Anda di halaman 1dari 15

Paraf 'sisten

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK Judul Tujuan Percobaan Pendahuluan Materi yang terdapat di bumi ini pada umumnya tidak murni tetapi berupa campuran dari berbagai komponen. Tanah merupakan salah satu contoh paling konkret karena terdiri dari berbagai senyawa dan unsur baik dalam wujud padat, cair atau gas, selain tanah udara pun mengandung berbagai macam unsur dan senyawa, seperti oksigen, nitrogen , uap air dan sebagainya. Selain itu senyawa padat organik yang diperoleh dari reaksi organik atau hasil isolasi biasanya jarang murni. Senyawa tersebut biasanya terkontaminasi dengan zat pengotor sehingga untuk memperoleh zat murni kita harus memisahkannya dari campurannya. Pemisahan campuran dapat dipisahkan melalui peristiwa fisika atau kimia. Salah satu cara melakukan pemisahan campuran atau pemurnian zat dapat menggunakan metode kimia yaitu melalui proses rekristalisasi yang didasarkan pada perbedaan sifat kelarutan dalam pelarut tertentu atau campuran pelarut ( indawati, !""#$. %ekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat dari campuran padatannya, dimana zat&zat tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian dikristalkan kembali. Prinsipnya proses ini mengacu pada perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat pencampurnya. arutan zat yang diinginkan dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian dikristalkan kembali dengan cara menjenuhkannya ( indawati, !""#$. %ekristalisasi merupakan suatu pembentukan kristal kembali dari larutan atau leburan dari material yang ada. Sebenarnya rekristalisasi hanyalah sebuah proses lanjut dari kristalisasi. 'pabila kristalisasi (dalam hal ini hasil kristalisasi$ memuaskan rekristalisasi hanya bekerja apabila digunakan pada pelarut pada suhu kamar, namun dapat lebih larut pada suhu yang lebih tinggi. (al ini bertujuan supaya zat tidak murni dapat menerobos kertas saring dan yang tertinggal hanyalah kristal murni. 'dapun langkah ) langkah rekristalisasi * +. Melarutkan zat pada pelarut !. Melakukan filtrasi gravity : Rekristalisasi : Mempelajari teknik rekristalisasi untuk pemurnian senyawa organik.

,. Mengambil kristal zat terlarut -. Mengumpulkan kristal dengan filtrasi .acum /. Mengeringkan 0ristal (1essenden, +23,$. Proses kristalisasi merupakan suatu metode untuk pemurnian zat dengan pelarut dan dilanjutkan dengan pengendapan. 0ristalisasi senyawa organik dipengaruhi oleh pelarut. Pelarut kristalisasi merupakan pelarut dibawa oleh zat terlarut yang membentuk padatan dan tergantung dalam struktur kristal ) kristal zat terlarut tersebut. Mula&mula molekul zat terlarut membentuk agrerat dengan molekul pelarut, lalu terjadi kisi&kisi diantara molekul zat terlarut yang terus tumbuh membentuk kristal yang lebih besar diantara molekul pelarutnya, sambil melepaskan sejumlah energi. 0ristalisasi dari zat akan menghasilkan kristal yang identik dan teratur bentuknya sesuai dengan sifat kristal senyawanya. Pembentukan kristal ini akan mencapai optimum bila berada dalam kesetimbangan. Sebelum merekristalisasi suatu senyawa kita harus memilih pelarut yang cocok dengan senyawa tersebut. Setelah senyawa tersebut dilarutkan kedalam pelarut yang sesuai kemudian dipanaskan sampai semua senyawanya larut sempurna. 'pabila pada temperatur kamar, senyawa tersebut telah larut sempurna di dalam pelarut, maka tidak perlu lagi dilakukan pemanasan. Pemanasan hanya dilakukan apabila senyawa tersebut belum atau tidak larut sempurna pada keadaan suhu kamar. Salah satu faktor penentu keberhasilan proses kristalisasi dan rekristalisasi adalah pemilihan zat pelarut (45toby, !""+$. 6eberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih pelarut yang sesuai adalah sebagai berikut* +. Pelarut tidak hanya bereaksi dengan zat yang akan dilarutkan. !. Pelarut hanya dapat melarutkan zat yang akan dimurnikan dan tidak melarutkan zat pencemarnya. ,. Titik didih pelarut harus rendah, hal ini akan mempermudah pengeringan kristal yang terbentuk. -. Titik didih harus lebih rendah dari titik leleh zat yang akan dimurnikan agar zat tersebut tidak terurai. (7ay dan 8nderwood, +239$. 8kuran kristal yang terbentuk selama pengendapan, tergantung pada dua faktor penting

