Anda di halaman 1dari 24

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

UJIAN PRAKTIK FISIKA

Disusun oleh: Nur Lailah, S. Pd

SMA DIPONEGORO 1 JAKARTA


2023
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Percobaan 1

PENGUKURAN DASAR

I. Tujuan Percobaan
1. Dapat mengetahui bagian dan fungsi dari masing masing alat ukur jangka sorong
dan micrometer secrup
2. Dapat melakukan pengukuran dengan menggunakan jangka sorong dan
micrometer dengan benar
3. Dapat membaca skala hasil pengukuran dengan benar
4. Dapat menuliskan hasil pengukuran (besar dan satuannya) berdasarkan aturan
angka penting.

II. ALAT DAN BAHAN


1. Kelereng
2. cincin
3. jangka sorong
4. mikrometer sekrup

III. Dasar Teori


A. Jangka Sorong
Jangka sorong adalah salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk
mengetahui panjang, diameter luar, dan diameter dalam sebuah bentuk
benda tertentu. Jangka sorong juga bisa digunakan untuk mengukur
kedalaman lubang atau bangun ruang tertentu, seperti tabung. Meskipun bisa
mengukur diameter bentuk benda namun jangka sorong hanya diperuntukan
untuk mengukur benda-benda yang ukurannya relatif kecil. Hal ini terjadi
karena satuannya yang terbatas.
Jangka sorong memiliki bagian utama yang disebut rahang tetap dimana
terdapat skala utama dan rahang geser dimana terdapat skala nonius atau
vernier. Nonius yang panjangnya 9 mm dibagi atas 10 skala, sehingga beda
satu skala nonius dengan satu skala utama adalah 0,1mm. Nilai 0,1mm
merupakan batas ketelitian jangka sorong.
Berikut bagian bagian jangka sorong:

5 4

1. Rahang atas untuk mengukur diameter dalam.


2. Rahang bawah untuk mengukur diameter luar.
3. Bagian untuk mengukur kedalaman tabung.
4. Skala utama
5. Skala nonius
Cara menghitung hasil pengukuran jangka sorong adalah sebagai
berikut.

Hasil pengukuran = skala utama + (skala nonius x NST) cm


Berikut cara membaca hasil pengukuran pada jangka sorong;
Gambar diatas adalah contoh hasil pengukuran dengan jangka sorong,
Skala utama = 2,5cm, Skala nonius = 4, NST =0,01 cm (tertulis pada
setiap alat ukur jangka sorong)

Maka, Hasil pengukurannya adalah

HP = SU + SN x NST = 2,5 + 4. 0,01 = 2,54cm

B. Mikroter Sekrup

Mikrometer sekrup dalam bahasa inggris disebut sebagai Micrometer


Screw Gauge. Alat ini pertama kali ditemukan pada abad ke-17 oleh seorang
ilmuwan bernama William Gascoigne. Saat pertama kali digunakan,
mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur benda-benda di luar angkasa
dari teleskop dan mengukur jarak sudut antara bintang. Fungsi mikrometer
sekrup sebenarnya memiliki kesamaan dengan alat ukur jangka sorong. Alat
ini bisa menghitung panjang, tebal, dan diameter sebuah benda kerja.
Ketelitian alat ukur mikrometer sekrup 10 kali lipat lebih tinggi dari jangka
sorong. Jika dibandingkan, tingkat ketelitian jangka sorong sebesar 0,1 mm,
sedangkan mikrometer sekrup bisa mencapai 0,01 mm.
Bagian-Bagian Mikrometer Sekrup

Mikrometer sekrup terdiri dari beberapa bagian. Setiap bagian punya fungsinya
masing-masing. Apa saja bagian dan fungsi dari setiap bagian mikrometer sekrup.
Berikut penjelasannya:

Frame. Bagian ini memiliki bentuk menyerupai huruf U. Frame biasanya


terbuat dari bahan logam tahan panas dan sangat tebal. Frame terbuat dari
bahan tahan panas untuk meminimalisir efek pemuaian panjang yang bisa
menggangu proses pengukuran.

