ABSTRAK
ABSTRACT
This research was motivated by the lack of students' ability to read in class 1 of SDIT BUNAYYA
PADANGSIDIMPUAN. This is due to a lack of teacher creativity in implementing learning. Teachers must also pay
special attention to the beginning of reading for grade 1 elementary school students. At this stage they begin to learn
letters, sounds, words, syllables and sentences within simple limits. Therefore, the teacher's role is very important in
helping students achieve good reading skills. Therefore, it is necessary to improve learning so that student learning
outcomes become more optimal. So in this lesson the teacher uses image media. This type of research is Classroom
Action Research and was carried out in two time periods, Each cycle consists of planning, action, observation and
reflection stages. Based on the results of Cycle I research, observations of Smart Teacher Online learning videos and
reflection results, researchers were able to determine the factors that caused students not to meet the criteria for
learning excellence.. To improve learning by using image media, the learning process in Cycle II experienced an
improvement compared to the results of increased learning in Cycle I) up to 15 students achieved more than the KKM
or around 80% of students achieved learning success. Compared to cycle I, cycle II learning has improved
significantly. Learning outcomes have increased sharply but have not yet reached 90%, so it can be concluded that
there has been an increase in the implementation of learning using image media
PENDAHULUAN
Membaca merupakan proses yang dilakukan untuk memperoleh pesan kemudian
disampaikan melalui kata kata secara lisan maupun tertulis (Tarigan, 2008, hal.7). Membaca
adalah suatu kegiatan dimana seseorang melihat tulisan yang dibaca dan memahami isi dari teks
tersebut. Membaca adalah kemampuan dasar yang harus dikuasai oleh siswa, dengan memiliki
level kemampuan membaca yang tinggi, siswa akan mampu menggapai keberhasilan dalam belajar.
Rendahnya kemampuan membaca sering ditemui di lingkungan sekolah dasar, baik di kelas rendah
maupun di kelas tinggi ( Zuyyina Khaerawati, Nurhasanah, Itsna Oktaviyanti, 2023 ). Membaca
juga ekspresi imajinasi kepada pembaca yang disukai dan dipahami oleh masyarakat umum. Pada
awal membaca akan menggambarkan suatu kelancaran pada prosesnya (tepat pada pengucapan
bahasa) (Brown Carmin Sherry, 2018)
Tujuan membaca adalah untuk memahami semua informasi yang terkandung dalam teks bacaan
guna mengembangkan kekayaan intelektual pembaca. Dalam kegiatan membaca di kelas, guru
seharusnya menyusun tujuan membaca dengan menyediakan tujuan khusus yang sesuai atau
dengan membantu mereka menyusun tujuan membaca peserta didik itu sendiri ( Masropah, 2014 )
Membaca sangat penting bagi kehidupan manusia. Siswa juga diharap memperoleh
wawasan dari apa yang mereka baca untuk memperluas pengetahuan mereka. Membaca bukan lagi
menjadi hal ilmiah akan tetapi menjadi sebuah kebutuh untuk dapat memperoleh informasi di era
modern, sehingga dapat meningkatkan kualitas diri ( Masroah, Erna dkk, 2020 ) . Guru harus
memberikan perhatian khusus pada permulaan membaca bagi siswa kelas 1 sekolah dasar. Pada
tahap ini mereka mulai mempelajari huruf, bunyi, kata, suku kata dan kalimat dalam batas-batas
yang sederhana. Oleh karena itu, peran guru sangat penting dalam membantu siswa mencapai
kemampuan membaca yang baik. Selain itu, bahan bacaan mempengaruhi membaca siswa. Bahan
bacaan yang terlalu sulit untuk dipahami dapat menyebabkan siswa tetap membaca. Pembelajaran
membaca dapat melibatkan siswa dalam proses pembelajaran melalui penggunaan permainan
bahasa dan media. Maimunah Hasan (2014: 11) mendefinisikan literasi sebagai kemampuan
seseorang dalam memahami konsep, bunyi, dan lambang bahasa suatu teks dengan cara yang
disesuaikan dengan tujuan pembaca untuk memperoleh informasi atau pesan yang dibutuhkan,
dimana tujuannya agar peserta didik mampu mengenal huruf dan membaca perkata kemudian
kalimat sederhana dengan lancar dan tepat.
