Anda di halaman 1dari 7

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENGGUNAAN MEDIA

AUDIO VISUAL BAGI SISWA KELAS 5 SD PADA


PEMBELAJARAN IPS

Nirwansyah Mokodongan1(*), Anindita Trinura Novitasari2, Zaeni Miftah3


Universitas Indraprasta PGRI, Indonesia1
nirwansyahmokodongan80@guru.sd.belajar.id, aninditatrinura2015@gmail.com2, zaenimiftah02@gmail.com3

Abstract

Tujuan pendidikan IPS dikembangkan atas dasar pemikiran bahwa pendidikan IPS
merupakan suatu disiplin ilmu yang dapat diaplikasikan siswa dalam kehidupan sehari – hari.
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan untuk memperbaiki hasil belajar yang belum
optimal. Penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan media audi visual dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran IPS di SDN Pabuaran
Tumpeng 1 Kota Tangerang Pelaksanaan perbaikan dilakukan dalam dua siklus, setiap
siklus terdiri dari satu pertemuan pertemuan. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 23
September 2014, Siklus II dilaksanakan pada tanggal 30 September 2014. Pada studi awal
hasil belajar siswa masih sangat rendah, setelah dilakukan Penelitian Tindakan Kelas, siklus
I siswa dari 40 siswa yang memiliki nilai tergolong tinggi sebanyak 14 siswa (35%) dan
tergolong rendah 26 (65%). Siklus II memiliki nilai tergolong tinggi sebanyak 39 siswa
(97,50%) dan tergolong rendah 1 (2,50%). Dapat disimpulkan bahwa penggunaan media
audio visual dapat meningkatkan hasil belajar IPS kelas VI pada materi kenampakkan alam
dan gejala sosial Negara-negara tetangga di SDN Pabuaran Tumpeng 1 Kota Tangerang.

Keywords: Hasil Belajar, Media Audio Visual, Mata Pelajaran IPS

(*) Corresponding Author: Nirwansyah Mokodongan, nirwansyahmokodongan80@guru.sd.belajar.id


,0812990314

How to Cite: Sari, I. P., Novitasari, A. T., & Miftah, Z. (2020). Efektivitas Pelatihan Membuat Media
Pembelajaran Interaktif Dengan Macro Powerpoint Bagi Guru. Research and Development Journal of
Education, 6(2), 31-37.

INTRODUCTION

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (alinea 4 pembukaan UUD 1945) dan
diperkuat dengan Pasal 3 Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional
yaitu berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa sehingga dapat mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Untuk menjalankan fungsi tersebut
pemerintah menyelenggarakan suatu Sistem Pendidikan Nasional sebagaimana
tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.

Pendidikan dilaksanakan untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi


peserta didik (siswa) sebagaimana yang dikemukakan Crow and Crow (dalam
Hera Lestari, dkk.1990:1.3),” Harus diyakini bahwa fungsi utama pendidikan
adalah bimbingan terhadap individu dalam upaya memenuhi kebutuhan dan
keinginan sesuai dengan potensi yang dimiliknya sehingga memperoleh kepuasan
dalam seluruh aspek kehidupan pribadi dan kehidupan sosialnya”. Dengan
demikian, pendidikan merupakan salah satu kehidupan yang sangat penting
peranannya dalam upaya membina dan membentuk manusia yang berkualitas
tinggi.

