Anda di halaman 1dari 2

Kristalisasi merupakan salah satu proses pemurnian dan pengambilan hasil dalam bentuk

padat. Kristalisasi juga dapat disebut penghabluran. Kritalisasi dapat terjadi sebagai
pembentukan partikel padat di dalam uap, contohnya seperti dalam pembentukan salju dan
pembekuan. Pada prinsipnya kristalisasi terbentuk melalui dua tahap yaitu, nukleasi
(pembentukan inti kristal) dan pertumbuhan kristal. Faktor pendorong untuk laju nukleasi dan
laju pertumbuhan kristal ialah supersaturasi. Supersaturasi merupakan suatu kondisi dimana
konsentrasi padatan (solute) dalam suatu larutan melebihi konsentrasi jenuh larutan tersebut,
maka pada kondisi inilah kristal pertama kali terbentuk ada 4 metode untuk membangkitkan
supersaturasi, yaitu: pengubahan suhu, penguapan solven, reaksi kimia, dan pengubahan
komposisi solven. Salah satu penentu keberhasilan dari proses kristalisasi yaitu tercapainya
kondisi supersaturasi. Ketika kondisi supersaturasi telah tercapai, terdapat banyak inti kristal
baru (nukleus) yang akan terbentuk lalu nukleus tersebut akan tumbuh menjadi kristal baru
(crystal growth).
Rekristalisasi adalah cara kristalisasi secara selektif senyawa dari campuran zat padat,
dengan melarutkannya dalam suatu pelarut yang cocok titik didihnya kemudian disaring selagi
panas untuk memisahkan zat padat tak larut di dalam larutan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kecepatan pembentukan kristal antara lain derajat lewat jenuh, jumlah inti yang ada, atau luas
permukaan total dari kristal yang ada, pergerakan antar larutan dan Kristal, viskositas larutan,
jenis serta banyaknya pengotor. Metode ini didasarkan pada prinsip bahwa senyawa tersebut
mempunyai sifat kelarutan tertentu yang berbeda dari campuran lainnya, dalam suatu sistem
pelarut tertentu. Ada 3 tahapan dasar rekristalisasi yaitu :
a) Melarutkan zat padat campuran dalam pelarut yang cocok, biasanya pada titik didihnya.

b) Kristalisasi selektif dalam suatu pelarut tertentu dengan cara menurunkan suhu larutan
secara perlahan.

c) Penyaringan terhadap kristal murninya dipisahkan dari larutannya.

Prinsip dasar rekristalisasi adalah seberapa banyak zat pelarut yang dihilangkan oleh
pelarut dengan temperatur yang meningkat. Pada rekristalisasi, larutan diperoleh dari melarutkan
zat terlarut atau pada temperature yang mendekati dengan temperature titik didihnya. Pada
temperatur tinggi, zat terlarut akan memiliki kelarutan yang besar dalam pelarut, sehingga
diperlukan pelarut panas pada temperatur kamar. Pada saat dingin kristal dapat terbentuk.
Kristalisasi digunakan di laboratorium kimia sebagai teknik pemurnian padatan. Padatan yang
tidak murni (kotor) larut seluruhnya dalam sedikit pelarut panas yang mendidih, dan larutan
panas dibiarkan mendingin secara perlahan. Kristal yang berkembang idealnya terbentuk dengan
kemurnian tinggi, sementara yang tidak murni (kotor) tetap berada dalam larutan jenuh yang
mengelilingi padatan (disebut "cairan induk"). Padatan yang mengkristal kemudian disaring dan
dipisahkan dari bagian yang tidak murni.
Dalam praktikum ini, menggunakan beberapa bahan untuk proses kristalisasi. Asam
benzoat atau asetanilida berfungsi sebagai reagen atau bahan uji yang akan direkristalisasi.
Aquades digunakan untuk melarutkan Asam Benzoat atau Asetanilida. Karbon aktif (norit)
digunakan untuk menghilangkan pengotor-pengotor yang ada dalam padatan Asam Benzoat dan
Asetanilida.

Daftar Pustaka
A. Rasyidi Fachry, Juliyadi Tumanggor, Ni Putu Endah Yuni L. 2008. PENGARUH WAKTU
KRISTALISASI DENGAN PROSES PENDINGINAN TERHADAP PERTUMBUHAN KRISTAL
AMONIUM SULFAT DARI LARUTANNYA. Jurnal Teknik Kimia, No .2, Vol. 15. Palembang:
Universitas Sriwijaya.
Anita Pinala. 2011. Penentuan Metode Rekristalisasi yang Tepat untuk Meningkatkan
Kemurnian Kristal Amonium Perklorat (AP). Jurnal Teknologi Dirgantara Vol. 6 No. 2. Jakarta:
Pusat Teknologi Roket, LAPAN.
Nichols, L. (2021, March 5). Overview of Crystallization. Retrieved March 13, 2021, from
https://chem.libretexts.org/@go/page/95743
Ananda, D. (2020). Pra Rancangan Pabrik Asetanilida dari Asam Asetat dan Anilin dengan
Kapasitas 10.000 Ton/Tahun.
Tim Kimia Organik. 2013. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Jambi : Universitas Jambi
Austin. 2005. Kimia Dasar 3. ITB Press: Bandung.
Kohli, N. 2009. Longman Science. Dorling Kindersly Published: India.

Anda mungkin juga menyukai