Anda di halaman 1dari 14

Analisis Jurnal

Nama : Sandi Buhungo

NIM : 441418045

Kelas : Pendidikan Kimia A

ANALISIS JURNAL 1
Judul Analisis Multipel Representasi Kimia Siswa Pada Konsep
Laju Reaksi
Permasalahan Bagaimana kemampuan interkoneksi ketiga level
representasi kimia yang dimiliki siswa dalam
mendeskripsikan dan menjelaskan konsep laju reaksi?
Tujuan Untuk mengetahui kemampuan interkoneksi ketiga level
representasi kimia yang dimiliki siswa dalam
mendeskripsikan dan menjelaskan konsep laju reaksi
Abstrak Pengetahuan tentang teknik pembelajaran yang tepat pada
penyampaian konsep kimia tertentu dapat diketahui melalui
proses analisis kemampuan multipel representasi kimia
siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan interkoneksi ketiga level representasi kimia
yang dimiliki siswa dalam mendeskripsikan dan
menjelaskan konsep laju reaksi. Penelitian ini menggunakan
desain penelitian deskripstif dengan melibatkan satu
kelompok subjek. Instrumen tes terdiri dari 15 soal two tier
multiple choice. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebesar 21.92% siswa sudah mampu mengkoneksikan ketiga
level representasi kimia menunjukkan siswa sudah memiliki
pemahaman konsep yang utuh. Sebanyak 25.55% siswa
cenderung hanya mampu menginterkoneksikan pada dua
level representasi menunjukkan siswa sudah mampu
menarik kesimpulan namun kesulitan menemukan
alasannya. Sebanyak 14.96% siswa cenderung lebih
memahami konsep pada level representasi submikroskopik
menunjukkan siswa tidak dapat menarik kesimpulan dari
alasan yang diketahui dan sebanyak 37.56% siswa belum
memahami maupun mengkoneksikan konsep pada tiga level
representasi. Berdasarkan kemampuan interkoneksi ketiga
level representasi siswa maka dapat diketahui pola
interkoneksi representasi kebanyakan siswa diawali dengan
representasi makroskopik lalu representasi simbolik dan
terakhir representasi submikroskopik.
Kata kunci: Laju Reaksi; Multipel Representasi
Pendahuluan Dalam ilmu kimia terdapat konsep-konsep yang kompleks
serta fenomena yang abstrak dan tidak teramati (Nastiti,
dkk., 2012). Berdasarkan karakteristik dari ilmu kimia, ilmu
kimia akan mudah dipahami apabila mampu
direpresentasikan ke dalam tiga level representasi yaitu
makroskopik, submikroskopik, dan simbolik (Adadan,
2013).
Representasi makroskopik merupakan level konkret yang
kasat mata, dimana pada level ini siswa mengamati
fenomena dan fakta yang terjadi, baik melalui percobaan
yang dilakukan atau yang terjadi pada kehidupan sehari-hari.
Fenomena yang diamati dapat berupa timbulnya bau,
terjadinya perubahan warna, pembentukan gas dan
terbentuknya endapan dalam reaksi kimia. Representasi
submikroskopik merupakan level konkret yang tak kasat
mata, digunakan untuk menjelaskan fenomena makroskopik.
Representasi ini memberikan penjelasan pada level partikel
dimana materi digambarkan sebagai susunan dari atom-
atom, molekul-molekul dan ion-ion, sedangkan representasi
simbolik digunakan untuk merepresentasikan fenomena
makroskopik dan submikroskopik dengan menggunakan
persamaan kimia, persamaan matematika, grafik,
mekanisme reaksi, dan analogi-analogi (Johnstone, 1982).
Interkoneksi ketiga level representasi tersebut akan
berkontribusi pada konstruksi pengertian dan pemahaman
siswa terhadap fenomena kimia (Chittleborough, 2004).
Namun, faktanya pembelajaran kimia yang berlangsung
selama ini umumnya hanya terbatas pada dua level
representasi, yaitu makroskopis dan simbolik, sedangkan
level submikroskopis seringkali diabaikan. Kalaupun
dipelajari, level ini dipelajari secara terpisah pada materi-
materi tertentu, seperti pada materi bentuk molekul saja
(Nastiti dkk., 2012). Adanya ketidakseimbangan
pemahaman siswa pada ketiga level representasi akan
mengakibatkan siswa kesulitan dalam mengaitkan konsep
kimia ke dalam kehidupan sehari-hari (Jansoon, et al.,2009).
Berbagai hasil penelitian melaporkan bahwa pembelajaran
mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah kimia
akibat kurang mampu menghubungkan tiga level
representasi kimia., (Chittleborough & Treagust,2007;
Chandrasegaran et al, 2007). Kesulitan tersebut akhirnya
menyebabkan siswa terus menerus menghafal ketika proses
pembelajaran berlangsung, hafalan tersebut mampu
bertindak sebagai penghalang untuk pembelajaran bermakna
(Li & Arshad, 2014).
