Anda di halaman 1dari 23

PRINSIP PENGAJARAN DAN ASESMEN YANG EFEKTIF DI SD II

Siklus II (Topik 5 – Unggah Koneksi Antar Materi)

Tugas 16. Laporan Hasil Refleksi Terkait Topik yang Dibahas

Disusun oleh :
Putri Amalia Farhana S.Pd
2205437649

Dosen Pengampu :

Dr. Zariul Antosa, M.Sn

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

PENDIDIKAN UNIVERSITAS RIAU


2023

2
Tugas 16. Laporan Hasil Refleksi Terkait Topik yang Dibahas

Laporan adalah sebuah karya tulis yang dibuat oleh seseorang atau sekelompok
orang dengan tujuan sebagai bukti pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas
yang diberikan. Agar dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau
pengambilan keputusan, sebuah laporan harus memuat data yang benar, objektif,
dan sistematis. Setelah menyusun perangkat pembelajaran, serta melaksanakan
proses pembelajaran disertai dengan diskusi bersama teman sejawat, dosen guru
pamong/guru penggerak/praktisi pendidikan. Maka selanjutnya Anda diminta
membuat laporan singkat terkait kegiatan tersebut.

Dalam membuat laporan, di bawah ini merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan
dengan menggunakan struktur laporan di bawah ini.
1. Menggunakan cover memuat judul, logo, identitas, dan keterangan dari si
penulis, dan institusi serta tahun dibuatnya laporan.
2. Berisi kata pengantar yang berfungsi untuk mengantarkan pembaca agar
memahami konten materi yang akan dibahas secara umum.
3. Menyertakan daftar isi yang memuat pemetaan halaman untuk setiap bagian
yang dibahas dalam laporan.
4. Bagian awal dari laporan dibuat pendahuluan yang berisi sub-bab, latar
belakang, dan tujuan kegiatan.
5. Pembahasan merupakan bagian inti dari laporan yaitu menjelaskan secara
detail unsur-unsur yang mencakup kegiatan yang dilakukan yang didukung
oleh referensi yang relevan dengan materi yang dibahas.
6. Penutup berisi kesimpulan tentang kegiatan dari laporan yang dibuat.
7. Lampiran merupakan halaman yang memuat berbagai dokumentasi tentang
kegiatan yang telah dilakukan.
LAPORAN HASIL REFLEKSI PENDEKATAN CULTURALLY
RESPONSIVE TEACHING (CRT) DALAM PEMBELAJARAN

Disusun oleh :
Putri Amalia Farhana S.Pd
2205437649

Dosen Pengampu :

Dr. Zariul Antosa, M.Sn

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

PENDIDIKAN UNIVERSITAS RIAU

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Alhamdulillah, Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan Laporan Hasil Refleksi Pendekatan Culturally Responsive
Teaching (CRT) dalam Pembelajaran. Saya mengucapkan sholawat beserta salam
untuk nabi Muhammad SAW dengal lafaz “Allahhumma solli’ala sayyidina
muhammad wa’ala ali sayyidina muhammad”.
Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Prinsip Pengajaran dan
Asesmen yang efektif di SD II. Dalam menyelesaikan tugas ini saya ucapkan
terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah yang telah membantu dan
memberi motivasi untuk menyelesaikan tugas ini.
Saya menyadari dalam pembuatan tugas ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan. Hal itu disebabkan karena keterbatasan saya, baik
dalam pemahaman maupun dalam referensi yang dijadikan rujukan penyusunan
tugas ini. Maka dari itu saya harapkan kritik dan saran terhadap tugas saya ini.
Terima kasih.

