Anda di halaman 1dari 12

TUMBUHAN HUBUNGAN DENGAN AIR, TRANSPIRASI DAN

EVAPORASI

PENDAHULUAN
Air merupakan suatu molekul yang
sederhana, terdiri 1 atom oksigen
dan 2 atom hydrogen, sehingga
berat molekulnya hanya 18gr/mol.
Terlepas dari kesederhanaan
komposisi atom penyusunnya dan
ukuran molekulnya yang kecil,
molekul air mempunyai beberapa
karakteristik yang unik.
Karakteristik tersebut disebabkan
karena rangkaian kedua atom
hidrogen pada atom oksigen (yang
berada ditengah) tidak membentuk
garis lurus. Rangkaian ini
membentuk sudut 105o. Besarnya
sudut ini selalu sama, jika air
dalam bentuk padat (es), tetapi
agak bervariasi. Jika air dalam
bentuk cair, walaupun rata-rata
besar sudutnya tetap 105o
(Lakitan,2004).
Proses transpirasi adalah
proses kehilangan air karena
penguapan melalui bagian dalam
tubuh tanaman, yaitu air yang
diserap oleh akar - akar tanaman
dipergunakan untuk membentuk
jaringan tanaman dan kemudian
1. dilepaskan melalui daun ke
atmosfer (Purba, 2011).
Ada banyak langkah dimana
perpindahan air dan banyak faktor
yang mempengaruhi pergerakannya.
Besarnya uap air yang
ditranspirasikan dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain, faktor
dari dalam tumbuhan (jumlah
daun, luas daun, dan jumlah
stomata), serta faktor dari luar
tumbuhan (suhu, cahaya,
kelembaban,dan angin)(Salisbury,
1992).
Bila daun mempunyai
kandungan air yang cukup dan
stomata terbuka, maka laju
transpirasi bergantung pada selisih
antara konsentrasi molekul uap air
di dalam rongga antar sel di daun
dengan konsentrasi molekul uap
air di udara. Maka, kelembaban
udara akan berpengaruh pada
proses transpirasi. Suhu juga
termasuk pengaruh dari
transpirasi, yaitu dengan naiknya
suhu dari 18o -20oF cenderung
untuk meningkatkan penguapan air
sebesar dua kali dan sangat
mempengaruhi tekanan turgor dan
secara sistematis mempengaruhi
pembukaan stomata (Lovelles,
1991).
Air tidak saja masuk ke
jaringan tanaman, tetapi juga
keluar berupa uap air, proses ini
disebut transpirasi, dan jika keluar
berupa uap cairan disebut gutasi.
Dan sejumlah air yang diserap
hanya 0,1 - 0,3 % yang dilepaskan.
Akibat masuknya air ke dalam
jaringan tanaman menyebabkan
terjadinya pengembangan dinding
sel. Jika air masuk terus - menerus
ke dalam sel, sedangkan dinding
sel mempunyai batas
mengembang tertentu akibat
rintangan - rintangan di sekitarnya,
maka timbulnya desakan untuk
tekanan tersebut. Tekanan itu
disebut tekanan turgor dan sel
dalam keadaan turgid (Peter,
1992).
Perbedaan antara
transpirasi dengan evaporasi
adalah, pada transpirasi proses
fisiologi atau fisik yang
termodifikasi, diatur bukaan
stomata, diatur beberapa macam
tekanan, terjadi di jaringan hidup,
permukaan sel basah. Pada
evaporasi, proses fisika murni,
tidak diatur bukaan stomata, tidak
diatur oleh tekanan, tidak terbatas
pada jaringan hidup, permukaan
yang menjalankan menjadi kering
(Fitter, 1991).
Adapun tujuan dari
praktikum ini adalah untuk
mengukur kadar air yang ada pada
bagian tanaman,untuk mengukur
turgiditas relatif dan defisit air dari
jaringan tumbuhan, menghitung
luas permukaan daun dan laju
evaporasi dan transpirasi dari
lembaran daun, mengetahui
struktur umum stomata dan proses
membuka dan menutupnya
stomata.
METODA PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan pada hari
Selasa, 15 September 2015, pukul
14.00-18.00 WIB di Laboratorium
Teaching IV Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas
Andalas, Padang.
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada
praktikum ini adalah kotak karton,
timbangan, oven, cork borer,
petridish, kertas saring, kertas
merang, jepitan kertas, selotip,
gunting, vaselin, mikroskop, kaca
objek, cover glass, larutan sukrosa,
dan larutan NaCl 1M. Sedangkan
bahan yang digunakan adalah
daun Averrhoa belimbii, Rhoe
discolor, dan kecambah Vigna
unguiculata.
