Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No.

3 Oktober 2017

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA


MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

Riska Asyari Putri, Mastuang, Abdul Salam M.


Program Studi Pendidikan Fisika FKIP ULM Banjarmasin
rsksyrptr@gmail.com

ABSTRAK: Rendahnya keterampilan proses sains siswa di kelas X-3 SMA Negeri 10
Banjarmasin disebabkan proses pembelajaran hanya berpusat pada guru dan siswa tidak
pernah melakukan kegiatan penyelidikan. Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk
meningkatkan keterampilan proses sains siswa kelas X-3 SMA Negeri 10 Banjarmasin
menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Jenis penelitian menggunakan
penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc Taggart yang terdiri dari 2 siklus, setiap
siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan/ pengamatan, dan refleksi. Data diperoleh
melalui observasi dan tes. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Temuan penelitian dari siklus I ke siklus II yaitu: (1) Keterlaksanaan RPP secara
keseluruhan pada siklus I dan siklus II memperoleh kriteria sangat baik; (2) Keterampilan
proses sains siswa pada siklus I ke siklus II dengan kategori cukup terampil menjadi
terampil; (3) Hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 76,67%
yang tuntas menjadi 93% yang tuntas pada siklus II sehingga dapat dinyatakan tuntas
secara klasikal. Diperoleh simpulan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat
meningkatkan keterampilan proses sains siswa kelas X-3 SMA Negeri 10 Banjarmasin
dengan cara guru menyampaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari untuk
menarik perhatian siswa, memberikan tambahan waktu untuk membaca prosedur
percobaan dan mengurangi bimbing untuk melatihkan keterampilan proses sains siswa.

Kata kunci: Keterampilan proses sains, inkuiri terbimbing

IMPROVING STUDENTS’ SCIENCE PROCESS SKILL


USING GUIDED INQUIRY LEARNING MODEL

ABSTRACT: The students’s low science process skill at class X-3 SMA Negeri 10
Banjarmasin is caused by the learning process which is only centered on the teacher and
the students never conduct the investigation activity. Therefore, the research was
conducted to improve the science process skills of X-3 students of SMA Negeri 10
Banjarmasin by using guided inquiry learning model. This type of research uses
classsroom actionresearch by Kemmis and Mc Taggart model which consist of 2 cycles,
each cycle includes planning, implementation/observation and reflection. The data was
obtained through observation and test. The data were analyzed descriptively qualitative
and quantitative. The research findings from cycle I to cycle II are: (1) The overall
implementation of RPP in cycle I and cycle II has increased respectively very good
category (2) Students’ science process skill in cycle I to cycle II from skilled enough to be
skilled category; (3) The Students’ learning results have increased from the first cycle of
76.67% pass to 93% pass in cycle II so that it can be defined pass classically. The
conclusion is that the guided inquiry learning model can improve the science process
skills of X-3 students of SMA Negeri 10 Banjarmasin in a way teacher convey problems
in everyday life to attract students attention, provide additional time to read the
investigation procedur and reduces guided to trained students science process skill.

Keywords: science process skill, guided inquiry

169
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 3 Oktober 2017

PENDAHULUAN
Fisika merupakan bagian dari diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang Pada kondisi ini tugas guru untuk
berkaitan dengan kejadian dalam merancang pembelajaran yang dapat
kehidupan sehari-hari dan alam sekitar membekali siswa pengetahuan secara
yang diamati dan diukur sistematis teoritis dan praktik serta siswa dapat
sehingga fisika tidak penguasaan memahami materi pembelajaran yang
kumpulan pengetahuan yang berbentuk diajarkan.
fakta, konsep, atau prinsip. Namun, Keterlibatan dan peran aktif siswa
Pembelajaran IPA suatu proses dalam pembelajaran menekankan siswa
penemuan pengetahuan yang diperoleh untuk membangun pengetahuan dan
melalui penyelidikan. Konsep-konsep guru merancang kegiatan pembelajaran
dalam fisika merupakan hasil dari untuk siswa mengaitkan pengetahuan
pengamatan dan penelitian terhadap awal dalam kehidupan sehari-hari.
fenomena alam semesta yang dipelajari Untuk hal itu diharapkan bahwa guru
melalui eksperimen di laboratorium, memfasilitasi siswa membangun
sehingga pembelajaran fisika kepada pengetahuan dengan cara mengajarkan
siswa di sekolah melalui kegiatan informasi yang diberikan oleh guru
eksperimen di laboratorium penting menjadi bermakna dan relevan,
untuk dilakukan. Pada Kurikulum memberikan kesempatan kepada siswa
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) telah menemukan dan menetapkan ide-ide
tercantum bahwa proses pembelajaran untuk belajar. Selanjutnya guru memberi
IPA diperoleh melalui metode ilmiah arahan untuk membantu siswa mencapai
yang terwujud dengan serangkaian kerja tingkat pemahaman yang lebih tinggi.
ilmiah, nilai dan sikap ilmiah (Sadia, Namun, siswa diupayakan melakukan
2014). arahan tersebut.
Siswa belum dapat Pembelajaran konvensional
menghubungkan yang telah dipelajari mengutamakan hafalan, pembelajaran
untuk memanfaatkan pengetahuan yang dilakukan siswa sebagian besar
tersebut. Hal ini dikarenakan digunakan mengerjakan tugas dan
pembelajaran yang ada dikelas masih latihan, serta mendengarkan ceramah.
bersifat teoritis sehingga siswa tidak Pembelajaran terjadi di ruang kelas dan
menangkap makna yang diperoleh siswa secara pasif menerima informasi
dalam pembelajaran untuk dapat dari guru. Pembelajaran berorientasi