Pekanbaru, 06 Juni 2023

Putri Amalia Farhana, S.Pd

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................
DATAR ISI...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
A. Latar Belakang.........................................................................................
B. Tujuan.......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................
BAB II PENUTUP...............................................................................................
BAB III DAFTAR PUSTAKA...........................................................................
LAMPIRAN.........................................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan dan budaya memiliki peran yang sangat penting dalam
menumbuhkan kembangkan nilai luhur bangsa, yang berdampak pada
pembentukan karakter dan kepercayaan diri siswa yang didasarkan pada nilai
budaya yang luhur. Budaya sebagai aktivitas yang melekat pada suatu
masyarakat tertentu, sangat mempengaruhi pola pikir anak sebagai siswa.
Pembentukan karakter serta kepercayaan diri siswa yang didasarkan pada nilai
luhur budaya dapat dibentuk dari pendidikan dan budaya yang ada disekitar
siswa. Budaya sebagai suatu kebiasaanyang dimiliki oleh masyarakat tertentu
sangat mempengaruhi cara berpikir anak sebagai siswa. Memadukan antara
budaya dan proses pembelajaran akan menciptakan pembelajaran yang
bermakna. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Maryono, dkk (2021) bahwa
pembelajaran dengan pendekatan Culturally Responsive Teaching dapat
meningkatkan keaktifan siswa. Sebab proses pembelajaran berbasis budaya
tidak sekedar mentransfer budaya atau perwujudan budaya, akan tetapi
menggunakan budaya untuk mewujudkan siswa yang kreatif dalam mencapai
tujuan pembelajaran.
Pendekatan Culturally Responsive Teaching yaitu pengajaran responsif
secara kultural merupakan pengajaran yang mengakui dan mengakomodasi
keragaman kultur didalam ruang kelas (Maryono, dkk, 2021). Culturally
Responsive Teaching mengakui dan mengajarkan budaya kepada siswa dan
memasukkannya ke dalam kurikulum sekolah dan menciptakan hubungan yang
bermakna dengan budaya masyarakat. Culturally Responsive Teaching
bertujuan untuk membantu memberdayakan siswa dengan menggunakan
koneksi budaya yang bermakna untuk menanamkan pengetahuan, keterampilan
sosial dan sikap. Melalui Culturally Responsive Teaching siswa dapat

4
mengalami keberhasilan akademik, mengembangkan kompetensi kultural, dan
mengembangkan kesadaran kritis.
Culturally Responsive Teaching merupakan pendekatan pembelajaran
yang efektif dan sesuai dengan tuntutan kurikulum. Namun, tidak banyak yang
mengetahui bahwa Culturally Responsive Teaching merupakan sebuah metode
pembelajaran yang dapat membantu guru khususnya guru kimia untuk bekerja
lebih efektif dengan beragam populasiserta untuk meningkatkan nilai ilmu
pengetahuan di negaranya. Guru harus mengenal peserta didikmereka, terutama
dalam masyarakat di mana mereka tinggal. Dengan demikian, pengetahuan
menjadi sebuah pembelajaran kontekstual dan pengalaman yang
relevansehingga memudahkan peserta didik untuk menghubungkan
pengalaman sehari-hari mereka dengan apa yang mereka lakukan di kelas.
Maka dari itu guru menerapkan pendekatan Culturally Responsive Teaching
dalam pembelajaran.
B. Tujuan Kegiatan
1. Mahasiswa mampu untuk merancang pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT)
2. Mahasiswa mampu untuk melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT)
3. Mahasiswa mampu untuk merefleksikan pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT) yang
telah dilakukan bersama rekan sewajat, guru pamong/ guru kelas, dan dosen.
4. Mahasiswa mampu mambuat rencana tindak lanjut mengenai pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT).

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perangkat Pembelajaran Pendekatan Culturally Responsive Teaching


(CRT)
Pendekatan Culturally Responsive Teaching merupakan suatu
pendekatan pembelajaran yang menghendaki adanya persamaan hak setiap
peserta didik untuk mendapatkan pengajaran tanpa membedakan latar belakang
budaya peserta didik. Maka dengan demikian peserta didik yang merasa
dirinya berasal dari budaya minoritas memiliki hak yang sama dapat
mengembangkan kemampuan dirinya. Melalui pendekatan pembelajaran ini
membuat peserta didik juga menjadi lebih memahami budayanya sendiri serta
menghargai budaya orang lain. Gay (2000) mengemukakan bahwa Culturally
Responsive Teaching merupakan cara menggunakan pengetahuan budaya,
pengalaman, dan gaya kinerja peserta didik yang beragam untuk dapat
menimbulkan pengalaman belajar yang bermakna. Guru harus menyadari
bahwa pembelajaran tidak hanya mementingkan prestasi akademik, namun
juga mempertahankan identitas budaya peserta didik.
Karakteristik pendekatan pembelajaran Culturally Responsive Teaching
dikemukakan oleh Gay (2000:29) bahwa dalam proses pembelajaran
pendekatan ini akan melibatkan pertimbangan dari lingkungan kelas. Dalam
rangka memfasilitasi gaya belajar yang berbeda-beda dapat diuraikan menjadi
lima hal:
1. Mengakui adanya warisan budaya dari berbagai kelompok etnik yang
berbeda, baik sebagai sesuatu yang dapat mempengaruhi sikap peserta didik,
pendekatan untuk belajar, serta konten untuk diajarkan sesuai dengan
kurikulum formal.
2. Membangun hubungan yang bermakna antara pengalaman yang peserta
didik temui di rumah dengan pengajaran akademik di sekolah.

