Pendahuluan
Minyak atsiri merupakan produk hasil penyulingan dari bagian-bagian suatu tumbuhan.
Minyak atsiri merupakan salah satu hasil sisa dari proses metabolisme dalam tanaman yang
terbentuk karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia dengan adanya air. Minyak atsiri
dapat bersumber pada setiap bagian tanaman yaitu dari daun, bunga, buah, biji, batang, dan
akar atau rhizome (Riyadi et al., 2014). Minyak atsiri banyak digunakan dalam industri
sebagai bahan pewangi atau penyedap. Sirkulasi penjualan minyak atsiri dapat mencapai
beberapa juta dolar sedangkan sirkulasi barang-barang yang menggunakan minyak atsiri dapat
mencapai beberapa milyar per tahun. Percobaan ini dilakukan agar dapat mempelajari teknik
pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan titik didih dan mempelajari metode ekstraksi
minyak atsiri menggunakan prinsip hidrodistilasi.
Minyak atsiri merupakan zat cair mudah menguap, yang bercampur dengan senyawa
padat, seperti senyawa organik yang bergugus alkohol, aldehid, keton dan berantai pendek
dengan komposisi titik cair yang berbeda. Minyak atsiri umunya larut dalam pelarut organik,
dan tidak larut dalam air. Karakteristik minyak atsiri menunjukkan bahwa campuran homogen
ini dapat diekstrak dengan 4 macam cara, yaitu penyulingan (distilation), pressing (eks-
pression), ekstraksi dengan pelarut (solvent extraction), dan absorbsi oleh uap lemak padat
(enfleurage). Minyak atsiri dapat diperoleh dari penyulingan akar, batang, daun, bunga,
maupun biji tumbuhan, selain itu diperoleh juga terpen yang merupakan senyawaan
hidrokarbon bersifat tidak larut dalam air dan tidak dapat disabunkan. Contoh minyak atsiri
yaitu minyak dari kulit jeruk, minyak cengkeh, minyak nilam, minyak sereh, minyak kayu
putih, minyak lawang dan dan lain-lain. Proses perolehan minyak atsiri yang dilakukan dalam
perobaan distilasi minyak atsiri adalah proses distilasi (Ames dan Matthews, 1968).
Peranan minyak atsiri dalam kehidupan manusia telah mulai dikenal sejak beberapa
abad yang lalu. Tanaman yang menghasilkan minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150 – 200
spesies, yang termasuk dalam famili Pinaceae, Labiatae, Compositae, Lauraceae, Myrtaceae,
dan Umbeliferae. Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap bagian tanaman yaitu dari , buah,
bunga, biji, batang, kulit buah dan akar (Ketaren, 1986).
Salah satu cara pemisahan untuk mendapatkan minyak atsiri dari bagian tumbuhan
yaitu dengan proses distilasi. Distilasi merupakan teknik pemisahan yang didasari atas
perbedaan titik didih atau titik cair dari masing-masing zat penyusun dari campuran homogen.
Tahapan dalam proses distilasi terdapat dua tahap proses yaitu tahap penguapan dan
dilanjutkan dengan tahap pengembangan kembali uap menjadi cair atau padatan. Atas dasar
ini maka perangkat peralatan distilasi menggunakan alat pemanas dan alat pendingin. Proses
distilasi diawali dengan pemanasan, sehingga zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan
menguap. Uap tersebut bergerak menuju kondenser yaitu pendingin, proses pendinginan
terjadi karena kita mengalirkan air ke dalam dinding, sehingga uap yang dihasilkan akan
kembali cair. Proses ini berjalan terus menerus dan akhirnya kita dapat memisahkan seluruh
senyawa-senyawa yang ada dalam campuran homogen tersebut (Syukri, 1999).
Prinsip distilasi adalah penguapan cairan dan pengembunan kembali uap tersebut pada
titik didih tertentu. Titik didih suatu cairan adalah suhu dimana tekanan uapnya sama dengan
tekanan atmosfer. Cairan yang diembunkan kembali disebut distilat. Tujuan distilasi adalah
pemurnian zat cair pada titik didihnya dan memisahkan cairan tersebut dari zat padat terlarut
atau dari zat cair lainnya yang mempunyai perbedaan titik didih cairan murni. Tekanan
atmosfer (titik didih normal) merupakan tekanan uap diatas cairan pada proses distilasi biasa.
Suhu yang tercatat pada termometer yang ditempatkan pada tempat berlangsungnya proses
distilasi adalah sama dengan titik didih distilat, hal ini terjadi pada senyawa murni
(Syarifuddin, 2008).