170
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 3 Oktober 2017

pada guru. Guru memegang peranan kepada siswa diperoleh hasil


dominan dan siswa tidak ditugaskan menunjukkan keterampilan proses sains
menemukan materi pembelajaran yang siswa bahwa sebanyak 93,5 % siswa
diajarkan. Pada pembelajaran siswa tidak mampu merumuskan hipotesis,
dijadikan sebagai penerima pasif dan 100 % siswa tidak mampu
hanya menghafal tanpa belajar untuk mengidentifikasi variabel penyelidikan,
berpikir sehingga pengajaran tidak 100% siswa tidak mampu menganalisis
menanamkan konsep tetapi lebih data, dan 100% siswa tidak mampu
mengarahkan pada hafalan dan menarik kesimpulan dari 31 siswa.
mengingat fakta-fakta. Kondisi kelas X- Dari penjabaran permasalahan
3 berfokus pada guru sebagai sumber yang ada dikelas X-3 bahwa ada faktor
utama pengetahuan dan ceramah penyebab terjadinya penghambat
menjadi pilihan metode pembelajaran. ketercapian prestasi belajar siswa.
Hal ini berdampak pada hasil ujian Proses pembelajaran kelas X-3
semestesr ganjil 2016/2017 siswa kelas direncanakan untuk mencapai tujuan
X-3 menunjukkan sebanyak 97,37% yang diharapkan. Perencanana proses
nilai siswa dibawah kriteria ketuntasan pembelajaran digunakan sebagai
minimum ditetapkan 70. Nilai rata-rata pedoman dalam merencanakan
ujian semester ganjil 2016/2017 siswa pembelajaran di kelas menentukan
kelas X-3 diperoleh sebesar 51. perangkat pembelajaran sehingga tujuan
Ketersediaan alat-alat praktikum pembelajaran tercapai (Sanjaya, 2013).
yang ada di laboratorium SMA Negeri Berdasarkan permasalahan yang
10 Banjarmasin yang kurang memadai diuraikan maka diperlukan model
menjadi salah satu alasan guru tidak pembelajaran yang memfasilitasi
melakukan percobaan pada proses meningkatkan ketercapaian prestasi
pembelajaran. Namun, masih ada alat- belajar siswa yang tidak hafalan. Solusi
alat yang dapat digunakan untuk permasalahan direncanakan dan
melakukan percobaan untuk materi diterapkan model pembelajaran yang
pembelajaran tertentu seperti suhu dan menjadikan siswa aktif dalam
kalor. Hal ini berdampak pada pembelajaran sehingga prestasi belajar
keterampilan proses sains siswa bahwa akan sesuai dengan tujuan yang
berdasarkan studi pendahuluan yang diharapkan.
dilakukan peneliti di kelas X-3 SMA Proses pembelajaran fisika harus
Negeri 10 Banjarmasin berupa tes sesuai hakikat IPA diharapkan ada

171
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 3 Oktober 2017

pengalaman belajar langsung, siswa pembelajaran ini bahwa siswa secara


ditekankan melalui peran aktif dalam aktif membangun pengetahuan,
menemukan dan mengkonstruksi keterampilan, dan informasi yang
pengetahuannya. Piaget menyatakan diperoleh dalam proses membangun
bahwa pengetahuan tidak hasil kerangka oleh siswa dari lingkungan di
pemberian guru tetapi hasil dari proses luar dirinya.
mengkonstruksi yang dilakukan siswa Pembelajaran yang berorientasi
(Sadia, 2014). Siswa diharapkan pada penerapan latihan-latihan soal
mengalami proses mencari kebenaran kurang efektif menghasilkan siswa yang
tentang pengetahuan tersebut. Sesuai aktif, kreatif, dan inovatif. Siswa
dengan pernyataan yang dikemukakan mengingat jangka pendek. Namun,
oleh Tangkas (2012) bahwa siswa siswa tidak dapat memecahkan
dengan proses pembelajaran melalui persoalan dalam jangka panjang. Hal ini
suatu penyelidikan untuk memperoleh memerlukan perubahan model
pengetahuan akan memiliki pemahaman pembelajaran bermakna sehingga siswa
konsep yang lebih tinggi di bandingkan dibekali memecahkan permasalahan
siswa yang belajar melalui pembelajaran hidup yang dihadapi sekarang maupun
langsung yang disampaikan oleh guru. yang akan datang. Model pembelajaran
Anam (2016) mengungkapkan yang tepat yaitu model pembelajaran
pengetahuan tidak hanya fakta, konsep inkuiri terbimbing.
atau prinsip yang telah ada untuk Menurut Anam (2016) model
diingat. Siswa harus mengkonstruksi pembelajaran inkuiri terbimbing
pengetahuan dalam memberi makna merupakan salah satu model
melalui pengalaman nyata. Sejalan pembelajaran dengan pendekatan
dengan paham konstruktivisme yaitu konstruktivisme, dalam proses belajar
supaya memperoleh pengamatan atau siswa membangun pengetahuan
pengetahuan, siswa membangun berdasarkan pengalaman-pengalaman
pemahaman terhadap fenomena alam dan menggunakan keterampilan proses
diamati dengan memanfaatkan sains untuk memperoleh banyak ilmu
pengalaman langsung dan struktus pengetahuan. Model pembelajaran
kognitif. Konstruktivisme diartikan inkuiri terbimbing salah satu model
pembelajaran yang mengharuskan siswa pembelajaran kognitif yang berpengaruh
belajar dengan membangun dalam mendorong siswa untuk belajar
pengetahuannya. Pada dasarnya dalam dengan diri sendiri.