Anvil atau Poros Tetap. Poros tetap berfungsi sebagai penahan benda.
Fungsi utama dari bagian ini adalah untuk mencegah benda bergerak atau
bergeser saat akan diukur.

Spindel atau Poros Gerak. Bagian mikrometer ini biasa disebut sebagai
poros gerak. Bagian ini memiliki bentuk silinder dan dapat digerakkan menuju
poros tetap. Silinder logam ini dapat digerakan maju-munder, menjauh, atau
mendekati poros tetap.
Lock Nut. Bagian ini berfungsi sebagai pengunci. Bagian ini dapat
menahan poros gerak atau spindel agar tidak bergerak saat proses pengukuran
benda.

Sleeve. Bagian ini berbentuk batang logam dan diletakan pada bagian
skala utama pengukuran (dalam satuan mm). Bagian ini berbentuk lingkaran
yang berfungsi sebagai penunjuk skala pengukuran. Dalam satu buah
mikrometer sekrup terdapat skala ganda, yaitu skala utama (main scale) dan
skala nonius (skala putar).

Thimble. Merupakan bagian mikrometer sekrup yang berbentuk batang


logam dan bisa diputar. Ukurannya lebih besar dari sleeve dan jadi tempat
diletakannya skala nonius. Bagian ini bisa digerakkan dengan tangan pengguna
mikrometer.

Ratchet. Merupakan bagian mikrometer sekrup yang berfungsi


menggerakan bagian poros gerak. Bagian ini dapat mengencangkan poros gerak
jika sudah menyentuh benda dengan cara diputar searah jarum jam sampai
terdengar bunyi ketukan logam (tik). Untuk memastikan ujung poros gerak
menempel sempurna di benda, Anda bisa putar sebanyak 2 sampai 3 kali.

Cara Membaca Hasil Mikrometer Sekrup

Untuk membaca hasil pengukuran mikrometer sekrup, ada dua bagian


yang perlu diperhatikan, yaitu: skala utama dan skala nonius. Hasil pada skala
utama bisa dilihat di Sleeve. Sedangkan, skala nonius bisa dilihat pada Thimble.
Untuk lebih jelasnya, berikut cara membaca hasil pengukuran mikrometer
sekrup:
`

Perhatikan letak garis skala di bagian atas sleeve, yaitu 5 mm

Lihat garis skala di bagian bawah, yaitu: 0,5 mm

Lalu lihat nilai di skala nonius di bagian Thumble yaitu 28 mm

Kalikan nilai pada nonius dengan cara 28 x 0,01 mm = 0,28 mm

Jumlahkan hasil ketiga pengukuran, tersebut: SU + SN.NST = 5,5 + 0,28 mm


= 5,78 mm.

Hasil akhir dari pengukuran yang didapat adalah 5,78 mm.

IV. LANGKAH – LANGKAH PENGAMATAN


A. Jangka Sorong
1. Ambilah kelereng, letakkan pada rahang bawah jangka sorong untuk
diukur diameternya. Jepit dengan hati-hati dan kunci. Amati skala utama,
catat hasilnya dalam tabel 1.1, ulangi pengukurannya sebanyak 3 kali.
TABEL 1.1
No. Benda Skala utama Skla Nonius x NST
1. Kelereng ………………………cm …………..x……………..mm

………………………cm …………..x……………..mm

………………………cm …………..x……………..mm

2. Cincin ………………………cm …………..x……………..mm


(diameter luar) ………………………cm …………..x……………..mm
………………………cm …………..x……………..mm
Cincin ………………………cm …………..x……………..mm
(diameter ………………………cm …………..x……………..mm
dalam) ………………………cm …………..x……………..mm

