EKSPERIMEN 2
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT
TUJUAN
Bahan Alat
Campuran NH4Cl, Neraca analitik Set alat destilasi
NaCl, dan pasir (2-3 g) Penjepit besi Batu didih
Akuades Cawan Penguapan Statif dan klem
Larutan iodin dalam air Kaca arloji cincin
Sikloheksana Kertas saring Corong pisah
Etanol Batang Pengaduk Labu erlenmeyer
Gelas Ukur 50 mL Gelas kimia
dan 100 mL Corong kaca
TEORI DASAR
Campuran tebentuk saat dua atau lebih zat yang tidak saling bereaksi dicampurkan. Dalam
kehidupan sehari-hari, material yang kita temui seringkali berupa campuran, misalnya semen,
tanah, perunggu, dan kayu. Terdapat dua karakteristik khas dari campuran yaitu:
1. Masing-masing zat dalam campuran akan tetap mempertahankan sifat asalnya.
2. Campuran dapat dipisahkan menjadi komponen-komponen penyusunnya melalui
cara- cara fisika.
Apabila jumlah dari salah satu zat dalam suatu campuran sangat besar dibandingkan zat
lainnya, maka campuran ini disebut sebagai zat yang tidak murni (impure substance), dimana
zat lainnya disebut sebagai pengotor (impurities).
Preparasi dari suatu zat biasanya memerlukan tahap pemisahan atau isolasi dari pengotornya.
Itulah sebabnya, pemisahan campuran menjadi komponen-komponen penyusunnya dan
pemurnian zat merupakan masalah yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya air minum awalnya berupa campuran dari air, pasir, dan berbagai garam-garam
yang terlarut, karenanya disebut sebagai air yang tidak murni. Bagaimana cara kita
memurnikannya? Pemisahan campuran didasarkan pada fakta bahwa tiap-tiap komponen
penyusun campuran tersebut memiliki sifat fisik/karakteristik yang berbeda-beda. Setiap
komponen ini, dapat berupa senyawa atau unsur, masing-masing merupakan zat murni
dengan sifat yang khas. Misalnya NaCl bersifat mudah larut dalam air, sedangkan SiO2 tidak
TIM PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1
PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2021
larut dalam air. Masing-masing zat murni ini memiliki sifat fisik- seperti titik didih dan titik
leleh- tersendiri dan merupakan karakteristik penting dari zat tersebut.
Meskipun ada banyak sifat fisik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi zat tertentu,
fokus eksperimen ini adalah pada pemisahan komponen-komponen dari suatu campuran,
bukan pada identifikasi dari komponen-komponen tesebut.
Metode yang dapat digunakan pada proses pemisahan didasarkan pada sifat-sifat fisika,
diantaranya:
1. Dekantasi adalah proses pemisahan cairan dari suatu padatan (endapan), dengan cara
menuangkan cairan secara perlahan dan hati-hati sehingga terpisah dari endapannya
(Gambar 1).
2. Filtrasi adalah proses pemisahan padatan dari cairan menggunakan suatu medium zat
berpori (filter) yang dapat melewatkan cairan, namun menahan padatannya (Gambar 1).
Zat berpori ini dapat berupa kertas, lapisan arang aktif, maupun pasir. Pasir dan kotoran
lainnya dapat dipisahkan dari air menggunakan teknik ini.
3. Ekstraksi adalah proses pemisahan zat dari campuran melalui proses pelarutan
menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ini didasarkan pada perbedaan kelarutan suatu
zat dalam dua cairan tidak saling larut, biasanya air dan pelarut organik.
4. Sublimasi adalah proses dimana suatu padatan berubah menjadi gas tanpa melewati fasa
cairnya. Sifat ini sangat karakteristik dan tidak dimiliki oleh semua zat padat. Beberapa
zat yang memiliki sifat ini antara lain iod, naftalen, dan NH4Cl.
5. Destilasi adalah proses pemisahan dan pemurnian campuran zat berdasarkan perbedaan
titik didih dari masing-masing zat. Pada proses ini, perbedaan titik didih yang cukup
besar akan menghasilkan pemisahan yang baik. Terdapat bermacam-macam destilasi
antara lain destilasi bertingkat, destilasi vakum, dll.
