhana sebagai berikut:
a) Siapkan kertas minimal berukuran A3 sebanyak 8-10 halaman atau 10-15
halaman, spidol warna, lem, dan kertas HVS.
b) Tentukan sebuah topik cerita.
c) Kembangkan topik cerita menjadi cerita utuh dalam satu atau dua kalimat
sesuai dengan level atau jenjang kelas. Tuliskan kalimat singkat di atas
kertas HVS dengan cara: kertas HVS dipotong menjadi empat bagian
memanjang, tulis menggunakan spidol besar (spidol whiteboard) setiap
kalimat dengan ukuran yang sama di atas kertas berukuran 1/4 kertas HVS
tersebut, tuliskan kalimat dengan huruf-huruf alfabetis yang tepat sesuai
dengan kaidah. Tempelkan setiap kalimat tersebut di halaman yang sesuai
dengan rencana awal.
d) Siapkan gambar ilustrasi untuk setiap halaman sesuai dengan isi cerita.
Gambar ilustrasi dapat dibuat atau diambil dari sumber yang sudah ada.
e) Tentukan judul yang sesuai dengan big book. Tentukan pula gambar
ilustrasi yang menarik dan sesuai dengan judul, dan tulislah nama
penulisnya.
7
2.3 Budaya Lokal
Budaya adalah sekumpulan ide yang menentukan keyakinan dan perilaku
individu dan kelompok orang dalam masyarakat, baik yang terlihat (misalnya
artefak) dan yang tidak terlihat (misalnya adat) (Hofstede, 1980; Stephens,
2007). Sementara itu, budaya lokal adalah budaya yang dimiliki oleh
masyarakat yang menempati lokalitas atau daerah tertentu yang berbeda dari
budaya yang dimiliki oleh masyarakat yang berada di tempat yang lain. Lebih
spesifik dijelaskan bahwa budaya lokal adalah tata cara hidup, adat istiadat,
kebiasaan, tradisi, seni, pemikiran, sistem nilai, cara kerja yang khas dari suatu
masyarakat atau suku bangsa daerah tertentu.
8
Kutai Barat berada di urutan kelima. Di urutan keenam hingga sepuluh
berturut-turut yaitu etnis Toraja (2,21%), Paser (1,89%), Sunda
(1,57%), Madura (1,32%) dan Suku Buton (1,25%) serta suku-suku
lainnya dari berbagai daerah di Indonesia.
Bahasa pengantar masyarakat Kalimantan Timur umumnya
menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Banjar. Persebaran Bahasa
Banjar ke Kalimantan Timur karena besarnya jumlah perantauan Suku
Banjar asal Kalimantan Selatan Penutur Bahasa Jawa dan Bahasa Bugis
juga cukup besar di Kalimantan Timur karena banyaknya pendatang
asal Pulau Jawa dan Pulau Sulawesi yang mendiami Kalimantan Timur.
Ada beberapa bahasa lain yang dituturkan masyarakat Kalimantan
Timur. Di antaranya, rumpun Melayu seperti bahasa Kutai Kota
Bangun, Kutai Tenggarong, Berau dan rumpun Barito seperti Bahasa
Paser, Benuaq, Bentian, Tunjung. Kemudian, ada bahasa Borneo
Utara/Orang Ulu seperti Bahau, Modang, Aoheng/Penihing, Seputan,
dan Basap Berau.
Kalimantan Timur memiliki beberapa lagu daerah. Adapun
beberapa lagu daerah dari Kalimantan Timur, di antaranya Burung
Enggang, Meharit, Sabarai, Anjat Manik, Bebilin, Andang
Sigurandang, Bedone, Ayen Sae, Sorangan, Indung-indung, Tingkilan
(suku Kutai), dan Musik Sempek/Kejien (suku Dayak Wehea).
Di Kalimantan Timur, ada beberapa jenis senjata tradisional
seperti mandau, gayang, keris buritkang, sumpit, tombak, perisai.
Namun, yang paling terkenal adalah mandau. Mandau biasanya dibuat
oleh seorang pandai besi yang mempunyai ilmu gaib. Mandau adalah
semacam senjata yang berbentuk parang dengan panjang kira kira 1/2m.
Mandau itu ada dua macam. Pertama, mandau yang disebut Tampilan
dan dipakai untuk perang dan upacara. Kedua, mandau yang biasa
dipakai untuk keperluan sehari hari.
Kalimantan Timur tak lepas dari pakaian adat dari daerah itu
sendiri. Baik pria maupun wanita mengenakan tutup kepala (topi)
berhiaskan bulu dari burung enggang, baju rompi dan kain tenun
9
sebatas lutut. Untuk pria, mengenakan tameng dengan hiasan khas di
tangannya, serta kalung yang terbuat dari tulang dan gigi binatang.