yaitu laju pembentukan inti (nukleasi$ dan laju pertumbuhan kristal. :ika laju pembentukan inti tinggi, banyak sekali kristal akan terbentuk, tetapi tak satupun dari ini akan tumbuh menjadi terlalu besar, jadi terbentuk endapan yang terdiri dari partikel&partikel kecil. aju pembentukan inti tergantung pada derajat lewat jenuh dari larutan. Makin tinggi derajat lewat jenuh, makin besarlah kemungkinan untuk membentuk inti baru, jadi makin besarlah laju pembentukan inti. aju pertumbuhan kristal merupakan faktor lain yang mempengaruhi ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan berlangsung. :ika laju ini tinggi, kristal&kristal yang besar akan terbentuk yang dipengaruhi oleh derajat lewat jenuh (S.ehla, +292$. Prinsi Kerja 'dapun prinsip kerja dari praktikum ini yaitu melakukan pemurnian dari sampel unknown berdasarkan prinsip rekristalisasi yang mengacu pada perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat pencampurnya. Alat Tabung reaksi, mortar, pipet mohr / m , pipet tetes, penangas air, erlenmeyer, pipet Pasteur, corong 6uchner, timbangan, alat pennetu titik leleh. !ahan ;tanol 2/<, etil asetat, aseton, toluena, n&heksana, a=uades, norit, kapas. Prosedur Kerja A" Pe#ilihan Pelarut +. Masukkan masing&masing ",/ g sampel yang telah dihaluskan kedalam # tabung reaksi. !. Tambahkan , m a=uades, etanol 2/<, etil asetat, aseton, toluen, dan heksan pada masing& masing tabung reaksi tadi dan beri nomor +&# secara berurutan. >oyang tabung dan amati apakah sampel larut dalam pelarut tersebut pada suhu kamar. 'mati dan catat pengamatannya. ,. Panaskan tabung berisi sampel yang tak larut, lalu goyang tabungnya dan catat bilamana sampel tersebut larut dalam pelarut panas. 'mati dan catat pengamatannya. -. 6iarkan larutan menjadi dingin dan amati pembentukan kristalnya. /. ?atat masing&masing pelarut dan tunjukkan pelarut yang manakah yang terbaik diantara keenam pelarut tersebut dan cocok untuk proses rekristalisasi sampel.

#.

akukan prosedur yang sama dengan diatas untuk sampel unknown dan tentukan pelarut yang sesuai untuk rekristalisasinya.

!" Rekristalisasi $a# el Unknown +. Masukkan ",/ g sampel unknown kedalam erlenmeyer. Tambahkan , m pelarut yang sesuai (hasil dari prosedur '.#$. !. Panaskan campuran perlahan sambil goyang larutan hingga semua padatan larut. ,. :ika padatan tidak larut sempurna, tambahkan sedikit pelarut (kira&kira ",/ m $ dan lanjutkan pemanasan. 'mati setiap penambahan pelarut apakah lebih banyak padatan yang terlarut atau tidak. :ika tidak banyak padatan yang larut, kemungkinan karena adanya pengotor. Saring larutan panas tersebut melewati pipet Pasteur penyaring untuk menghilangkan pengotor yang tak larut atau dapat menggunakan karbon aktif. sempurna. -. Pipet Pasteur penyaring disiapkan dengan cara memasukkan sedikit kapas pada pipet lalu ditekan menggunakan kawat atau lidi sehingga kapas berada pada bagian bawah (posisi menyumbat tip$. Panaskan pipet penyaring dengan cara melewatkan pelarut panas beberapa kali kedalam pipet dan tampung pelarut panas yang telah melewati pipet kedalam wadah penampung atau erlenmeyer. 6ilamana larutan memenuhi pipet, dorong larutan dengan bantuan karet penghisap seperti gambar berikut. /. Sebelum larutan sampel dilewatkan dalam pipet penyaring, encerkan dulu untuk mencegah terjadinya kristalisasi selama proses penyaringan. #. ?uci pipet Pasteur penyaring dengan sejumlah pelarut panas untuk recovery solute yang kemungkinan terkristalisasi didalam pipet dan kapas. 9. Tutup wadah penampung atau erlenmeyer dan biarkan filtrat atau larutan menjadi dingin. Setelah larutan berada dalam suhu kamar, siapkan ice bath untuk menyempurnakan proses kristalisasi. kristalnya. 3. Saring kristal dan cuci dengan sejumlah pelarut dingin menggunakan penyaring 6uchner. alu lanjutkan penyaringan hingga kering. alu masukkan wadah larutan kedalam ice bath dan amati pembentukan angkah ini bisa diloncati langsung menuju langkah 6.9 jika tidak terdapat partikel yang tak larut atau semua padatan telah dapat larut

