Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

STRUKTUR SENYAWA ANORGANIK

“UNSUR-UNSUR HALOGEN DAN GAS MULIA”

OLEH :

1. PUTRI ROSA WINDA F1C1 18 061


2. NURUL FADILLAH F1C1 18 063
3. ADINDA NUR FADILLAH F1C1 18 065
4. SELMI FUJI ASTUTI F1C1 18 067
5. RISDA RAMADANI F1C1 18 069
6. SELVIA LAILLA W. FICI 18 071

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah kimia unsur tentang unsur-unsur halogen dan gas mulia.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah kimia unsur tentang unsur-
unsur halogen dan gas mulia ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.

Kendari, 25 Agustus 2019


   
                                                                  

Penyusun

24
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan Pembuatan Makalah ...................................................................... 3

BAB II KAJIAN TEORI ................................................................................... 4

BAB III PEMBAHASAN .................................................................................. 5

A. Unsur Halogen .......................................................................................... 5


3.1 Pengertian Unsur Halogen .................................................................. 5
3.2 Sejarah Unsur Halogen ....................................................................... 5
3.3 Sifat Kimia Dan Fisika Unsur Halogen .............................................. 7
3.4 Pembuatan unsur-unsur Halogen ........................................................13
3.4 Reaksi-Reaksi Pembentukan Senyawa Halogen ................................14
3.5 Kegunaan Unsur Halogen ...................................................................18
B. Gas Mulia .................................................................................................19
3.6 Pengertian Gas Mulia .........................................................................19
3.7 Sejarah Gas Mulia ..............................................................................19
3.8 Sifat Kimia Dan Fisika Gas Mulia .....................................................21
3.9 Senyawa Yang Terbentuk Dalam Gas Mulia .....................................22
3.10 Kegunaan Gas Mulia ........................................................................2

BAB IV PENUTUP ............................................................................................26

A. Kesimpulan ...............................................................................................26
B. Saran .........................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................28

24
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Alam semesta ini kaya akan kadungan unsur-unsur kimia. Hingga saat ini,
unsur-unsur kimia berjumlah sekitar 114 unsur. Unsur-unsur tersebut
dikelompokkan berdasarkan kesamaan sifatnya ke dalam beberapa golongan,
yaitu golongan A (golongan utama) dan golongan B (golongan transisi). Selain
itu, unsur-unsur kimia dapat dikelompokkan menjadi unsur logam, nonlogam,
semilogam, dan gas mulia
Keberadaan unsur-unsur kimia di alam sangat melipah. Sumber unsur-
Unsur kimia terdapat di kerak bumi, dasar laut, dan atmosfer, baik dalam bentuk
unsur bebas, senyawa ataupun campurannya. Unsur-unsur kimia yang terdapat di
alam dalam bentuk unsur bebasnya (tidak bersenyawa dengan unsur lainnya),
diantaranya logam platina (Pt), emas (Au), karbon (C), gas nitrogen (N2), oksigen
(O2), dan gas-gas mulia. Adapun unsur-unsur lainnya ditemukan dalam bentuk
bijih logam. Bijih logam merupakan campuran antara mineral yang mengandung
unsur-unsur kimia dan pengotornya. Mineral-mineral tersebut berbentuk senyawa
oksida, halida, fosfat, silikat, karbonat, sulfat, dan sulfida. Logam platina (Pt) dan
emas (Au) disebut logam mulia. Sumber logam mulia dan mineral-mineral dapat
ditemukan di kerak bumi, sedangkan sumber gas oksigen, nitrogen, dan gas mulia
(kecuali He) terdapat di lapisan atmosfer.
Gas mulia adalah unsur-unsur golongan VIIIA dalam tabel periodik.Disebut
mulia karena unsur-unsur ini sangat stabil (sangat sukar bereaksi). Gas ini
mempunyai sifat lengai, tidak reaktif, dan susah bereaksi dengan bahan kimia lain.
Gas mulia juga merupakan golongan kimia yang unsur-unsurnya memiliki
elektron valensi luar penuh.Unsur-
unsurnyaadalah He (Helium), Ne(Neon), Ar (Argon), Kr (Kripton), Xe (Xenon),d
an Rn (Radon) yang bersifat radioaktif.Gas mulia adalah unsur-unsur yang
terdapat dalam golongan VIIIA yang memiliki kestabilan yang sangat tinggi dan