Cara kerja
Pada percobaan pertama, daun
Averrhoa belimbii dipisahkan dari
rantingnya, kemudian masing -
masingnya ditimbang seberat 10
gram dan dibuat menjadi tiga
sampel untuk daun dan tiga
sampel untuk ranting. Kemudian,
masing - masing sampel disimpan
dalam kotak karton dan
selanjutnya dioven dengan suhu
80oC selama 48 jam. Setelah 48
jam, bahan kemudian diangkat dan
diukur kadar air tumbuhan dengan
rumus
BB – BK = % dari Berat Basah (BB)
BB
Atau
BB – BK = % dari Berat Kering (BK)
BK
Pada percobaan kedua,wwwwww
daun kecambah Vigna un
guiculata
di bor sebanyak 10 buah untuk
yang disiram selama 14 hari dan
10 buah untuk yang disiram
selama 12 hari. Berat masing -
masing daun ditimbang. Kemudian,
potongan - potongan daun
ditempatkan dalam petridish yang
terpisah (untuk 14 hari penyiraman
dan 12 hari penyiraman).
Kemudian, petridish diletakkan
pada ruangan dengan penerangan
lampu neon yang berintensitas +25
lumen/sq-ft selama 3 jam. Setelah
3 jam, potongan daun diambil dan
kelebihan air yang menempel
dihilangkan dengan cara
meletakkan sebentar potongan
daun di atas kertas saring, lalu
berat daun ditimbang. Kemudian,
potongan daun dioven dengan
suhu 80oC selama 48 jam.
Kemudian, berat kering ditimbang
dan turgiditas relatif juga ditimbang
dengan rumus :
TR = BS - BK x 100 %
BT - BK
Defisit air pada daun juga dihitung
dengan rumus :
WD = BT -BS x 100 %
BT – BK
Pada percobaan ketiga,
diambil 3 lembar daun Averrhoa
belimbii dan ditempelkan pada
selembar kertas yang telah
ditimbang beratnya dan dihitung
luasnya. Selanjutnya, lembaran
daun masing - masingnya
ditimbang dan dihitung luasnya.
Kemudian, dilakukan 3 perlakuan.
Pertama, daun satu dijiplak pada
lembaran kertas dan hasil jiplakan
digunting dan ditimbang. Kemudian
luas daun dihitung dengan rumus :
Luas daun =
Berat guntingan gambarx luaskertas
Berat kertas
Kedua, lembaran daun yang telah
diketahui luasnya tadi diambil dan
kemudian ditimbang dan digantung
dengan jepitan kertas pada sinar
matahari langsung. Dalam interval
waktu 20, 40, dan 60 menit
dilakukan penimbangan (sebanyak
3 kali). Kemudian, dibuat daftar
penimbangan pengurangan berat
daun selama evaporasi dengan
rumus :
Kecepatan Evaporasi =
berat penguapan : t
Luas permukaan daun
Ketiga, dua lembar daun yang
telah diketahui luasnya pada
percobaan a ditimbang, kemudian
direndam dalam air dan
dikeringkan dengan tisu. Daun
pertama diolesi vaselin pada
permukaan atasnya dan daun
kedua pada permukaan bawahnya,
kemudian ditimbang kembali. Hasil
antara respirasi kutikula dari
permukaan atas dan transpirasi
stomata dari permukaan bawah
dibandingkan.
Pada percobaan keempat,
akuades diteteskan pada
permukaan kaca objek. Kemudian,
dibuat sayatan tipis pada
permukaan epidermis atas dan
bawah dari lembaran daun Rhoe
discolor. Kemudian, sayatan
ditempatkan pada tetesan akuades
pada kaca objek. Kemudian,
ditutup dengan cover glass dan
diamati di bawah mikroskop
dengan perbesaran kecil (4 x 10).
Pengamatan difokuskan pada 1-2
stomata dan perbesaran
ditingkatkan sampai 40 x 10,
kemudian struktur stomata diamati.
Kemudian, sayatan permukaan
atas dihisap akuades dengan tisu
dan ditetesi dengan sukrosa dan
dicatat waktu untuk proses.
Setelah itu dihisap kembali sukrosa
dan ditetesi dengan akuades dan
dicatat kembali waktunya.
Kemudian, dihisap akuades dan
ditetesi dengan NaCl dan dicatat
waktunya. Kemudian, ditetesi
kembali dengan akuades untuk
melihat respon stomata waktu
dicatat untuk perubahan tersebut
dan proses yang terjadi
digambarkan secara berurutan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari praktikum yang telah
dilakukan, maka didapatkan hasil
sebagai berikut :
1. Pengukuran Kadar Air Jaringan
Tumbuhan
Tabel 1. Kadar air daun dan
ranting setelah dioven 48 jam.