2. Timbang kristal dan hitung persen recovery&nya. Tentukan titik leleh kristal dan catat. Alokasi %aktu
No" +. !. ,. Ke&iatan Persiapan praktikum Pemilihan pelarut %eaksi hidrokarbon dengan (!S4pekat Ja# "9."" ) "9.+" "9.+" ) +"."/ +"."/) +,."" %aktu +" menit ! jam // menit ! jam // menit

'ata dan Perhitun&an A" Pe#ilihan Pelarut $a# el A Pelarut '=uades Sebelum dipanaskan Tidak larut Setelah pemanasan arut, ada kristal meruncing Setelah pendinginan Terbentuk kristalputih pada larutan dan dinding tabung ;tanol ;til asetat (eksana 'seton Toluena arut, ada sedikit kristal arut Tidak larut arut Tidak larut arut arut, keruh besar Tidak terbentuk kristak Terbentuk kristal kecil halus Terbentuk kristal

$a# el ! Pelarut '=uades Sebelum dipanaskan Tidak larut Setelah pemanasan Setelah pendinginan pada larutan dan dinding tabung ;tanol arut

arut, terbentuk kristal Terbentuk kristal halus

;til asetat (eksana 'seton Toluena

arut Tidak larut arut Tidak larut arut arut

Terbentuknya kristal halus

$a# el ( Pelarut '=uades ;tanol ;til asetat (eksana 'seton Toluena Sebelum dipanaskan arut arut 'da yang tidak larut Tidak larut arut arut arut arut Setelah pemanasan Setelah pendinginan Terbentuk kristal halus 'da sedikit kristal berbentuk jarum

!" $a# el Unknown Pelarut '=uades ;tanol Sebelum dipanaskan Tidak larut, ada endapan Tidak larut, ada endapan keruh ;til asetat (eksana 'seton Toluena Tidak larut, tidak ada endapan Tidak larut, ada endapan Tidak larut, tidak ada endapan Tidak larut, tidak ada endapan Menguap, endapan sedikit Tidak larut Tidak larut Setelah pemanasan arutan keruh, endapan sedikit arutan tidak berwarna, endapan sedikit Tidak larut Setelah pendinginan

(" Bodrexin den&an )#L A*uades 6erat aspirin 6erat kertas saring @ 6erat kertas saring @@ 6erat kertas saring dan kristal aspirin "., gram "./! gram "./+ gram +."2 gram

+asil Sampel ' 6 ? Bodrexi n Pelarut yang sesuai '=uades '=uades '=uades '=uades

Pelarut

>ambar sebelum pemanasan

>ambar setelah pemanasan

'=uades

;tanol

;til asetat

(eksana

'seton

Toluena

Bodrexin

Sebelum dipanaskan *

Setelah pemanasan *

!" m a=uades dan "., gram aspirin sebelum dipanaskan

!" m a=uades dan "., gram aspirin sesudah dipanaskan

0ristal aspirin yang diperoleh

Pe#bahasan +asil Percobaan kali ini yaitu rekristalisasi yang bertujuan untuk pemurnian senyawa organik. %ekristalisasi adalah suatu metode yang digunakan untuk memurnikan suatu zat padat dari campuranApengotornya dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang cocok. Prinsip rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat pencampurApencemarnya. Pada dasarnya zat yang akan dimurnikan dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian dipanaskan dan diuapkan kembali. 6ahkan pengotor yang tidak dapat dilarutkan dapat dipisahkan dari larutan dengan cara penyaringan