2. Amatilah skala nonius,cari angka yang segaris (berimpit) dengan skala


utama, catat dalam tabel 1.1, kalikan juga dengan batas ketelitian jangka
sorong (NST/ Nilai skala terkecil). Ulangi sampai 3 kali pengukuran.
3. Ambilah cincin, ukur diameter luar seperti langkah 1 dan 2.
4. Sekarang lakukan pengukuran diameter dalamnya menggunakan rahang
atas jangkasorong. Letakkan cincin di luar rahang dengan benar, kunci.
Amati skala utama dan noniusnya seperti Langkah 1 dan 2.
B. Mikrometer Sekrup
1. Ambilah kelereng, lalu ukur diameternya dengan micrometer sekrup.
Amati skala utamanya, catat dalam tabel 1.2, ulangi pengukuran sampai 3
kali.
TABEL 1.2
No. Benda Skala utama Skala Nonius x NST
1. Kelereng ……………mm ……..x……………..mm
……………mm ……..x……………..mm
……………mm ……..x……………..mm
2. Cincin ……………mm ……..x……………..mm
(diameter ……………mm ……..x……………..mm
luar) ……………mm ……..x……………..mm

2. Amati skala nonius, cari angka yang berimpit dengan garis tengah skala
utama, catat hasilnya dalam tabel 1.2, kalikan juga dengan batas
ketelitian micrometer (NST/ Nilai skala terkecil). Ulangi pengukuran
sebanyak 3 kali.
3. Ambil cincin, lakukan pengukaran seperti langkah 1 dan 2.

V. PENGOLAHAN HASIL PENGAMATAN


1. Hitunglah nilai rata-rata pengamatan pada tabel 1.1. Kemudian tentukan hasil
pengukuran jangka sorong untuk masing-masing benda dengan menggunakan
persamaan:

HP = SU + SN x NST

HP = hasil pengukuran
SU = skala utama
SN = skala nonius
NST = nilai skala terkecil
2. Hitunglah nilai rata-rata pengamatan pada tabel 1.2. Kemudian tentukan hasil
pengukuran micrometer sekrup untuk masing-masing benda dengan
menggunakan persamaan:

HP = SU + SN x NST

HP = hasil pengukuran
SU = skala utama
SN = skala nonius
NST = nilai skala terkecil
3. Menurut anda lebih teliti mana pengukuran menggunakan jangka sorong atau
micrometer sekrup?
4. Berdasarkan nilai diameter kelereng dalam percobaan jangka sorong dan
micrometer secrup, tentukan volume kelereng menggunakan Rumus volume
bola, tulis hasilnya dengan menggunakan aturan angka penting!

VI. KESIMPULAN PERCOBAAN


Buatlah kesimpulan dari hasil percobaan anda:
1. Tentang alat ukur dan hasil pengukurannya
2. Tentang keseluruhan praktikum anda
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Percobaan II

KOORDINAT TITIK BERAT

I. Tujuan Percobaan
1. Menentukan titik berat bidang beraturan homogen dengan cara mencari
perpotongan garis berat
2. Membandingkan hasil koordinat titik berat antara percobaan dengan rumus
teori
II. Alat dan bahan
1. Kardus
2. Gunting
3. Pensil
4. Penggaris
5. Tali / benang
6. Pemberat
7. Cutter
8. Paku
III. Dasar Teori

Titik berat merupakan suatu titik pada benda, yang mana gaya berat benda
bekerja secara efektif. Untuk benda datar sembarang, koordinat titik berat benda
dapat ditentukan dengan membagi benda tersebut menjadi beberapa bentuk
benda simetris yang titik beratnya telah diketahui.

Jika suatu benda datar sembarang dapat dibagi menjadi n benda simetris
yang masing-masing memiliki luas A1, A2, …, An dan koordinat (x1, y1), (x2, y2),
…, (xn, yn) maka kita dapat menentukan koordinat titik berat (x0, y0) dengan
persamaan berikut:

Dengan ; Xn = ½ Xn

Yn = ½ yn, khusus benda yang berbentuk segitiga Y = 1/3 tinggi

IV. Langkah Langkah pengamatan


Benda Beraturan
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan
2. Buatlah pola pada kardus sesuai dengan yang telah ditentukan
3. Potong kardus sesuai pola yang telah dibentuk seperti gambar di bawah ini