Menurut Mulyono Abdurrahman( 2003:200) membaca kegiatan yang mencakup fisik dan
mental. Kegiatan fisik yang berhubungan dengan membaca adalah gerak mata dan penglihatan,
kegiatan mental mencakup ingatan dan pemahaman. Jazuli (2008:3) mengatakan bahwa
kemampuan membaca seseorang dipengaruhiu oleh metode yang digunakan oleh guru dalam
mengajar. Tujuan membaca di sd kelas 1 melatih siswa menggerakkan mata dari kiri ke kanan,
mengasosiasikan huruf dengan bunyi bahasa dan memabaca kalimat sederhana. Sri Wulan
Anggraeni dan Yayan Alpian siswa dilatih membaca dikelas rendah untuk melatih membaca lancar
dan tahap membaca lanjut (2020:13)
Kemampuan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan berbagai tugas di tempat
kerja, Kemampuan adalah penilaian terhadap apa yang dilakukan seseorang. Keterampilan setiap
orang dapat dikembangkan jika mereka belajar dengan baik. Menurut haryanti, Ade, Siti( 2018)
menyatakan gambar merupakan media visual, berfungsi menyalurkan pesan dari penerima sumber
ke penerima . Syafii (Hairudin, 2008: 3) mengatakan bahwa ketika belajar membaca, siswa diharap
mendapat informasi dan jawaban tentang berbagai persoalan. Mereka diharapkan dapat mencari
informasi dari berbagai sumber, membuat kesimpulan, menyaring dan mengolah informasi yang
mereka terima dari membaca, serta memiliki kemampuan untuk menggali, menikmati dan
memperoleh manfaat dari membaca. Akan tetapi, tujuan membaca dini adalah untuk
mengembangkan keterampilan membaca pada tingkat yang lebih lanjut.
Keterampilan membaca yang dipelajari di kelas I dan II menjadi dasar untuk belajar
membaca di kelas selanjutnya. Hal senada juga diungkapkan oleh Puji Santosa (2009:3.19) yang
menurutnya instruksi membaca di sekolah dasar terdiri dari dua bagian:(a) Membaca kelas satu dan
dua. Dengan membaca permulaan ini, siswa diharapkan dapat membaca huruf, suku kata, dan
kalimat dalam konteks yang berbeda dan (b) Memperluas keterampilan membaca mulai kelas tiga.
Media massa adalah sarana komunikasi atau alat yang melaluinya pesan disampaikan dari
pengirim kepada penerima pesan dengan tujuan meningkatkan pemahaman penerima pesan. Media
massa berfungsi untuk menghubungkan informasi dari satu pihak ke pihak lain. Sementara itu,
dalam dunia pendidikan, kata “media” disebut dengan “media pembelajaran”.Media visual
berdasarkan Sadiman Arief S. (2003:21) merupakan gambar tentang mata pelajaran, berguna untuk
menyampaikan pesan guru kepada siswa. Media visual dapat membantu siswa mengungkapkan
informasi yang terkandung dalam tugas, memungkinkan mereka untuk melihat lebih jelas
hubungan antara unsur-unsur masalah. Jenis media meliputi media bergambar, kartun, kartun,
poster, foto, grafik, dan bagan untuk memudahkan pembelajaran. Media visual memiliki kelebihan
dan kekurangan. Keterampilan itu sendiri dibagi menjadi beberapa kelompok, antara lain: Siswa
akan senang mengikuti pembelajaran melalui media visual. Gambar juga dapat mencakup apa saja
yang dapat digunakan secara visual dalam dua dimensi, seperti lukisan, slide, potret, proyektor
buram, strip, dll. Serial media, di sisi lain, didefinisikan sebagai rangkaian gambar yang diikuti
dengan percakapan yang menyampaikan hadiah atau memperkenalkan makna yang terkandung
dalam gambar.