Pengembangan potensi peserta didik merupakan proses yang disengaja dan


sistematis agar memiliki kecakapan dan keterampilan hidup. Kecakapan dan
keterampilan yang dimaksud baik kecakapan personal (personal skill), kecakapan
mengenali diri (self awareness), dan kecakapan berpikir rasional (thinking
skill), kecakapan sosial (sosial skill), kecakapan akademik ( academic skill),
maupun kecakapan vokasinal (vocasional skill). Kegiatan pendidikan pada tahap
melatih lebih mengarah kepada konsep pengembangan kemampuan motorik
peserta didik. Oleh karena itu perlu dilakukan pembiasaan dan pengkodisian
dalam berpikir secara kritis, strategis, taktis dalam proses pembelajaran. Peserta
didik dilaltih untuk memahami, merumuskan, memilih cara pemecahan masalah
(problem solving) dan memahami proses pemecahan masalahnya.
Berdasarkan paparan diatas. Guru harus memiliki berbagai kemampuan dalam
mengelola pembelajaran, karena guru merupakan salah satu komponen yang
utama dalam pendidikan di sekolah. Salah satu kemampuan yang harus dikuasai
adalah mengembangkan diri secara professional. Artinya, guru tidak hanya
dituntut dapat menguasasi dan menyajikan materi pelajaran saja, akan tetapi harus
mampu mengembangkan potensi peserta didik semaksimal mungkin melalui
berbagai cara dan mampu menilai hasil kinerjanya sendiri.
Di samping hal di atas, penggunaan media pembelajaran pun tidak kalah
penting dalam proses pembelajaran. Apalagi karakter siswa pada usia sekolah
dasar itu lebih cenderung tertarik kepada media yang sifatnya visual. Melalui
media visual, siswa diharapkan dapat terbentuk pengetahuannya secara cepat dan
permanen karena siswa bukan hanya mendengar saja tetapi dapat melihat sendiri
walaupun melalui gambar sehingga tidak terjadi “hapal tetapi tidak
tahu”(verbalisme).
Untuk mengatasi kesulitan siswa dalam memecahkan persoalan, perlu ada
upaya guru dalam proses pembelajaran dengan cara memvariasikan beberapa
metode pembelajaran dilengkapi dengan menggunakan media visual. Di samping
itu juga, pembelajaran tidak akan berpusat kepada guru lagi tetapi berpusat kepada
siswa, sehingga siswa dapat membangun dan menggali pengetahuan sendiri secara
optimal.
Di SDN Pabuaran Tumpeng 1, khususnya kelas VI, mata pelajaran IPS juga
menjadi kendala, suatu bukti saat pelajaran IPS pada materi pokok kenampakan
alam dan gejala sosial negara-negara tetangga , hasil evaluasi (tes formatif) yang
terdiri dari 10 soal ternyata tidak memuaskan, dari siswa sebanyak 40 yang benar
9 soal 3 anak, benar 8 soal 2 anak, benar 7 soal 3 anak, benar 6 soal 5 anak dan
yang lainnya benar lima ke bawah jika dipersentase diperoleh data siswa yang
mendapatkan nilai tergolong tinggi 30 % sedangkan siswa yang mendapatkan nilai
tergolong rendah 70 %.
Berdasarkan semua hal di atas dan sesuai dengan analisis kebutuhan melalui
pemberian tes kemampuan awal telah menunjukkan pada materi pokok
kenampakan alam dan gejala sosial negara-negara tetangga dianggap sulit
dipahami oleh siswa-sisi kelas VI di SDN Pabuaran Tumpeng 1 Kota Tangerang,
maka penulis mengangkat permasalahan tersebut sebagai permasalahan penelitian
yang merupakan bahan untuk penyusunan laporan pemantapan kemampuan
profesional dengan judul “Upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI
melalui media audio visual pada mata pelajaran IPS di SDN Pabuaran Tumpeng
1”
KAJIAN PUSTAKA

1. Hakikat Belajar
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetisi,
keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat ”
(Trianto,2006:12). Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting
yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu belajar
memberi keuntungan bagi siapa saja yang mengalaminya.. Proses penilaian terhadap hasil
belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya
mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi
tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik
untuk keseluruhan kelas maupun individu.

2. Hakikat Pembelajaran IPS di SD


Tujuan pendidikan IPS dikembangkan atas dasar pemikiran bahwa pendidikan IPS
merupakan suatu disiplin ilmu. Oleh karena itu pendidikan IPS harus mengacu pada tujuan
Pendidikan Nasional. Dengan demikian tujuan pendidikan IPS adalah mengembangkan
kemampuan peserta didik dalam menguasai disiplin ilmu-ilmu sosial untuk mencapai tujuan
pendidikan yang lebih tinggi. Ada tiga aspek yang harus dituju dalam pengembangan
pendidikan IPS, yaitu aspek intelektual, kehidupan sosial, dan kehidupan individual. Fokus
utama dari program IPS adalah membentuk iindividu-individu yang memahami kehidupan
sosialnya-dunia manusia, aktivitas dan interaksinya yang ditujukan untuk menghasilkan
anggota masyarakat yang bebas, yang mempunyai rasa tanggung jawab untuk melestarikan,
malanjutkan dan memperluas nilai-nilai dan ide-ide masyarakat bagi generasi masa depan.