172
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 3 Oktober 2017

Penggunaan model siswa kelas X-3 SMA Negeri 10


pembelajaran inkuiri terbimbing Banjarmasin menggunakan model
bukanlah hal yang baru dalam dunia pembelajaran inkuiri terbimbing?”.
pendidikan, banyak penelitian-penelitian Berdasarkan pertanyaan-
terdahulu yang menggunakan model pertanyaan pada rumusan masalah,
tersebut. Beberapa penelitian tersebut secara umum penelitian ini bertujuan
diantaranya adalah hasil penelitian mendeskripsikan cara meningkatkan
Elnada (2016), Karim, Zainuddin, dan keterampilan proses sains siswa kelas X-
Mastuang (2016), dan Setiawan (2016) 3 SMA Negeri 10 Banjarmasin
menyatakan bahwa penerapan model menggunakan model pembelajaran
pembelajaran inkuiri terbimbing dapat inkuiri terbimbing.
meningkatkan keterampilan proses sains
siswa. Kelebihan model pembelajaran KAJIAN PUSTAKA
inkuiri terbimbing berdasarkan Model pembelajaran inkuiri
penelitian Kurnia dan Amalia, merupakan model pembelajaran yang
Zainuddin, dan Misbah (2016) mampu mendorong siswa untuk menjadi
menyatakan penggunaan model insan yang cerdas, kritis dan
pembelajaran inkuiri terbimbing dapat berwawasan luas. Tujuan pembelajaran
melatihkan keterampilan generik sains inkuiri ini yaitu membantu siswa untuk
dan kemampuan berpikir kreatif. mengembangkan keterampilan berpikir
Berdasarkan uraian di atas telah tingkat tinggi dengan cara mengajukan
menjelaskan masalah yang ada di SMA pertanyaan-pertanyaan yang
Negeri 10 Banjarmasin serta solusi yang memotivasi, mendapatkan jawaban
diperkirakan dapat mengatasi masalah berdasarkan rasa ingin tahu, dapat
tersebut. Oleh karena itu peneliti menyimpulkan dan memberi makna
melakukan penelitian yang berjudul terhadap temuan-temuannya (Sadia,
“Meningkatkan keterampilan proses 2014).
siswa kelas X-3 SMA Negeri 10 Keterampilan proses sains adalah
Banjarmasin menggunakan model kemampuan yang dipelajari atau
pembelajaran inkuiri terbimbing”. dilatihkan siswa pada saat melakukan
Berdasarkan latar belakang inkuiri ilmiah. Menurut Suyidno (2012)
tersebut, dapat dirumuskan masalah keterampilan proses sains meliputi
secara umum ialah “bagaimana cara berberapa aspek sebagai berikut
meningkatkan keterampilan proses sains Merumuskan hipotesis, mengidentifikasi

173
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 3 Oktober 2017

variabel, menganalisis data, menarik yang berlokasi di Jalan Tembus Mantuil


kesimpulan. Kelurahan Basirih Banjarmasin.
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan
METODE PENELITIAN April 2017 s/d Mei 2017.
Jenis penelitian ini adalah Teknik yang digunakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). pengumpulan data penelitian ini yaitu
Penelitian ini dilaksanakan untuk observasi dan tes. Keterampilan proses
mengatasi masalah yang ada di kelas X- sains siswa dianalisis dengan
3 SMA Negeri 10 Banjarmasin berkaitan menggunakan rumus berikut:
dengan keterampilan proses sains siswa 𝑅
P= (1)
𝑁
yang masih rendah. Alur penelitian Keterangan: P = skor rata-rata
keterampilan
tindakan kelas ini menggunakan model
proses sains yang
Kemmis dan Mc Taggart (Arikunto, didapat
𝑅 = jumlah skor yang
2014). Penelitian ini terdiri dari 2 siklus
didapat
yang setiap siklus dilaksanakan dalam 2 N = jumlah skor
maksimum
kali pertemuan.
Skor rata-rata keterampilan proses
Subjek penelitian adalah 30 orang
sains yang diperoleh selanjutnya
siswa kelas X-3 SMA Negeri 10
diinterpretasikan dengan kriteria
Banjarmasin semester genap tahun
keterampilan proses sains yang dapat
ajaran 2016/2017. Tempat penelitian
dilihat pada tabel 1.
adalah SMA Negeri 10 Banjarmasin
Tabel 1 Kriteria keterampilan proses sains
No Rerata Skor Kriteria
1 P > 3,2 Sangat terampil
2 2,4 < P ≤ 3,2 Terampil
3 1,6 < P ≤ 2,4 Cukup terampil
4 0,8 < P ≤ 1,6 Kurang terampil
5 P ≤ 0,8 Sangat kurang terampil
(Adaptasi Widoyoko, 2016)

Indikator keberhasilan dalam HASIL DAN PEMBAHASAN


penelitian ini yaitu keterlaksanaan RPP Hasil pengamatan keterlaksanaan
minimal berkategori baik, hasil belajar RPP
siswa memenuhi ketuntusan klasikal ≥ Rekapitulasi data siklus I
70% individu tuntas, keterampilan berdasarkan lembar keterlaksanaan RPP
proses sains minimal berkategori pertemuan pertama pada tabel 2.
terampil.