6
3. Menggunakan berbagai strategi pembelajaran yang terhubung dengan
berbagai gaya belajar yang berbeda pada setiap peserta didik.
4. Mengajarkan peserta didik untuk mengetahui dan mencintai warisan budaya
mereka sendiri serta menghargai budaya orang lain.
5. Menggabungkan informasi multikultural, sumber daya, serta keterampilan
yang selalu untuk diajarkan di sekolah.
Dalam mengimplementasikan langkah-langkah kegiatan Culturally
Responsive Teaching diperlukan adanya kerjasama antara guru dan peserta
didik, Penerapan Culturally Responsive Teaching yang digambarkan melalui
bagan alir oleh Yuli Rahmawati, (2017).
1. Guru melakukan apersepsi untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan
peserta didik tentang materi yang akan diajarkan (Identifikasi Diri).
2. Guru membuat kelompok dengan latar belakang peserta didik yang berbeda
(Identifikasi Diri).
3. Guru menyampaikan materi pembelajaran yang dikaitkan dengan konteks
budaya peserta didik (Pemahaman Budaya).
4. Guru memberikan contoh aplikasi materi pembelajaran secara nyata yang
terdapat dalam kehidupan sehari-hari peserta didik melalui cerita
(Pemahaman Budaya).
5. Melakukan tanya jawab untuk mengkonstruksi pengetahuan peserta didik
berdasarkan pengetahuan sebelumnya yang telah dimiliki oleh peserta didik
(Kolaborasi).
6. Peserta didik melakukan diskusi kelompok dan menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh guru, misalnya dengan menjawab soal dan menuliskannya di
papan tulis (Kolaborasi).
7. Membuat projek kelompok yang berasal dari tugas yang diberikan oleh guru
(Berpikir Kritis).
8. Mempresentasikan hasil projek di depan kelas berlandaskan latar budaya
kelompoknya masing-masing (Konstruksi Transformatif).
B. Simulasi Pelaksanaan Pembelajaran Pendekatan Culturally Responsive
Teaching

7
Berdasarkan perencanaan pembelajaran menggunakan pendekatan
Culturally Responsive Teaching (CRT), dilaksanakan pembelajaran yang
secara umum telah didapatkan hasil pelaksanaan pembelajaran yang sudah
berjalan dengan baik. Pada kegiatan awal pembelajaran, guru membuka
pelajaran dengan terlebih dahulu melakukan pengondisian kelas seperti
kerapian kelas, kesiapan peserta didik, termasuk juga mempersiapkan sarana
dan prasarana pendukung pembelajaran yang akan digunakan. Interaksi awal
antara guru dan peserta didik dimulai dengan kegiatan presensi, saling sapa,
dan berdoa bersama. Untuk menarik perhatian dan memotivasi peserta didik
terhadapkegiatan pembelajaran, guru memberikan semangat dengan melakukan
“Tepuk Semangat”. Perhatian dan motivasi peserta didik juga didapatkan dari
tayangan powerpoint yang mendukung kegiatan apersepsi maupun
penyampaian tujuan pembelajaran berjalan dengan lebih menarik. Hal tersebut
dilakukan dengan maksud demi terciptanya pembelajaran yang aman, nyaman,
dan berpihak pada peserta didik sesuai karakteristik mereka. Dari kegiatan
awal ini juga, kegiatan asesmen dilakukan sebagai serangkaian kegiatan
berkala untuk mengetahui proses perkembangan yang terjadi pada peserta
didik. Evaluasi pada akhir pembelajaran juga dilakukan yang bertujuan untuk
mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran dan membantu merancang
pembelajaran berikutnya.
Pada kegiatan inti pembelajaran menggunakan pendekatan Culturally
Responsive Teaching (CRT) ini, guru mengeksplorasi pengetahuan peserta
didik melalui tayangan “keragaman tarian daerah” dalam bentuk video yang
menarik. Tanya jawab dilakukan sebagai bentuk eksplorasi lebih lanjut sebagai
bahan pengantar untuk memperkenalkan macam-macam pola lantai dari
keragaman tarian daerah. Pembelajaran disesuaikan dengan budaya daerah
mayoritas peserta didik, serta guru memberikan perhatian khusus terhadap
peserta didik yang membutuhkan perlakuan yang berbeda. Didukung
menggunakan model pembelajaran kontekstual, peserta didik diarahkan untuk
berkelompok dimana pembentukannya disesuaikan dengan asesmen formatif
yang dilakukan mulai dari awal kegiatan. Selama kegiatan kelompok

