Anda di halaman 1dari 16

PAPER

Pengantar Teknik Pengelolaan Laboratotium


“Bahan Kimia”

Disusun Oleh:

Sandi Buhungo
441418045
Pendidikan Kimia A

JURUSAN KIMIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laboratorium adalah tempat yang dilengkapi peralatan untuk melangsungkan eksperimen
di dalam sains atau melakukan pengujian dan analisis. Bisa juga diartikan sebuah bangunan
yang dilengkapi peralatan untuk melangsungkan penelitian ilmiah maupun praktikum.
Berdasarkan pengertian tersebut, laboratorium kimia adalah suatu bangunan yang di
dalamnya terdapat peralatan dan bahan-bahan kimia untuk pelaksanaan eksperimen.
Dalam laboratirium kimia tida lepas dari adanya bahan kimia, bahan kimia ini
merupakan zat murni ataupun campuran yang tersusun atas beragam element-element
kimiawi. Misalnya, air yang juga merupakan bahan kimia menjadi bahan kimia murni
karena homogen atau hanya terdiri dari satu jenis bahan saja yaitu seluruh strukturnya hanya
terdapat molekul H2. Namun, tidak semua bahan kimia itu bersifat negatif dan beracun
karena setiap bahan kimia itu mempunyai sifat dan manfaat yang berbeda sesuai dengan
kebutuhan masing-masing. Biasanya bahan-bahan kimia yang sering pakai seperti reagen
atau untuk reaksi-reaksi tertentu.
Bahan-bahan kimia baik yang terdapat di laboratorium maupun yang biasa kita jumpai
dalam kehidupan sehari-hari harus mampu digunakan sesuai dengan aturan penggunaan serta
penyimpanannya. Karena jika kita salah menggunakan atau salah dalam menyimpannya,
maka bisa dapat mengakibatkan dampak negatif yaitu dapat menyebabkan timbulnya
penyakit dan bahkan pula bisa mengakibatkan kematian jika paparan daripada bahan kimia
tersebut dalam kategori tinggi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bahan kimia, materi, substansi, senyawa dan unsur?
2. Apa saja jenis-jenis bahan kimia?
3. Bagaimana bahaya dan pencegahan dari bahan kimia?
4. Bagaimana assessment dari bahan kimia tersebut?
5. Bagimana pemaparan dari bahan kimia?
6. Apa saja bahaya fisik dan hayati bahan kimia?
7. Bagaimana simbol dan sistem informasi dari bahan kimia?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bahan kimia, materi, substansi, senyawa
dan unsur.
2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis bahan kimia.
3. Untuk mengetahui bagaimana bahaya dan pencegahan dari bahan kimia.
4. Untuk mengetahui bagaimana assessment dari bahan kimia tersebut.
5. Untuk mengetahui pemaparan dari bahan kimia.
6. Untuk mengetahui apa saja bahaya fisik dan hayati bahan kimia.
7. Untuk mengetahui bagaimana simbol dan sistem informasi dari bahan kimia.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Bahan Kimia
1. Bahan Kimia
Bahan kimia adalah zat murni ataupun campuran yang tersusun atas beragam element-
element kimiawi. Misalnya, air yang juga merupakan bahan kimia menjadi bahan kimia
murni karena homogen atau hanya terdiri dari satu jenis bahan saja yaitu seluruh
strukturnya hanya terdapat molekul H2.
Adapun definisi bahan kimia menurut para ahli, antara lain;

a. Agung Nugroho Catur Saputro & Irwan Nugraha (2008), Bahan kimia adalah
sebagai bahan yang dikaji dalam ilmu pengetahuan alam terkait dengan struktur,
susunan, sifat, dan perubahan materi serta energi yang menyertainya.
b. Irfan Anshory (2000), Bahan kimia ialah proses pembelajaran tentang struktur
materi, sifat-sifat materi, perubahan suatu materi menjadi materi lain, serta energi yang
menyertai perubahan materi.
c. Brady (1994), Bahan kimia adalah zat abstrak yang perlu ditakuti oleh manusia biasa,
karena bahan mencakup benda yang ada di sekitar kita.

