Anda di halaman 1dari 16

ABSTRAK

Tujuan dari percobaan ini untuk memahami sintesis dari suatu senyawa kimia dan
metode pemurniannya dengan cara kristalisasi. Pada pemurnian K2SO3
menggunakan Na2SO3 dan KCl dengan metode kristalisasi dan rekristalisai zat
yang dimurnikan dengan kotoran dalam suatu pelarut tertentu.
Dalam percobaan ini dipelajari cara memurnikan kalium sulfit yang berasal dari
natrium sulfit dan kalium klorida menggunakan air sebagai pelarutnya.
Kristalisasi dapat dilakukan dengan cara membuat larutan jenuh dengan
menambah ion sejenis ke dalam larutan zat yang akan dipisahkan dan
mengkristalakannya kembali zat terlarut kemudian mengeringkan dalam oven.
Pemurnian kalium sulfit pada percobaan ini dibuat dengan dua tahapan yaitu
kristalisasi dan rekristalisasi. Rendemen yang didapatkan adalah 96, 72 %,
rendemen tidak 100%, dimana berarti pada saat pemanasan masih terdapat K2SO3
dan NaCl. Sehingga tidak didapatkan hasil yang sesuai endapan yang terbentuk
bukanlah K2SO3 murni.

Kata Kunci :kalium sulfit, zat pengotor, kristalisasi, rekristalisasi


PERCOBAAN 4

PEMBUATAN DAN PEMURNIAN KALIUM SULFIT

4.1 PENDAHULUAN

4.1.1 Tujuan Percobaan


Tujuan dari praktikum ini adalah memahami sintesis dari suatu senyawa
kimia dan metode pemurniannya dengan cara rekristalisasi.

4.1.2 Latar Belakang


Seperti yang praktikan ketahui bahwa materi yang ada di bumi ini tidak
semuanya dalam keadaan murni dalam bentuk campuran dengan materi lain.
Untuk memperoleh materi dalam bentuk murni, maka harus dipisahkan dari
campurannya menggunakan dua cara, yaitu peristiwa kimia dan peristiwa fisika.
Pada praktikum ini, praktikan diharapkan bisa membuat kalium sulfit dari
natrium sulfit dengan kalium klorida, garam yang terjadi direkristalisasikan denga
air. Praktikan juga diharapkan menjelaskan proses-proses yang terjadi selama
percobaan berlangsung. Praktikan diharapkan dapat melakukan teknik pemisahan
dengan cara kristalisasi, ada dua cara kristalisasi yaitu penguapan dan
pendinginan.
Manfaat untuk industri pada teknik pemurnian zat banyak hal seperti
pemurnian logam. Sedangkan kegunaannya untuk Teknik Lingkungan yaitu
mengatasi limbah dari pemurnian logam. Misalnya mengatasi limbah di tambang
intan Martapura.

IV-1
IV-2

4.2 DASAR TEORI

Pada umumnya di alam terdapat banyak campuran, maka dari itu


mahasiswa perlu mempelajari cara-cara pemisahannya untuk mendapatkan zat
yang dihasilakan tertentu yang murni. Contohnya tanah, tanah terdiri dari berbagai
senyawa dan unsur baik dalam wujud padat, cair, dan gas. Suatu camouran dapat
dipisahkan dengan cara filtrasi, distilasi, kristalisasi, ektraksi, absorbsi, dan
kromatografi (Brady, 1999).
Memurnikan materi adalah memisahkan campuran-campuran atau
kotoran-kotorannya. Pemisahan didasarkan pada suhu perbedaan sifat tertentu dari
senyawa tersebut. Perbedaan pada ukuran partikel, perbedaan titik didih dan lain-
lain (Schaum, 1998).
Kebanyakan materi yang terdapat di bumi ini tidak murni, tetapi berupa
campuran dari berbagai macam komponen. Unutuk memperoleh zat murni,
praktikan harus mendapatkan air suling (aquadest) praktikan harus menyulingnya
dari air sumur atau sungai. Untuk memperoleh minyak goreng praktikan harus
memisahkannya dari buah kelapa atau biji jagung (Syukri, 1999).
Campuran adalah materi yang terdiri dari atas dua macam zat atau lebih
dan masih memiliki sifat-sifat zat yang asalnya. Campuran terdiri atas campuran
homogen dan campuran heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang
partikel-partikelnya tidak dapat dibedakan dengan mata biasa. Campuran
heterogen adalah campuran yag serba tidak sama, membentuk dua fase atau lebih
dan terdapat batas yang jelas diantara fase-fase tersebut (Brady, 1999).
Campuran homogen, seperti alkohol dalam air tidak dapat dipisahkan
denagn saringan, karena partikelnya lolos dari pori-pori kertas saring dan selaput
semipermiabel. Cairan seperti itu dapat dipisahkan dengan cara fisika contohnya
yaitu distilasi, rekristalisasi, ekstraksi, dan kromatografi (Syukri, 1999).
Campuran heterogen adalah tidak rata. Contohnya adalah minyak dan air.
Bila kita mengambil sampel dari sebagian campuran minyak dan air ini akan kita
dapatkan bahwa sebagian campuran akan mempunyai sifat minyak, sedangkan
sebagian lain mempunyai sifat air. Maka campuran ini terdiri dari dua fasa yaitu
IV-3