174
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 3 Oktober 2017

Tabel 2. Rekapitulasi Keterlaksanaan RPP Siklus I Pertemuan Pertama


No Fase Persentase Kriteria
1 Mendapatkan perhatian dan menjelaskan proses 71 % Baik
inkuiri
2 Menyajikan permasalahan 75 % Baik
3 Merumuskan hipotesis untuk menjelaskan 81% Sangat baik
permasalahan atau kejadian
4 Mengumpulkan data untuk menguji hipotesis 80 % Sangat baik
5 Merumuskan penjelasan dan/atau kesimpulan 79% Baik
6 Merefleksikan situasi bermasalah dan proses 88% Sangat baik
berpikir yang digunakan untuk menyelidiki
7 Penutup 88% Sangat baik
Rata-Rata 0,80
Persentase 80,73 Sangat baik
Reliabilitas 0,79 Cukup
keterlaksanaan RPP secara keseluruhan
Pertemuan pertama kegiatan
80,73 mencapai kriteria sangat baik.
pembelajaran dengan menerapkan model
Rekapitulasi data siklus I
inkuiri terbimbing persentase
berdasarkan lembar keterlaksanaan RPP
pertemuan kedua pada tabel 3.
Tabel 3. Rekapitulasi keterlaksanaan RPP siklus I pertemuan kedua
No Fase Persentase Kriteria
1 Mendapatkan perhatian dan menjelaskan 92 % Sangat baik
proses inkuiri
2 Menyajikan permasalahan 100% Sangat baik
3 Merumuskan hipotesis untuk menjelaskan 100% Sangat baik
permasalahan atau kejadian
4 Mengumpulkan data untuk menguji hipotesis 85% Sangat baik
5 Merumuskan penjelasan dan/atau kesimpulan 92% Sangat baik
6 Merefleksikan situasi bermasalah dan proses 98% Sangat baik
berpikir yang digunakan untuk menyelidiki
7 Penutup 100% Sangat baik
Rata-Rata 0,94
Persentase 94,27 Sangat baik
Reliabilitas 0,88 Tinggi

Pertemuan kedua kegiatan


pertemuan pertama dan pertemuan
pembelajaran dengan menerapkan model
kedua mengalami peningkatan dari
inkuiri terbimbing persentase
80,73% menjadi 94,27% mencapai
keterlaksanaan RPP secara keseluruhan
kriteria sangat baik.
94,27 mencapai kriteria sangat baik.
Keterampilan proses sains
Tabel 2 dan tabel 3 di atas
Rekapitulasi data keterampilan
menunjukkan bahwa secara keseluruhan
proses sains siswa berdasarkan lembar
keterlaksanaan RPP siklus I pada
kerja siswa pada siklus I pada tabel 4.

175
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 3 Oktober 2017

Tabel 4. Rekapitulasi keterampilan proses sains siklus I


KETERAMPILAN KRITERIA
PROSES SAINS sangat terampil cukup kurang tidak
terampil terampil terampil terampil
Merumuskan Hipotesis 77% 23% - - -
Mengidentifikasi variabel 83% 17% - - -
Menganalisis data 67% 23% 10 % - -
Menarik kesimpulan 67% 23% 10 % - -
Jumlah siswa 30 orang

Tabel 4 menunjukkan bahwa bahwa keterampilan proses sains siswa


persentase keterampilan proses sains belum mencapai indikator keberhasilan.
masih ada siswa pada keterampilan Hasil belajar produk
menganalisis data dan menarik Rekapitulasi nilai dari tes hasil
kesimpulan mencapai kriteria cukup belajar siswa secara klasikal pada siklus
terampil. Pada siklus I menunjukkan I pada tabel 5.
Tabel 5. Rekapitulasi nilai THB siklus I
No Uraian Hasil Siklus I
1 Nilai rata-rata tes 73,5
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 23
3 Jumlah siswa seluruhnya 30
4 Persentase yang tuntas 76,67

Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil Pada pembelajaran siklus I masih


belajar siswa yang tuntas pada siklus I terdapat kekurangan yang harus
mencapai 76,67 %. Hal ini menunjukkan diperbaiki dalam siklus selanjutnya.
bahwa hasil belajar siswa telah Hasil refleksi dan perencanaan ulang
memenuhi indikator keberhasilan. untuk siklus II dari siklus I secara
Refleksi lengkap dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Hasil refleksi siklus I dan perencanaan ulang siklus II


No Hasil Refleksi Siklus I Rencana Tindakan pada Siklus II
1 Keterlaksanaan RPP pada semua fase Mendapatkan perhatian siswa menggunakan
telah terlaksana dan secara umum salah satu gambar atau sebuah masalah yang
dalam kriteria sangat baik. Namun, sering siswa temukan dalam kehidupan
ada catatan dari pengamat tentang sehari-hari tanpa guru harus
perlu peningkatan mendapatkan mendemonstrasikan fenomena tersebut.
perhatian siswa pada fase I
2 Pada fase mengumpulkan data untuk Memberikan tambahan waktu untuk
menguji hipotesis, pada aspek membaca prosedur percobaan dan
melakukan penyelidikan dalam kesempatan bertanya tentang prosedur
kriteria baik. percobaan yang belum dimengerti.
3 Keterampilan proses sains untuk Saat pembelajaran siklus II guru lebih intensif
aspek menganalisis data dan menarik membimbing dan mengingatkan kembali
kesimpulan berkriteria cukup mengenai aspek keterampilan proses sains

176
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 3 Oktober 2017

Lanjutan Tabel 6
terampil. dan menekankan pada keterampilan
menganalisis data dan menarik kesimpulan.
Untuk melihat kemandirian siswa maka guru
mengurangi bimbingan dan arahan.
4 Waktu pelaksanaan pembelajaran Waktu pelaksanaan pembelajaran terlambat
terlambat sehingga mengurangi waktu karena siswa harus menuju laboratorium
pembelajaran di kelas. fisika sehingga untuk siklus II guru harus
memberitahukan dan mengingatkan kembali
bahwa pelaksanaan pembelajaran di
laboratorium fisika.
5 Guru belum maksimal dalam Guru harus bertindak tegas menegur siswa
mengelola kelas terlihat masih ada yang membuat keributan di kelas.
siswa melakukan hal-hal yang tidak Setelah selesai digunakan, alat dan bahan
diperintahkan dalam penyelidikan penyelidikan segera meminta siswa untuk
misalkan bermain-main dengan alat mengembalikan sehingga siswa tidak
dan bahan yang digunakan untuk bermain-main dengan alat dan bahan yang
penyelidikan. diberikan.

Keterlaksanaan RPP Siklus II


Rekapitulasi keterlaksanaan RPP siklus
II pertemuan pertama dapat dilihat pada
tabel 7.