2. Materi
Materi adalah sebagai sesuatu yang menempati volume dan memiliki massa. Materi
juga dapat berupa padat, cair maupun gas.
3. Substansi
Substansi atau disebut juga zat dapat berupa unsur atau senyawa. Suatu zat kimia
dapat didefinisikan dengan baik “bahan apapun dengan komposisi kimia tertentu” dalam
buku teks pengantar kimia umum. Menurut definisi ini, bahan kimia dapat berupa unsur
kimia murni atau senyawa kimia murni. Sebuah zat kimia yang merupakan bentuk materi
memiliki komposisi kimia konstan dan sifat karakteristik. Beberapa referensi
menambahkan bahwa zat kimia tidak dapat dipisahkan menjadi unsur-unsur penyusunnya
dengan metode pemisahan fisik, yaitu tanpa memutus ikatan kimia.
4. Unsur
Unsur adalah zat tunggal murni yang paling sederhana dan tidak dapat diuraikan
menjadi zat lain yang lebih sederhana melalui reaksi kimia. Contoh unsur adalah Natrium
(Na), belerang (S), Besi (Be), Be (berlium).
5. Senyawa
Senyawa kimia murni adalah zat kimia yang terdiri dari
sekumpulan molekul atau ion tertentu. Dua unsur atau lebih bergabung menjadi satu zat
melalui reaksi kimia membentuk senyawa kimia. Semua senyawa adalah zat, tapi tidak
semua zat adalah senyawa.
2.2 Jenis Bahan Kimia
1) Bahan kimia berdasarkan wujudnya
Menurut Harini et al. (2019) Berdasarkan wujudnya bahan kimia ini dibagi atas 3 jenis,
yaitu:
a. Bahan kimia berbentuk cair
Bahan kimia berbentuk cair bisa merupakan suatu pelarut/solven dan juga larutan
(campuran ataupun hasil pengenceran)
Kode fasa yang digunakan untuk pelarut adalah (l) dari kata liquid sedangkan larutan
adalah (aq) dari kata aqueous.
Contoh : larutan HCl, Pelarut n-heksana, pelarut kloroform, dan lain-lain
b. Bahan Kimia berbentuk padat
Bahan kimia yang berbentuk padat bisa berupa serbuk ataupun Kristal.
Kode fasa yang digunakan untuk bahan padat adalah (s) dari kata solid.
Contoh : NaOH, NaCl, logam Mg, dan lain-lain.
c. Bahan kimia berbentuk gas
Bahan kimia yang berbentuk gas memiliki kode fasa (g) dari kata gass.
Contoh : gas He (helium), gas O2 (oksigen), dan lain-lain.
2) Bahan kimia berdasarkan kemurniannya
Bahan kimia memiliki tingkat kemurniannya, bahan kimia terbagi menjadi dua jenis
a. Bahan kimia teknis
Bahan kimia teknis memiliki tingkat kemurnian < 100%, bahan kimia teknis bisa
digunakan untuk kegiatan analisis yang tidak membutuhkan tingkat ketelitian yang tinggi.
b. Bahan kimia pro analysis (p.a)
Sesuai namanya, bahan kimia pro analisys sangat cocok untuk kegiatan analisis yang
membutuhkan tingkat ketelitian yang tinggi. Bahan kimia pro analisys memiliki tingkat
kemurnian 100%
2.3 Bahaya dan pencegahannya
1. Bahaya bahan kimia
Pengguna bahan kimia dalam kegiatan di laboratorium tentunya harus memperhatikan
jenis bahaya yang dapat ditimbulkan. Para analisis dapat memperhatikan symbol hazard
yang ada disetiap label kemasan bahan kimia (Subamia et al., 2019)
a. Irritant

Bahan yang dapat menyebabkan iritasi dan gatal-gatal dan dapat menyebabkan luka
bakar pada kulit. Contoh bahan yang memiliki tanda Irritant yaitu Natrium Hidroksida
(NaOH), Heksanol (C6H5OH), Klorin (Cl2) untuk pencegahannya dapat dilakukan dengan
hindari kontak langsung dengan kulit.
b. Harmful

Bahan yang dapat merusak kesehatan tubuh bila kontak langsung dengan tubuh atau
melalui inlahasi. Contoh bahan kimia yang memiliki tanda Harmful yaitu Diklorometan;
Etilen glikol untuk pencegahnnya dapat di lakukan dengan jangan menelan, jangan
menghirup dan hindari kontak langsung dengan kulit.
c. Toxic

Bahan yang bersifat beracun, dapat menyebabkan penyakit serius bahkan kematian bila
tertelan atau terhirup. Conroh bahan kimia yang memilki tanda toxic yaitu
Metanol(CH3OH), Benzena (C6H6). Untuk pencegahannya dengan jangan menelan, jangan
menghirup dan hindari kontak langsung dengan kulit.
d. Very Toxic
Bahan yang bersifat sangat beracun dan sangat berbahaya bagi kesehatan yang juga
menyebabkan sakit kronis bahkan dapat menyebabkan kematian. Contoh bahan kimia yang
bersifat very toxic Kalium sianida, Hydrogen sulfida, Nitrobenzene dan Atripin. Untuk
pencegahannya hindari kontak langsung dengan tubuh dan sistem pernapasan
e. Corrosive