Kajian Metode : Adapun metode yang digunakan pada Penelitian
ini merupakan tahap implementasi dari desain penelitian dan
pengembangan (R & D) yang dilaksanakan dalam lima
tahap. Metode penelitian pada tahap implementasi
menggunakan metode deskriptif .
Instrumen utama untuk mengukur kemampuan interkoneksi
multipel representasi siswa pada konsep laju reaksi berupa
tes diagnostik two tier multiple choice yang terdiri dari 15
item soal yang mengukur tiga indikator.
Hasil Penelitian : pola interkoneksi ketiga level representasi
dimana kebanyakan siswa akan memiliki pemahaman
konsep yang utuh jika soal diawali oleh representasi
simbolik kemudian representasi makroskopik dan yang
terakhir representasi submikroskopik. Hal tersebut ternyata
serupa dengan review dari penelitian terkait dimana 10%
siswa mampu menghubungkan level simbolik ke level
submikroskopik
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang
didapatkan, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa : 1)
Rata-rata kemampuan interkoneksi ketiga level representasi
kimia siswa pada konsep laju reaksi yaitu sebanyak 21.92%
masuk pada tipe 11 yang menunjukkan siswa sudah mampu
mengkoneksikan ketiga level representasi kimia, sebanyak
25.55% masuk pada tipe 10 menunjukkan siswa cenderung
hanya mampu menginterkoneksikan pada dua level
representasi, selain itu siswa sudah mampu menarik
kesimpulan namun kesulitan menemukan alasannya,
sebanyak 14.96% masuk pada tipe 01 menunjukkan siswa
cenderung lebih memahami konsep pada level representasi
submikroskopik, namun kurang memahami konsep pada
representasi level simbolik atau level makroskopik, selain
itu siswa dapat dikatakan tidak dapat menarik kesimpulan
dari alasan yang ia ketahui dan sebanyak 37.56% masuk
pada tipe 00 menunjukkan siswa belum memahami konsep
pada tiga level representasi maupun mengaitkannya, 2) Pola
interkoneksi ketiga level representasi kimia pada konsep laju
reaksi menunjukkan bahwa kebanyakan siswa.
Daftar Pustaka Adadan, E., 2013, ‘Using multipl representations to
promote grade 11 students’ scientific understanding
of the particle theory of matter’, Research Science
Education, Vol. 43, hh. 1079-1105.
Cakmakci, G., Leach, J. & Donnelly, J., 2006, ‘Students’
Ideas Abou Reaction Rate And Its Relationship With
Concentration Or Pressure’ International Journal Of
Science Education, Vol. 28, No.15, hh.17951815.
Chandrasegaran, A L., Treagust, D F., Mocerino, M., 2007,
‘TheDevelopment of a Two-Tier Multiple-Choice
Diagnostic Instrument Forevaluating Secondary
School Students’ability To Describe and Explain
Chemical Reactions Using Multiple Levels
Ofrepresentation’, Chemistry Education Research
and Practice, Vol. 8, No. 3, hh. 293-307.

ANALISIS JURNAL 2
Judul Pengembangan Bahan Ajar Pada Materi Kesetimbangan
Kimia Berorientasi Multipel Representasi Kimia
Permasalahan Bagaimana mengembangkan dan juga pengaruh bahan ajar
yang memenuhi keterhubungan tiga level representasi pada
materi kesetimbangan kimia ?
Tujuan Untuk mengembangkan bahan ajar yang memenuhi
keterhubungan tiga level representasi pada materi
kesetimbangan kimia
Abstrak Kesetimbangan kimia merupakan konsep abstrak/terdefinisi
dengan contoh konkrit yang memerlukan pemahaman pada
fenomena makro, submikroskopik, simbolik serta
keterhubungan ketiga levelnya. Namun bahan ajar yang
digunakan pada pembelajaran kimia belum sepenuhnya
mengembangkan keterhubungan multipelrepresentasi
(makroskopik, submikroskopik, dan simbolik). Penelitian
Research and Development ini ditujukan untuk
mengembangkan bahan ajar yang memenuhi keterhubungan
tiga level representasi pada materi kesetimbangan kimia.
Penelitian dilakukan melalui tiga tahap :1) Studi
pendahuluan meliputi (tahap analisis konsep, analisis
representasi, storyboard) 2) Desain produk 3) validasi dan
uji kelayakan. Dari hasil penelitian didapatkan produk bahan
ajar dengan menghubungkan tiga level representasi kimia.
