Anda di halaman 1dari 12

PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

HUBUNGAN TUMBUHAN DENGAN AIR

MUHAMMAD ARRAFIQI

2110422046

LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ANDALAS

2022
I. PENDAHULUAN

Jumlah air yang dikandung tiap tana- man berbeda-beda, hal ini bergantung pada

habitat dan jemis spesies tumbu- han tersebut. Tumbuhan herba lebih banyak

mengandung air daripada tum- buhan perdu. Tumbuhan yang berdaun tebal

mempunyai kadar air antara 85-90 %, tumbuhan hidrofik 85-98 % dan tumbuhan

mesofil mempunyai kadar air antara 100-300 % Kuantitas air yang dibutuhkan oleh

tanaman sangat berbeda-beda sesuai dengan jenis dan lingkungan dimana tumbuhan

itu hidup (Dwidjoseputro, 2005)

Pertumbuhan bergantung pada pengambilan air, dan banyak hal da- lam

hubungan air tumbuhan bergan- tung pada interaksi antara sel dengan lingkungan.

Tumbuhan memang meru- pakan sistem yang dinamis dan sangat rumit, fungsi yang

satu berinteraksi dengan fungsi yang lain. Perbedaan kon- sentrasi sangat umum

terjadi pada sel hidup. Misalnya jika pada senyawa organik tertentu dalam sitosol

masuk ke dalam sel dan dimetabolisme oleh mitokondria, maka konsentrasi sitosol

yang berada di dekat mitokondria harus dipertahankan lebih rendah daripada

konsentrasi sitosol yang berada di dekat organel lainnya. Hal ini penting diperhatikan

terutama jika membicarakan difusi air (Campbell, 2002)

Pentingnya air sebagai pelarut dalam organisme hidup tampak amat jelas,

misalnya pada proses osmosis. Dalam suatu daun, volume sel dibatasi oleh dinding

sel dan relative hanya sedikit aliran air yang dapat diakomo- dasikan oleh elastisitas

dinding sel. Konsekuensi tekanan hidrostatis (teka- nan turgor) berkembang dalam

vaku- ola menekan sitoplasma melawan per- mukaan dalam dinding sel dan mening

katkan potensial air vakuola. Dengan naiknya tekanan turgor, sel-sel yang berdekatan
saling menekan, dengan hasil bahwa sehelai daun yang mula- nya dalam keadaan

layu menjadi bertambah segar (turgid). Pada keadaan seimbang, tekanan turgor

menjadi atau mempunyai nilai maksimum dan disini air tidak cenderung mengalir

dari apoplast ke vakuola. Pemasukan air dari dalam tanah ke dalam jaringan tanaman

melalui sel-sel akar secara difusi dan osmosis. Dengan masuknya aie melalui sel

akan tentulah akan terbawa ion-ion yang terdapat di dalam tanah karena larutan tanah

mengandung ion (Dwidjoseputro, 2005)

Sel tumbuhan, prokariota, fungi, dan sejumlah protista memiliki dinding.

Apabila sel seperti ini berada dalam larutan hipotonik ketika direndam dalam air

hujan, misalnya dinding akan membantu mempertahankan keseimbangan air sel

tersebut. Seperti sel hewan, sel tumbuhan ini membengkak ketika air masuk melalui

osmosis. Akan tetapi, dindingnya yang lentur akan mengembang hanya sampai pada

ukuran tertentu sebelum dinding ini mengerahkan tekanan balik pada sel yang

melawan penyerapan air lebih lanjut. Pada saat ini sel tersebut membengkak (sangat

kaku) yang merupakan keadaan yang sehat untuk sebagian besar sel tumbuhan.