Bahan yang bersifat korosif, dapat merusak jaringan hidup,dapat menyebabkan iritasi
pada kulit,gatal-gatal dan dapat membuat kulit mengelupas. Contoh Bahan kimia yang
bersifat corrosive Asam Klorida (HCl), Asam Slfat (H2SO4), Natrium Hidroksida (NaOH
>2%). Untuk pencegahannya dapat dilakukan dengan hindari kontak langsung dengan kulit
dan hindari benda-benda yang bersifat logam.
f. Highly Flammable

Mudah terbakar dibawah kondisi atmosferik biasa atau mempunyai titik nyala
rendah (di bawah 21°C) dan mudah terbakar dibawah pengaruh kelembapan. Contoh bahan
kimia yang bersifat Highly Flammable yaitu Aseton dan Logam natrium. Untuk
pencegahannya dapat dilkukan hindari dari sumber api, api terbuka dan loncatan api serta
hindari pengaruh pada kelembapan tertentu.
g. Extra Flammable
Bahan yang sangat mudah terbakar, berupa gas dan udara yang membentuk suatu
campuran yang bersifat mudah meledak dibawah kondisi normal. Contoh bahan kimianya
yaitu Dietil eter (cairan), Propane (gas). Untuk pencegahannya dapat dilakukan dengan
jauhkan dari campuran udara dan sumber api.
h. Explosive

Bahan kimia yang mudahh meledak dengan adanya panas atau percikan bunga api,
gesekan atau benturan. Contoh bahan kimianya yaitu KClO 3, NH4NO3. Untuk
pencegahannya dapat dilakukan dengan hindari pukulan/benturan,gesekan pemanasan api
dan sumber nyala lain bahkan tanpa oksigen atmosferik.
i. Oxidizing

Bahan kimia bersifat pengoksidasi,dapat menyebabkan kebakaran dengan


menghasilkan panas saat kontak dengan bahan organik dan bahan pereduksi. Contoh bahan
kimianya Hidrogen peroksida, Kalium perklorat.untuk pencegahannya dapat dilakukan
dengan hindarkan dari panas dan reduktor.
j. Flammable solid