4. Buatlah 3 lubang pada pinggir pinggir kardus dengan 3 titik yang berbeda
5. Ikatlah tali pada pemberat
6. Gantung kardus pada paku penggantung
7. Gantunglah tali pemberat di depan kardus pada paku penggantung
8. Tarik garis lurus dari lubang ke tali, sehingga didapatkan perpotongan dari
ketiga garis yang ada
9. Lakukan langkah ke 6 dan 7 pada titik yang berbeda
10. Ukur koordinat X dan Y
11. Bandingkan hasil koordinat titik berat padal percobaan dengan hasil koordinat
titik berat pada teori rumus
12. Catat hasilnya pada tabel
13. Letakan jari pada perpotongan dan amati apakah benda mengalami
kesetimbangan

Benda Tidak Beraturan

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan


2. Buatlah pola beraturan pada kardus sesuai dengan yang sudah ditentukan
3. Potong kardus sesuai dengan pola yang telah dibentuk, seperti pada gambar di
bawah ini

4. Buatlah 3 lubang pada pinggir pinggir kardus dengan 3 titik yang berbeda
5. Ikatlah tali pada pemberat
6. Gantung kardus pada paku penggantung
7. Gantunglah tali pemberat di depan kardus pada paku penggantung
8. Tarik garis lurus dari lubang ke tali, sehingga didapatkan perpotongan dari
ketiga garis yang ada,
9. Lakukan langkah 6 dan 7 pada titik yang berbeda
10. Ukur koordinat X dan Y
11. Bandingkan hasil koordinat titik berat pada percobaan dengan hasil koordinat
titik berat pada teori rumus
12. Catat hasilnya pada tabel
13. Letakan jari pada perpotongan dan amati apakah benda mengalami
kesetimbangan
V. Pengolahan Hasil Pengamatan
1. Hasil Percobaan
Tabel 2.1

No. Benda Koordinat titik berat benda Koordinat titik berat benda Perbedaan
hasil percobaan berdasarkan teori percobaan dengan
teori
X (cm) Y (cm) X (cm) Y (cm) X (cm) Y (cm)
1.

2.

3.

2. Hitung koordinat titik berat dengan menggunakan persamaan di bawah ini

3. Catat Koordinat titik berat hasil percobaan (catat hasilnya pada tabel 2.1)
4. Uraikan nilai Koordinat titik berat berdasarkan teori rumus dari benda yang
telah diukur dalam percobaan diatas (catat hasilnya pada tabel 2.1)
5. Dari hasil percobaan di atas, apakah terdapat perbedaan antara koordinat titik
berat benda hasil percobaan dan koordinat titik berat berdasarkan teori atau
rumus? Jelaskan mengapa demikian!
6. Tuliskan manfaat percobaan ter
7. sebut dalam kehidupan sehari – hari !

VI. Kesimpulan Percobaan


1. Buatlah kesimpulan dari seluruh rangkaian percobaan
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Percobaan III