Tabel 7. Rekapitulasi keterlaksanaan RPP siklus II pertemuan pertama


No Fase Persentase Kriteria
1 Mendapatkan perhatian dan menjelaskan proses 100 Sangat baik
inkuiri
2 Menyajikan permasalahan 100 Sangat baik
3 Merumuskan hipotesis untuk menjelaskan 100 Sangat baik
permasalahan atau kejadian
4 Mengumpulkan data untuk menguji hipotesis 95 Sangat baik
5 Merumuskan penjelasan dan/atau kesimpulan 100 Sangat baik
6 Merefleksikan situasi bermasalah dan proses 100 Sangat baik
berpikir yang digunakan untuk menyelidiki
7 Penutup 100 Sangat baik
Rata-Rata 0,98
Persentase 98,96 Sangat baik
Reliabilitas 0,92 Tinggi

Pertemuan pertama kegiatan Rekapitulasi data siklus II berdasarkan


pembelajaran siklus II persentase lembar keterlaksanaan RPP pertemuan
keterlaksanaan RPP secara keseluruhan kedua yang ditunjukkan pada tabel 8.
98,96 mencapai kriteria sangat baik.
Tabel 8. Rekapitulasi keterlaksanaan RPP pertemuan 2 siklus II
No Fase Persentase Kategori
1 Mendapatkan perhatian dan menjelaskan proses 100 Sangat baik
inkuiri
2 Menyajikan permasalahan 100 Sangat baik
3 Merumuskan hipotesis untuk menjelaskan 100 Sangat baik

177
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 3 Oktober 2017

Lanjutan Tabel 8
permasalahan atau kejadian
4 Mengumpulkan data untuk menguji hipotesis 97,5 Sangat baik
5 Merumuskan penjelasan dan/atau kesimpulan 100 Sangat baik
6 Merefleksikan situasi bermasalah dan proses 100 Sangat baik
berpikir yang digunakan untuk menyelidiki
7 Penutup 100 Sangat baik
Rata-Rata 0,9948
Persentase 99,48 Sangat baik
Reliabilitas 0,96 Tinggi

Pertemuan kedua kegiatan Keterampilan proses sains


pembelajaran siklus II persentase Rekapitulasi data keterampilan
keterlaksanaan RPP secara keseluruhan proses sains siswa berdasarkan lembar
99,48 mencapai kriteria sangat baik. kerja siswa pada siklus II pada tabel 9.

Tabel 9 Rekapitulasi keterampilan proses sains siklus II


KETERAMPILAN KRITERIA
PROSES SAINS sangat terampil cukup kurang tidak
terampil terampil terampil terampil
Merumuskan Hipotesis 100% - - - -
Mengidentifikasi variabel 100% - - - -
Menganalisis data 63% 33% - - -
Menarik kesimpulan 90% 10% - - -
Jumlah siswa 30 orang

Tabel 9 menunjukkan bahwa Hasil belajar produk


persentase keterampilan proses sains Rekapitulasi nilai dari tes hasil
telah mencapai kriteria terampil dan belajar siswa pada siklus II yang dapat
sangat terampil. dilihat pada tabel 10.

Tabel 10 Rekapitulasi nilai THB siklus II secara klasikal


No Uraian Hasil Siklus II
1 Nilai rata-rata tes 87,6
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 28
3 Jumlah siswa seluruhnya 30
4 Persentase yang tuntas 93%

Tabel 10 menunjukkan bahwa hasil tes hasil belajar siswa diuraikan yaitu
belajar siswa yang tuntas pada siklus II Data keterlaksanaan setiap fase dalam
mencapai 93 % . RPP pada siklus II telah memenuhi
Refleksi indikator keberhasilan; Hasil belajar
Hasil refleksi dari siklus II siswa di kelas X-3 secara klasikal telah
berdasarkan hasil pengamatan proses memenuhi indikator keberhasilan;
pembelajaran, lembar kerja siswa dan Keterampilan proses sains siswa telah

178
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 3 Oktober 2017

mencapai kriteria terampil; (2015) bahwa penyusunan RPP dengan


Keterampilan proses sains siswa memerhatikan segala aspek meliputi
memperoleh nilai yang meningkat dan keterakitan antara standar kompetensi,
juga tetap walaupun diberikan kompetensi dasar, materi pembelajaran,
pengurangan bimbingan dan arahan dari aspek kejelasan langkah-langkah
guru sehingga dapat diketahui bahwa pembelajaran. Guru dapat melaksanakan
pemberian tindakan ini memberikan proses pembelajaran dengan baik dan
dampak positif membuat siswa menjadi tercapai tujuan pembelajaran yang
mandiri; Penelitian dapat diketahui hasil diharapkan.
sehingga tidak perlu dilanjutkan ke Upaya yang dilakukan peneliti
siklus III. dalam menyusun rencana pelaksanaan
Pembahasan pembelajaran siklus II dengan acuan
Keterlaksanaan RPP dengan model pada hasil reflkesi siklus I menghasilkan
pembelajaran inkuiri terbimbing peningkatan keterlaksanaan setiap fase
Persentase keterlaksanaan RPP dalam RPP. Pada siklus I masih ada
secara keseluruhan pada siklus I dan beberapa fase yang tidak terlaksana
siklus II mengalami peningkatan dengan baik. Setelah disusun rencana
berturut-turut sebesar 80,73; 94,27; pelaksanaan pembelajaran dengan
98,96 dan 99,46 mencapai kriteria mempertimbangkan kekurangan pada
sangat baik. Dengan demikian, upaya siklus I dan dilakukan perbaikan pada
yang dilakukan peneliti sesuai refleksi rencana pelaksanaan pembelajaran,
siklus I berhasil meningkatkan semua fase pada siklus II terlaksana
keterlaksanaan RPP siklus II secara dengan kriteria sangat baik atau telah
keseluruhan dan keterlaksanaan fase- memenuhi indikator keberhasilan yang
fase pada RPP siklus II telah memenuhi ditetapkan. Berdasarkan refleksi siklus I
indikator keberhasilan. Hal ini pada tahap melakukan demonstrasi
disebabkan skenario kegiatan yang untuk mendapatkan perhatian siswa,
dirancang secara rinci dan jelas untuk guru memerlukan waktu yang lama
setiap langkah-langkah kegiatan untuk melakukan demonstrasi tersebut.
pembelajaran yang dilakukan selama Saran pengamat untuk menggunakan
proses pembelajaran sehingga dapat gambar atau fenomena dalam kehidupan
mudah dipahami oleh guru. sehari-hari dalam memotivasi siswa.
Sebagaimana diungkapkan oleh Pada pertemuan kedua, peneliti
Ayuningtyas, Soegimin, dan Supardi menggunakan dua buah gambar untuk