Representasi makroskopik disajikan dalam bentuk wacana
fenomena kontekstual dan prosedur kerja percobaan,
representasi submikroskopik divisualisasikan melalui
gambar dan animasi video yang keterhubungannya disajikan
dalam bentuk representasi simbolik. Validasikonten
dilakukan melalui pertimbangan 6 orang ahli materi dan uji
coba kelayakan bahan ajar terhadap 20 orang siswa.
Berdasarkan hasil validasi dan uji coba diperoleh
kesimpulan bahwa bahan ajar yang dikembangkan layak
digunakan dalam pembelajaran kimia.
Kata kunci: bahan ajar, kesetimbangan kimia, multipel
representasi.
Pendahuluan Salah satu materi kimia yang sulit dipahami siswa adalah
kesetimbangan kimia, mengapa demikian karena konsep
kesetimbangan merupakan abstrak dengan contoh konkrit
yang dianggap sulit oleh sebagian besar siswa (Haryani,
2014) satu penyebab kesulitanya karena bahan ajar yang
digunakan belum mengembangkan multipel representasi
kimia, sehingga tidak terintegrasi secara menyeluruh dalam
pembelajaran. beberapa siswa mengalami miskonsepsi dan
kesulitan dalam memahami konsep kimia (Heriyana, 2013)
kesulitan siswa pada konsep kesetimbangan disebabkan
karena kurangnyakemampuan menghubungkan tiga level
representasi pada proses pembelajaran di Sekolah Menengah
Atas (Farida, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan
oleh (Rita, 2013) dalam hasil analisisnya ditemukan bahwa
buku teks kimia SMA/MA khususnya pada konsep
kesetimbangan kimia, hanya mengembangkan dua jenis
representasi yakni makroskopik dan simbolik, tanpa
menghubungkan ketiga represtasinya makro, submikro dan
simbolik. Oleh sebab itu, diperlukan buku teks yang
berorientasi multipel representasi kimia.
Kajian Metode : Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan
pengembangan atau dikenal dengan Research and
Development (R&D) yang digunakan untuk menghasilkan
produk tertentu (Sugiyono, 2011). Produk yang dihasilkan
berupa bahan ajar yang berorientasi multipel representasi
kimia yang diuji cobakan kepada 20 orang mahasiswa
pilihan. Penelitian dilakukan dalam tiga tahap, yaitu: 1) studi
pendahuluan 2) design produk 3) validasi dan uji coba untuk
mengetahuikelayakan produk.
Hasil Penelitian : Berdasarkan uji coba kalayakan,
didapatkan gambaran terhadap tanggapan siswa mengenai
bahan ajar kesetimbangan kimia berorientasi multipel
representasi kimia. Dari tabel dihasilkan penilaian paling
menonjol terdapat pada aspek penerimaan siswa terhadap
bahan ajar yaitu 88.5% siswa menyatakan baik, aspek
menonjol lainnya terdapat pada aspek kebermanfaatan bahan
ajar yaitu sebesar 11.5% siswa yang menyatakan cukup. Hal
ini berarti bahan ajar pada materi kesetimbangan kimia
dinyatakan valid dengan persentase rata-rata yang
mengatakan baik sebesar 88.5%. Sebagaimana yang
dinyatakan oleh (Sudjana, 2005) menjelaskan bahwa
persentase uji kelayakan bahan ajar yang di dapat dalam
rentang 80-89 % dinyatakan layak dan produk bahan ajar
dapat digunakan sebagai sumber belajar.
Kesimpulan Berdasarkan hasil angket validasi diperoleh nilai rhitung
rata-rata 0,88 yang berarti bahan ajar berorientasi multipel
representasi kimia valid dengan interpretasi nilai kelayakan
sangat layak, sedangkan tanggapan siswa terhadap bahan
ajar kesetimbangan kimia ini 88.5% menyatakan baik, dan
11.5% menyatakan cukup. Sehingga secara umum dapat
disimpulkan bahwa bahan ajar kesetimbangankimia yang
berorientasi multipel representasi kimia dikategorikan baik
dan dapat digunakan sebagai sumber belajar.
Daftar Pustaka Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Cheng, M. &. (2009). Towards a Better Utilization of
Diagrams in Research into the Use of Representative
Levels in Gilbert J. K. & D. F. Treagust(eds.)Multiple
Representation of Chemical Education. Boston:
Springer.
Farida, I. L. (2013). Pembelajaran Berbasis Web untuk
meningkatkan Kemampuan Interkoneksi
Multiplelev Representasi Mahasiswa Calon Guru
Pada Topik Kesetimbangan Larutan Asam-Basa.