METODE
Prosedur prosedur perbaikan pembelajaran menurut pendapat Asrori dkk (2009: 116)
dalam penelitian tindakan kelas ada empat langkah tindakan yang biasanya dilakukan,yaitu ( 1)
perencanaan ( 2) tindakan ( 3) observasi atau pengamatan dan (4) refleksi . Berikut peneliti
sajikan langkah-langkah tersebut dalam gambar :
Dari gambar di atas dapat dideskripsikan bahwa dalam setiap siklus meliputi persiapan
yaitu peneliti membuat rancangan perbaikan pembelajaran dalam bentuk RPP, selanjutnya
tindakan yaitu melaksanakn rancangan perbaikan tersebut, kemudian melakukan evaluasi yaitu
memberikan test kepada peserta didik selama proses pelaksanaan perbaikan dan yang terakhir
adalah refleksi yaitu mengkaji keberhasilan dari solusi yang telah dilakukan selama perbaikan
pembelajaran tersebut.
Subjek dalam penelitian ini adalah kelas 1 SDIT BUNAYYA PADANGSIDIMPUAN.
Data yang diperoleh berupa jawaban setiap kelompok atas pertanyaan yang diberikan selama
penelitian berlangsung. Jumlah kelompok dalam pembelajaran ini terbagi menjadi 6 kelompok.
Ada dua metode yang digunakan untuk pengambilan data dalam penelitan tindakan kelas ini.
Metode pertama yaitu observasi yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung meliputi
kegiatan atau interaksi guru dan peserta didik (Sutrisno Hadi dalam Sugiyono, 2013). Metode
yang kedua yaitu test berupa pemberian soal dengan kriteria tertentu (Arikunto, 2015).
Untuk mengetahui hasil belajar selama penelitian berlangsung, peneliti menghitung
ketuntasan belajar dengan rumus jumlah peserta didik yang berada di atas KKM dibagi jumlah
keseluruhan peserta didik dikali 100%. Sebagaimana rumus persentase yang diungkapkan oleh
Arikunto (2011) sebagai berikut :
Ketika guru mengecek latihan soal yang telah dikerjakan oleh 20 peserta didik, ternyata sepuluh
siswa mendapat nilai lebih tinggi dari KKM, sedangkan sepuluh siswamendapat nilai lebih
rendah. Jika disajikan dalam bentuk presentase, maka ketuntasan peserta didik pada pembelajaran
pra siklus hanya berkisar 38% dengan nilai rata-rata 77,5. Berdasarkan data tersebut maka guru
memutuskan untuk melakukan PTK. Selanjutnya untuk mempermudah, peneliti akan menyajikan
dan memaparkan data tersebut dalam bentuk tabel
96-100 3
86-95 5
76-85 2
<75 10
Nilai Siswa
Dari data di atas, maka dapat dilihat ketercapaian peserta didik dalam keterampilan
membaca hanya sebesar 20%. Walaupun demikian, masih terdapat beberapa peserta didik ynag
belum mencapai KKM, sehingga peneliti melanjutkan ke siklus II.
Pembelajaran siklus II dilakukan pada hari Kamis Tanggal 15 November 2023 dari jam
11.00- 11.30 WIB. Pada pembelajaran hari ini peserta didik terlihat antusias walaupun
berlangsung siang hari. Pembelajaranpun diawali dengan mereview huruf sebagiannya
sebelumnya yaitu huruf a sampai m , Sang Grandmaster berusaha keras untuk menjalin interaksi
dengan Kelombok, yang telah memperluas jangkauannya sejak awal. Kemudian guru
memperlihatkan beraneka warna gambar yang sangat bervariasi, para siswa bersorak ria dan
keinginan tahunya luar biasa, mereka bertanya tanya gambar apa yang ada ditangan guru,
kemudian guru menjelaskan gambar yang ada hurufnya itu adalah media mereka ketika belajar
membaca di kelas. Mereka sangat antusias mengikuti pembelajaran, ditengan pembelajaran, guru
meminta setiap siswa mengisi satu huruf awal yang diucapkan guru di kertas yang telah
disediakan. Siapa yang telah selesai boleh bertakbir dan langsung mengumpulkan kertasnya,
sebagian siswa langsung berlari mengumpulkan kertas dan sebagian lainnya masih tetap
dibangku. Sebelum penutupan pembelajaran hari ini, guru mengulas kembali huruf yang dipelajari
pada hari ini. Kemudian guru menutup pembelajaran dengan ucapan Alhamdulillah.