3. Hakikat Media Audio Visual


Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan (Bovee,
1997). Media pembelajaran adalahsebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk
menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara
pembelajar, pengajar, dan bahan ajar. Banyak batasan atau pengertian yan dikemukakan
para ahli tentang media, diantaranya adalah: Asosiasi Teknologi dan Komunikasi
Pendidikan (Asosociation of Education and Communication Technology (AECT).
Dari pengertian diatas, secara umum dapat dikatakan bahwa substansi dari media
pembelajaran adalah bentuk saluran, yang digunakan untuk menyalurkan pesan, informasi
atau bahan pelajaran kepada penerima pesan atau pembelajar dapat pula dikatakan bahwa
media pembelajaran adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan dalam lingkungan
pembelajar yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar.
Media audio-visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar.
Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media
auditif (mendengar) dan visual (melihat). Media Audio visual merupakan sebuah alat bantu
audiovisual yang berarti bahan atau alat yang dipergunakan dalam situasi belajar untuk
membantu tulisan dan kata yang diucapkan dalam menularkan pengetahuan, sikap, dan
ide.nDari hasil penelitian media audiovisual sudah tidak diragukan lagi dapat membantu
dalam pengajaran apabila dipilih secara bijaksana dan digunakan dengan baik..
-33-
Sari, Novitasari, & Miftah / Reseacrh and Development Journal of Education, 6(2), 31-37

kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru pada siswa sehingga siswa memiliki


penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.
Pembelajaran berbasis komputer adalah pembelajaran yang menggunakan alat
bantu komputer (Wena, 2009). Dalam hal ini guru memanfaatkan komputer untuk
menyampaikan materi kepada siswa dan siswa terlibat atau berinteraksi langsung dengan
media komputer ini. Tentusaja hal ini akan menjadi pengalaman belajar yang menarik dan
menantang bagi siswa. Setiap siswa memiliki pengalaman dan kesan tersendiri saat
berinteraksi dengan komputer dalam proses pembelajaran.
Membuat slide PowerPoint dengan Macro akan menghasilkan tampilan slide
yang jauh lebih interaktif, sebagaimana gambar berikut :

Gambar 1.
Tampilan Slide Soal dengan Macro PowerPoint

Cara menyelesaikan soal adalah siswa diminta untuk klik jawaban yang dianggap
benar. Setelah semua soal terjawab, maka siswa bisa mengecek skor, sebagaimana
tampilan slide pada gambar berikut:

Gambar 2.
Tampilan Slide Konfirmasi Skor dengan Macro PowerPoint

METHODS

Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian ini


termasuk penelitian asosiatif karena meneliti hubungan antar beberapa variabel. Variabel
yang digunakan pada penelitian ini adalah efektivitas pelatihan (Y), instruktur (X 1),

-34-
Sari, Novitasari, & Miftah / Reseacrh and Development Journal of Education, 6(2), 31-37

materi pelatihan (X2). Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru SDN Demangan 2
Bangkalan yang mengikuti pelatihan membuat media pembelajaran yaitu sebanyak 11
orang guru. Seluruh anggota populasi diambil sebagai sampel. Data dikumpulkan melalui
kuesioner. Kuesioner disusun berdasarkan variabel penelitian dan indikator penelitian
dengan skala pengukuran instrument menggunakan skala likert. Tehnik analisis
menggunakan analisis uji statistik yaitu uji F dan uji t. Uji F digunakan untuk menguji
signifikansi variabel instruktur dan materi terhadap efektivitas pelatihan. Uji t digunakan
untuk menguji signifikansi pengaruh instruktur terhadap efektivitas pelatihan, dan
pengaruh materi terhadap efektivitas pelatihan.