sedangkan bahan pengotor yang mudah larut akan berada dalam larutan. Percobaan rekristalisasi ini dibagi menjadi dua perlakuan yaitu pemilihan pelarut dan rekristalisasi sampel unknown. Perlakuan pertama yaitu pemilihan pelarut untuk rekristalisasi. Pada pemilihan pelarut digunakan , sampel meliputi sampel ', 6, dan ? dengan # pelarut diantaranya a=uades, etanol 2/<, etil asetat, aseton, toluena dan n&heksana. angkah pertama yaitu menimbang masing& masing sampel sebanyak ","/ gram untuk direaksikan dengan # pelarut tersebut sehingga diperoleh +3 sampel yang digunakan untuk pemilihan pelarut. Sampel ' merupakan asam salisilat, sampel 6 adalah asam benzoat, dan sampel ? adalah asetanilida. Pelarut kristalisasi merupakan pelarut yang dibawa oleh zat terlarut yang membentuk padatan dan tergantung dalam struktur kristal ) kristal zat terlarut tersebut. Mula&mula molekul zat terlarut membentuk agrerat dengan molekul pelarut, lalu terjadi kisi&kisi diantara molekul zat terlarut yang terus tumbuh membentuk kristal yang lebih besar diantara molekul pelarutnya, sambil melepaskan sejumlah energi. 0ristalisasi dari zat akan menghasilkan kristal yang identik dan teratur bentuknya sesuai dengan sifat kristal senyawanya. Pembentukan kristal ini akan mencapai optimum bila berada dalam kesetimbangan. Sebelum merekristalisasi suatu senyawa kita harus memilih pelarut yang cocok dengan senyawa tersebut. Setelah senyawa tersebut dilarutkan kedalam pelarut yang sesuai kemudian dipanaskan sampai semua senyawanya larut sempurna. 'pabila pada temperatur kamar, senyawa tersebut telah larut sempurna di dalam pelarut, maka tidak perlu lagi dilakukan pemanasan. Pemanasan hanya dilakukan apabila senyawa tersebut belum atau tidak larut sempurna pada keadaan suhu kamar. Salah satu faktor penentu keberhasilan proses kristalisasi dan rekristalisasi adalah pemilihan zat pelarut (45toby, !""+$. 6erdasarkan literatur pelarut yang baik untuk rekristalisasi yaitu mempunyai daya pelarut yang tinggi pada suhu tinggi, dan daya pelarut semakin turun seiring dengan menurunnya suhu. Pelarut tersebut dapat melarutkan pengotor dengan mudah walaupun dalam jumlah sedikit, selain itu harus dapat mengkristalkan zat yang dimurnikan dan mampu menyingkirkan pengotor dari zat murni pada temperatur relatif rendah. Perlakuan pertama diawali dengan melarutkan sampel ' dengan a=uades, etanol 2/<, etil asetat, aseton, toluena dan n&heksana. (asil pelarutan sampel ' dengan a=uades sebelum pemanasan tidak larut namun setelah dilakukan pemanasan sampel tersebut larut dan terbentuk kristal meruncing berwarna putih pada larutan maupun pada dinding tabung setelah didinginkan. (asil yang sama diperoleh ketika sampel dilarutkan dengan n&heksana dan toluena yang tidak larut ketika dilarutkan dengan a=uades. Pada n&heksana kristal yang terbentuk setelah

pendinginan lebih kecil dan halus dibandingkan kristal yang terbentuk pada pelarut toluena yang menghasilkan kristal besar. Terbentuknya kristal tersebut menunjukkan adanya sifat kepolaran dari a=uades dapat melarutkan asam salisilat yang memiliki sisi polar pada gugus )4(. 6erikut adalah struktur asam salisilat yang menunjukkan sisi polarnya*
O OH OH

