Anda di halaman 1dari 4

3

Garam-garam Terhidrasi

A. Tujuan
Setelah melakukan praktikum, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menentukan beberapa senyawa garam yang bersifat deliquescence dan efflorecence
2. Menentukan kadar hidrat pada senyawa garam yang terhidrasi
3. Menentukan secara kualitatif garam-garam yang mengandung hidrat

B. Dasar Teori
Pada umumnya kristal suatu senyawa kimia bila diletakkan beberapa lama diudara akan
mengadsorbsi air pada permukaannya. Jumlah air yang diadsorbsi relatif kecil, tergantung
pada kelembaban udara. Hal ini dapat dilihat pada permukaannya yang basah. Terdapat
pula kristal yang mengandung sejumlah air yang terikat secara kimia dalam kristal
tersebut. Kristal-kristal ini biasanya merupakan garam ionik. Air yang terdapat didalamnya
disebut air kristal dan biasanya berikatan dengan kationnya. Air kristal yang terdapat pada
senyawa mempunyai jumlah tertentu dan relatif mudah dihilangkan melalui pemanasan
pada suhu diatas titik didih air. Sebagai contoh adalah hidrat tembaga (II) klorida yang
dapat diubah menjadi tembaga (II) klorida melalui pemanasan pada suhu 110°C.
Reaksi penghilangan air kristal pada saat pemanasan adalah:
110oC
CuCl2.2H2O CuCl2 + H2O

Reaksi diatas dikenal dengan reaksi dehidrasi. Pada dehidrasi terjadi perubahan struktur
kristal dan warna. Perubahan ini juga bergantung pada pemanasan, apakah pemanasannya
sempurna atau tidak. Sebagai contoh kristal CoCl 2.6H2O berwarna putih, jika dipanaskan
hingga air kristalnya tinggal 2 molekul (CoCl 2.2H2O) akan berwarna violet, tetapi jika
dipanaskan sempurna akan berubah menjadi biru(CoCl2).

Terdapat senyawa hidrat yang bila diletakkan di udara terbuka akan melepaskan air.
Banyaknya air yang dilepaskan tergantung pada kelembaban udara. Semakin besar
kelembaban akan semakin sedikit air yang dilepaskan. Proses pelepasan air ini disebut
effloresence, misalnya CoCl2.6H2O. Tetapi ada juga senyawa yang jika diletakkan di udara
akan menyerap air, dan akan mencair jika diletakkan lebih lama lagi. Senyawa yang
demikian disebut higroskopis dan prosesnya disebut deliquescence, misalnya kristal
NaOH. Tidak hanya air di udara, tetapi dapat juga untuk menyerap air dalam larutan
sedemikian rupa hingga larutan tersebut bebas air. Senyawa yang demikian disebut
desicant atau zat pengering.
Beberapa senyawa dapat menghasilkan air pada saat dipanaskan, tetapi senyawa tersebut
merupakan senyawa hidrat yang sebenarnya. Air yang terbentuk merupakan hasil dari
proses penguraian, bukan hasil dari proses penghilangan air melalui dehidrasi senyawa-
senyawa organik, terutama bersifat tersebut diatas. Penguraian yang menghasilkan air
bukan merupakan proses reversibel. Penambahan air ke dalam CuCl 2 anhidrida akan
menghasilkan CuCl2.2H2O. Bila cukup air yang ditambahkan akan diperoleh larutan yang
Buku Petunjuk Praktikum Kimia Dasar 14
mengandung hidrat ion Cu2+. Semua hidrat ionik larut dalam air dan dapat diperoleh
kembali melalui kristalisasi dari larutannya. Jumlah air yang terikat bergantung kepada
cara pembuatan hidrat tersebut.