Tabel 4 Data Hasil Belajar Siklus II Kelas 1 SDIT BUNAYYA
PADANGSIDIMPUAN
96-100 15
86-95 3
76-85 1
<75 1
Siklus 2
3 1
10 9 1
8
2
6 5
4
1
a
2
0
Nilai < 75 Nilai 76-85 Nilai 86-95 Nilai 96-100
Nilai Siswa
Penggunaan media gambar menghasilkan perubahan hasil belajar siswa yang lebih nyata
dari Siklus 1 ke Siklus 2. Jika dinyatakan dalam persentase, Peneliti dapat menarik kesimpulan
bahwa pembelajaran membaca tanpa menggunakan media hanya mencapai 20% yang mencapai
KKM setelah ditentukan peningkatan pembelajaran prasesi menuju siklus I maupun siklus II.
tentang penggunaan model tersebut. Sebaliknya dengan menggunakan media gambar
pembelajaran membaca siswa meningkat menjadi 15% pada siklus I dan 75 % pada siklus II.
SIMPULAN
Penerapan penggunaan media gambar dapat menghasilkan pembelajaran lebih efektif dan
ketercapaian sebesar 75% dari siklus 1 sampai siklus 2. Dari hasil data di atas maka penggunaan
media gambar mampu meningkatkan keterampilan membaca siswa di sdit bunayya
padangsidimpuan. Penggunaan media yang bervariasi akan menjadi solusi bagi siswa dalam
proses belajar dan akan lebih memudahkan pemahaman mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar, 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Brown Carmin Sherry. 2018. Language and Literacy Development in Early Years: Foundational
Skills That Support Emergent Readers. Journal of Language and Literacy Development in the
Early Years.
Depdiknas Anonim, 2012. Kurikulum SD Xaverius 3 Bandarlampung (KTSP). Bandar Lampung.
Depdiknas, 2004. Penilaian. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Depdiknas, 2006. Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta
Farida, Rahim. 2008. Pengajaran membaca di Sekolah. Jakarta.
Haryanti, Ade, Siti . 2018. penggunaan media gambar dan media radio pada pembelajaran
menulis deskripsi siswa kelas X SMA Tunas Harapan Balaraja, Tangerang.
Herawati,Susilo, dkk.2009. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Bayu Media
Jazuli, dkk, Abacaga Cara Praktis Belajar Membaca untuk Anak, Jakarta: Kawan Pustaka.
Maimunah Hasan, Trisniwati, 2014. Peningkatan kemampuan Mengenal Huruf Melalui metode
Permainan Kartu Huruf Pada Kelompok B1 TK Aba Ketanggungan Wiribrajan Yogyakarta.
Universitas Negeri Yogyakarta.
Masropah. 2014 “Jenis-Jenis Kesulitan Belajar Membaca Siswa Kelas II Sekolah Dasar”, Skripsi
Universitas Bengkulu, Bengkulu.
Muammar , Dr. 2020 . Membaca permulaan di sekolah dasar, Mataram
Sofia, Hartati. 2005. PerkembanganBelajar Pada Siswa Usia Dini.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung.
Universitas Terbuka. 2023. Tangerang Selatan: Pendidikan Bahasa Indonesia di SD, Banten
Zuyyina Khaerawati, Nurhasanah, Itsna Oktaviyanti. ( 2023 ). Level Kemampuan Membaca Siswa
Sekolah Dasar di Kelas Tinggi. Majalengka Universitas Mataram