ELASTISITAS DAN HUKUM HOOKE

I. Tujuan Percobaan
1. Menyelidiki hubungan antara gaya dengan pertambahan panjang pegas dan
memahami bahwa pertambahan panjang pegas sebanding dengan gaya yang
bekerja pada pegas
2. Membuktikan berlakunya Hukum Hooke
3. Mencari konstanta pegas
4. Mencari energi potensial pegas
II. Alat dan bahan
1. Batang statif
2. Pegas
3. Beban 50 gram
4. Beban 30 gram
5. Beban 20 gram
6. Mistar berskala 30 cm
III. Dasar Teori
Pegas merupakan salah satu contoh benda elastis. Elastis atau
elastisitas adalah kemampuan sebuah benda untuk kembali ke bentuk awalnya
ketika gaya luar yang diberikan pada benda tersebut dihilangkan. Jika sebuah
gaya diberikan pada sebuah benda yang elastis, maka bentuk benda tersebut
berubah. Untuk pegas dan karet, yang dimaksudkan dengan perubahan bentuk
adalah pertambahan panjang. Perlu diketahui bahwa gaya yang diberikan juga
memiliki batas-batas tertentu. Sebuah karet bisa putus jika gaya tarik yang
diberikan sangat besar, melawati batas elastisitasnya. Demikian juga sebuah
pegas tidak akan kembali ke bentuk semula jika diregangkan dengan gaya yang
sangat besar. Jadi benda-benda elastis tersebut memiliki batas elastisitas.
Tegangan didefinisikan sebagai hasil bagi antara gaya tarik dengan luas
penampang benda. Regangan didefinisikan sebagai hasil bagi antara
pertambahan panjang benda ketika diberi gaya dengan panjang awal benda.
Gaya elastisitas/pegas adalah gaya yang mengembalikan pegas agar
kembali ke bentuk semula setelah meregang/menekan. Gaya pegas berlawanan
arah dengan gaya berat dan pertambahan panjang, dapat dirumuskan, tetapan
pegas dapat ditentukan melalui penjelasan dan persamaan berikut:
Hukum Hooke untuk pegas yang bergerak secara vertical. Hukum
Hooke adalah hukum atau ketentuan mengenai gaya dalam bidang ilmu fisika
yang terjadi karena sifat elastisitas dari sebuah pir atau pegas. Besarnya gaya
Hooke berbanding lurus dengan jarak pergerakan pegas dari posisi normalnya,
Hukum Hooke menyatakan hubungan antara gaya F yang meregangkan
pegas dan pertambahan panjang (X),

Bunyi Hukum Hooke

“Semakin besar gaya pegas yang diberikan, maka semakin panjang juga
benda pegas tersebut”.
secara matematis ditulis dengan :

F = k. Δx
Dengan : F : Gaya yang diberikan (N)
k : konstanta pegas (N/m)
Δx: pertambahan panjang pegas (m)
Energi Potensial Pegas
Besar energi potensial yang ada di sebuah pegas bisa dihitung dari grafik
hubungan yang bekerja di pegas dengan pertambahan panjang pegas itu sendiri:
Berikut adalah rumusnya:

Ep = ½ F . ∆x
Atau EP = ½ (k . ∆x) . ∆x
Keterangan:
Ep = energi potensial pegas (joule)
k = tetapan gaya pegas (N/m)
∆x = pertambahan panjang pegas (m)

IV. Langkah Langkah Pengamatan


1. Susun alat yang telah disiapkan seperti gambar di bawah ini

2. Ukurlah Panjang pegas mula – mula (x0)


3. Gantunglah 1 beban pada pegas
4. Ukurlah Panjang akhir pegas (x1)
5. Tambahkan beban sebesar beban pertama
6. Ukurlah Panjang akhir pegas
7. Ulangi Langkah 5 dan 6 dengan menambahkan beban yang sama (kelipatan
beban pertama)
8. Catat semua hasil pengukuran dalam tabel yang telah di sediakan.
V. Pengolahan hasil Pengamatan
1. Hasil pengukuran

Gunakan persamaan dibawah ini untuk menghitung konstanta pegas,


kemudian isilah pada tabel yang 3.1

𝑭
K=
∆𝒙
K = konstanta pegas (N/m)

∆𝒙 = pertambahan Panjang (m), ∆x = x1 – x0

x0 = Panjang awal pegas

x1 = Panjang akhir pegas

F = gaya pegas (N)

F= m.g

m= massa (kg)

g = gravitasi (10 m/s2)

Tabel 3.1

m (kg) F (N) x0 (m) x1 (m) ∆𝒙 (m) K (N/m)

2. Dari hasil percobaan di atas gambarlah grafik hubungan pertambahan


panjang pegas dengan gaya pegas!
3. Dari grafik dan hasil percobaan di atas, hitunglah nilai energi potensial
masing masing pegas. Gunakan persamaan;