Journal Chemica, 12(1), 14-24

ANALISIS JURNAL 3
Judul Inovasi Bahan Ajar Redoks Dengan Pendekatan
Multirepresentasi Dan Contextual Teaching Learning Untuk
Analisis Pemahaman Konsep Siswa Kelas X SMA
Permasalahan Bagaimana kelayakan, kepraktisan dan keefektifan bahan
ajar untuk analisis pemahaman konsep siswa ?
Tujuan Mengetahui kelayakan, kepraktisan dan keefektifan bahan
ajar untuk analisis pemahaman konsep siswa.
Abstrak Bahan ajar merupakan salah satu sarana pendukung
keberhasilan pembelajaran. Bahan ajar harus memiliki
karakteristik tertentu supaya dapat memberikan hasil yang
diharapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kelayakan, kepraktisan dan keefektifan bahan ajar untuk
analisis pemahaman konsep siswa. Penelitian ini merupakan
penelitian Research and Development (R&D). Desain
penelitian yang digunakan yaitu model pengembangan
Sugiyono yang dimodifikasi. Model pengembangan tersebut
terdiri dari 10 tahap yaitu identifikasi potensi dan masalah,
pengumpulan data, desain produk, validasi desain, revisi
desain, uji coba produk, revisi produk, uji coba pemakaian,
revisi produk dan produk final. Metode pengambilan data
yang dilakukan yaitu metode observasi, angket, tes dan
dokumentasi. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan
metode deskriptif kuantitatif. Hasil validasi kelayakan isi,
penyajian, bahasa, kegrafisan dan kepraktisan berturut-turut
mendapat rerata skor 17.8/20, 25.2/28, 35.6/40, 17.3/20 dan
18.7/20. Keefektifan bahan ajar ditinjau dari ketuntasan
klasikal dan pemahaman konsep siswa. Ketuntasan klasikal
siswa yaitu sebanyak 28 siswa tuntas dari 36 siswa atau
sebesar 77.78%. Pemahaman konsep siswa dianalisis tiap
butir dan tiap indikator. Pemahaman konsep siswa secara
keseluruhan adalah 53.33%. Bahan ajar yang dikembangkan
memberikan tanggapan positif dengan 8 siswa memberikan
tanggapan sangat baik dan 28 siswa memberikan tanggapan
baik. Berdasarkan hasil penelitian bahan ajar yang
dikembangkan layak, praktis dan efektif untuk analisis
pemahaman konsep siswa.
Kata kunci: bahan ajar; Contextual Teaching Learning;
multirepresentasi; pemahaman konsep
Pendahuluan Kurikulum merupakan salah satu hal yang penting dalam
pembelajaran. Pencapaian tujuan pembelajaran erat
kaitannya dengan kurikulum karena kurikulum berpengaruh
terhadap proses pembelajaran. Kurikulum tidak dapat
dipisahkan dengan pembelajaran walaupun berada dalam
cakupan yang berbeda. Implementasi kurikulum 2013 siswa
dituntut untuk lebih aktif, pembelajaran tidak berpusat pada
guru tetapi pembelajaran berpusat pada siswa. Guru harus
bisa memilih strategi, media dan metode yang sesuai supaya
tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal.
Mata pelajaran kimia merupakan salah satu bagian dari Ilmu
Pengetahuan Alam yang diharapkan mampu membantu
siswa mempelajari makna dan penerapan pelajaran dalam
kehidupan sehari-hari serta dapat menjelaskan fenomena
proses kimia yang terjadi (Stephanie et al., 2011). Siswa
umumnya dikenal untuk menghafal tanpa pemahaman yang
cukup tentang perubahan yang terjadi pada tingkat
partikulat. Siswa sering gagal untuk mengenali pentingnya
simbol dan rumus yang digunakan pada pembelajaran kimia
(Chandrasegaran et al., 2008). Pembelajaran kimia
menghendaki adanya hubungan konseptual antara
representasi makroskopis (fenomena proses kimia),
mikroskopis (molekuler) dan simbolik (Wu , et al. dalam
Putra, 2013 ).
Pembelajaran kimia harus menyertakan ketiga level tersebut
untuk meningkatkan pemahaman siswa. Pemahaman siswa
pada level makroskopis lebih tinggi daripada level
mikroskopis sehingga harus memiliki porsi yang sama
dalam penyampaiannya (Rahayu & Kita, 2010).
Representasi mikroskopis bisa menjadi elemen penting,
tidak hanya untuk menjelaskan pengamatan eksperimental
siswa, tetapi juga dalam proses mengevaluasi pengetahuan
siswa dan mengidentifikasi miskonsepsi (Devetak et al.,
2009). Penerapan multirepresentasi salah satunya dapat
diterapkan dalam bahan ajar yang mengandung unsur
makroskopis, mikroskopis dan simbolik. Bahan ajar dengan
pendekatan multirepresentasi akan mendukung keterampilan
multirepresentasi yang baik sehingga mempermudah
memecahkan masalah- masalah kimia yang dihadapi (Yusuf
& Setiawan, 2009).