24
sebagian ditemukan di alam dalam bentuk monoatomik karena sifat stabilnya.
Unsur-unsur yang terdapat dalam gas mulia yaitu Helium (He), Neon (Ne),
Argon(Ar), Kripton(Kr), Xenon (Xe), Radon (Rn). Gas-gas ini pun sangat sedikit
kandungannya di bumi.
Di dalam sistem periodik modern, Halogen terdapat pada golongan
VIIA. Halogen berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari kata halos yang
berarti garam dan kata genes yang berarti pembentuk. Jadi halogen merupakan
pembentuk garam. Hal ini didasarkan pada sejarah penemuan unsur – unsur
halogen yang selalu didapatkan dari garam. Unsur – unsur yang termasuk
golongan halogen adalah Fluor ( F ), Klor ( Cl ), Brom   ( Br ), Iod ( I ), dan
Astatin ( At ). Halogen memiliki 7 elektron valensi, sehingga sangat reaktif karena
mudah menerima 1 elektron. Karena kereaktifannya unsur – unsur halogen tidak
dijumpai dalam keadaan bebas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disimpulkan beberapa rumusan


masalah sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan Unsur Halogen itu?


2. Bagaimana sejarah Unsur Halogen?
3. Bagaimana sifat kimia dan fisika dari Unsur Halogen?
4. Apa saja senyawa yang terbentuk dalam Unsur Halogen?
5. Apa saja kegunaan dari Unsur Halogen?
6. Apakah yang dimaksud dengan Gas Mulia?
7. Bagaimana sejarah Gas Mulia?
8. Bagaimana sifat kimia dan fisika dari Gas Mulia?
9. Apa saja senyawa yang terbentuk dalam Gas Mulia?
10. Apa saja kegunaan dari Gas Mulia?

24
C. Tujuan Pembuatan Makalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat disimpulkan beberapa tujuan


pembuatan makalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui secara jelas menegenai Unsur Halogen.


2. Untuk mengetahui secara jelas menegenai sejarah Unsur Halogen.
3. Untuk mengetahui secara jelas menegenai sifat kimia dan fisika dari Unsur
Halogen.
4. Untuk mengetahui secara jelas menegenai senyawa yang terbentuk dalam
Unsur Halogen.
5. Untuk mengetahui apa saja kegunaan dari Unsur Halogen.
6. Untuk mengetahui secara jelas menegenai Gas Mulia.
7. Untuk mengetahui secara jelas menegenai sejarah Gas Mulia.
8. Untuk mengetahui secara jelas menegenai sifat kimia dan fisika dari Gas
Mulia.
9. Untuk mengetahui secara jelas menegenai apa saja senyawa yang terbentuk
dalam Gas Mulia.
10. Untuk mengetahui apa saja kegunaan dari Gas Mulia.

24
BAB II
KAJIAN TEORI

Halogen dan gas mulia sangat terkonsentrasi di Reservoir permukaan bumi


dari atmosfer, air laut dan sedimen dan karenanya mewakili elemen kuat untuk
melacak subduksi volatil yang berasal dari air laut ke mantel. Penelitian terkini
telah menyatakan bahwa hingga 90% Ar non-radiogenik, Kr dan Xe dan sebagian
besar halogen berat (Cl, Br, I) memiliki subasal menyalurkan dalam mantel Bumi.
Relatif sedikit penelitian yang menyelidiki kombinasi tersebut perilaku beberapa
halogen dan / atau gas mulia selama metamorfisme prograde, dengan banyak hal
yang kita ketahui tentang perilaku unsur-unsur ini selama metamorfisme
berdasarkan investigasiion klorin dan kelebihan 40 Ar, saja (Kendrick, dkk.,
2018).
Kelompok unsur halogen meliputi empat elemen stabil. Fluor (F), klorin
(Cl), brom (Br), dan yodium (I), dan astatin unsur radioaktif berumur pendek (At)
yang hanya ada dengan cepat di kerak bumi. Halogen menempati kelompok 17
dari tabel periodik dan ditandai dengan konfigurasi shell elektron luar S 2 P 5
urasi memungkinkan kemampuan karakteristik mereka untuk membentuk halida
anion dalam garam yang terikat ion. Halogen berat bisa ada di beberapa negara
valensi, namun, jari - jari atom halogen dan jari-jari ion dari ion halida biasa, yang
memiliki valensi À1 (Kendrick, 2016).
Halogen bermanfaat bagi kehidupan: bantuan fluoride dalam pembentukan
gigi dan tulang yang kuat pada vertebrata; klorida adalah yang dominan anion
yang memungkinkan elektrokimia tingkat sel; dan brotambang dan yodium
terlibat dalam berbagai biokimia jalur yang mungkin berkembang dalam prokari
yang cukup primitif. Yodium sangat penting dalam produksi hormon tiroid pada
organisme uniseluler dan multiseluler, dan definisi yodium Efisiensi
menyebabkan gondok pada manusia ((Kendrick, 2016).