8
berlangsung, guru berkeliling memberikan bimbingan kepada setiap kelompok
maupun individu yang mengalami kesulitan.
Kegiatan dilanjutkan dengan mengarahkan peserta didik mengerjakan
LKPD sesuai capaian belajarnya. Pada kegiatan inti yang terakhir, peserta didik
berlatih secara individu tentang materi yang sudah dipelajari melalui kegiatan
evaluasi. Penutup kegiatan belajar dilakukan dengan menyimpulkan bersama
tentang materi pada pembelajaran yang dilakukan. Peserta didik diajak untuk
menelaah hal-hal apa saja yang telah dipelajari dan dikuatkan kembali melalui
penjelasan singkat dari guru.
Kegiatan pengayaan diberikan kepada peserta didik yang mampu
menguasai materi dengan baik untuk memperkuat pemahaman serta sebagai
sarana untuk mempersiapkan mereka memahami materi selanjutnya.
Sedangkan bagi peserta didik yang belum memahami materi dengan baik
dilakukan kegiatan bimbingan tambahan secara intensif sebagai upaya untuk
meningkatkan capaian belajar. Bimbingan tambahan dilaksanakan setelah akhir
jam pelajaran selesai. Pembelajaran ditutup dengan berdoa bersama sebagai
salah satu wujud penanaman atau pembiasaan sikap yang mencerminkan profil
pelajar Pancasila.
Pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT) yang telah dijelaskan
juga dipadukan dengan model pembelajaran kontekstual. Untuk
mengoptimalkan manfaat kegiatan pembelajaran melalui model kontekstual,
pendidik menerapkan strategi dalam langkah- langkah pembelajaran
kontekstual ini. Strategi tersebut yaitu:
1. Melalui pemecahan masalah, menggunakan LKPD yang disesuaikan antara
materi dengan kehidupan sehari-hari peserta didik
2. Mengajak peserta didik untuk berkelompok agar suasana belajar menjadi
variatif. Hal itu karena suasana belajar yang baru bisa memunculkan
pengalamanbaru yang menyenangkan dan mudah diingat
3. Menjadikan peserta didik sebagai pelajar sepanjang hayat dan mandiri
melalui kegiatan berkelompok dan difasilitasi LKPD, sehingga guru hanya
berperan untuk mengarahkan dan mengontrol jalannya pembelajaran

9
4. Membangun komunikasi efektif yang bisa diterima oleh semua peserta didik
di kelas dengan berbagai karakter, sosial, budaya, suku, dan sebagainya.
Komunikasi yang dijalin oleh guru pada peserta didiknya akan
memengaruhi tingkat ketertarikan pada materi yang diajarkan
5. Memberikan penilaian yang otentik pada peserta didik. Penilaian tersebut
bisa membantu guru dalam memetakan tingkat kemampuan dan motivasi
peserta didik selama pembelajaran.