Sementara wanita ditambah dengan kain (rok) dengan warna dan hiasan
khas, serta kalung dan beberapa gelang di kedua belah tangannya.
Kalimantan Timur juga memiliki rumah khas yang disebut rumah
Lamin. Bentuknya panggung setinggi 2 meter dari tanah dan dihuni
oleh 25-30 kepala keluarga. Ujung atap rumah dihiasi dengan kepala
naga sebagai simbol keagungan, budi luhur, dan
kepahlawanan. Sementara, halaman rumah berdiri sebuah patung
Blontang menggambarkan dewa sebagai penjaga rumah atau kampung.
Di dalam rumah adat ini, ada beberapa bagian yakni ruang dapur, ruang
tidur, dan ruang tengah. Tangga yang digunakan untuk naik ke dalam
rumah terbuat dari satu pohon. Sedangkan, dinding rumah dibuat dari
katu dan daun rumbia. Di bagian bawah rumah (kolong) biasa
digunakan untuk memelihara hewan ternak.
Ada juga alat musik tradisional Kalimantan Timur antara lain,
kadire, klentengan (sluding), sampek, jatung utang, dan uding/uring.
10
BAB III
PEMBAHASAN
11
book. Data yang diperoleh digunakan sebagai referensi dalam
mengembangkan media big book. Tahapan pertama pembuatan media
diawali dengan membuat design produk atau rancangan garis besar isi media
big book berupa storyboard (papan cerita) dengan menggunakan program
aplikasi Canva. Storyboard adalah rangkaian sketsa gambar yang digunakan
untuk menggambarkan alur cerita. Langkah selanjutnya yaitu membuat
produk awal media big book dengan mengikuti poin-poin di dalam
storyboard.
12
Pada storyboard penulis menggunakan gambar rumah Lamin yang
didapat dari internet yang akan digunakan sebagai gambar ilustrasi dari
media big book. Penulis memilih gambar asli (bukan animasi) agar anak
mendapat gambaran nyata dari rumah Lamin. Gambar yang dipilih harus
jelas dan berkualitas tinggi sehingga menampakkan detail dari rumah Lamin
tersebut.
Tahap berikutnya dari pembuatan media big book adalah proses
pengerjaan. Penulis menggunakan aplikasi Canva untuk membuat media big
book. Canva adalah aplikasi desain grafis yang digunakan untuk membuat
grafis media sosial, presentasi, poster, dokumen dan konten visual lainnya.
Alasan penulis menggunakan aplikasi Canva karena penulis cukup mahir
menggunakan aplikasi ini. Selain itu tersedia pula banyak pilihan jenis huruf
(font) sehingga penulis dapat memilih mana huruf yang benar-benar sesuai
dan mudah terbaca oleh anak. Dengan begitu pesan dari big book yang kita
sampaikan benar-benar dipahami anak sesuai dengan tujuan dibuatnya
media big book ini.
13
a) Tahap pra-membaca
• Awali dengan percakapan pembuka
• Tunjukkan sampul buku
• Sebutkan judul dan nama penulis
• Gali pengetahuan latar dan umum
• Menyusuri sampul buku
• Mulailah membaca
b) Tahap Saat Membaca
• Membaca dengan tenang dan jelas
• Menunjuk tulisan dengan menggunakan tangan atau alat penunjuk
supaya anak dapat mengikuti dan mengetahui tulisan mana yang
sedang mereka baca
• Ciptakan komunikasi dua arah
• Berikan tanggapan jika ada respon
• Tetap fokus dan menjaga interaksi
c) Tahap Setelah Membaca
• Pancing anak untuk bertanya
• Diskusikan isi cerita
• Diskusikan tokoh dan latar
• Latih anak untuk mengungkapkan kesan
• Ajak anak mengungkapkan pesan
• Meminta anak menceritakan kembali
• Kegiatan lanjutan berbasis cerita
3.3 Manfaat Media Big Book Budaya Lokal untuk Anak Usia Dini
Media big book dibuat dan digunakan untuk membangun pengetahuan
baru anak dalam memahami budaya lokal Kalimantan Timur. Anak-anak
dibacakan dan diperlihatkan beragam ilustrasi yang menggambarkan
bagaimana kebudayaan daerahnya, dalam hal ini spesifik pada rumah adat
Lamin.