Kajian Metode : Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan


pengembangan atau dikenal dengan Research and
Development (R&D)
Metode pengambilan data yang dilakukan yaitu metode
observasi, angket, tes dan dokumentasi.
Hasil Penelitian : Data hasil penelitian dianalisis
menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Hasil validasi
kelayakan isi, penyajian, bahasa, kegrafisan dan kepraktisan
berturut-turut mendapat rerata skor 17.8/20, 25.2/28,
35.6/40, 17.3/20 dan 18.7/20. Keefektifan bahan ajar
ditinjau dari ketuntasan klasikal dan pemahaman konsep
siswa. Ketuntasan klasikal siswa yaitu sebanyak 28 siswa
tuntas dari 36 siswa atau sebesar 77.78%.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Inovasi Bahan Ajar Redoks dengan
Pendekatan Multirepresentasi dan Contextual Teaching Learning
untuk Analisis Pemahaman Konsep Siswa dapat disimpulkan
sebagai Bahan ajar redoks dengan pendekatan
multirepresentasi dan Contextual Teaching Learning layak
untuk digunakan. Berdasarkan hasil validasi kelayakan isi,
kelayakaan penyajian, kelayakan bahasa dan kelayakan
grafis diperoleh rerata skor 17.8/20, 25.2/28, 35.6/40 dan
17.3/20. Bahan ajar redoks dengan pendekatan
multirepresentasi dan Contextual Teaching Learnig praktis
untuk digunakan. Bahan ajar redoks dengan pendekatan
multirepresentasi dan Contextual Teaching Learning efektif
untuk digunakan. Berdasarkan hasil analisis ketuntasan
klasikal siswa yaitu sebanyak 28 siswa tuntas dari 36 siswa
atau sebesar 77.78% dan pemahaman konsep seluruh soal
adalah 53.33%.
Daftar Pustaka Ahmadi & S. Amri. 2014. Pengembangan Bahan Ajar dan
Model Pembelajaran. Tematik Integratif. Jakarta: PT.
Prestasi Pustakarya
Anderson, L. W., & D. R. Krathwohl (Eds). 2001. A
Taxonomy of Learning, Teaching and Assessing: A
Revision of Bloom’s Taxonomy of Education
Objectives. A Bridged Edition. New York: Longman
Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto, S. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara

ANALISIS JURNAL 4
Judul Multi-representation based on scientific investigation for
enhancing students’ representation skills
Permasalahan Apakah terdapat pengaruh melaksanakan pembelajaran
fisika multi representasi berbasis investigasi ilmiah untuk
meningkatkan keterampilan representasi Mahasiswa
khususnya pada mata pelajaran medan magnet ?
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk melaksanakan pembelajaran
fisika multi representasi berbasis investigasi ilmiah untuk
meningkatkan keterampilan representasi Mahasiswa
khususnya pada mata pelajaran medan magnet.
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk melaksanakan pembelajaran
fisika multi representasi berbasis investigasi ilmiah untuk
meningkatkan keterampilan representasi mahasiswa
khususnya pada mata pelajaran medan magnet. Desain
penelitian adalah one group pretest-posttest. Penelitian ini
dilakukan di Jurusan Pendidikan Matematika Universitas
PGRI Semarang, dengan sampel adalah mahasiswa kelas 2F
yang mengambil mata kuliah Fisika Dasar. Data diperoleh
dengan tes keterampilan representasi dan dokumentasi LKS
multi representasi. Hasil analisis menunjukkan nilai gain
0,64 yang berarti beberapa perbaikan sedang. Hasil uji-t (α =
.05) menunjukkan p-value = .001. Pembelajaran ini secara
signifikan meningkatkan keterampilan representasi
mahasiswa.
Pendahuluan Representasi adalah sesuatu yang merepresentasikan,
mendeskripsikan atau melambangkan suatu objek atau
proses [1, 2]. Mewakili konsep yang sama menggunakan
format yang berbeda adalah multi-representasi. Dalam
pembelajaran fisika, penguasaan konsep berkaitan dengan
penggunaan berbagai bahasa ilmiah, seperti verbal, visual,
simbol dan persamaan, gerak tubuh, role-playing, presentasi,
dll. Yang memungkinkan mahasiswa mempelajari fisika
melalui pengembangan bahasa. keterampilan berpikir mental
[3]. Multi-representasi membantu mahasiswa memahami
konsep. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
mahamahasiswa datang ke perguruan tinggi dengan ide-ide
non-ilmiah, tetapi multi-representasi yang diterapkan di
lingkungan belajar berpengaruh positif terhadap ide-ide
mahamahasiswa [4]. Ini menunjukkan representasi penting
yang digunakan dalam pembelajaran fisika terutama dalam
membantu memahami konsep dan menyampaikan gagasan
ilmiah. Mahasiswa akan belajar fisika lebih efektif dan
efisien dengan menggunakan beberapa representasi [5- 9].