RESULTS & DISCUSSION

Hasil Penelitian
Uji asumsi klasik meliputi uji multikolinieritas dan heteroskedastistas.
1. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan dengan bantuan SPSS 23.0 for Windows
ditunjukkan oleh tabel coefficient dengan mengamati kolom tolerance dan kolom VIF.
Didapatkan nilai tolerance kedua variabel 0,893 > 0,1 dan nilai VIF kedua variabel
1,120 < 10. Dengan demikian tidak ada multikolinearitas antara variabel bebas dalam
model regresi.
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas, menggunakan uji Rank Spearman dengan bantuan
SPSS 23.0 for Windows. Didapatkan signifikansi untuk X1= 0,641 > 0,05, untuk X2 =
0,205 > 0,05. Dengan demikian hasil uji Rank Spearman menunjukkan pada model
tidak terjadi heteroskedastisitas.
3. Uji Regresi
Model regresi yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian, dapat dituliskan
dalam bentuk persamaan regresi sebagai berikut: Y = - 3,022 + 0,908X1 + 0,212X2 .
Dari persamaan tersebut, kedua variabel bebas memiliki koefisien regresi dengan arah
positif. Hal ini berarti bahwa semakin kompeten seorang instruktur, dan materi yang
rinci, sistematis dan mudah dipahami akan meningkatkan efektivitas pelatihan.
Hasil uji F berdasarkan uji ANOVA atau uji statistik F, model menunjukkan
nilai F sebesar 5,228 dengan probabilitas sebesar 0,035. Nilai signifikansi tersebut
lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa efektivitas pelatihan dapat dijelaskan oleh
variabel instruktur dan materi pelatihan secara bersama-sama atau dengan kata lain
semua variabel bebas secara bersama-sama merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel terikat.
Hasil uji parsial menunjukkan tidak semua variabel memiliki pengaruh
signifikan. Uji parsial menunjukkan variabel instruktur memiliki nilai t hitung sebesar
2,638 dengan signifikansi 0,030 dan variabel materi pelatihan memiliki nilai t hitung
sebesar 0,904 dengan signifikansi 0,392. Berdasarkan tingkat signifikansi, variabel
materi tidak mempengaruhi efektivitas pelatihan.
Adjust R Square sebesar 0,458 berarti 45,8% efektivitas pelatihan dipengaruhi
oleh factor instruktur dan materi sedangkan 54,2% dipengaruhi oleh variabel lain
diantaranya desain pelatihan, kompetensi peserta pelatihan, dan sebagainya.

Pembahasan
1. Instruktur dan materi pelatihan terhadap efektivitas pelatihan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa factor instruktur dan materi pelatihan secara
bersama-sama berpengaruh signifikan dan positif terhadap efektivitas pelatihan.

-35-
Sari, Novitasari, & Miftah / Reseacrh and Development Journal of Education, 6(2), 31-37

Implikasi dari temuan tersebut adalah semakin kompeten seorang instruktur, dan
materi yang rinci, sistematis dan mudah dipahami akan meningkatkan efektivitas
pelatihan.

2. Instruktur pelatihan
Instruktur berpengaruh signifikan dan positif terhadap efektivitas pelatihan.
Instruktur yang kompeten baik secara pengetahuan kognitif, keterampilan, serta
kemampuan komunikasi akan meningkatkan efektivitas dari suatu pelatihan.
Instruktur yang mampu membangun komunikasi yang hangat dengan peserta akan
mendorong peserta pelatihan untuk lebih aktif (berani) bertanya atau mengajak
instruktur untuk berdiskusi dalam rangka menjawab sesuatu yang belum dipahaminya.

3. Materi pelatihan
Materi pelatihan tidak berpengaruh signifikan terhadap efektivitas pelatihan.
Sesulit apapun suatu materi pelatihan tidak berdampak signifikan terhadap
keberhasilan suatu penelitian jika instruktur yang mendampingi pelatihan tersebut
kompeten. Instruktur yang kompeten akan membuat materi pelatihan yang cukup sulit
menjadi terasa lebih mudah untuk diikuti. Instruktur yang kompeten memiliki
kemampuan menyederhanakan suatu materi yang rumit.