Sampel ' yang merupakan asam salisilat larut dalam pelarut etanol, etil asetat, dan aseton meskipun belum dipanaskan, sehingga tidak ada kristal yang terbentuk. 6erdasarkan hasil percobaan diatas pelarut yang cocok untuk proses rekristalisasi adalah a=uades. (al ini dikarenakan a=uades memiliki titik didih lebih rendah dari pada titik leleh asam salisilat yaitu +"" ? dan titik leleh asam salisilat adalah +/2 ? sehingga pelarut a=uades yang lebih cocok untuk melarutkan asam salisilat. Perlakuan selanjutnya yaitu melarutkan sampel 6 dengan a=uades, etanol 2/<, etil asetat, aseton, toluena dan n&heksana. Sampel 6 yang merupakan asam benzoat saat dilarutkan dengan air tidak larut akan tetapi saat dilakukan pemanasan yang bertujuan untuk mempercepat proses reaksi asam benzoat tersebut larut dalam air dan membentuk kristal halus pada larutan dan dinding tabung setelah pendinginan. (asil yang sama diperoleh saat sampel asam benzoat dilarutkan dengan n&heksana membentuk kristal halus setelah pendinginan. Terbentuknya kristal setelah proses pendinginan menunjukkan adanya sifat kepolaran asam benzoat yang bisa melarutkan a=uades yg bersifat polar. Sifat kepolaran pada asam benzoat ditandai dengan adanya gugus )4(, adapun gambar struktur asam benzoat yang menunjukkan sisi kepoalarannya adalah sebagai berikut*
O OH

'sam benzoat juga tidak larut dalam pelarut toluena tetapi tidak membentuk kristal saat dipanaskan maupun setelah pendinginan. Selain itu asam salisilat larut dalam pelarut etanol, etil asetat, dan aseton meskipun belum dipanaskan, sehingga tidak ada kristal yang terbentuk 6erdasarkan hasil percobaan diatas pelarut yang cocok untuk proses rekristalisasi adalah

a=uades. (al ini dikarenakan a=uades memiliki titik didih +"" ? leb ih rendah dari pada titik leleh asam benzoat yaitu +!!&+!, ?. Perlakuan selanjutnya yaitu pelarutan sampel ? yang merupakan asetalinida dengan menggunakan pelarut a=uades, etanol 2/<, etil asetat, aseton, toluena dan n&heksana. Sampel asetalinida larut dalam pelarut a=uades. (asil percobaan ini tidak sesuai dengan literatur karena secara teori a=uades tidak larut dalam asetalinida dikarenakan adanya ikatan hidrogen yang terbentuk dari gugus amina primer yang terikat pada asetanilida yang bereaksi dengan pelarut a=uades yang ditunjukkan dengan terbentuknya banyak jarum kristal yang menggumpal. Selain itu a=uades memiliki titik didih +"" ? lebih rendah dari titik leleh asetanilida ++-./ ?. (al ini menyebabkan a=uades menjadi pelarut yang baik diantara lima pelarut yang lain. 'dapun struktur asetanilida adalah sebagai berikut*
O H3C NH

'setalinida selain tidak larut dengan a=uades juga tidak larut dalam n&heksana dan toluena. Senyawa ini akan larut dalam kedua pelarut tersebut setelah dipanaskan dan akan membentuk kristal setelah pendinginan. 0ristal yang dibentuk oleh pelarut n&heksana berbeda dengan toluena yaitu pada n&heksana kristal yang dibentuk berupa kristal halus sedangkan pada toluena sedikit dan berbentuk menyerupai jarum. Sampel asetalinida larut dalam pelarut aseton, etil asetat, dan atanol sehingga tidak membentuk endapan. 6erdasarkan tiga perlakuan pada percobaan pemilihan pelarut ini yang cocok digunakan untuk palarut rekristalisasi adalah a=uades dikarenakan a=uades memiliki titik didih lebih rendah daripada titik leleh ketiga sampel selain itu a=uades memiliki sifat polar yang dapat membentuk kristal jika dilarutkan dengan ketiga sampel yang memiliki sifat polar juga. Percobaan kedua yaitu rekristalisasi sampel unknown. Prosedur kerja yang dilakukan sama halnya seperti pada pemilihan pelarut. Sampel unknown ditimbang terlebih dahulu sebanyak "."/ gram untuk kemudian dilarutkan dalam a=uades, etanol 2/<, etil asetat, aseton, toluena dan n&heksana. (asil percobaan menunjukkan bahwa sampel unknown tersebut sebelum proses pemanasan tidak larut dalam a=uades, aseton, dan etanol selain itu juga terdapat endapan pada tabung reaksi. Setelah dipanaskan larutan a=uades dengan sampel unknown berubah menjadi keruh dan terdapat sedikit endapan, sedangkan untuk aseton setelah pemanasan tidak