Namun, mahasiswa tidak berhasil mentransformasikan antar
representasi, terutama lisan (representasi verbal) ke
representasi lain [10]. Mahasiswa tidak mampu
menggunakan multi representasi dalam memahami konsep
fisika, dan itu menjadi masalah pemahaman [11].
Diperlukan upaya agar mahasiswa dapat menggunakan multi
representasi dalam pembelajaran fisika. Investigasi ilmiah
berkontribusi secara positif pada keterampilan representasi
[12]. Mahasiswa memiliki keterampilan multi-representasi
yang lebih baik dalam pembelajaran fisika setelah
melakukan investigasi ilmiah. Selain itu, mahamahasiswa
mampu menciptakan dan menghubungkan antar representasi
setelah melakukan investigasi ilmiah. Investigasi ilmiah
mendukung pemahaman konsep mahasiswa, eksperimen,
dan metode ilmiah [13]. Mahamahasiswa memiliki
kebebasan untuk memilih prosedur dalam melakukan
eksperimen [14]. Berdasarkan pentingnya multi-representasi
dan peran investigasi ilmiah, kami telah merancang model
pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan
representasi. Kami menyebutnya model Representasi Ganda
Berbasis Investigasi (IBMR). Model IBMR dikembangkan
sebagai program intervensi pembelajaran fisika. Dalam
model pembelajaran IBMR, dosen akan menghabiskan lebih
banyak waktu untuk fokus pada aspek konseptual dan
pemecahan masalah. Ini bertujuan agar mahasiswa
memahami konsep dan termotivasi untuk terlibat dalam
pemecahan masalah [15]. Pemahaman dapat dilakukan
dengan cara memodelkan fenomena fisika [16]. Model dapat
digunakan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan
fenomena fisika yang ada, serta pemodelan fenomena fisika
dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah
fisika [17, 18].
Model pembelajaran IBMR didukung oleh teori
pembelajaran konstruktivis. Teori belajar konstruktivis
memandang belajar sebagai proses aktif oleh individu secara
aktif dalam membangun pengetahuan berdasarkan
pengalaman pribadi ketika berinteraksi dengan orang lain
dan lingkungan [19]. Mahamahasiswa akan memperoleh
pemahaman yang mendalam melalui proses multi
representasi berdasarkan hasil investigasi. Model
pembelajaran IBMR memiliki lima fase. Tahap 1: Orientasi
mahasiswa pada fenomena dan penggunaan multi-
representasi. Tahap 2: Investigasi. Tahap 3: multi-
representasi. Tahap 4: penerapan. Tahap 5: evaluasi. Dalam
makalah ini akan diuraikan implementasi model
pembelajaran IBMR untuk meningkatkan keterampilan
representasi konsep fisika khususnya pada mata pelajaran
medan magnet. Materi medan magnet dipilih karena banyak
mahamahasiswa yang kesulitan memahami konsep
walaupun telah dikuliahi. Selain itu, banyak mahasiswa
mengalami miskonsepsi dalam representasi konsep garis
lapangan [20].
Kajian Metode : Metode Penelitian ini dilakukan di Universitas
PGRI Semarang dengan populasi seluruh kelas 2 Jurusan
Pendidikan Matematika tahun pelajaran 2015-2016. Sampel
dalam penelitian ini adalah mahasiswa kelas 2F. Teknik
pengambilan sampel adalah cluster random sampling.
Desain penelitian adalah one group pretest-posttest. Metode
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes
keterampilan representasi dan dokumentasi LKS multi
representasi. Tes keterampilan representasi dilakukan
sebelum dan sesudah pembelajaran, sedangkan dokumen
LKS digunakan selama proses pembelajaran dan
dikumpulkan setelah pembelajaran. Analisis data terdiri dari
dua tahap yaitu tahap awal dan tahap akhir.
