PENGUKURAN DASAR
Oleh
NIM : 2019108010036
1.4 Manfaat
Manfaat melakukan praktikum pengukuran dasar diantaranya dapat memahami
penggunaan alat ukur. Alat ukur yang diperlukan sehari-hari misalnya untuk
menimbang berat badan, sehingga kita dapat mengetahui bagaimana cara menentukan
hasilnya. Pengukuran juga sering ditemui dikehidupan, dalam pembuatan meja
misalnya, dapat menentukan panjang, lebar, dan tingginya.
BAB 2. DASAR TEORI
Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang telah
ditetapkan sebagai standar pengukuran. Alat bantu dalam proses pengukuran disebut
alat ukur. Alat ukur dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak, misalnya alat ukur
panjang (mistas, jangka sorong, dan mikrometer sekrup), alat ukur massa, alat ukur
waktu, dan alat ukur suhu, dll (Sasmito, 2010).
Mistar adalah alat ukur panjang yang paling sederhana dan memiliki 2 skala
ukuran yaitu skala utama dan skala terkecil. Skala utama pada mistar adalah sentimeter
(cm) dan satuan skala terkecil adalah milimeter (mm). Nilai skala terkecil mistar yaitu 1
mm. Mistar memiliki ketelitian sebesar 0,5 mm atau 0,05 cm (Ihsan, 2006).
Jangka sorong adalah alat ukur untuk menghitung panjang, lebar, tinggi, diameter
luar dan dalam, serta kedalaman lubang suatu benda. Jangka sorong dapat mengukur
hingga ketilitian 0,1 mm. Skala utama terletak di batang di batang jangka sorong,
sedangkan pada rahang sorong diberi skala sebanyak 10 bagian dengan panjang 9 mm
maka disebut skala nonius.
2.2.4 Amperemeter
Amperemeter adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur kuat arus yang
mengalir dalam satu rangkaian listrik. Berdasarkan jenisnya, sumber arus amperemeter
dibagi menjadi 2 yaitu amperemeter DC dan amperemeter AC.
Gambar 2.4 Amperemeter
(Sumber : Tim Penyusun, 2017).
Voltmeter merupakan alat untuk mengukur besarnya tegangan dalam suatu benda
yang dilewati oleh listrik. Berdasarkan jenis dari arus listrik voltmeter dibagi menjadi 2
yaitu voltmeter AC dan voltmeter DC.
Neraca o’hauss adalah alat yang digunakan untuk mengukur suatu massa benda.
Penentuan massa benda hanya dilakukan dengan menggeser sejumlah ahak timbangan
yang telah berada pada lengan neraca, massa benda yang ditimbang sama dengan massa
anakan timbangan yang digeser pada lengan.
Gambar 2.6 Neraca O’hauss
(Sumber : Tim Penyusun, 2017).
Jika n ≥ 10
2
Δx = ϵ x 1− x́
(
√ n
)
(3.6)
g. Ralat yang digunakan pada pengukuran tidak langsung dengan standart deviasi
V=pxlxt
∂v 2 ∂v 2 ∂v 2
Δv =
√( ∂p ) 2
|∆ p| +
∂l ( ) 2
|∆ l| +
∂t( )
|∆t|
2
s
V=
t
∂v 2 ∂v 2
Δv =
√( ∂s ) 2
|∆ s| +
∂t ( )
|∆ t |
2
h. Ralat yang digunakan pada pengukuran tidak langsung dengan nst dan standart
deviasi
m
ρ=
v
∂ρ 2 ∂ρ 2
Δρ =
√( ∂m ) 2
|∆ m| +
∂v ( )
|∆ v|
2
1
Δm = Δv = nst
2
s
V=
t
∂v 2 ∂v 2
Δv =
√( ∂s ) 2
|∆ s| + ( )
∂t
|∆ t |
2
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil yang diperoleh dari praktikum pengukuran dasar antara lain sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Nst dengan Pengukuran Lansung Nst
No Alat Nst x Δx I (%) K (%) AP x ± Δx
1,11 Dd = 1,11 ±
0,23 99,77 4
Jangka 0,05 (cm) 0,0025 0,0025
1
Sorong mm 1,46 Dl = 1,46 ±
0,17 99,83 4
(cm) 0,0025 0,0025
Mikromet 0,01 0,0005 0,753 ±
2 0,753 0,07 99,93 4
er mm cm 0,0005
Amperem 1
3 2,5 0,5 mA 20 80 2 2,5 ± 0,5
eter mA
1
4 Voltmeter 1 mV 0,5 mV 50 50 1 1 ± 0,5
mV
p=
0,05 cm
1 l = 0,05
5 Mistar 2 cm 2,5 97,5 3 2 ± 0,05
mm cm
t = 0,05
cm
Stopwatc 0,01 2,16 ±
6 2,16 s 0,005 s 0,23 99,77 4
h s 0,005
Neraca 0,1
7 65,6 g 0,05 g 0,08 99,92 4 65,6 ± 0,05