minyak dan air. Bila campuran kita kocok sehingga minyaknya akan tersebar
(terdispersi) sehingga butir-butir minyak tersebut mempunyai sifat dan komponen
komposisi sepeerti minyak pada butir lain (Brady, 1999).
Campuran dapat dipisahkan melalui peristiwa fisika atau kimia. Pemisahan
secara fisika tidak mengubah zat selama pemisahan. Sedangkan secara kimia, satu
komponen atau lebih akan direaksikan dengan zat lain sehingga dapat dipisahkan.
Jika komponen berwujud padat dan cair, misalnya pasir dan air dapat dipisahkan
dengan saringan. Saringan bermacam-macam, mulai dari porinya yang besar
sampai yang sangat halus, contohnya kertas saring dan selaput semipermiabel.
Kertas saring dapat dipakai untuk memisahkan suatu koloid dari pelarutnya
(Syukri, 1999).
Unsur dan senyawa dianggap sebagai zat murni karena komposisinya
selalu tetap. Sebaliknya campuran, komposisinya dapat berubah-ubah. Contohnya
air dan natrium klorida adalah suatu senyawa yang memiliki komposisi yang tetap
dalam sampel manapun. Tetapi garam dapat dilarutkan dalam air dalam berbagai
macam kadar, sehingga memberikan campuran dengan berbagai komposisi
(Brady, 1999).
Sifat dari campuran adalah terdiri dari dua jenis zat atau lebih,
komposisinya tidak tetap. Campuran dapat berupa larutan, suspensi, atau koloid.
Hasil sintesis suatu senyawa diharapkan mempunyai kemurnian yang maksimal.
Dengan melakukan beberapa percobaan yang akurat, kemurnian ini dapat dicapai.
Pemisahan suatu zat bertujuan untuk memurnikan zat tersebut. Ada dua cara jenis
pemisahan, yaitu pemisahan zat padat dari zat cair dan pemisahan zat padat dari
zat padat. Pemisahan zat padat dari zat cair dapat dilakukan dengan cara:
1. Apabila zat padat tidak larut dalam zat cair, dilakukan pemisahan dengan cara
dekanter dan penyaringan.
2. Apabila zat padat larut dalam zat cair, dilakukan dengan cara penguapan
sampai kering, distilasi dan kristalisasi bertingkat dan dengan cara sublimasi
(Syukri, 1999).
Untuk memperoleh pelarut yang cocok dilakukan pemisahan dan
pemurnian sebagai berikut:
IV-4