24
BAB III
PEMBAHASAN

A. Unsur Halogen

3.1 Pengertian Unsur Halogen


Halogen adalah kelompok unsur kimia yang berada pada golongan 17 (VII
atau VIIA pada sistem lama) di tabel periodik. Kelompok ini terdiri
dari: fluor (F), klor (Cl), brom (Br),yodium (I), astatin (At), dan unsur unun-
septium (Uus) yang belum ditemukan. Halogen menandakan unsur-unsur yang
menghasilkan garam jika bereaksi dengan logam. Istilah ini berasal dari istilah
ilmiah bahasa Perancis dari abad ke-18 yang diadaptasi dari bahasa Yunani.
Halogen juga merupakan golongan dengan keelektronegatifan tertinggi, jadi ia
juga merupakan golongan paling non-logam.

3.2 Sejarah Unsur Halogen


Nama “halogen” berasal dari bahasa Yunani yang artinya “pembentuk
garam”. Dinamakan demikian karena unsur-unsur tersebut dapat bereaksi dengan
logam membentuk garam. Misalnya klorin bereaksi dengan natrium membentuk
natrium klorida (NaCl), yaitu garam dapur. Dalam sistem periodik, unsur halogen
terdapat pada golongan VII A, mempunyai 7 elektron valensi pada subkulit
ns2np5. Konfigurai elektron yang demikian membuat unsur-unsur halogen sangat
reaktif. Halogen cenderung menyerap satu elektron membentuk ion bermuatan
negatif satu.

Ahli kimia Swedia Baron Jöns Jakob Berzelius mengistilahkan “halogen”


yang dibentuk dari kata-kata Yunani ἅλς (háls), “garam” atau “laut”, dan γεν-
(gen-), dari γίγνομαι (gígnomai), “membentuk” sehingga berarti “unsur yang
membentuk garam”. Halogen akan membentuk garam jika direaksikan
dengan logam.

24
1) Fluor (F)
Ditemukan dalam fluorspar oleh Schwandhard pada tahun 1670 dan baru pada
tahun 1886 Maisson berhasil mengisolasinya. Merupakan unsur paling
elektronegatif dan paling reaktif. Dalam bentuk gas merupakan molekul diatom
(F2), berbau pedas, berwarna kuning mudan dan bersifat sangat korosif. Serbuk
logam, glass, keramik, bahkan air terbakar dalam fluorin dengan nyala terang.
Adanya komponen fluorin dalam air minum melebihi 2 ppm dapat menimbulkan
lapisan kehitaman pada gigi.

2) Klor (Cl)
Ditemukan oleh Scheele pada tahu 1774 dan dinamai oleh Davy pada tahun
1810. Klor ditemukan di alam dalam keadaan kombinasi sebagai gas Cl 2, senyawa
dan mineral seperti kamalit dan silvit. Gas klor berwarna kuning kehijauan, dapat
larut dalam air, mudah bereaksi dengan unsur lain. Klor dapat mengganggu
pernafasan, merusak selaput lender dan dalam wujud cahaya dapat membakar
kulit.

3) Brom (Br)
Ditemukan oleh Balard pada tahun 1826. merupakan zat cair berwarna coklat
kemerahan, agak mudah menguap pada temperature kamar, uapnya berwarna
merah, berbau tidak enak dan dapat menimbulkan efek iritasi pada mata dan
kerongkongan. Bromin mudah larut dalam air dan CS 2 membentuk larutan
berwarna merah, bersifat kurang aktif dibandingkan dengan klor tetapi lebih
reaktif dari iodium.