Tumbuhan yang tidak berkayu, seperti sebagian besar tumbuhan rumahan,

tergantung pada dukungan mekanis dari sel yang dijaga untuk tetap bengkak oleh

larutan hipotonik sekelilingnya. Jika sel tumbuhan dan sekelilingnya isotonik, tidak

ada kecenderungan bagi air untuk masuk dan selnya menjadi lembek (lembut), yang

menyebabkan tumbuhan menjadi layu (Ross, 2005)


Molekul-molekul air bersatu sebagai akibat adanya ikatan hidrogen. Pada saat

itu berada dalam wujud cair, ikatan hidrogennya sangat rapuh, kekuatannya hanya

sekitar seperduapuluh dari kekuatan ikatan kovalen. Ikatan-ikatan tersebut terbentuk,

terpisah, dan terbentuk kembali dengan sangat cepat. Tiap ikatan hidrogen hanya

mampu beberapa piko detik, tetapi molekulmolekulnya secara terus-menerus

membentuk ikatan baru dengan pasangan penggantinya. Oleh karenanya, dalam

waktu yang singkat, sejumlah tertentu dari seluruh molekul air akan berikatan

dengan molekul tetangganya, membuat molekul air lebih teratur dibanding cairan

lainnya. Secar keseluruhan, ikatan hidrogen menyatukan substansi tersebut, suatu

fenomena yang disebut kohesi (Campbell, 2002)


II. METODE PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat

Praktikum mengenai Hubungan Tumbuhan Dengan Air dilaksanakan pada hari

Selasa, 27 September 2022 di Laboratorium Pendidikan IV, Jurusan Biologi,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas.

2.2 Alat dan Bahan

2.2.1 Pengukuran Kadar Air Jaringan Tumbuhan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya kertas rijek,

timbangan, dan oven. Sedangkan bahan yang digunakan adalah daun dan ranting

Anona Muricata.

2.3 Cara Kerja

2.3.1 Pengukuran Kadar Air Jaringan Tumbuhan

Daun dan ranting Anona Mucirata ditimbang sebanyak 10 gr untuk 3 sampel.

Kemudian masing-masing sampel dibungkus rapat dengan kertas rijek dan diberi

label. Selanjutnya sampel tersebut dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 80 oC

sampai beratnya konstan (48 jam). Setelah 48 jam, sampel dikeluarkan dan dilakukan

penimbangan masing-masing sampel daun dan ranting. Berat yang hilang dari bahan

yang dipanaskan, merupakan berat air yang dikandung bahan tersebut. Terakhir

kadar air Anona Mucirata dihitung dengan rumus sebagai berikut :


BB – BK

= % dari Berat Basah (BB)

BB

Atau BB – BK

= % dari Berat Kering (BK)

BK
2.3.2 Pengukuran Turgiditas Relatif Jaringan Tumbuhan

Daun kecambah umur 12 hari penyiraman dan 14 hari penyiraman dipotong masing-

masing 10 potongan dengan menggunakan Cork Borer. Berat 10 potongan daun

ditimbang dan dicatat berapa beratnya. Kemudian potongan-potongan daun

dimasukkan ke dalam dua botol kaca sesuai dengan jenis daun dan diisi Aquadest.

Botol kaca ditutup dan diletakkan pada penerangan lampu neon yang berintensitas +

25 lumen / sq-ft selama 90 menit. Setelah 90 menit, potongan daun dikeluarkan, sisa

air yang menempel dihilangkan dengan cara diletakkan sebentar potongan daun

diatas tisu. Berat daun ditimbang dan dicatat berapa beratnya. Selanjutnya potongan

daun dibungkus dengan kertas rijek dan dikeringkan dalam oven dengan suhu 80˚C

sampai kering (24 jam), lalu berat keringnya (BK) ditimbang. Hitung berapa

besarnya Turgiditas Relatif (TR) dan Defisit Air (WD) dari daun :

TR = BS - BK x 100% WD = BT - BS x 100%
BT - BK BT - BK

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Pengukuran Kadar Air Jaringan Tumbuhan

Daun Berat Bersih (gr) Berat Kering (gr) %BB %BK


Daun 1 10 3,08 0,692 2,246

Daun 2 10 2,83 0,717 2,533

Daun 3 10 2,35 0,765 3,255

Rata-rata 3 2,75 0,72 2,68

Ranting 1 10 3,72 0,628 1,688

Ranting 2 10 4,05 0,595 1,469

Ranting 3 10 3,33 0,067 2,003

Rata-rata 3 11,1 0,43 1,72

Berdasarkan tabel 1 pengukuran kadar air jaringan tumbuhan didapati pada

perlakuan pertama pda daun Annona muricata 1 dengan berat bersih 10 gram dan

berat setelah dilakukan peng-ovenan beratnya menjadi 3,08 dengan persentase berat

basah 0,925% dan persentase berat kering 2,246%. Selanjutnya pada daun 2 dengan

berat bersih yang sama yaitu 10 gram mendapatkan berat bering 2,98gram dengan

persentase berat basah yang didapat 0,717% dan persentase berat kering 2,533%.