1. Memilih zat pelarut yang hanya dapat melaritkan zat dalam keadaan panas,
sedangkan zat pengotornya tidak larut dalam pelarut tersebut.
2. Dipilih pelarut yang titik didihnya rendah dimaksudkan untuk mempunyai
kemudahan proses pengeringan kristal yang terbentuk.
3. Titik didih pelarut hendaknya lebih rendah daripada titik leleh zat yang
dilarutkan agar zat padat yang dilarutkan tidak terurai.
4. Pelarut yang tidak bereaksi dengan zatyang akan dilarutkan sebaiknya dipakai
(Brady, 1999).
Jika suatu larutan mengandung sejumlah besar ion, satu kelompok ion
dapat dipisah dari ion-ion lainnya dengan mengendapkan suatu campuran garam-
garam yang serupa dan sedikit dapat larut. Sesudah campuran endapan itu
diperoleh, seringkali perlu untuk melarutkan satu atau lebih untuk menetapkan
ion-ion mana yang ada (Keenan, 1992).
Pada pembuatan kalium sulfit dari natrium sulfit dengan natrium klorida,
garam yang terjadi direkristalisasikan dengan air. Proses rekristalisasi
dilaksanakan sehingga hanya terdapat ion K+ dan SO32- saja yang tinggal di dalam
laruta atau tidak ditemukan lagi ion Na+ dan Cl- (Syukri S, 1999).
Adapun beberapa cara pemisahan dan pemurnian suatu zat adalah
sebagai berikut :
1. Memisahkan zat padat dari suatu suspensia.
a. Penyaringan
Penyaringan adalah proses pemisahan berdasarkan perbedaan ukuran partikel.
Penyaringan biasanya menggunakan kertas saring
(Basset, 1994). 
b. Sentrifuge
Sentrifuge digunakan untuk memisahkan suspensi yang jumlahnya sedikit.
Suspensi dimasukkan dalam tabung reaksi kemudian disentrifugasi (dipusing)
(Basset, 1994).
2. Memisahkan zat padat dari larutan.
a. Penguapan
IV-5

Larutan dipanaskan sehingga pelarutnya menguap dan meniggalkan zat


terlarut. Pemisahan terjadi karena pelarut memiliki titik didih yang lebih tinggi
dari pelarutnya (Sura, 1996).
b. Kristalisasi
Kristalisasi dilakukan berdasarkan perbedaan titik beku. Sistem campuran
didinginkan pada kisaran titik beku salah satu komponen yang lebih cepat
membeku. Karena kisaran titik beku yang berbeda, pada suhu pendinginan
tersebut salah satu komponen telah mengkristal, sementara komponen lain
masih berada dalam keadaan terlarut (Keenan, 1984).
Larutan pekat didinginkan sehingga zat terlarut mengkristal. Hal
ini terjadi karena kelarutan berkurang ketika suhu diturunkan. Apabila
larutan kurang pekat dapat dipekatkan terlebih dahulu dengan jalan
penguapan kemudian dilanjutkan dengan pendinginan. Dengan kristalisasi
diperoleh zat padat lebih murni karena komponen larutan lainnya yang
kadarnya lebih kurang tidak ikut mengkristal (Sura, 1996).
Kristalisasi adalah cara memperoleh zat padat yang larut dalam
cairan. Dengan kristalisasi diperoleh zat padat yang lebih murni karena
komponen larutan lainnya yang kadarnya lebih kurang tidak ikut
mengkristal. Ada dua cara kristalisasi yang dilakukan sebagai berikut:
1) Cara penguapan yaitu cairan diuapkan melalui pemanasan sehingga
dihasilkan kristal padat.
2) Cara pendinginan yaitu zat-zat yang mudah larut dalam air dingin. Jika
suatu larutan didinginkan, maka kelarutan zat akan berkurang.
Contoh pemisahan campuran dengan cara kristalisasi, yaitu proses
pembuatan garam dari air laut dan proses pembuatan gula pasir dari cairan
tebu
(Kitti, 1996).
Adapun cara pemisahan dan pemurnian suatu zat adalah sebagi berikut:
1. Dekanter
IV-5

Yaitu pemisahan dari zat padat yang tidak larut dalam zat cair yang
dilakukan tanpa menggunakan kertas saring, misalnya menjernihkan air keruh,
penyaringan santan, dan penyaringan kopi.
IV-6