Padatan yang mudah terbakar. Contoh bahan kimianya yaitu sulfur,magnesium, dan
picric acid. Dengan cara pencegahannya yaitu hindari panas atau bahkan bahan yang
mudah terbakar dan reduktor,serta hindari kontak dengan air apabila bereaksi dengan air
dapat menimbulkan panas serta api.
2.4 Assessment Bahan Kimia (flamability, reaktive dan explosivability)
Flammability
(bahaya mudah Reaktifitas Explosivability
terbakar)
Titik nyala 4 = dapat mengalami Sebuah bahan peledak
4 = dibawah 73 F detonasi diklasifikasikan sebagai
3 = dibawah 100 F 3 = guncangan dan panas bahan peledak rendah
2 = dibawah 200 F dapat menyebabkan atau tinggi menurut
1 = diatas 200 F detonasi tingkat pembakarannya :
0 = tidak dapat 2 = dapat mengalami bahan peledak rendah
menyala perubahan kimiawi yang membakar dengan cepat
dahsyat (atau mengempiskan ),
1 = tidak stabil jika sementara bahan peledak
dipanaskan tinggi meledak .
0 = stabil
Tingkat dan kelas racun dari bahan kimia
1. Amat sangat beracun (extremely toxic)
2. Sangat beracun (highly toxic)
3. Beracun toxic)
1. Bahan mudah terbakar/flamability
a. Zat mudah terbakar
Zat mudah terbakar bermakna mudah memantik api dan terbakar diudara , dengan tiga
wujud yaitu padat, cair, dan uap. Langkah terbaik untuk menangani bahaya atau
kebakaran adalah mencegah muncuknya uapn mudah terbakar dan sumber penyulutan
pada saat bersamaan
b. Karakteristik bahan yang mudah terbakar
- Titik nyala : suhu terendah dimana cairan memilki tekanan uap cukup untuk membentuk
campuran dapat menyala dengan udara disekitar permukaan cairan
- Suhu penyulutan : suhu minimal yang diperlukan mulai atau menyebabkan terjadinya
pembakaran mandiri tanpa tergantung sumber panas.
- Batas muda terbakar : masing-masing gas dan cairan memiliki dua batas
kemudahbakaran cukup jelas dan menunjukkan kisaran konsentrasi bahan kimia dalam
campuran udara yang akan menghasilkan api dan menyebabkan ledakan.
2. Reactive
a. Reactive air
Material reactive air adalah material bereaksi kuat dengan air. Logam alkali litium,
natrium dan kalium, senyawa organometalik dan beberapa hidrida bereaksi dengan air
menghasilkan panas dan gas hydrogen yang mudah terbakar. Hasil reaksi menghasilkan
nyala atau bergabung secara eksplosif dengan oksigen di atmosfer.
b. Piroforik
Bahan pereduksi seperti logam hidrida, campuran logam reaktif, garam logam valensi
rendah, dan besi sulfida juga merupakan piorfotik. Material piroforik, dioksidasi senyawa
oleh oksigen atau kelembababn di udara terjadi begitu cepat sehingga terjadi penyulutan.
c. Bahan kimia yang tidak sesuai
Beberapa senyawa memiliki bahaya reaktif atau racun, tergantung kondisiny. HCN jika
digunakan sebagai cairan atau gas murni dalam aplikasi industry, tidak sesuai dengan
basa akan distabilkan terhadap polimerisasi kuat dengan penambahan penghambat asam.
HCN juga dapat terbentuk saat asam sianida dicampur dengan asam.
3. Mudah meledak/ explosivability
a. Bahan peledak
Senyawa kimia jika terkena getaran, benturan, gesekan, detonasi, mengalami perubahan
kimia cepat dan menghasilkan gas sangat panas dalam volume besar pada tekanan
atmosfer. Hydrogen dan klorin akan meledak jika terkena cahaya.
b. Senyaawa Azo dan Peroksida
Senyawa ini paing berbahaya ditangani dilaboratorium dan merupakan reagen umum
yang digunakan sebagai sumber radikal bebas dan oksidan. Keduanya merupakan bahan
peledak berdaya rendah peka terhadap guncangan, percikan atau penyulutan yang tidak
disengaja.
c. Pengoksida lainnya
Bahan pengoksida dapa bereaksi kuat jika mengalami kontak bahan pereduksi dan
terkadang bahan yang memilki sifat mudah terbakar. Bahan pengoksida meliputi halogen,
oksi halogen, peroksik alogen organic, kromat dan pesulfat
d. Bubuk dan debu
Suspense partikel mengandung oksigen atau dapat mengoksidasi tepung, debu, batu bara,
bubuk magnesium, debus eng, bubuk karbon merupakan campuran peledak yang dasyat.
e. Bahan peledak yang sangat panas
Ledakan juga dapat terjadi akibat panas bukan hanya disebabkan oleh reaksi kimia.
Ledakan berbahaya terjadi jika cairan panas atau kumpulan partikel sangat panas
mengalami kontak tiba-tiba dengan bahan memilki titik didih lebih rendah. Letupan
terjadi saat zat pemberi arang, serpihan didih ditambahkan ke cairan yang dipanaskan
diatas titik didihnya (Yulianti, 2014).
2.5 Pemaparan Bahan Kimia/ Exoposure
Pada saat kita kontak dengan bahan kimia maka pada saat itulah kita disebut terpajan
bahan kimia berbahaya, dan apabila akibat dari pajanan tersebut menimbulkan dampak maka
berarti sudah mengalami paparan. Secara garis besar, pajanan adalah kontak dengan agen
potensial, sementara paparan merupakan pengalaman/akibat dari kontak terhadap agen
tersebut. Pemaparan terhadap bahan kimia dilaboratorium terjadi melalui penghirupan,
kontak dengan kulit atau mata, pencernaan dan injeksi.
Risiko bahaya yang paling tinggi adalah percikan atau paparan bahan kimia
HNO3 pekat, fenol, dan H2SO4 pekat. Ketiga bahan kimia merupakan bahan kimia yang
apabila terkena kulit berpotensi menyebabkan luka bakar pada kulit. Ketiga bahan kimia ini
sering digunakan dalam keseharian sebagai salah satu bahan praktikum. Pengguna
laboratorium sering teledor dan kurang berhati-hati saat melakukan praktikum sehingga
ketiga bahan kimia di atas tersenggol dan terjatuh yang kemudian dapat menimbulkan
percikan dan terpapar pada kulit pengguna laboratorium.
2.6 Bahaya Fisik dan Hayati Bahan Kimia
1. Bahaya Fisik
a. Keracunan akibat penyerapan zat kimia beracun (toxic) baik melalui oral maupun kulit.
Keracunan dapat bersifat akut atau kronis. Akut artinya dapat memberikan akibat yang
dapat dilihat atau dirasakan dalam waktu singkat. Misalnya, keracunan fenol dapat
menyebabkan diare dan keracunan karbon monoksida dapat menyebabkan pingsan atau
kematian dalam waktu singkat. Kronis artinya pengaruh dirasakan setelah waktu yang
lama, akibat penyerapan bahan kimia yang terakumulasi terus menerus. Contoh
menghirup udara benzena, kloroform, atau karbon tetraklorida terus menerus dapat
menyebabkan sakit hati (lever). Uap timbal dapat menyebabkan kerusakan dalam darah.
b. iritasi
Iritasi dapat berupa luka, atau peradangan pada kulit, saluran pernapasan dan mata akibat
kontak dengan bahan kimia korosif, seperti asam sulfat, gas klor, dll.
c. Luka Kulit
Luka kulit dapat terjadi sebagai akibat bekerja dengan alat gelas. Kecelakaan ini sering
terjadi pada tangan atau mata karena pecahan kaca.
d. Luka bakar
Luka bakar atau kebakaran disebabkan kurang hati-hati dalam menangani pelarut-
pelarut organik yang mudah terbakar, seperti eter dan etanol. Hal yang sama dapat
diakibatkan oleh peledakan bahan reaktif peroksida dan perklorat.
2. Bahaya Hayati
Bahaya hayati merupakan hal yang perlu diperhatikan di laboratrium yang menangani
mikroorganisme atau zat-zat yang terkontaminasi mikroorganisme. Bahaya ini biasanya
muncul di laboratrium penelitian klinis, penyakit menular, penelitian kimia, dan tidak
menutup kemungkinan muncul di laboratrium mikrobiologi, mungkin juga muncul di
laboratrium lain. Penilaian risiko bahaya hayati perlu mempertimbangkan sejumlah faktor
antar lain organisme yang dimanipulasi, perubahan yang dilakukan terhadap organisme
tersebut, dan kegiatan yang akan dilakukan dengan organisme tersebut. Penilian risiko
bahaya hayati diantaranya : organisme yang dimanipulasi, perubahan yang dilakukan
terhadap organisme tersebut (Ramadhani, 2020).
Penilaian resiko bahan hayati  berbahaya perlu mempertimbangkan beberapa faktor,
seperti :
1) organisme yang dimanipulasi
2) perubahan yang dilakukan terhadap organisme tersebut
3) aktifitas yang akan dilakukan dengan organisme tersebut