Hasil Penelitian : Analisis data awal terdiri dari uji
normalitas dan uji homogenitas. Analisis data akhir terdiri
dari uji-t berpasangan (atau uji-Wilcoxon) dan skor
perolehan. Skor perolehan dikategorikan sebagai "Tinggi"
jika () ≥ 7, "Sedang" jika .7> () ≥ .3, dan "Rendah" jika ()
<.3 [22]. 3. Hasil dan Pembahasan Sebelum pembelajaran
intervensi dengan model IBMR, mahasiswa diberikan
keterampilan representasi pretest. Model pembelajaran
IBMR diimplementasikan sebagai program intervensi, dan
diakhiri dengan posttest. Hasil uji normalitas skor pretest
didapatkan p-value = 0,070 dan uji normalitas skor posttest
didapatkan p-value = 0,086. Jika kedua nilai p dibandingkan
dengan α = .05, maka α .021). Karena datanya tidak
homogen maka analisis data dilakukan dengan uji Wilcoxon
(α = .05). Analisis data menggunakan uji Wilcoxon
diperoleh pvalue = 0,001 sehingga α> p-value dan dapat
diambil keputusan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara keterampilan representasi sebelum dan
sesudah pembelajaran menggunakan multi representasi
berbasis model investigasi. Hal ini menunjukkan bahwa
pembelajaran multi representasi berbasis model investigasi
berpengaruh signifikan terhadap keterampilan representasi
mahasiswa.
Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran fisika dengan model multi representasi
berbasis investigasi (IBMR Model) pada mata pelajaran
medan magnet dapat meningkatkan keterampilan
representasi mahasiswa. Mahasiswa mengalami peningkatan
keterampilan representasi dalam kategori sedang.
Mahamahasiswa mampu merepresentasikan konsep medan
magnet dalam bentuk verbal, gambar, dan matematika.
Daftar Pustaka Rosengrant D, Etkina E and Heuvelen A V 2007 AIP
Conference Proceedings. 883 149
Rosengrant D, Heuleven A V and Etkina E 2006 AIP
Conference Proceedings. 818 49
Waldrip B 2008 Proceeding The 2nd International Seminar
on Science Education (Bandung: Graduate School
Indonesia University of Education)
Kurnaz M A and Arsland A G 2014 Procedia-Social and
Behavioral Sciences. 116 627
Huda C, Siswanto J, Kurniawan A F and Nuroso H 2016
Journal of Physics: Conference Series. 739 012024
David M J, Christophe D J and Norma A J 2013 Themes in
science and technology education. 6 91

ANALISIS JURNAL 5
Judul Multi representation approach to increase the students’
conceptual understanding of work and energy
Permasalahan Bagaimana keefektifan pendekatan multi-representasi dalam
pembelajaran kerja dan energi dalam meningkatkan
pemahaman konseptual Mahasiswa ?
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap keefektifan
pendekatan multi-representasi dalam pembelajaran kerja dan
energi dalam meningkatkan pemahaman konseptual
Mahasiswa.
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap keefektifan
pendekatan multi-representasi dalam pembelajaran kerja dan
energi dalam meningkatkan pemahaman konseptual siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan
design one group prestest-posttest design. Subjek penelitian
ini adalah 42 mahasiswa S1 Pendidikan Fisika dengan
materi pokok “materi fisika dan pembelajaran I”. Instrumen
tes terdiri dari 15 soal pilihan ganda beralasan. Berdasarkan
hasil analisis data menggunakan paired sample t-test
diperoleh t = -9,39 (p = 0,00) sehingga dapat disimpulkan
bahwa pendekatan multi representasi dalam pekerjaan dan
energi secara signifikan dapat meningkatkan pemahaman
konsep siswa dengan N-gain. 0,41 dan ukuran efek-d 1,76.
Sebelum pembelajaran dengan pendekatan multi
representasi, banyak siswa yang mengalami kesulitan untuk
menginterpretasikan diagram energi potensial kinetik. Tapi
itu diminimalkan setelah instruksi. Pembelajaran dengan
pendekatan multirepresentation efektif untuk meningkatkan
pemahaman konseptual siswa tentang kerja dan energi
karena membantu siswa memahami konsep fisika secara
keseluruhan.
Pendahuluan Salah satu kemampuan penting dalam pembelajaran IPA
adalah merepresentasikan berbagai fenomena dan masalah
[1]. Representasi adalah sesuatu yang menjelaskan,
merepresentasikan atau melambangkan suatu objek atau
proses sehingga lebih mudah untuk memahami objek atau
proses dengan lebih jelas. Ini penting dalam belajar
matematika [2] dan fisika [3]. Representasi terkait dengan
keterampilan komunikasi dan pemecahan masalah [4].
Dalam pembelajaran, siswa tidak hanya menggunakan
representasi tetapi juga menggunakan multi representasi [5].
Jika siswa memahami konsep dan masalah, hal tersebut
ditunjukkan dengan kemampuan membangun multi
representasi. Mahasiswa juga dituntut untuk dapat berubah
dari satu representasi ke representasi lain [6,7]. Dalam
konteks fisika, banyak fenomena dan masalah yang dapat
dijelaskan dan diselesaikan dengan berbagai representasi.