Ekstraksi adalah cara yang digunakan untuk mendapatkan minyak atau lemak dari suatu
zat. Rendering merupakan cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang mengandung
kadar minyak atau lemak yang tinggi. Ekstraksi yang sering digunakan untuk memisahkan
senyawa organik yaitu ekstraksi zat cair. Ekstraksi zat cair yaitu pemisahan zat yang
berdasarkan pada perbandingan distribusi zat yang terlarut dalam dua pelarut yang tidak
saling melarutkan (Ketaren, 1986).
Ekstraksi pada minyak atsiri dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip
hidrodistilasi (distilasi uap). Distilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang
memiliki titik didih mencapai 200° C atau lebih. Distilasi uap dapat menguapkan senyawa-
senyawa pada suhu yang mendekati 100° C dalam tekanan atmosfer serta menggunakan uap
atau air mendidih. Jenis bunga yang dapat diektraksi dengan menggunakan prinsip
hidrodistilasi yaitu bunga kenanga. Kelopak bunga memiliki jaringan yang lemah dan dapat
mengalami karamelisasi sehingga dapat menghalangi keluarnya minyak atsiri yang terdapat
didalamnya. Panas yang berasal dari uap dapat menyebabkan berkurangnya konsentrasi
minyak atsiri karena tingginya tekanan uap yang diberikan. Pemanasan juga dapat
menyebabkan komponen kimia yang terkandung dalam minyak atsiri dapat mengalami
kerusakan. Proses yang terjadi pada peristiwa hidrodistilasi yaitu,
1. Distilasi minyak atsiri dan air panas melalui membran tanaman (hidrodifusi).
2. Hidrolisa terhadap beberapa komponen minyak atsiri.
3. Dekomposisi yang biasanya disebabkan oleh panas.
(Yulianto, 2012).
Prinsip Kerja
Prinsip pada percobaan ini yaitu pemisahan larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya.
Larutan dengan titik didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu dibandingkan dengan
larutan yang memiliki titik didih lebih tinggi pada proses pemanasan. Zat tersebut akan
berubah menjadi menjadi gas kemudian terkondensasi hingga diperoleh distilat berupa
senyawa murni.
Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan distilasi minyak atsiri ini diantaranya yaitu set alat
distilasi, botol beaker, botol semprot, lumpang, alu, statif, dan gelas ukur 5 mL
Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan distilasi minyak atsiri ini yaitu bunga cengkeh,
magnesium sulfat anhidrat, akuades dan es batu.
Prosedur Kerja
Dilakukan preparasi sampel dengan memotong sampel kecil-kecil (daun, bunga atau
batang) yang sudah bersih dan kering (dengan jumlah air minimum). Set alat distilasi
kemudian dipersiapkan sesuai dengan gambar pada petunjuk praktikum. Sampel dimasukkan
ke dalam labu alas bulat 250 mL sebanyak 50 g. Labu dipenuhi dengan akuades hingga
setengah volume total labu dan ditambahkan batu didih. Labu dipasang kembali pada set up
alat distilasi dan dipanaskan pada mantel pemanas secara perlahan-lahan. Distilasi kemudian
dihentikan jika sudah diperoleh distilat sebanyak 100 mL atau telah dipanaskan selama 1-1,5
jam. Volume distilat yang diperoleh dicatat dan dibiarkan beberapa saat hingga nantinya
diperoleh dua fasa, aqueous phase dan organic phase. Minyak atsiri dan air yang ada dalam
campuran distilat dipisahkan, lalu ditambahkan sedikit magnesium sulfat pada distilat minyak
atsiri. Minyak atsiri diperoleh dengan cara dekantasi, kemudian dicatat volume yang
diperoleh. Rendemen minyak atsiri yang diperoleh dihitung dan diamati bau dan warna dari
minyak atsiri tersebut.
Data Percobaan
Warna : putih keruh
Bau : seperti minyak
Bentuk : cairan dua fase dimana fase yang di atas adalah fase minyak (organik) dan fase di
bawah adalah air.
Massa cengkeh awal : 50 g
Massa gelas beaker kosong : 58,9920 g
Massa gelas beaker + hasil distilasi : 59,7280 g
Minyak atsiri : 0,736 g
Rendemen
massa minyak
= massa sampel x 100%
0,736 g
= x 100%
50 g
= 1,472%
Hasil
Sampel Minyak atsiri Keterangan
50 g cengkeh 0,736 g Larutan keruh, berbau seperti
minyak, dan terbentuk 2 fase.