Campuran yang akan Anda pisahkan pada praktikum ini mengandung komponen: NH4Cl,
NaCl, dan pasir. Pemisahan dari komponen-komponen ini dapat dilakukan melalui
pemanasan campuran untuk menyublimasi NH4Cl, pelarutan NaCl dengan air, dan
TIM PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2
PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2021
CARA KERJA
A. Pemisahan campuran NH4Cl, NaCl, dan pasir dengan teknik sublimasi dan filtrasi
1. Timbang sebuah gelas kimia yang kering dan bersih dengan hati-hati hingga tingkat
ketelitian 0,001 g. Sebanyak 2-3 g sampel campuran dimasukkan ke dalam gelas
kimia yang telah diketahui beratnya. Kemudian timbang gelas kimia yang telah berisi
sampel, lalu tentukan berat sampel.
2. Panaskan gelas kimia berisi sampel tersebut menggunakan pembakar bunsen sampai
asap putih tidak terbentuk lagi (sekitar 15 menit). Saat 10 menit pemanasan, aduk
campuran menggunakan batang pengaduk dengan perlahan dan hati-hati, kemudian
panaskan lagi campuran hingga selesai.
3. Biarkan gelas kimia hingga dingin (jangan pernah menimbang gelas kimia atau alat
gelas lainnya dalam keadaan panas atau hangat). Selisih berat gelas kimia sebelum
dan setelah pemanasan merepresentasikan berat NH4Cl dalam campuran. Hitunglah
berat NH4Cl tersebut.
4. Tambahkan 15 mL air ke dalam gelas kimia berisi padatan sisa, lalu aduk selama 5
menit. Siapkan cawan penguapan dan kertas saring yang telah ditentukan beratnya.
Saring campuran menggunakan kertas saring. Tampung filtrat ke dalam cawan
penguapan. Bilas padatan yang masih tertinggal dalam gelas kimia dengan
Contoh 1
Berapakah persentase dari SiO2 dalam 7,69 g sampel campuran apabila diperoleh 3,76 g
SiO2 yang berhasil diisolasi?
berat komponen(gram)
% Komponen= ×100
berat sample( gram)
B. Destilasi
1. Susun alat destilasi seperti gambar set alat destilasi, perhatikan aliran air pada
kondensor. Ingat aliran air harus dari bawah ke atas (mengapa?). (Gambar 3)
2. Ambil 30-40 mL campuran etanol dan air lalu gunakan corong untuk memasukannya
ke dalam labu destilasi. Volume cairan sebaiknya kurang dari setengah volume labu
(mengapa?).
3. Masukkan batu didih, kemudian panaskan labu.
4. Catat suhu saat destilat mulai menetes, dan perhatikan kecenderungan kenaikan suhu.
Catat setiap menit.
Data pengamatan dapat diakses pada link berikut:
https://www.youtube.com/watch?v=mrA1OawpeNk
Gambar 3. Rangkaian alat destilasi sederhana.
C. Ekstraksi
1. Ambil 20 mL larutan iodin dalam air, kemudian masukkan dalam corong
pisah 100 mL.
2. Tambahkan 10 mL sikloheksana.
3. Tutup corong, lalu lakukan pengocokan.
4. Buka kran corong di sela-sela pengocokan (mengapa?). (Gambar 4)
5. Setelah pengocokan beberapa kali, simpan corong pada ring yang telah
ditempatkan pada statif.
6. Biarkan hingga memisah, catat penampilan fisik tiap-tiap lapisan yang
terbentuk, bandingkan dengan larutan awal.
7. Buka tutup corong pisah (mengapa?), lalu alirkan larutan yang telah terpisah,
tampung lapisan bawah ke dalam labu erlenmeyer (a) dengan hati-hati-hati
sehingga tidak ada lapisan atas yang ikut terbawa.
8. Tuangkan lapisan atas melalui bagian atas corong pisah ke dalam labu erlenmeyer
(b).
9. Tuangkan kembali fase air yang berada dalam labu erlenmeyer (a) ke dalam
corong pisah, kemudian tambahkan 10 mL sikloheksana. Lakukan
pengocokan, biarkan lapisan pelarut terpisah, tampung kembali lapisan
bawah ke dalam labu erlenmeyer (a) dan lapisan atas ke dalam labu
erlenmeyer (b).
10. Lakukan kembali ekstraksi seperti langkah 9 hingga semua iodin terekstraksi
ke dalam pelarut organik.
Bandingkan hasil pengamatan jika pelarut sikloheksana diganti dengan
CHCl3. Pelarut manakah yang akan berada di lapisan bawah?
Sumber Video
Dekantasi & Filtrasi: https://www.youtube.com/watch?
v=tLmh_rMQu7M Sublimasi & Filtrasi:
https://www.youtube.com/watch?v=0xeQHcpcDjI Ekstraksi:
https://www.youtube.com/watch?v=8bZl7mcG0Ew
Destilasi: https://www.youtube.com/watch?v=mrA1OawpeNk