Penerapan pendekatan pembelajaran Culturally Responsive Teaching


(CRT) yang berpadu dengan model pembelajaran kontekstual serta berbagai
metode dan media pendukung meningkatkan ketertarikan peserta didik untuk
senantiasa belajar sesuai capaian belajarnya, sehingga mereka bisa
mendapatkan pengetahuan yang bersifat fleksibel, nyaman, dan aplikatif dalam
kehidupan sehari-hari. Sehingga dapat memperbaiki hasil belajar peserta didik
melalui peningkatan pemahaman makna materi yang sedang dipelajari.
Kegiatan pembelajaran secara keseluruhan juga telah merepresentasikan
keterampilan dasar guru dalam mengajar. Dimulai dari keterampilan membuka
dan menutup pelajaran, keterampilan bertanya, keterampilan memberikan
penguatan, keterampilan membuat variasi, keterampilan menjelaskan,
keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola
kelas, serta keterampilan mengajar kelompok kecil dan peroseorangan.
Pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan Culturally Responsive Teaching
(CRT) memberikan pengalaman bagi guru yaitu adanya pemahaman yang lebih
mendalam untuk mengetahui kebutuhan peserta didik, serta pembelajaran yang
fleksibel
C. Refleksi Pembelajaran dan Asesmen yang telah dilaksanakan di SD
Proses refleksi dilaksanakan dengan berbagai kegiatan yang turut
melibatkan teman sejawat, guru pamong/ guru kelas, dan dosen. Beberapa
kegiatan yaitu diantaranya refleksi simulasi pelaksanaan pembelajaran, refleksi
penyusunan perangkat pembelajaran, dan pelaksanaan pembelajaran.
Berdasarkan kegiatan simulasi pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan
terdapat beberapa respon/ tanggapan yang diberikan mengenai asesmen, proses

10
pembelajaran, dan pelaksanaan simulasi pembelajaran yang telah dilakukan.
Secara lengkap hasilnya yaitu sebagai berikut:

No Aktivitas Pembelajaran Refleksi

1 Pemberian asesmen Pemberian asesmen diagnostic pada


diagnostik pelaksanaan pembelajaran sudah ada,
melalui asesmen non kognitif dan
kognitif. Asesmen non kignitif dilakukan
untuk mengetahui latar belakang, minat,
dan gaya belajar peserta didik Seharusnya
dilakukan assesmen sedangkan diagnostic
kognitif untuk mengetahui pengetahuan
awal peserta didik. Jadi jika dalam RPP
tercantum assesmen diagnostik maka
pembelajaran yang dilaksanakan akan
lebih sesuai dengan pendekatan
Culturally Responsive Teaching (CRT)
sehingga guru dapat terbantu dalam
merencanakan pembelajaran yang efisien.
2 Pemberian pertanyaan Dengan beberapa pertanyaan pemantik
pemantik yang diajukan, guru bisa mengetahui
apakah peserta didik benar-benar
memahami pembelajaran atau tidak

3 Aktivitas kolaborasi Pada kegiatan pembelajaran sudah


diskusi/presentasi peserta terdapat aktivitas kolaborasi dengan
didik mengelompokkan peserta didik sesuai
dengan gaya belajar dan kemampuan
awalnya. Kemudian guru membimbing
kelompok sesuai materi, memberikan
LKPD yang didalamnya terdapat cara
penggunaannya (secara berkelompok),

11
No Aktivitas Pembelajaran Refleksi

setelah berdiskusi setiap kelompok


diminta untuk presentasi hasil
pengerjaannya.

4 Aktivitas projek peserta Aktivitas projek dalam pembelajaran


didik memerlukan banyak waktu dalam proses
pembelajarannya. Selain itu guru juga
harus memantau setiap aktivitas peserta
didik, jadi guru lebih extra kerja keras
dalam mengawasi setiap aktivitas yang
dilakukan oleh peserta didik.

5 Aktivitas pengayaan Aktivitas pengayaan pembelajaran sudah


pembelajaran tertulis dalam RPP, tetapi pada
pelaksanaannya belum terdapat aktivitas
pengayaan. Oleh karena itu RPP sudah
direvisi sesuai saran dan masukan yang
sudah disampaikan sebelumnya. Pada
penyusunan RPP selanjutnya penyusun
akan lebih teliti dan memperhatikan
segala aspek penting yang harus ada
dalam RPP khususnya kegiatan
pengayaan. Aktivitas pengayaan perlu
dilakukan agar peserta didik dapat lebih
menguasai materi yang telah
disampaikan. Selain itu untuk siswa yang
mempunyai kemampuan diatas rata-rata
dalam pembelajaran mendapatkan
pembelajaran/penugasan tambahan.
Selain agar mendukung kemampuan

12
No Aktivitas Pembelajaran Refleksi

peserta didik tersebut,juga mengantisipasi


agar siswa tersebut tidak mengganggu
teman yang lain, yang belum selesai
mengerjakan tugas.
6 Aktivitas Aktivitias remedial yang diberikan
remedial/tambahan khusus secara individual kepada peserta
pembelajaran didik yang mengalami kesulitan belajar,
maka akan membantu peserta didik
dalam memahami suatu materi yang
kurang peserta didik pahami.