Oleh karena itu multi representasi merupakan aspek penting
yang perlu dibangun oleh siswa. Multi representasi berguna
untuk merepresentasikan konsep serupa dengan format
berbeda, seperti verbal, gambar, grafik, dan matematika [8].
Dalam konteks fisika, multi representasi merupakan salah
satu bentuk penguasaan dan komunikasi yang luas dari
konsep-konsep fisika. Dalam konteks pembelajaran IPA
khususnya fisika, multi representasi dapat kita gunakan
sebagai pendekatan pembelajaran fisika. Siswa yang
memahami konsep dalam berbagai representasi tentunya
memiliki konsep yang lebih dalam [9]. Hal ini terkait
dengan setiap siswa memiliki kemampuan untuk
meningkatkan keterampilan yang lebih menonjol
dibandingkan kemampuan lainnya. Ada siswa yang lebih
menonjol dalam kemampuan verbalnya daripada
kemampuan spasial dan kuantitatifnya, tetapi ada juga yang
sebaliknya. Salah satu topik dalam pembelajaran fisika yang
perlu membangun pengetahuan dengan multi representasi
adalah kerja dan energi. Efektivitas penggunaan pendekatan
multi-representasi dalam pembelajaran kerja dan energi akan
dibahas dalam artikel ini.
Kajian Metode : Penelitian ini menggunakan desain penelitian
Embedded Experimental Model [10] dengan pendekatan
penelitian metode campuran. Subjek penelitian 42 orang
mahamahamahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika
Universitas Negeri Malang pada materi pokok "materi fisika
dan pembelajaran I". Penelitian ini bertujuan untuk melihat
keefektifan pembelajaran konseptual interaktif dengan
pendekatan multi representasi pada topik kerja dan energi.
Untuk mencapai tujuan tersebut, instrumen tes digunakan
untuk mengukur pemahaman konsep. Instrumen tes terdiri
dari 15 soal pilihan ganda beralasan. Peningkatan
pemahaman konsep mahamahasiswa dilihat dari perbedaan
skor pretest-posttest menggunakan paired t-test. Efektivitas
program diukur dengan skor N-gain [11] dari pretest ke
posttest.
Hasil Penelitian : Peningkatan skor pemahaman konsep
mahamahasiswa Pada artikel ini dibahas peningkatan skor
pemahaman konsep kerja dan energi mahamahasiswa. dapat
dikatakan bahwa nilai pemahaman konseptual pretes-postes
mahamahasiswa mengalami peningkatan. Rata-rata skor
pemahaman konseptual meningkat dari 47,96 menjadi
69,26. Selain itu, nilai minimal dan maksimal nilai
mahamahasiswa juga mengalami peningkatan. Tapi ini perlu
diuji secara statistik. Untuk menguji perbedaan antara skor
pretest-posttest, digunakan uji t sampel berpasangan.
Sebelum menggunakan uji statistik terlebih dahulu
dipastikan bahwa data berdistribusi normal. Berdasarkan
tabel statistik deskriptif nilai Skewness untuk data pretest-
posttest berada diantara -1 dan +1 sehingga dapat dikatakan
data berdistribusi normal sehingga dapat digunakan uji t.
Kesimpulan Penerapan pendekatan multi representasi efektif untuk
meningkatkan pemahaman konseptual mahamahasiswa
tentang kerja dan energi karena membantu mahamahasiswa
memahami konsep fisika secara keseluruhan. Berdasarkan
hasil analisis data menggunakan paired sample t-test
diperoleh t = -9,39 (p = 0,00) sehingga dapat disimpulkan
bahwa pendekatan multi representasi dalam pekerjaan dan
energi secara signifikan dapat meningkatkan pemahaman
konsep mahamahasiswa dengan N-gain. 0,41 dan ukuran
efek-d 1,76. Untuk memahami konsep fisika dengan baik,
mahamahasiswa harus mampu membangun pengetahuan
dalam berbagai representasi. Semakin banyak representasi
yang dibangun akan menunjukkan pemahaman yang lebih
baik
Daftar Pustaka Taqwa M R A, Faizah R, Rivaldo L, Safitri D E, Aini F N
and Sodiqin M I 2019 J. Phys. Conf. Ser. 1339 1
De Cock M 2012 Phys. Rev. Spec. Top. - Phys. Educ. Res. 8
1
Taqwa M R A, Hidayat A and Sutopo 2017 J. Pendidik. Fis.
Tadulako 5 52
Sierra G M and Tirado M M 2015 Int. J. Math. Educ. Sci.
Technol. 46 700
Kuntze S, Prinz E, Friesen M, Batzel-kremer A, Bohl T and
Kleinknecht M 2018 Proc. IV ERME Top. Conf.
’Classroom-based res. math. language pp 96–102

Anda mungkin juga menyukai