CONCLUSION

Dari pembahasan yang telah diuraikan maka dapat ditarik simpulan bahwa : 1)
factor instruktur dan materi pelatihan secara bersama-sama berpengaruh signifikan dan
positif terhadap efektivitas pelatihan, 2) Instruktur berpengaruh signifikan dan positif
terhadap efektivitas pelatihan, dan 3) Materi pelatihan tidak berpengaruh signifikan
terhadap efektivitas pelatihan. Kendati materi tidak berpengaruh signifikan bukan berarti
variable materi pelatihan menjadi sesuatu yang sepele, materi pelatihan harus mendapat
perhatian dari penyelenggara pelatihan untuk mampu menyajikan modul pelatihan yang
sistematis, rinci, dan bahasanya mudah dipahami agar peserta pelatihan dapat mereview
secara mandiri di luar waktu pelatihan.
Pengetahuan dan kemampuan berkomunikasi dari seorang instruktur lebih urgen
dibandingkan materi pelatihan itu sendiri sehingga sebuah materi pelatihan yang memiliki
tingkat kesulitan tinggi harus disertai dengan instruktur yang memiliki kompetensi untuk
menyederhanakan materi sehingga terasa lebih ringan oleh peserta pelatihan.

REFERENCES

Malta. (2013). Efektivitas Pelatihan dalam Meningkatkan Kompetensi Tutor Tutorial


Tatap Muka pada Universitas Terbuka (Kasus: Tutor pada Universitas Terbuka
Di Provinsi Aceh). http://journal.unisla.ac.id/pdf/116122013/Malta_Aceh.pdf , 1-
7.
Putra, A. R., & Prasetya, A. (2017). Analisis Efektivitas Pelatihan Karyawan ke Luar
Negeri (Studi pada PT. Jakarta International Container Terminal) . Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 47 No. 1 Juni , 39-46.
Rumidjan, Sumanto, Sukamti, & Sugiharti, S. (2017). Pelatihan Pembuatan Media
Pembelajaran untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran bagi Guru Sekolah
Dasar. ABDIMAS PEDAGOGI, Vol 1 No 1, Oktober , 77-81 .
Rustiana, A. (2010). Efektifitas Pelatihan bagi Peningkatan Kinerja Karyawan. Jurnal
Dinamika Manajemen Vol 1 No 2 , 137-143.

-36-
Sari, Novitasari, & Miftah / Reseacrh and Development Journal of Education, 6(2), 31-37

Sari, I. P., Sari, M. N., & Miftah, Z. (2019). Pelatihan Membuat Media Pembelajaran
Interaktif Berbasis Teknologi Informasi . Jurnal PKM: Pengabdian kepada
Masyarakat Vol. 02 No. 02, Mei-Agustus , 119-126 .
Sela, J., Lengkong, V. P., & Trang, I. (2018). Pengaruh Kompetensi dan Desain Pelatihan
terhadap Efektivitas Pelatihan Guru SMA/SMK/MA Manado pada Dinas
Pendidikan Daerah Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal EMBA Vol.6 No.4 September
, 2368 – 2377.
Soenarko, B., Wiguna, F. A., & dkk. (2018). Pelatihan Pembuatan Media Pembelajaran
Interaktif dengan Memanfaatkan Bahan Bekas untuk Guru Sekolah Dasar pada
Anggota Gugus 2 Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri. Jurnal ABDINUS
Vol 1 No 2 , 96-106.
Suyono, & Hariyanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Uno, H. B., & Mohamad, N. (2011). Belajar dengan Pendekatan PAILKEM
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Menarik. Jakarta: Bumi
Aksara.
Wena, M. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional . Jakarta: Bumi Aksara.
Yamin, M. (2013). Kiat Membelajarkan Siswa. Ciputat: GP Press Group.
Yogasuria, E. (2015, Februari 10). Media Pembelajaran Interaktif. Retrieved Februari 29,
2020, from http://www.bbpp-lembang.info:
http://www.bbpp-lembang.info/index.php/arsip/artikel/artikel-manajemen/843-
media-pembelajaran-interaktif

-37-

Anda mungkin juga menyukai