Pembahasan Hasil
Percobaan kali ini yaitu percobaan mengenai distilasi minyak atsiri yang diperoleh dari
distilasi bunga cengkeh. Distilasi merupakan proses pemisahan yang didasarkan pada prinsip
perbedaan titik didih zat. Distilasi ini dilakukan untuk mendapatkan senyawa murni yang
terdapat dalam tanaman dan memisahkan cairan dengan zat padat terlarut atau zat cair lainnya
yang memiliki perbedaan titik didih. Zat yang memiliki titik didih rendah akan lebih dulu
terdistilasi, kemudian diikuti dengan distilasi zat yang memiliki titik didih lebih tinggi.
Distilasi yang dilakukan pada percobaan ini menggunakan prinsip hidrodistilasi, yaitu dengan
cara mengalirkan uap panas ke dalam alat penyulingan untuk memisahkan zatnya. Proses
distilasi ini dilakukan untuk memisahkan minyak atsiri dengan sampel yaitu bunga cengkeh.
Kandungan minyak atsiri yang terdapat dalam sampel cengkeh yaitu didapatkan
komponen sebesar 87% eugenol, 8,01% eugenyl asetat, dan 3,56% β-caryophyllene
(Jayanudin, 2011). Senyawa eugenol merupakan senyawa penting dalam minyak cengkeh.
Semakin tinggi kandungan eugenolnya, semakin tinggi pula kualitas yang dimiliki oleh
minyak cengkeh. Senyawa eugenol merupakan senyawa berwujud cairan bening hingga
kuning pucat dengan aroma menyegarkan dan pedas seperti bunga cengkeh kering,
memberikan aroma yang khas pada minyak cengkeh. Senyawa ini banyak dibutuhkan oleh
berbagai industri yang saat ini sedang berkembang (Kardinan, 2005). Struktur dari senyawa
eugenol yang paling banyak ditemukan dalam minyak atsiri bunga cengkeh sebagai berikut:
OH
CH3
H2C O
CH3
H2C O
H2C
Kesimpulan
Percobaan distilasi minyak atsiri ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Teknik pemisahan senyawa berdasarkan titik didih dapat dipelajari dengan memahami
konsep distilasi. Distilasi ini dilakukan untuk mendapatkan minyak atsiri pada cengkeh.
Senyawa yang memiliki titik didih yang rendah akan didistilasi atau dipisahkan terlebih
dahulu.
2. Metode ekstraksi minyak atsiri pada cengkeh dilakukan dengan menggunakan prinsip
hidrodistilasi. Prinsip ini menggunakan air sebagai pelarut sehingga minyak atsiri yang
terkandung dalam cengkeh dapat terekstrak keluar dan akan menguap dan terkondensasi
membentuk cairan (distilat) dan akan ditampung dalam labu distilat. Percobaan ini tidak
menghasilkan minyak atsiri karena suhu yang digunakan kurang panas, sehingga minyak
yang terkandung dalam cengkeh tidak menguap secara maksimal.
Referensi
Ames G.R dan W.S. A Matthews. 1968. The Destilation Of Essential Oil. Iowa: Tropical
Science.
Jayanudin. 2011. Komposisi Kimia Minyak Atsiri Daun Cengkeh dari Proses Penyulingan
Uap: Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol. 10 No. 1, 37-42.
Kardinan, A. 2005. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta: Balai Pustaka.
Riyadi et al. 2014. Ekstraksi Eugenol Dari Daun Salam India (Laurus Nobilis Lauraceae):
Jurnal Teknik Kimia.
Sani, R. N. et al. 2014. Analisis Rendemen dan Skrining Fitokimia Ekstrak Mikroalga: Jurnal
Pangan dan Agroindustri, Vol. 2 No.2 p. 11-126.
Syarifuddin. 2008. Kimia. Tangerang : Scientific Press
Syukri S. 1999. Kimia Dasar. Bandung: ITB
Yulianto, Fitri. 2012. Penyulingan Minyak Atsiri dari Nilam. Yogyakarta: UPN Veteran.
Saran
Saran untuk percobaan ini yaitu suhu saat melakukan pemanasan harus benar-benar diatur
agar mendapatkan hasil yang sesuai. Alat yang digunakan harus dilengkapi, agar saat
percobaan tidak membutuhkan waktu yang lama. Praktikan harus membaca prosedur dan cara
memasang alat destilasi terebih dahulu agar percobaan yang dilakukan berjalan dengan lancar.
Alat yang telah digunakan harus segera dibersihkan supaya tidak terdapat zat yang tertinggal
pada alat, setelah dibersihkan harus langsung dikembalikan ke teknisi.
Nama Praktikan
Ersya Yanu Ramadhani (161810301039)