larut dan untuk etanol setelah pemanasan larutan menjadi tidak berwarna dan ada sedikit endapan. Sampel unknown juga tidak larut dalam etil asetat, toluena, dan n&heksana akan tetapi pada ketiga pelarut tersebut sampel unknown tidak ada endapan. Setelah dipanaskan etil asetat, dan toluena tidak larut sedangkan untuk n&heksana setelah pemanasan larutan menguap dan terdapat sedikit endapan. Selanjutnya proses pendinginan dari keenam sampel karena dari keenam sample tersebut tidak ada yang membentuk kristal setelah dipanaskan. Pendinginan dalam ice bath ini bertujuan untuk membentuk kristal yang akan direkristalisasi. Setelah semua didinginkan dalam ice bath keenam pelarut yang dilarutkan dengan sampel unknown tidak menghasilkan kristal. Pelarut yang cocok untuk rekristalisasi sampel unknown tersebut adalah a=uades, karena a=uades tidak melarutkan zat pengotornya, hal ini ditunjukkan dengan perubahan larutan menjadi keruh setelah dipanaskan. Sampel yang digunakan untuk proses rekristalisasi adalah obat penurun demam yang didalamnya mengadung aspirin sebanyak 3" mg. 'spirin memiliki titik leleh +,/ ? sedangkan a=uades memiliki titik didih +"" ? sehinnga a=uades tidak dapat melarutkan aspirin. (al ini menunjukkan bahwa a=uades merupakan pelarut yang sesuai untuk peoses rekristalisai aspirin dari obat penurun demam. 6erdasarkan literatur pelarut yang cocok untuk rekritalisasi adalah pelarut yang tidak bereaksi dengan zat padat yang akan di kritalisasi, zat padatnya harus mempunyai kelarutan terbatas pada suhu kritalisasi dan titik didih pelarut tidak melebihi titk leleh zat padat yang akan dikristalisasi, sehingga larutan yang akan dikristalisasi didapat dengan murni. Proses rekristalisasi ini diawali dengan menimbang sampel sebanyak "., gram yang kemudian dilarutkan dalam a=uades yang bertindak sebagai pelarut sebanyak ! m . angkah selanjutnya yaitu dilakukan pemanasan untuk mempercepat reasksi pelarutannya. (asil percobaan menunjukkan bahwa kristal yang diperoleh dari rekristalisasi aspirin berukuran kecil dan berjumlah banyak. (al ini menunjukkan bahwa laju pembentukan inti tinggi namun laju pertumbuhan kristal rendah karena kristal yang terbentuk berukuran kecil. 'dapun faktor yang mempengaruhi ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan yaitu laju pembentukan inti (nukleasi$ dan laju pertumbuhan kristal. :ika laju pembentukan inti tinggi, banyak sekali kristal akan terbentuk, tetapi tak satupun dari ini akan tumbuh menjadi terlalu besar, jadi terbentuk endapan yang terdiri dari partikel&partikel kecil. aju pembentukan inti tergantung pada derajat lewat jenuh dari larutan. Makin tinggi derajat lewat jenuh, makin besarlah kemungkinan untuk membentuk inti baru, jadi makin besarlah laju pembentukan inti. aju pertumbuhan kristal