7 Pemberian asesmen Dengan memberikan asessmen


memudahkan untuk mengetahui
kebutuhan belajar serta pencapaian hasil
belajar peserta didik. Asesmen sudah ada
dalam RPP yakni berupa asesmen aspek
sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Pemberian asessmen dilakukan melalui
rubrik penilaian yang sudah tersedia di
dalam RPP. Pada rubrik juga sudah
terdpat kriteria-kriteria tertentu yang
harus dipenuhi siswa agar mendapatkan
nilai maksimal.
8 Proses pelaksanaan Terdapat tiga aspek dalam proses
asesmen pelaksanaan asesmen yaitu aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Pada
aspek sikap, penilaiannya dilakukan
dengan observasi sikap dan perilaku
siswa selama pelaksanaan pembelajaran.
Aspek yang dinilai yaitu seperti peserta

13
No Aktivitas Pembelajaran Refleksi

didik mampu bekerja sama dalam


melaksanakan tugas kelompok, siswa
dapat menyampaikan pendapatnya
dengan percaya diri, dll. Pada aspek
pengetahuan penilaian yang dilakukan
yaitu melalui tes tulis dengan
mengerjakan soal evaluasi dan juga
LKPD yang sudah diberikan guru. Pada
aspek keterampilan penilaian dilakukan
dengan non tes dengan mengamati
perilaku keterampilan dan keaktifan
peserta didik pada proses pembelajaran.
Penilaian keterampilan juga dilakukan
melalui kriteria yaitu bagaimana siswa
mampu mengenali budayanya dan
mamahami perbedaan latar belakang
teman-temannya. Hal tersebut sudah
sesuai dengan pembelajaran Culturally
Responsive Teaching dimana setiap
pembelajarannya sudah berpusat pada
peserta didik sesuai dengan budayanya.
9 Kegiatan penutup Kegiatan penutup peembelajaran sudah
pembelajaran terdapat dalam RPP dan dalam
pelaksanaannya, yang dilaksanakan
dengan diaawali kegiatan menyimpulkan
pembelajaran apa saja yang dilakukan
pada hari ini. Dilanjutkan dengan
kegiatan refleksi yang dilakukan dengan
tanya jawab. Dan kegiatan pembelajaran

14
No Aktivitas Pembelajaran Refleksi

ditutup dengan salam.

D. Tindak Lanjut Penyusunan dan Pelaksanaan Pembelajaran dengan


Pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT)
Tindak lanjut evaluasi pembelajaran perlu dilakukan apabila hasil dari
evaluasi pembelajaran menunjukkan hasil yang kurang maksimal. Tindak
lanjut ini dapat dilakukan pada pembelajaran yang akan dilaksanakan
selanjutnya. Pembelajaran selanjutnya merupakan keputusan tentang upaya
perbaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan sebagai upaya peningkatan
mutu pembelajaran, sedangkan tindak lanjut evaluasi pembelajaran berkenaan
dengan pelaksanaan dan instrumen evaluasi yang telah dilaksanakan mengenai
tujuan, proses dan instrumen evaluasi proses pembelajaran. Tindak lanjut
dilakukan dengan terlebih dahulu mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan
dari hasil evaluasi. Kelebihan yang sudah ada dapat dipertahankan, sedangkan
kelemahannya dapat diperbaiki dan ditingkatkan. Selanjutnya hasil identifikasi
tersebut dapat dijadikan acuan dalam merancang perangkat pembelajaran,
melaksanakannya, hingga kembali mengevaluasi dan merefleksikan
pembelajaran yang telah yang dilakukan.
Berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi yang telah dilakukan, perangkat
pembelajaran yang telah disusun sudah cukup baik sehingga perlu
dipertahankan. Namun ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan, diantaranya
perlunya menyertakan asesmen diagnostik untuk mengetahui kemampuan
awal, menambahkan lembar penilaian diri atau antar teman sebagai Assessment
as Learning, mengembangkan Assessment of Learning sesuai dengan
keberagaman kemampuan dari peserta didik sehingga tidak hanya satu asesmen
yang digunakan untuk semua peserta didik, menambahkan bahan ajar serta soal
evaluasi untuk kegiatan remidial dan pengayaan.
Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan juga sudah cukup baik,
beberapa hal yang perlu ditingkatkan diantaranya yaitu asesmen untuk menilai
sikap dan keterampilan sebaiknya dilakukan saat proses pembelajaran dengan