2. Penyaringan
Yaitu pemisahan zat padat dari zat cair dengan menggunakan kertas
saring, yang hasil penyaringannya disebut filtrat.
3. Penguapan
Yaitu dengan menguapkan larutan di atas pemanas atau di bawah sinar
matahari. Misalnya pada saat pembuatan larutan garam, larutan garam yang baru
diambil dan diuapkan dengan menggunakan butiran kristal garam.
4. Distilasi
Prinsipnya berdasarkan atas perbedaan titik didih komponen zat cair yang
bercampur atau salah satu komponen menguap, sedangkan komponen yang tidak
menguap. Misalnya penguapan alkohol dari larutannya, pembuatan minyak kayu
putih dan pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi. Cairan hasil distilasi disebut
destilat.
5. Kristalisasi
Kristalisasi dilakukan dengan apabila zat padat yang terlarut merupakan
kristal. Kristalisasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan energi matahari atau
dengan cara memanaskan larutan sampai jenuh,kemudian didinginkan sehingga
akan terbentuk kristal.
6. Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu cara yang dilakukan untuk memisahkan senyawa
organik dari campurannya yang dihasilkan dari suatu reaksi kimia atau yang
terdapat dalam bahan alam. Beberapa macam prinsip ekstraksi yaitu ekstraksi
sederhana, penyaringan selaput dan ekstraksi berkesinambungan.
7. Sublimasi
Cara ini digunakan untuk pemurnian senyawa-senyawa organik yang
berbentuk padatan. Pemanasan yang dilakukan terhadap senyawa organik akan
menyebabkan terjadinya perubahan.
8. Rekristalisasi
Zat padat sebagi hasil reaksi biasanya bercampur dengan zat padat lain.
Oleh sebab itu, untuk mendapatkan zat padat yang diinginkan, perlu dimurnikan
terlebih dahulu. Prinsip proses ini adalah perbedaan kelarutan zat pengotornya.
IV-7

Rekristalisasi dapat dilakukan dengan cara melarutkan cuplikan ke dalam pelarut


yang sesuai.
9. Kromatografi
Kromatografi tidak didefinisikan terutama sebgai suatu proses pemisahan
yang digunakan untuk pemisahan campuran yang pada hakekatnya molekuler.
10. Penukar Ion
Penukar ion adalah elektrolit tak larut berion lebih yang mudah
dipertukarkan dengan ion medium seharusnya tanpa mengalami perubahan fisik
dan struktur elektrolitnya sendiri.
(Dorfiner, 1995)
Pemisahan yang terjadi dalam kromotografi dilaksanakan dengan
memanipulasi sedemikian rupa sifat-sifat fisik umum dari suatu senyawa
atau molekul yaitu :
1. Kecenderungan suatu molekul untuk larut dalam cairan (kelarutan).
2. Kecenderungan siuatu molekul untuk bertaut dengan suatu serbuk bahan padat
(absorbsi).
3. Kecenderungan suatu molekul untuk menguap (volalitas).
(Sudarmadji, 1989).
Cara atau teknik pemisahan campuran bergantung pada jenis,
wujud dan sifat komponen yang terkandung di dalamnya. Jika komponen
berwujud padat dan cair, misalnya pasir dan air, dapat dipisahkan dengan
penyaringan. Saringan yang digunakan bermacam-macam, mulai dari
porinya yang besarsampai yang halus, contohnya kertas saring dan selaput
semipermeabel. Kertas saring dipakai unutuk memisahkan endapan atau
padatan pelarut (Syukri, 1999).
IV-6

4.3 METODOLOGI PERCOBAAN

4.3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
- Gelas bekker - Gegep
- Pengaduk gelas - Gelas arloji
- Hot plate - Pipet tetes
- Neraca analitik - Tisu
- Sudip

4.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
- Kristal natrium sulfit (Na2SO3)
- Kristal kalium klorida (KCl)
- Akuades
- Es batu

1.3.3 Prosedur Percobaan


Gelas bekker kosong dan gelas arloji ditimbang, berat gelas bekker adalah
36,17 gram dan gelas arloji 20,57 gram. KCl ditimbang seberat 1,80 gram dan
dimasukkan ke dalam gelas bekker. Selanjutnya Na2SO3 ditimbang seberat 2,10
gram, kemudian dimasukkan ke dalam gelas bekker yang berisi KCl dan
ditambahkan akuades sampai tanda batas 20 mL dan dilarutkan. Larutan tersebut
dipanaskan di atas hot plate yang dinyalakan sebesar 300 watt sampai larutan
tersisa separuh volumenya. Gelas bekker diangkat menggunakan sarung tangan
dan didinginkan sampai suhu kamar selama 3 menit. Larutan yang telah mencapai
suhu kamar dimasukkan ke dalam gelas bekker 100 mL yang berisi air es kurang
lebih selama 7 menit, kemudian dikeluarkan dan didiamkan sampai suhu ruangan
selama kurang lebih 5 menit. Larutan yang telah didinginkan dipanaskan kembali
di atas hot plate sampai semua larutan menguap.
IV-7