No
Kadar Air (%)
Daun Ranting
1 0,45 0,60
2 0,59 0,64
3 0,61 0,61
Dari tabel dapat dilihat perbedaan
kadar air dari daun dan ranting
tanaman Averrhoa belimbii. Kadar
air dari dari ranting lebih besar dari
pada kadar air yang terkandung
pada daun. Hal ini tidak
sesuailiteratur dari Kramer
(1960),bahwa kadar air daun
tanaman lebih tinggi dari bagian
rantingnya, karena sel-sel mesofil
daun yang tidak tersusun rapat
mengandung ruang udara yang
jenuh terhadap air. Air yang
diserap oleh bulu-bulu akar, akan
disebarkan oleh jaringan
pengangkut keseluruh organ
tumbuhan untuk digunakan sesuai
kebutuhan dari organ tersebut.
Misalnya dibagian daun untuk
melakukan proses fotosintesis dan
penguapan untuk menjaga
kestabilan suhu tumbuhan.
Kebutuhan air pada tanaman dapat
dipenuhi melalui tanah dengan
jalan penyerapan oleh akar.
Karena besarnya air yang diserap
oleh akar tanaman sangat
tergantung pada kadar air dalam
tanah dan ditentukan oleh pF
(Kemampuan partikel tanah
memegang air), dan kemampuan
akar untuk menyerapnya.
Hal ini terjadi kemungkinan
karena kesalahan dalam
penimbangan berat dari daun yang
telah di oven selama 48 jam. Daun
yang akan ditimbang kembali
beratnya banyak yang terjatuh saat
penimbangan.
2. Pengukuran Turgiditas Relatif
Jaringan Tumbuhan
Tabel 2. Nilai Turgiditas Relatif dan
Defisit Air pada kecambah Vigna
unguiculata setelah dioven 48 jam.
No
Hari penyiraman
12 hari 14 hari
TR WD TR WD
1 700 -6 383 -28
Dari tabel dapat dilihat turgiditas
relatif dan defisit air pada tanaman
Vigna unguiculata dengan
penyiraman selama 12 hari dan
dengan penyiraman selama 14
hari. Diketahui bahwa turgiditas
relatif daun yang disiram selama
12 hari lebih besar dari pada
turgiditas relatif daun tanaman
yang disiram selama 14 hari.
Sedangkan defisit air tanaman
dengan 12 hari penyiraman lebih
kecil dari pada 14 hari penyiraman.
Menurut Salisbury (1991),
turgiditas relative pada keadaan
basah (lapang) lebih besar
dibandingkan dengan keadaan
kering. Kandungan air pada
kapasitas lapang berada pada
kondisi yang mana semua ruang
dalam tanah terisis oleh air. Air
yang dikandung pada kapasitas
lapang basah yang banyak,
mengakibatkan tekanan turgor
menjadi lebih besar.
3. Perhitungan Luas Permukaan
Daun,Perkiraan Laju Evaporasi
dan Transpirasi Permukaan
Dorsiventral Daun
a. Menghitung Luas Daun
Tabel 3. Luas Daun Averrhoa
belimbii
Dari tabel di atas dapat dilihat
bahwa daun yang paling luas yaitu
daun 3 dengan luas 3,311 cm2 dan
yang terkecil yaitu daun pertama
dengan luas 2,838 cm2.
Menurut Delvin (1975)
menyatakan bahwa luas daun
dipengaruhi oleh ketersediaan
tanah, tempat ia tumbuh dan
nutrisinya. Faktor lingkungan juga
mempengaruhi luas daun dan
besar kecilnya daun. Luas daun
sangat mempengaruhi terjadinya
proses transpirasi. Semakin lebar
suatu daun maka semakin cepat
terjadinya transpirasi, dan
sebaliknya semakin sempitnya
daun maka semakin lambat
terjadinya transpirasi.