Aspek perkembangan anak usia dini yang dapat terstimulasi melalui
media big book ini antara lain:
14
● Aspek perkembangan agama dan moral
- Big book yang berisi konten bertema makhluk hidup dapat
mengenalkan anak kepada Tuhan sebagai Sang Pencipta
- Dapat mengangkat tema khusus untuk menyampaikan pesan moral
● Aspek perkembangan fisik motorik
- Membolak-balikkan buku melatih motorik halus anak
- Isi big book dapat berisi cerita yang memancing anak untuk bergerak
● Aspek Perkembangan bahasa dan literasi
- Menambah kosakata anak
- Anak mendapat pengalaman membaca awal yang menyenangkan
- Meningkatkan kemampuan bahasa reseptif
- Menstimulasi kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis
- Salah satu stimulasi agar anak akrab dengan sumber bacaan
● Aspek perkembangan kognitif
- Anak mengenal dan memahami konsep baru dari apa yang dibacakan,
baik dari gambar ilustrasi maupun dari teks
- Anak mengkonstruksi pengetahuan tentang budaya lokal Kalimantan
Timur
● Aspek perkembangan sosial emosional
- Kegiatan membaca yang menyenangkan, membuat anak termotivasi
untuk belajar
- Big book yang dibaca secara share reading (bersama-sama) akan
meningkatkan sosialisasi dan kebersamaan anak
● Aspek perkembangan seni
- Gambar ilustrasi yang menarik dapat menstimulasi imajinasi anak
Guru perlu mengetahui cara menggunakan dan skenario
pembelajarannya, dengan begitu big book akan efektif mempercepat
kemampuan literasi budaya siswa. Big book merupakan salah satu sumber
belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pendidikan
yang berkualitas bagi anak usia dini. Bila kita melaksanakan kegiatan dengan
menggunakan big book sebagai media belajar, maka hasilnya akan lebih
15
bermakna dan bernilai, sebab anak dihadapkan dengan gambar, sehingga lebih
nyata, lebih faktual.
Penggunan media belajar big book berarti juga membantu penyampaian
pesan-pesan yang tertulis dalam buku big book, ukuran big book yang besar
juga memudahkan anak untuk melihat keseluruhan isi cerita di dalamnya dan
anak juga dapat bereaksi pada halaman yang sedang dibacanya, selain itu juga
partisipasi anak juga terdorong. Dengan adanya penggunaan big book ini
membuat anak semakin antusias untuk mengenal budaya lokal Kalimantan
Timur yang sudah dikemas dengan bentuk tulisan cerita yang menarik.
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Konten budaya lokal untuk anak usia dini menjadi hal yang penting
untuk dikenalkan diabad ke-21 ini. Indonesia memiliki beragam suku bangsa,
bahasa, kebiasaaan, adat istiadat, kepercayaan, dan lapisan sosial. Sebagai
bagian dari dunia, Indonesia pun turut terlibat dalam kancah perkembangan
dan perubahan global, sehingga pemahaman itu semua perlu ditingkatkan
khususnya identitas khas/prinsip pada budaya lokal Kalimantan Timur yang
menjadi konten dasar.
Media big book dibuat dan digunakan untuk membangun pengetahuan
baru anak dalam memahami budaya lokal Kalimantan Timur. Anak-anak
dibacakan dan diperlihatkan beragam ilustrasi yang menggambarkan
bagaimana kebudayaan daerahnya. Selain itu, media big book juga dapat
digunakan untuk menstimulasi semua aspek perkembangan anak yaitu nilai
agama dan moral, bahasa dan literasim kognitif, fisik motorik, sosial
emosional, dan seni.
Keberhasilan big book sangat bergantung pada guru. Guru yang kreatif
dalam menciptakan dan menggunakan media big book tentu akan mengasilkan
media big book yang baik dan dapat menggunakannya dengan baik pula
sehingga literasi budaya anak akan terstimulasi dengan baik.
4.2 Saran
Begitu pentingnya fungsi media bagi pembelajaran anak usia dini maka
pendidik perlu senantiasa mengembangkan kreativitasnya dalam membuat dan
menggunakan media untuk membantu proses pembelajaran agar berjalan
efektif dan optimal.
Selain itu, guru sebagai ujung tombak pengenalan literasi budaya pada
anak usia dini dituntut untuk dapat memiliki kecakapan dalam mengelola
pembelajaran berbasis budaya, terutama budaya lokal/daerah. Mengingat
17
sampai saat ini sekolah masih menjadi tempat paling strategis untuk
menanamkan nilai-nilai budaya kepada anak usia dini.
18
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun, 2017. Materi Pendukung Literasi Budaya dan Kewargaan, Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
UIN Sunan Kalijaga. 2013. Pentingnya Literasi Budaya di Tengah Gencarnya Arus
Budaya Global. http://uin-suka.ac.id/id/berita/detail/741/pentingnya-literasi-
budaya-di-tengah-gencarnya-arus-budaya-global. Diakses pada tanggal 6
Juni 2022
19