15
cara berkeliling memantau aktivitas peserta didik, menerapkan pembelajaran
yang mendidik dengan mengutamakan keterampilan berpikir kritis berbasis
platform revolusi industri 4.0, materi tambahan bagi peserta didik yang belum
memahami materi ajar dengan baik, dan memberikan materi pengayaan yang
relevan dengan bahasan materi yang diajarkan, serta mengelompokkan peserta
didik menjadi 3 kelompok dengan kemampuan di bawah kelas tersebut, pada
kelas tersebut, dan di atas kelas tersebut. Sedangkan kaitannya dengan
penerapan Culturally Responsive Teaching (CRT) pada pembelajaran,
beberapa hal perlu ditingkatkan yaitu aktivitas kolaborasi
diskusi/presentasipeserta didik, aktivitas projek, dan aktivitas remidial serta
pengayaan.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan laporan kegiatan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa dalam merancang pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT) yaitu pada perencanaan
pembelajaran Culturally Responsive Teaching (CRT) yang telah dirancang
berorientasi pada materi di kelas V yang sudah disusun secara saksama dan
sistematis dengan memperhatikan setiap kemampuan peserta didik. Dalam
penyusunan perencanaan pembelajaran berupa RPP sudah tersusun dengan
memperhatikan komponen pendukungnya. Dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT) yang telah
dipadukan dengan model pembelajaran kontekstual. Untuk mengoptimalkan
manfaat kegiatan pembelajaran melalui model kontekstual, pendidik
menerapkan strategi dalam langkah-langkah pembelajaran kontekstual.
Kegiatan pembelajaran secara keseluruhan juga telah merepresentasikan
keterampilan dasar guru dalam mengajar. Dimulai dari keterampilan membuka
dan menutup pelajaran, keterampilan bertanya, keterampilan memberikan
penguatan, keterampilan membuat variasi, keterampilan menjelaskan,
keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola
kelas, serta keterampilan mengajar kelompok kecil dan peroseorangan.
Refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran Culturally Responsive
Teaching (CRT) yang dilakukan sudah dilaksanakan dengan baik dan sesuai.
Dalam proses refleksi dilaksanakan dengan berbagai kegiatan yang melibatkan
teman sejawat, guru pamong/ guru kelas, dan dosen. Beberapa kegiatan dalam
refleksi diantaranya refleksi simulasi pelaksanaan pembelajaran, refleksi

17
penyusunan perangkat pembelajaran, dan pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan
simulasi pelaksanaan pembelajaran sudah berjalan dengan baik namun
beberapa hal masih perlu diperhatikan untuk dapat ditingkatkan kembali,
misalnya assesmen untuk menilai sikap dan keterampilan sebaiknya dilakukan
saat proses pembelajaran dengan cara berkeliling memantau aktivitas peserta
didik. Refleksi penyusunan perangkat pembelajaran beberapa komponen sudah
mampu dilaksanakan dengan tepat dan sesuai. Namun, terdapat beberapa poin
yang harus lebih diperhatikan seperti dalam komponen asesmen diagnostik,
pengayaan dan remedial.
B. Saran
Menyadari dalam penulisan laporan ini masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang
laporan diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat
dipertanggung jawabkan.Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap
penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan
laporan yang telah dijelaskan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Maryono, dkk. 2021. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis


Kultur Budaya Jawa melalui pendekatan Culturally Responsive Teachin.
Jurnal Pendidikan Fisika. 10(1): 13-24

Quipper Blog. (2021). Pembelajaran Kontekstual – Pengertian, Tujuan, Prinsip.


Diakses melalui https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/pembelajaran-
kontekstual/ pada 19 Februari 2023.

19
LAMPIRAN

- Link RPP:
- Dokumentasi Kegiatan:

20

Anda mungkin juga menyukai