O’hauss g
Tabel 4.5 Hasil Tidak Langsung Dengan Standart Deviasi, Pengulangan Sekali
No Bahan x (cm) x́ (cm) v Δv I (%) K (%) AP v ± Δv
p1 = 2
p2 = 2 2 8 0 100 0 1 8±0
p3 = 3
l1 = 2
1 Balok l2 = 2 2 8 0 100 0 1 8±0
l3 = 2
t1 = 2
t2 = 2 2 8 0 100 0 1 8±0
t3 = 2
Tabel 4.6 Hasil Tidak Langsung Dengan Standart Deviasi, Pengulangan Sekali
I
No Jarak (m) t (s) t́ v Δv K (%) AP v ± Δv
(%)
t1 =
2,84
t2 = 0,8 0,7 14,2 0,83 ±
1 2,5 3 85,25 1
3,03 3 75 5 0,775
t3 =
3,13
t1 =
3,09
t2 = 3,1 0,9
2. 3 2,1 23 87 1 0,957 ± 2,1
3,25 33 57
t3 =
3,06
3 3,5 t1 = 3,4 1,0 2,1 0,20 99,79 1 1,0186 ±
3,12 36 18 2 6 2,12
t2 = 6
3,66
t3 =
3,53
1
Kesalahan titik nol ditentukan dengan rumus nst .
2
Cara menentukan ralat nst dengan pengukuran langsung ialah dengan
menggunakan aturan bahwa ralat nst merupakan setengah nilai nst masing-masing alat
ukur. Oleh karena itu, kunci menentukan ralat pada pengukuran langsung adalah
1
tentukan nst terlebih dahulu. Setelah itu ralat bisa dicari dengan rumus nst . Hasil
2
dapat dituliskan dengan aturan nilai yang dihasilkan ± ralat nst yang diperoleh.
Penentuan hasil pengukuran secara langsung dan berulang dapat diperoleh dari
rata-rata hasil pengukuran ± standart deviasi. Pengukuran dilakukan 3 kali sehingga
dapat dicari rata-ratanya. Rata-rata tersebut dimasukkan ke dalam rumus standart
deviasi sehingga hasil pengukuran dapat dicari. Standart deviasi dapat menunjukkan
kepresisian suatu alat ukur. Semakin kecil standart deviasi yang terbentuk, maka
semakin besar pengukuran kita yang mendekati benar.
Pengukuran tidak langsung yaitu pengukuran yang dilakukan terhadap besaran lain
yang memiliki hubungan matematis dengan besaran yang dicari. Pengukuran tidak
langsung yang dilakukan pada praktikum ini tidak langsung dilakukan pada semua alat
ukur, namun pengukuran tidak langsung dibagi menjadi dua, yaitu pengukuran tidak
langung dengan nst dan standart deviasi. Pengukuran tidak langsung menggunakan
mistar, neraca o’hauss, jarak. Terdapat perbedaan hasil ukur dari pengukuran tidak
langsung diatas, walaupun dilakukan pada besaran dan menggunakan alat yang sama.
Pengukuran yang dilakukan secara berulang memiliki ralat lebih kecil dari pada
pengukuran yang dilakukan sekali.
Jumlah angka penting yang digunakan dapat dilihat dari ralat relatif. Semakin
banyak angka penting menunjukkan presentase ralat yang relatif kecil berarti semakin
tepat hasil pengukuran. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa beberapa pengukuran
yang dilakukan mendapatkan hasil yang mendekati tetap, namun beberapa juga
menunjukkan hasil yang kurang tepat karena memiliki angka penting dengan jumlah
kecil.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum pengukuran dasar kali ini diantaranya adalah:
1. Nilai skala terkecil (nst) pada alat ukur ditentukan pada skala yang tertera pada alat
ukur tersebut.
2. Penggunaan alat ukur harus dengan cara yang benar.
3. Pengukuran tidak berulang menggunakan ralat nst dan pengukuran berulang
menggunakan ralat standart deviasi.
5.2 Saran
Saran untuk praktikum pengukuran dasar yaitu, sebelum melakukan percobaan
praktikan harus memahami dan mengetahui hal yang akan dilakukan. Mengetahui
fungsi dari setiap alat ukur juga harus diperhatikan oleh setiap praktikan. Praktikan juga
harus memperhatikan intruksi dari asisten agar praktikum berjalan dengan lancar dan
sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun. 2017. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar. Jember: FMIPA Universitas
Jember