C. Alat-alat dan Bahan

Alat yang digunakan Bahan-bahan yang digunakan


▪ Tabung reaksi dan rak ▪ Borax
▪ Bunsen, kaki tiga, segitiga ▪ BaCl2
porselen dan kasa ▪ Na2CO3.10H2O
▪ Kaca arloji ▪ HNO3
▪ Cawan penguap ▪ K2Cr2O7
▪ Cawan krus + tutup ▪ CuSO4,.5H2O
▪ Eksikator ▪ MnCl2.xH2O
▪ Penjepit tabung reaksi ▪ CaCl2
▪ Penjepit cawan ▪ KAL(SO4)2.12H2O
▪ Gelas kimia 250 mL

D. Cara Kerja
1. Identifikasi Hidrat
1) Masukkan sejumlah kristal K2Cr2O7, kurang lebih 0,1 – 0,5 gram (tidak perlu
ditimbang) ke dalam tabung reaksi.
2) Panaskan tabung reaksi tersebut dan amati apakah ada tetesan air pada dinding
tabung. Catat
3) Dinginkan dan amati warna, sifat, bentuk padatan dll nya
4) Tambahkan sedikit air (jika perlu dipanaskan) dan amati sekali lagi perubahan
yang terjadi.
5) Lakukan pekerjaan no 1 s/d 4 untuk senyawa BaCl2 dan Borax

2. Deliquescence dan Efflorescence


1) Tempatkan sejumlah kristal KAl(SO4)2.12H2O ke dalam kaca arloji dan cawan
penguap
1) Panaskan zat/senyawa yang terdapat dalam cawan penguap, amati dan catat
perubahan yang terjadi
2) Selama praktikum, amati dan catat perubahan wujud dari zat/senyawa yang
diletakkan pada kaca arloji
3) Ulangi pekerjaan no. 1 dan 2 untuk senyawa CuSO4.5H2O, CaCl2 dan
NaCO3.10H2O

3. Reversibelitas Hidrasi
1) Tempatkan sejumlah kristal MnCl2.xH2O (kurang lebih 0,3 gram, tidak perlu
ditimbang) ke dalam cawan penguap
2) Panaskan hingga terjadi perubahan warna yang sempurna
3) Setelah agak dingin, tambahkan beberapa tetes air dan panaskan kembali hingga airnya
mengering. Amati dan catat perubahan warna yang terjadi.

4. Penentuan Jumlah Air Kristal

Buku Petunjuk Praktikum Kimia Dasar 15


1) Bersihkan cawan krusibel dan panaskan dengan pembakar Bunsen, sekitar 10
– 15 menit
2) Dengan menggunakan tang, masukkan cawan panas tersebut ke dalam
eksikator, tunggu sekitar 30 menit.
3) Setelah dingin, timbanglah cawan krusibel
4) Ke dalam cawan yang sudah ditimbang, tambahkan 1,00 gram sampel
(penimbangan harus teliti)
5) Panaskan kembali cawan tersebut,selama kurang lebih 45 – 50 menit
6) Dinginkan kembali dalam eksikator (15 – 20 menit), timbang lagi
7) Amati residu yang diperoleh, kemudian tambahkan air (kira-kira 2/3 bagian
terisi air) dan amati kembali apakah larut sempurna atau tidak.

E. Data Pengamatan
1. Identifikasi hidrat

Uap Air/tetesan air Larut dalam


Nama Senyawa Warna residu
pada dinding tabung air
1.
2.
3.

2. Deliquescence dan efflorescence

Perubahan yang terjadi Perubahan yang terjadi pada


Nama Senyawa
pada cawan penguap kaca arloji
1.
2.
3.
4.

3. Reversibelitas hidrasi

Perubahan setelah Perubahan setelah


Nama Senyawa
pemanasan ditambahkan air
1.

4. Jumlah air kristal


Berat cawan kosong = ………………. gram
Berat cawan + residu = ………………. gram
Berat sampel = ………………. gram
Berat residu = ………………. gram
Berat air kristal yang menguap = ………………. gram
Jumlah mol airyang hilang = ......................... mol
Jumlah mol residu = ......................... mol
Jumlah mol air per mol residu = .........................
Rumus molekul senywa hidrat = .........................

Buku Petunjuk Praktikum Kimia Dasar 16


PUSTAKA
1. Emil J Slowinski,”Chemical Principles in Laboratory with Qualitative Analysis”,
Japan, 1983

Buku Petunjuk Praktikum Kimia Dasar 17

Anda mungkin juga menyukai