2.7 Simbol dan Sistem Informasi Bahan Kimia


1. GHS Label
2. HMIS Label

3. NFPA Label
4. Risk & Safety Phrases

5. MSDS
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahan kimia adalah zat murni ataupun campuran yang tersusun atas beragam element-
element kimiawi meliputi tentang struktur materi, sifat-sifat materi, perubahan suatu materi
menjadi materi lain, serta energi yang menyertai perubahan materi. Bahan kimia
merupakan suatu zat yang berbahaya baik terhadap kesehatan maupun dapat menimbulkan
bahaya kecelakaan jika tidak dipergunakan dengan hati-hati dan baik. Akan tetapi, bahan
kimia ini tidak semuanya itu bersifat negatif dan beracun karena setiap bahan kimia itu
mempunyai sifat dan manfaat yang berbeda sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Biasanya bahan-bahan kimia yang sering pakai seperti reagen atau untuk reaksi-reaksi
tertentu.
3.2 Saran
pengunaan bahan kimia sebaiknya harus berhati-hati karena tidak semua bahan kimia
ini dikatakan aman. Maka dari itu kita harus memperhatikan penyimpanan, penggunaannya
serta harus mengetahui symbol-simbol bahaya yang berada di bahan kimia.
Daftar Pustaka

Harini, N., Marianty, R., & Vritta, W. (2019). Analisa Pangan. Zifatama Jawara.
Ramadhani, S. P. (2020). Pengelolaan Laboratorium. Yiesa Rich Foundation.
Subamia, I. D. P., Sriwahyuni, I. G. A. N., & Widiasih, N. N. (2019). Analisis Resiko Bahan
Kimia Berbahaya di Laboratorium Kimia. Jurnal Matematika,Sains, Dan Pembelajarannya,
13(1), 49–70.
Yulianti, H. (2014). Elearning Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). CV. Budi Utama.
Yulianto, & Amaloyah, N. (2017). Toksikologi Lingkungan. Pusat Pendidikan Sumber Daya
Manusia Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai