Sistem Filsafat
Pancasila
Oleh:
Kelompok 4
Perkenalkan
• Athallah Winengku R. (201910101008) S1 Teknik Mesin
• Selly Rachma D. (211810301045) S1 Kimia
• Avril Siski D. (211810301046) S1 Kimia
• Inayah Maulidiya I. P. (211810301093) S1 Kimia
• Gilang Bayu S. (211910201002) S1 Teknik Elektro
• Fariz Desta H. (211910201029) S1 Teknik Elektro
• Felia Esther (211910801002) S1 Teknik Perminyakan
• Luthfi Rindra S. (211910801020) S1 Teknik Perminyakan
Inti Filsafat
Filsafat sebagai sistem berpikir yang tersendiri biasa disebut sebagai “mother of
science”, ibu dari segala ilmu. Perkembangan dari pengertian filsafat secara berurutan
adalah sebagai berikut:
Pythagoras (580-500 SM) : filsafat diartikan sebagai “pencinta pengetahuan”
(philos=cinta, shopia=pengetahuan).
Socrates (468-399 SM) : filsafat dipandang sebagai pengetahuan yang objektif dan
tetap yang dapat membantu manusia bila kita dapat menemukannya.
Plato (427-347 SM) : filsafat adalah untuk menemukan pengetahuan sejati yang berasal
dari ‘dunia ide’ yang tertutupi oleh ‘dunia maya’ yang bekerja di balik alam ini.
Aristoteles (384-322 SM) : filsafat adalah menemukan pengetahuan yang benar dengan
berpijak pada pengamatan terhadap alam ini, bukan berpijak pada ‘alam lain’, sehingga
seseorang dapat membedakan pengetahuan yang mendasar hanya dari penampakan
(aksidensial, hanya kebetulan).
Al Kindi (801-865) : filsafat dipandang tidak bertentangan dengan Al Qur’an, justru
melengkapinya. Pengetahuan terbagi menjadi pengetahuan ilahiyah (sumbernya wahyu)
dan pengetahuan insaniyah (sumbernya akal pikiran).
Descartes (1596-1650) : filsafat dimulai dengan meragukan segala sesuatu sampai
diperoleh pengetahuan yang kokoh, bahkan sampai berakhir pada pengakuan tentang
adanya Tuhan.
Immanuel Kant (1724-1804) : berfilsafat adalah menyingkap noumena (hal yang terus
mendasar dari sesuatu) dan tidak boleh terjebak oleh fenomena (penampakan mula dari
sesuatu). Berfilsafat juga adalah cara menemukan pengetahuan yang “sintetis a priori”
(empiris dan rasional) yang mana mengandung informasi baru yang memiliki tingkat
kebenaran yang universal.
Kelompok filsuf pragmatisme : filsafat harus berpijak pada fakta dan kegunaan real.
Nillai pengetahuan memiliki potensi untuk benar meskipun berbeda-beda.
Kelompok filsuf postmodernisme : filsafat adalah pluralitas sebagai realitas, yakni dari
berbagai penjelasan yang berbeda atau bertentangan dapat diterima sebagai penjelasan
yang benar atau kemungkinan benar.
Unsur identitas dan modernitas bangsa
Sebagai sebuah dasar negara, maka Pancasila dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia bukanlah sekedar sekumpulan ajaran
moral. Pancasila merupakan sebuah sistem filsafat. Artinya,
Pancasila merupakan sebuah rumusan ideal bagaimana bangun
keindonesiaan yang dicita-citakan bangsa.
Pancasila merupakan sebuah identitas bagi bangsa, dan
sekaligus landasan dalam menuju modernitasnya. Identitas
Indonesia bukan sekedar dipertahankan tetapi selalu harus digali.
Identitas harus mampu memadukan dua unsur yang kontradiktif:
tradisional dan modern. Dalam modernitas harus dijelaskan
sejauh mana unsur modern yang dapat dipribumikan dan sejauh
mana unsur tradisional yang dapat dimodernkan. Identitas harus
mampu mengintegrasikan berbagai warisan tradisional sekaligus
mampu mendorong ke arah kemajuan dan modernisasi
Satu Kesatuan Pancasila