merupakan faktor lain yang mempengaruhi ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan berlangsung. :ika laju ini tinggi, kristal&kristal yang besar akan terbentuk yang dipengaruhi oleh derajat lewat jenuh (S.ehla, +292$. 0ristal yang terbentuk selanjutnya disaring menggunakan corong buchner. Proses ini dilakukan dengan tujuan memisahkan zat pengotor dengan larutan kristal yang murni. Penyaringan dengan menggunakan corong buchner dilakukan dengan pembilasan menggunakan a=uades dingin agar kristal yang terbentuk tetap terjaga bentuk kristalnya, kristal terbentuk pada suhu yang rendah karena pengaruh dari derajat lewat jenuh pada pembentukan kristal tersebut. 0ristal yang sudah disaring kemudian dio.en untuk dikeringkan dengan tujuan menguapkan dan menghilangkan pelarut dari kristal agar diperoleh kristal yang murni. 0ristal yang sudah kering selanjutnya ditimbang untuk mengetahui berat murni dari aspirin tersebut yang kemudian ditentukan titik lelehnya. 6erat aspirin murni yang diperoleh sebesar "."# gram dari berat awal ".,gram. Pengurangan berat aspirin ini dikarenakan pada saat pemanasan ada sebagian aspirin yang ikut menguap selain itu pada saat penyaringan terdapat beberapa aspirin yang ikut tersaring dalam corong bunchner sehingga dapat mengurangi berat murni dari aspirin. Pengurangan berat aspirin ini dapat juga dikarenakan saat kristal aspirin dio.en terdapat sebagian kristal aspirin yang ikut menguap dikarenakan suhu saat pengo.enan terlalu besar. Titik leleh yang diperoleh sebesar +#" ?. Titik leleh yang dihasilkan tidak sesuai dengan literatur bahwa titik leleh aspirin secara teori sebesar +,/ ?. (al ini dikarenakan sampel yang digunakan untuk mengukur titik leleh bukan sampel murni dimana sampel tersebut masih mengandung pengotor atau dengan kata lain dalam sampel tersebut terdapat kertas saring saring ikut terambil saat mengambil sampel tersebut, selain itu dikarenakan berat sampel yang terlalu sedikit sehingga menyulitkan untuk memperoleh data yang .alid. 'dapun berat rendemen yang dihasilkan dari rekristalisasi aspirin dalam obat penurun demam sebesar 9/ <. (al ini menandakan setengah dari percobaan ini telah berhasil. 0ecilnya nilai rendemen yang diperoleh disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya yakni banyaknya kristal aspirin yang menguap saat pemanasan maupun pengo.enan selain itu juga adanya aspirin yang masih menempel pada ;rlenmeyer walaupun sudah dibilas. Kesi# ulan 0esimpulan dari praktikum rekristalisasi ini adalah sebagai berikut yaitu pelarut yang cocok untuk rekritalisasi adalah pelarut yang tidak bereaksi dengan zat padat yang akan di kritalisasi, zat padatnya harus mempunyai kelarutan terbatas pada suhu kritalisasi dan titik didih

pelarut tidak melebihi titk leleh zat padat yang akan dikristalisasi, sehingga larutan yng akan dikristalisasi didapat dengan murni. %ekristalisasi dapat dilakukan dengan cara memurnikan suatu zat padat dari campuranApengotornya dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang cocok berdasarkan perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat pengotornya. Bat yang akan dimurnikan dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian dipanaskan dan diuapkan kembali. 6ahkan pengotor yang tidak dapat dilarutkan dapat dipisahkan dari larutan dengan cara penyaringan sedangkan bahan pengotor yang mudah larut akan berada dalam larutan Titik leleh yang diperoleh sebesar +#" ? dan rendemen yang diperoleh sebesar 9/ <. Re,erensi 7ay, %.' dan 8nderwood. +239. Analisis Kimia Kuantitatif. ;rlangga. :akarta. 1essenden %. : dan :. S 1essenden. +23!. Kimia Organik Jilid 2. :akarta* ;rlangga. S.ehla. +292. 6uku 'jar Cogel* Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan Semimikro :akarta* PT 0alman Media Pusaka. Syukri. +222. Kimia !asar ". 6andung* @nstitut Teknologi 6andumg. indawati. !""#. #engaruh $aktu #enyim%anan dan #emanasan &erhada% Kadar 'odium dalam (aram Beriodium. Semarang* 8ni.ersitas Degeri Semarang. 45toby. !""+. #rinsi%)%rinsi% Kimia Modern *ilid +. :akarta* ;rlangga. $aran Saran untuk percobaan ini yaitu untuk tekhnisi diharapkan alat laboratorium yang digunakan untuk praktikum sebaiknya ditambah agar praktikum bisa berjalan dengan efektif dan efisien. 8ntuk asisten sudah sangat baik dalam menjelaskan prosedur percobaan yang dilakukan saya harap untuk dipertahankan. 8ntuk praktikan harus lebih teliti saat melakuakan percobaan agar diperoleh hasil yang maksimal. Na#a Praktikan Dora 7wi Saputri ) +!+3+","+"!+

Anda mungkin juga menyukai