Ep = ½ F . ∆x atau EP = ½. K. ∆x2

4. dari hasil percobaan, beban yang manakah yang memiliki pertambahan


panjang paling besar? Mengapa demikian?
5. Bagaimana hubungan pertambahan panjang pegas dengan gaya pegas?
6. Bagaimanakah hubungan antara konstanta pegas dan energi potensial
pegas?
7. Jelaskan hubungan Hukum Hooke dengan hasil data percobaan yang anda
peroleh!
8. Tuliskan minimal 3 aplikasi percobaan ini dalam kehidupan sehari hari!
VI. Kesimpulan Percobaan
Buatlah kesimpulan dari seluruh percobaan yang anda lakukan
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Percobaan IV

HUKUM OHM

I. Tujuan percobaan
1. Mengukur arus pada rangkaian tertutup
2. Mengukur beda potensial pada rangakaian tertutup
3. Menganalisis hubungan antara beda potensial listrik dengan kuat arus listrik
pada rangkaian tertutup
4. Memahami Hukum Ohm dalam rangkaian tertutup
II. Alat dan Bahan
1. Power supplay (catu daya)
2. Basic meter
3. Kabel penghubung
4. Resistor tetap
III. Dasar Teori

Hukum Ohm adalah Salah satu hukum yang mempelajari tentang


besarnya arus listrik yang mengalir dipengaruhi oleh besar kecilnya suatu
tegangan atau beda potensial.

Hukum ohm digunakan dalam berbagai ilmu di bidang elektronika, dan


merupakan dasar dari rangkaian tegangan dan arus listrik.

Menghitung, mengecilkan arus listrik dan juga tegangan pada suatu kawat
atau rangkaian dapat dilakukan hanya dengan manggunakan hukum tersebut.
Bunyi Hukum Ohm
Seperti pernyataan yang mengokohkan bahwa “kuat arus yang mengalir
pada suatu rangkaian berbanding lurus dengan suatu tegangan, dan berbading
terbalik dengan hambatan”, berarti hambatan tidak tergantung dari besarnya
arus, sehingga hambatan selalu tetap.

Rumus Hukum Ohm


Hubungan antara kuat arus, tegangan, dan juga hambatan listrik
dirumuskan seperti di bawah ini :

V=IxR

Rumus di atas, jika digunakan untuk mencari besarnya kuat arus, maka
tegangan dibagi hambatan, sehingga menghasilkan rumus berikut :

I=V/R

Sedangkan untuk menentukan nilai hambatan pada suatu rangkaian,


rumus tersebut disubstitusikan menjadi,

R=V/I

V (Voltage) = Beda potensial atau tegangan (satuan : Volt atau V).

I (Current) = Kuat arus listrik (satuan : Ampere atau A).

R (Resistance) = Hambatan (satuan : Ohm atau Ω).

IV. Langkah Langkah Pengamatan


1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar di bawah ini
2. Pasanglah amperemeter (secara seri) dan voltmeter (secara paralel) seperti
pada gambar
3. Hambatan pada rangkaian tersebut buat tetap sedangkan sumber tegangan
yang anda pasang diubah – ubah nilainya mulai dari 3V, 6V, 9V, dan 12 V,
catat kuat arus pada amperemeter dan tegangan pada voltmeter pada tabel
yang telah disediakan
4. Ulangi dengan hambatan yang berbeda
V. Pengolahan Hasil Pengamatan
1. Hasil pengamatan
Gunakan Persamaan dibawah ini untuk mengisi tabel 4.1

Tabel 4.1

Tegangan power Kuat arus listrik Tegangan listrik Hambatan listrik


supply
2. dari hasil pengukuran arus dan tegangan dalam percobaan, buatlah grafik
hubungan antara arus dan tegangan seperti pada gambar dibawah ini!

3. Jelaskan konsep hukum Ohm sesuai dengan data hasil percobaan!


4. Dari data yang anda peroleh dalam percobaan, jelaskan hubungan hambatan
terhadap perubahan arus dan tegangan!
5. Tulislah minimal 3 manfaat percobaan ini dalam kehidupan sehari hari !
VI. Kesimpulan
Buatlah kesimpulan dari seluruh rangkain percobaan serta data yang anda
peroleh dalam percobaan!

Anda mungkin juga menyukai