Dan perlakuan daun terakhir dengan berat bersih sama yaitu 10 gram mendapatkan

hasil berat kering 2,35gram dengan persentase berat basah 0,765 dan persentase berat

kering 3,255. Pada perlakuan terhadap daun ini didapatkan rata-rata berat basah 3,

berat kering 2,75 dan persentase berat basah 0,75 serta persentase berat kering 2,68.

Hal ini sesuai dengan pendapat Loveless (2006) kandungan air di daun juga

dipengaruhi tebal dan luas daun, atau dalam arti kata jumlah parenkim mampu

menampung sejumlah air.


Pada perlakuan kedua menggunakan organ ranting Annona muricataI 1

dengan berat bersih sama yaitu 10 gram didapatkan hasil berat kering 3,72 dengan

persentase berat basah 0,628% dan persentase berat kering 1,688%. Berikutnya pada

ranting 2 dengan perlakuan dan berat bersih yang sama didapatkan berat kering 4,05

gram dan persentase berat basah 0,595% dan persentase berat kering 1,469% . Pada

ranting 3 dengan beerat bersih yang sama didapatkan hasil berat kering 3,33 dan

persentase berat baasah 0,067% dan persentase berat kering 2,003%. Setelah

pengamatan dilakukan didapatkan rata rata dari dari berat bersih ranting 3gram,

berat kering 11,1

Tabel 2. Pengukuran Turgiditas Relatif Jaringan Tumbuhan


Penyiraman BS (gr) BT (gr) BK (gr) TR (%) WD (%)
12 hari penyiraman 0,06 0,1 0,0085 56,28% 43,71%

14 hari penyiraman 0,07 0,08 0,0096 85,79% 14,20%

Pada tabel 2. Tentang pengukuran tugiditaas relatif pada jaringan tumbuhan

didapatkan hasil besar tugiditas pada kecambah yg diperlakukan 12 hari penyiraman

56,28% dan defisit air dari daun 43,71%. Pada perlakuan yang sama pada objek

kecambah yg dilakukan 14 hari penyiraman didapatkan besar hasil turgiditasnya

85,79% dan defisit air 14,20%. Nogle dan Fitzr (2003) menyatakan bahwa tanaman

akan mengalami turgiditas apabila berada pada lingkungan yang banyak airnya

sehingga air tersebut sehingga air tersebut akan masuk ke dalam sel sampai dinding

sel tidak mampu membesar.


IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa

1. Air merupakan komponen sangat penting bagi tumbuhan


2. Jumlah air pada daun dan ranting berbeda setelah pengeringan, hal ini

dikarenakan jenis sel yang tedapat pada daun dan ranting berbeda

3. Turgiditas relative pada kecambah yang diberi perlakuan penyirama 14 hari

lebih besar, disbanding dengan daun yang diberi penyiraman 12 hari.

4.2 Saran

Diharapkan pada praktikum berikutnya dilakukan lebih tenang dan kondussif agar

suasana di dalam labor tetap terjaga dan daiharapkan pada praktikan agar lebih

menguasai materi yang di praktikumkan agar tidak terjadi keraguan pada saat proses

praktikum.

V. DAFTAR PUSTAKA

Campbell. (2002). Biologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Dwidjoseputro. (2005). Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia.

Noggle , F.R dan G.J. Fritz. 2003. Introduzctory Plant Physycology. New York.

Van Hostrand Rain Hold


Loveless, A. R. 2006. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik 1.

Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Ross, F. B. (2005). Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Institut Teknologi Bnadung.

VI. LAMPIRAN

Gambar 1. Daun ditimbang sebanyak10 gr Gambar 2. Ranting ditimbang sebanyak 10 gr


Gambar 3. Sampel dimasukkan ke dalam oven Gambar 4. Daun ditimbang setelah di oven

Gambar 5. Ranting ditimbang setelah di oven

Anda mungkin juga menyukai