179
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 3 Oktober 2017

memotivasi siswa, namun hal ini masih perencanaan yang matang dan
kurang efektif karena siswa tampak memberikan pedoman sehingga
kesulitan jika harus memahami dua pembelajaran berjalan secara efektif
fenomena dalam satu pertemuan sesuai dengan yang direncanakan dan
sehingga siklus II untuk pertemuan tujuan pembelajaran akan tercapai.
pertama dan kedua peneliti Keterampilan proses sains
menggunakan satu gambar atau satu Berdasarkan hasil lembar kerja
fenomena untuk memotivasi siswa. Pada siswa keterampilan proses sains masih
siklus II pertemuan pertama, peneliti dalam kriteria cukup terampil.
menggunakan sebuah fenomena yang Keterampilan proses sains dapat
sering ditemukan dalam kehidupan diketahui melalui lembar kerja siswa
sehari-hari. Hal ini berdampak positif yang dikerjakan oleh siswa. Hal ini
terhadap siswa. Siswa tertarik dalam sesuai dengan teori belajar Piaget (dalam
proses pembelajaran. Pertemuan kedua Sanjaya, 2013) menyatakan anak
siklus II, peneliti menggunakan sebuah sebenarnya dilahirkan dengan suatu
gambar untuk memotivasi siswa, hal ini kebutuhan untuk menentukan makna
juga berdampak positif terhadap siswa. tentang dunia mereka.
Hal ini sesuai dengan pendapat Dewi, Tahapan pembelajaran inkuiri
Dantes, dan Sadia (2013) bahwa terbimbing yang dilakukan untuk
penerapan model inkuiri terbimbing melatihkan keterampilan proses sains
melakukan perencanaan pembelajaran yaitu mendapatkan perhatian siswa dan
yang berpusat pada masalah-masalah memotivasi siswa untuk terlibat dalam
yang tepat. kegiatan pembelajaran yang
Berdasarkan uraian bahwa data direncanakan. Pada tahap pembelajaran,
keterlaksanaan RPP mengalami motivasi berkaitan dengan masalah yang
peningkatan pada setiap pertemuan terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
dalam siklus penelitian dan pada siklus I Ketika guru menggunakan model
dan siklus II fase-fase dalam RPP telah pembelajaran inkuiri terbimbing untuk
memenuhi indikator keberhasilan pertama kalinya, guru perlu menjelaskan
penelitian. Hal ini sesuai pernyataan tujuan pembelajaran dan alur
Karim, Zainuddin, dan Mastuang pembelajaran keseluruhan kepada siswa.
(2016) bahwa RPP yang dibuat guru Hal yang paling penting merupakan
merupakan kesiapan dalam penjelasan yang membantu siswa
melaksanakan pembelajaran dengan memahami bahwa tujuan-tujuan dari

180
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 3 Oktober 2017

pembelajaran ini mempelajari diperoleh. Keterampilan proses sains


keterampilan proses sains yang terkait yang dilatihkan kepada siswa yaitu
dengan penyelidikan; menyajikan menarik kesimpulan berdasarkan hasil
permasalahan penyelidikan dengan cara analisis data yang telah dilakukan.
membangkitkan keingintahuan siswa. Upaya meningkatkan
Guru menggunakan presentasi untuk keterampilan proses sains siswa dalam
mengomunikasikan permasalahan pembelajaran fisika melalui proses
kepada siswa. Permasalahan ini pembelajaran yang menerapkan model
disajikan untuk inkuiri seluruh kelas. pembelajaran inkuiri terbimbing untuk
Siswa membaca dan menelaah rumusan memberi keterlibatan siswa dalam
masalah yang telah disajikan pada LKS proses pembelajaran melalui kegiatan-
untuk mampu mengidentifikasi masalah; kegiatan yang berorientasi pada
Merumuskan hipotesis untuk penyelidikan. Hal ini sesuai dengan hasil
menjelaskan permasalahan. Selama penelitian Elnada (2016), Fatmi (2014)
tahap ini, siswa di dorong untuk dan Wahyudi (2013) menyatakan model
menyusun dan membuat hipotesis yang pembelajaran inkuiri terbimbing yang
membantu menjelaskan masalah yang diterapkan kepada siswa memberikan
sedang terjadi. Keterampilan proses pengaruh yang baik terhadap
sains yang dilatihkan kepada siswa yaitu keterampilan proses sains siswa karena
merumuskan hipotesis dan siswa terlibat langsung dalam
mengidentifikasi variabel yang dapat pembelajaran sehingga tepat untuk
diperoleh dalam penyelidikan; melatihkan dan meningkatkan
Mengumpulkan data untuk menguji keterampilan proses sains. Sejalan
hipotesis, siswa melakukan kegiatan dengan pendapat Sadia (2014: 124)
penyelidikan untuk menguji hipotesis bahwa model pembelajaran inkuiri dapat
yang telah dirumuskan. Keterampilan melatih kemampuan siswa untuk
proses sains yang dilatihkan kepada melakukan penyelidikan, menjelaskan
siswa yaitu mengevaluasi, menyusun fenomena, menemukan inti dan makna
data, mengelola dan menganalisis data dari suatu permasalahan, memecahkan
yang telah diperoleh pada kegiatan melalui prosedur ilmiah dengan
penyelidikan; merumuskan penjelasan melibatkan keterampilan proses sains.
dan/atau kesimpulan, siswa menentukan Berdasarkan hasil refleksi
makna hubungan data dan merumuskan siklus I untuk mengetahui peningkatan
kesimpulan berdasarkan data yang keterampilan proses sains siswa meliputi