4.4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 4.1 Hasil Pengamatan

No. Prosedur Hasil

1. Gelas bekker 50 mL kosong dan gelas arloji Massa gelas bekker:


ditimbang. 36,17 gram.
Massa gelas arloji: 20,57
gram.
2. KCl ditimbang dan dimasukkan ke dalam Massa KCl: 2,10 gram.
gelas bekker yang sudah ditimbang.

3. Na2SO3 ditimbang dan dimasukkan ke dalam Massa Na2SO3: 2,10


gelas bekker yang berisi KCl , kemudian gram.
ditambahkan akuades sampai tanda batas dan Vakuades: 20 mL.
diaduk sampai larut.
4. Larutan tersebut dipanaskan di atas hot plate Larutan tersisa: 10 mL.
yang dinyalakan 300 watt.

5. Gelas bekker kemudian diangkat dari atas hot


plate menggunakan sarung tangan.

6. Larutan yang telah mencapai suhu kamar.

7. Larutan dipanaskan kembali. Larutan membentuk


kristal.

8. Larutan yang menguap habis menyisakan Massa gelas bekker dan


kristal, kemudian ditimbang dengan neraca kristal kalium sulfit:
analitik. 38,03 gram.
Massa kristal kalium
sulfit: 1,86 gram.
IV-7

4.4.2 Pembahasan
Pada percobaan pembuatan dan pemurnian kalium sulfit (K2SO3),
senyawa yang digunakan adalah natrium sulfit (Na2SO3) dan kalium
klorida (KCl). Banyaknya Na2SO3 dan KCl yang digunakan adalah 2,10
gram da 1,80 gram. BM Na2SO3 diketahui adalah 126 gram/mol dan BM
KCl 74,5 gram/mol. Na2SO3 direaksikan dengan KCl sesuai persamaan
reaksi:

Na2SO3 + 2KCl K2SO3 +


2NaCl...................................................(4.1)

Agar menghasilkan endapan kristal K2SO3, maka dilakukan


beberapa tahapan. Larutan dipanaskan di atas hot plate sampai volume
larutan tersisa setengah dari volume awal. Pemanasan ini dilakukan agar
mempercepat reaksi dan H2O yang menguap agar larutan menjadi semakin
pekat dan memiliki konsentrasi yang lebih besar dari konsentrasi
sebelumnya.
Unutk mendapatkan hasil murni kalium sulfit, maka dilakukan
proses kristalisasi agar endapan yang didapatkan hanya ion K + dan SO32-.
Agar endapan kalium sulfit bebas adari pengotornya maka dilalukan lagi
kristalisasi yaitu suatu zat terlarut dimurnikan dengan pengkristalan
berturut-turut dan dalm suatu pelarut agar zat terlarut dengan pelarutnya
dapat terpisah. Setelah dilakukan pemanasan larutan di atas hot plate,
kemudian larutan tersebut didinginkan dengan cara memasukkan ke dalam
gelas bekker yang berisi air es kurang lebih selama 7 menit sampai
terbentuk endapan K2SO3. Kemudian larutan dipanaskan kembali di atas
hot plate agar semua larutan menguap habis. Pemanasan dan pendinginan
dilakukan berulang-ulang agar reaksi untuk mendapatkan endapan K 2SO3
cepat dihasilkan, semakin tinggi suhu maka semakin meningkat reaksi
yang dihasilakn. Ini bertujuan untuk memperoleh kristal atau endapan
yang lebih banyak.
IV-7