b. Perkiraan Kecepatan
Evaporasi Daun
Tabel 4. Perkiraan Kecepatan
Evaporasi pada Daun Pertama
Averrhoa belimbii
No Waktu
kecepatan
evaporasi daun
g / / menit
1 20 menit 0,0003
2 40 menit 0,001
3 60 menit 0,0008
Dari tabel dapat dilihat bahwa
evaporasi daun Averrhoa belimbii
setelah 40 menit justru melambat
dari menit ke 20 dan kembali cepat
di menit 60. Hal ini tidak sesuai
dengan literatur yaitu, menurut
Dwidjoseputro (1986) bahwa
besarnya evaporasi ini dipengaruhi
oleh luas daun. Semakin luas
permukaan daun maka kecepatan
evaporasi akan semakin tinggi,
ketebalan daun juga
mempengaruhi kecepatan
evaporasi. Sedangkan, daun yang
digunakan adalah daun 1 dimana
luasnya paling kecil diantara 2
daun lain. Kemungkinan kesalahan
terjadi ketika penimbangan daun.
c. Perkiraan Laju Respirasi Daun
Permukaan Dorsiventral Daun
NO Daun Luas Daun
(cm2)
1 Daun 1 2,838
2 Daun 2 3,074
3 Daun 3 3,311
Tabel 5. Berat Daun Averrhoa
belimbii yang diolesi vaselin
setelah 1 jam
No. Jenis
Tanaman
Berat Daun (gr)
Setelah 1 jam
1 Daun 1
diolesi
vaselin
bagian atas
0,31
2 Daun 2
diolesi
vaselin
bagian
bawah
0,30
Dari tabel dapat diketehui bahwa
laju respirasi daun yang diolesi
vaselin pada permukaan daun
bagian atas lebih berat dari pada
daun yang diolesi vaselin pada
permukaan bagian bawah.
Menurut Dwijoseputro
(1986) bahwa respirasi melalui
stomata lebih aktif karena jaringan
ini terdapat jaringan bunga karang
yang susunannya longgar. Lapisan
kutikula yang tebal dari lapisan lilin
merupakan lapisan pelengkap
untuk mengurangi penguapan
yang terlalu besar pada
permukaan daun dan juga
berfungsi dalam bekerjanya
stomata dan mengubah
permeabilitas plasma.
Menurut Bower (1996)
bahwa kutikula secara relatif tidak
tembus air, yang pada sebagian
tanaman repirasi kutikula hanya
10% dari seluruh jumlah
penguapan. Makin banyak jumlah
stomata kemungkinan hilangnya
uap air cukup besar, sehingga
mempengaruhi besarnya laju
repirasi. Respirasi yang melalui
kutikula lebih sedikit dibandingkan
dengan stomata, karena pada
kutikula terjadi difusi uap air
dengan langsung mengakibatkan
uap air dan terdapat lapisan
penghalang pada kutikula seperti
zat kutin, lilin dan yang lain yang
akan memperlambat proses
hilangnya air dari permukaan daun
tersebut.
4. Struktur Stomata dan Aktivitas
Membuka - Menutup Stomata
Tabel 6. Daun Rhoe discolor
dengan berbagai perlakuan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari praktikum yang telah
dilaksanakan dapat diambil
kesimpulan, yaitu pada
perhitungan luas daun, daun
Averrhoa belimbii yang paling luas
yaitu daun 3 dengan luas 3,311
cm2 dan yang terkecil yaitu daun
pertama dengan luas 2,838 cm2.
Pada percobaan perkiraan
kecepatan evaporasi daun
Averrhoa belimbii evaporasi daun
setelah 40 menit justru melambat
Per
muk
aan
Waktu (menit)
Sukr
osa
Air NaCL Air
Atas 2 1 2 2
Baw
ah
3243
dari menit ke 20 dan kembali cepat
di menit 60. Pada percobaan laju
respirasi daun pada daun Averrhoa
belimbii, laju respirasi daun yang
diolesi vaselin pada permukaan
daun bagian atas lebih berat
(0,31gr) dari pada daun yang
diolesi vaselin pada permukaan
bagian bawah (0,30gr).
Saran
Adapun saran yang dari
pelaksanaan praktikum ini yaitu,
diharapkan kepada praktikan untuk
lebih serius dalam menjalani
praktikum ini agar dapat terlaksana
dengan baik dan praktikan untuk
dapat memahami prosedur kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Bower, F.O.1996. Botany of The
Living Plant. Mc.Milan and
Co. Ltd. St Martin Press.
London.
Delvin, R.M.1975. Plant Physiology
Third Edition. Mc.William
Publishing Co.Inc. New
York.
Dwijoseputro,D.1986. Pengantar
Fisiologi Tumbuhan. PT.
Gramedia :Jakarta.
Fitter, A.H dan Itay R.K.M. 1991.
Fisiologi Lingkungan
Tanaman. Yogyakarta :
UGM Press
Kramer.1960. Plant and Soil
Relationship. Mc Graw Hill
Company Inc :New York

Anda mungkin juga menyukai