181
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 3 Oktober 2017

merumuskan hipotesis, mengidentifikasi sebesar 76,67% yang tuntas menjadi


variabel, menganalisis data dan menarik 93% yang tuntas pada siklus II sehingga
kesimpulan penyelidikan, peneliti dapat dinyatakan tuntas secara klasikal.
melakukan tindakan mengurangi arahan Tindakan yang dilakukan untuk
dan bimbingan kepada siswa pada fase 2 meningkatkan hasil belajar siswa
sampai dengan fase 5. Pada siklus I, melalui pembelajaran dengan
guru dominan memberikan arahan dan menerapkan model pembelajaran inkuiri
bimbingan untuk melatihkan terbimbing, guru tidak mengajarkan
keterampilan proses sains siswa hal ini pengetahuan secara langsung tentang
disebabkan siswa pertama kali belajar konsep-konsep atau prinsip-prinsip
dengan model pembelajaran inkuiri fisika tetapi siswa akan diarahkan untuk
terbimbing dan pertama kali juga untuk melakukan penyelidikan untuk
dilatihkan keterampilan proses sains. menemukan konsep atau prinsip fisika.
Pada siklus II guru mengurangi arahan Konsep atau prinsip tersebut
dan bimbingan siswa dalam melakukan diaplikasikan pada suatu permasalahan
keterampilan proses sains yang umum berupa soal tes uraian. Hal ini
dilatihkan. Diperoleh hasil bahwa sesuai dengan teori belajar
keterampilan proses sains siswa pada konstruktivisme yang menyatakan
siklus I ke siklus II meningkat. Hal ini bahwa pengetahuan yang dikonstruksi
sesuai dengan teori belajar Vygotsky oleh anak menjadi pengetahuan yang
(dalam Sanjaya, 2013) bahwa untuk bermakna sedangkan pengetahuan yang
melatihkan sesuatu yang melampaui hanya diperoleh melalui proses
kemampuan anak tetapi dapat dicapai pemberitahuan tidak akan menjadi
dengan bantuan orang dewas maka anak pengetahuan yang bermakna.
dapat belajar dengan bantuan orang Pengetahuan tersebut hanya untuk
dewasa. Pada awal pembelajaran anak diingat sementara setelah itu dilupakan.
bergantung pada orang dewasa tetapi Berdasarkan hasil refleksi siklus I
semakin mandiri setelah menguasai hal guru menciptakan, menjaga dan
yang dilatihkan. mengembangkan suasana belajar yang
Hasil belajar produk kondusif dan produktif merupakan hal
Berdasarkan hasil belajar siswa utama dari pencapaian keberhasilan
mengalami peningkatan pada siklus I belajar siswa. Salah satu cara untuk
mewujudkan hal tersebut dengan bagian penting dalam proses
memposisikan semua siswa sebagai pembelajaran, semua siswa harus terlibat

182
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 3 Oktober 2017

aktif dalam setiap proses pembelajaran penekanan pada beberapa hal yaitu
yang dilakukan dikelas. Keterlibatan Pengajar menyampaikan permasalahan
siswa dalam setiap proses pembelajaran umum untuk menarik perhatian siswa,
untuk mengembangkan kemampuan masalah atau melalui gambar yang
dalam diri siswa. Sesuai dengan berupa fenomena dalam kehidupan
pernyataan Juhji (2016) bahwa tujuan sehari-hari; Pengajar memberikan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik penekanan dan tambahan waktu untuk
apabila siswa dapat terlibat aktif pada membaca prosedur percobaan untuk
pembelajaran dan membiasakan belajar membantu siswa melakukan
sendiri dalam pemecahan masalah- penyelidikan; Pengajar mengurangi
masalah sains. bimbingan dan arahan untuk melatih
Berdasarkan uraian di atas bahwa kemandirian siswa dalam keterampilan
penerapkan model pembelajaran inkuiri proses sains serta memberikan
terbimbing dapat meningkatkan hasil bimbingan yang intensif terhadap siswa
belajar siswa. Hal ini sesuai dengan yang memiliki kemampuan rendah.
temuan penelitian oleh Dewi , Dantes, Didukung temuan hasil penelitian
dan Sadia (2013) dan khairani (2015) pada penggunaan model pembelajaran
bahwa model pembelajaran inkuiri inkuiri terbimbing di kelas X-3 SMA
terbimbing dapat meningkatkan hasil Negeri 10 Banjarmasin diuraikan
belajar siswa. sebagaimana pendapat sebagai berikut Keterlaksanaan RPP
Yuniastuti (2016) menyatakan bahwa model inkuiri terbimbing pada
model pembelajaran inkuri terbimbing pertemuan pertama siklus I terlaksana
mampu meningkatkan motivasi dan 80,73% dengan kriteria sangat baik,
keterampilan proses sains siswa yang pertemuan kedua siklus I terlaksana
secara konsekutif berdampak pada 94,27% dengan kriteria sangat baik,
peningkatan hasil belajar siswa. pertemuan pertama siklus II terlaksana
98,96% dengan kriteria sangat baik dan
SIMPULAN pertemuan kedua siklus II terlaksana
Berdasarkan hasil penelitian, 99,46% dengan kriteria sangat baik.
dapat disimpulkan bahwa untuk Keterampilan proses sains mengalami
meningkatkan keterampilan proses sains peningkatan dari siklus I ke siklus II.
siswa kelas X-3 SMA Negeri 10 Pada siklus I merumuskan hipotesis dan
Banjarmasin digunakan model mengidentifikasi variabel berkriteria
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan terampil serta menganalisis data dan