Endapan yang diperoleh diletakkan pada gelas bekker. Berat


endapan K2SO3 yang ada di dalamnya 38,03 gram. Sedangkan gelas
bekker kosong beratnya 36,17 gram, sehingga dapat diketahui berat
beersih dari endapan K2SO3 adalah 1,89 gram. Endapan berwujud kristal
garam berupa padatan.
Untuk mendapatkan hasil rendemen, dapat dihitung dengan cara
menghitung berat endapan yang diperoleh dibagi dengan berat total
endapan dikali dengan 100% dan didapatkan hasil rendemennya adalah
45,99%. Hal ini menunjukkan bahwa endapan yang dihasilakn tidak
murni, ini dikarenakan endapan tersebut masih ada pengotor maupun
pelarutnya.
Secara teoritis massa kalium sulfit dicari dengan mengalikan mol
dan BM-nya, begitu pula NaCl. Secara teoritis, perhitungan massa kalium
sulfit adalah 2,64 gram dan natrium klorida 1,404 gram. Akan tetapi
massa yang dihasilkan tidak sama dengan perhitungan secara teoritis. Hal
ini disebabkan adanya kalium sulfit yang ikut menguap.

4.5 PENUTUP

4.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah kalium
sulfit dapat dibuat dengan mereaksikan natrium sulfit dan kalium klorida.
Rendemen adalah perbandingan antara banyaknya zat yang diperoleh
secara nyata terhadap banyaknya zat yang seharusnya diperoleh (secara
teoritis). Rendemen hasil K2SO3 45,99% menunjukkan bahwa pada zat
tidak terdapat zat pencemar atau pengotornya. Pemurnian K 2SO3
digunakan cara rekristalisasi yaitu dengan cara mengkristalisasi kristal
yang terbentuk, dipanaskan dan didinginkan berkali-kali sampai tidak
terbentuk endapan lagi, lalu dikeringkan.

4.5.2 Saran
IV-7

Dalam melakukan praktikum, ketahui terlebih dahulu bahan-bahan


yang akan digunakan agar tidak terjadi keslahan atau kecelakaan pada saat
praktikum berlangsung. Untuk kedepannya harus ada variasi bahan atu
percobaan praktikum.
IV-7

DAFTAR PUSTAKA

Basset, J. 1994. Buku Ajar Vogel. Kimia Analis Kuantitatif Anorgani.


kedokteran EGC : Jakarta.
Brady, James. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta : Bina Rupa
Aksara.
Dorfiner, Konkrad dan Anton. J. 1995. IPTEK Penukar Ion. Yogyakarta : Andi
Offset.
Keenan, C. W. 1992. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.
Kitti, S. 1996. Kimia I. Intan Pariwara : Jakarta.
Schaum, 1998. Kimia Dasar Seri Schaum. ITB : Bandung.
Sudarmadji, S. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian, Liberti :
Yogyakarta.
Sura, K. 1996. Kimia I. Intan Pariwara : Jakarta.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar Jilid I. Bandung : ITB.
IV-7

LAMPIRAN
DATA HASIL PERHITUNGAN

Dari data yang diperoleh dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut :


diketahui :
Massa gelas beker kosong = 36,17 gram
Massa Na2SO3 = 2,10 gram
Mr Na2SO3 = 126 gram/mol
mol Na2SO3 = m/mr = 2,10/126 = 0,0167 mol
massa KCl = 1,80 gram
Mr KCl = 74,5 gram/mol
mol KCl = m/mr = 1,80/74,5 = 0,024 mol
Ditanya : rendemen = ….?
Reaksi yang terjadi :
Na2SO3(aq) + 2 KCl  K2SO3 + 2 NaCl
mula-mula 0,0167 mol 0,024 mol - -
Bereaksi 0,0167 mol 0,024 mol 0,0167 mol 0,024 mol
setimbang - - 0,0167 mol 0,024 mol

jadi, mol K2SO3 yang tebentuk berdasarkan reaksi sebesar 0,01 mol.
Massa K2SO3 secara teoritis = n × mr = 0,0167 × 158 = 2,64 gram.
Mol NaCl yang terbentuk berdasarkan reaksi adalah 0,02 mol.
Massa NaCl secara teoritis = n × mr = 0,024 × 58,5 = 1,404 gram.
Berat total massa K2SO3 + NaCl = 2,64 + 1,404 = 4,044 gram.
Massa endapan = (massa gelas bekker + endapan) – (massa gelas bekker)
= 38,83 – 36,17
=1,86gram :
rendemen = (massa endapan / berat total) × 100%
= (1,86 / 4,044) × 100%
= 45,99 %

Anda mungkin juga menyukai