183
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 3 Oktober 2017

menarik kesimpulan berkriteria cukup terhadap sikap ilmiah dan hasil


belajar IPA. Jurnal Pendidikan
terampil. Pada siklus II merumuskan
Dasar, 3(1)
hipotesis, mengidentifikasi variabel,
Elnada, I. W. (2016). Meningkatkan
menganalisis data dan menarik
Keterampilan Proses Sains
kesimpulan berkriteria terampil. Hasil dengan Model Inkuiri Terbimbing
pada Siswa Kelas X PMIA 3 Di
belajar siswa mengalami peningkatan
SMAN 3 Banjarmasin. Berkala
dari siklus I sebesar 76,67% yang tuntas Ilmiah Pendidikan Fisika, 4(3),
284-292.
menjadi 93% yang tuntas pada siklus II
sehingga dapat dinyatakan tuntas secara Fatmi, N. (2014). Pengaruh Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
klasikal.
Dan Kreativitas Terhadap
Keterampilan Proses Sains Pada
DAFTAR PUSTAKA Siswa Sma. Jurnal Pendidikan
Fisika, 3(1), 47-52.
Amalia, Y. F., Zainuddin, Z., & Misbah,
M. (2016). Pengembangan Bahan Juhji, J. (2016). Peningkatan
Ajar IPA Fisika Berorientasi Keterampilan Proses Sains Siswa
Keterampilan Generik Sains Melalui Pendekatan Inkuiri
Menggunakan Model Terbimbing. Jurnal Penelitian
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Pembelajaran IPA, 2(1), 58-
di SMP Negeri 13 Banjarmasin. 70.
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika,
4(3), 238-246. Karim, M. A., Zainuddin, Z., &
Mastuang, M. (2016).
Anam, K. (2016). Pembelajaran Meningkatkan Keterampilan
Berbasis Inkuiri Metode dan Proses Sains Siswa Kelas VIII B
Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka SMP Negeri 10 Banjarmasin
Pelajar. Menggunakan Model
Pembelajaran Inkuiri
Arikunto, S. (2014). Prosedur Penelitian Terbimbing. Berkala Ilmiah
Suatu Pendekatan Praktik. Pendidikan Fisika, 4(1), 44-51.
Jakarta: Rineka Cipta.
Khairani, D., & Ritonga, W. (2015).
Ayuningtyas, P., Soegimin, W. W., & Pengaruh model pembelajaran
Supardi, Z. I. (2017). inkuiri terbimbing terhadap hasil
Pengembangan Perangkat belajar siswa pada materi pokok
Pembelajaran Fisika dengan listrik dinamiskelas x semester II
Model Inkuiri Terbimbing untuk SMA Negeri 14 Medant. P
Melatihkan Keterampilan Proses 2014/2015. INPAFI (Inovasi
Sains Siswa SMA pada Materi Pembelajaran Fisika), 3(4), 14-
Fluida Statis. JPPS: Jurnal 19.
Penelitian Pendidikan Sains, 4(2),
636-647. Kurnia, L., Zainuddin, Z., & Mahardika,
A. I. (2016). Pengembangan
Dewi, N. L., Dantes, N., & Sadia, I. W.
(2013). Pengaruh model Bahan Ajar IPA Fisika
pembelajaran inkuiri terbimbing Berorientasi Kemampuan Berpikir

184
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 3 Oktober 2017

Kreatif Menggunakan Model Tangkas, I. M. (2012). Pengaruh


Pembelajaran Inkuiri Terbimbing implementasi model pembelajaran
Di Smpn 13 Banjarmasin. Berkala inkuiri terbimbing terhadap
kemampuan pemahaman konsep
Ilmiah Pendidikan Fisika, 4(3),
dan keterampilan proses sains
256-263. siswa kelas X SMAN 3
Amlapura. Jurnal pendidikan
Sadia, W I. (2014). Model-model
IPA, 2(1).
pembelajaran Sains
Konstruktivistik. Yogyakarta:
Yuniastuti, E. (2016). Peningkatan
Graha Ilmu.
Keterampilan Proses, Motivasi,
dan Hasil Belajar Biologi dengan
Sanjaya, W. (2013). Strategi
Strategi Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran Berorientasi
Terbimbing pada Siswa Kelas VII
Standar Proses Pendidikan.
SMP Kartika V-1 Balikpapan.
Jakarta: Kencana.
Jurnal Penelitian Pendidikan.
13(1).
Setiawan, H., Jamal, M. A., & Salam, A.
(2016). Meningkatkan
Wahyudi, L. E., & Supardi, Z. I. (2013).
keterampilan proses sains fisika
Penerapan Model Pembelajaran
siswa kelas VIII SMP Negeri 2
Inkuiri Terbimbing Pada Pokok
Juai dengan menggunakan model
Bahasan Kalor Untuk Melatihkan
pembelajaran inkuiri terbimbing.
Keterampilan Proses Sains
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika,
Terhadap Hasil Belajar di SMAN
4(1), 27-32.
1 Sumenep. Jurnal Inovasi
Pendidikan Fisika, 2(02).
Suyidno dan Jamal, M A. (2012).
Pengantar Laboratorium: Jangan
Widoyoko, E P. (2016). Evaluasi
Pisahkan IPA dengan
Program Pembelajaran Panduan
Laboratoriumnya. Malang:
Praktiks Bagi Pendidik dan Calon
Intimedia.
Pendidik. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

185

Anda mungkin juga menyukai