4) Iodium (I)
Ditemukan oleh Courtois pada tahun 1811. Merupakan unsur nonlogam.
Padatan mengkilap berwarna hitam kebiruan. Dapat menguap pada temperature
biasa membentuk gas berwarna ungu-biru berbau tidak enak (perih). Di alam
ditemukan dalam air laut (air asin) garam chili, dll. Unsur halogen ini larut baik
dalam CHCl3, CCl4, dan CS2 tetapi sedikit sekali larut dalam air. Dikenal ada 23

24
isotop dan hanya satu yang stabil yaitu 127I yang ditemukan di alam. Kristal iodin
dapat melukai kulit, sedangkan uapnya dapat melukai mata dan selaput lendir.

5) Astatin (At)
Merupakan unsur radioaktif pertama yang dibuat sebagai hasil pemboman
Bismuth dengan partikel-partikel alfa (hasil sintesa tahun 1940) oleh DR. Corson,
K.R. Mackenzie dan E. Segre. Dikenal ada 20 isotop dari astatin, dan isotop
At(210) mempunyai waktu paruh 8,3 jam (terpanjang). Astatin lebih logam
disbanding iodium. Sifat kimianya mirip iodium, dapat membentuk senyawa antar
halogen (AtI, AtBr, AtCl), tetapi belum bisa diketahui apakah At dapat
membentuk molekul diatom seperti unsur halogen lainnya. Senyawa yang berhasil
dideteksi adalah HAt dan CH3At.

3.3 Sifat Kimia Dan Fisika Unsur Halogen


Sifat kimia unsur halogen yaitu :

 Kereaktifan
Unsur halogen adalah unsur-unsur yang reaktif, hal ini terbukti keberadaan
halogen di alam sebagai senyawa. Kereaktifan halogen dipengaruhi oleh
keelektronegatifannya. Semakin tinggi keelektronegatifan maka semakin reaktif
unsur halogen karena semakin mudah menarik elektron. Kereaktifan halogen juga
di pengaruhi oleh energi ikatan halogen.semakin kecil energi ikatan halogen,
semakin mudah di putuskan ikatan tersebut sehingga semakin reaktif halogen.
 Daya oksidasi
Halogen merupakan  pengoksidasi kuat. Sifat oksidator dari atas kebawah
semakin lemah, sehingga halogen-halogen dapat mengoksidasi ion halida di
bawahnya. Sedangkan sifat reduktor ion halida makin ke bawah semakin kuat.
 Membentuk molekul diatomik
Unsur halogen selalu dalam bentuk molekul diatomik yang sangat
reaktif terhadap unsur logam maupun nonlogam.

24
 Asam Halogen
Urutan kekuatan asam halida:HF<HCL<HBr
 Kelarutan dalam air
Fluor, klor, dan brom larut dalam air sedangkan iod sukar larut. Iod lebih
mudah larut dalam KI dan pelarut organic seperti alkohol, eter, CHCl3, CCl4
 Daya oksidasi halogen
Semua halogen mempunyai potensial reduksi standar positif. Hal ini
menunjukkan bahwa semua halogen merupakan oksidator dan mempunyai
kecenderungan daya oksidasi semakin lemah dari F ke I (F2 > Cl2 > Br2> I2).

Menurunnya daya oksidasi halogen, berarti menunjukkan semakin kuatnya


daya reduksi halida dengan kecenderungan daya reduksi   I–  > Br–  > Cl– > F–.
Dengan memperhatikan harga potensial elektroda dari masing-masing halogen,
maka halida akan dapat dioksidasi oleh halogen yang mempunyai daya oksidasi
lebih tinggi.

Sifat fisika unsur halogen yaitu :

Berikut sifat-sifat fisis (fisika) unsur-unsur halogen. Khusus untuk unsur


Astatin (At) belum semua sifat-sifatnya dapat diidentifikasi akibat kelangkaan
unsur tersebut.

Sifat F Cl Br I At

Cl2(g) (gas) Br2(l)(liquid) I2(s) (solid)


F2(g) (gas) kuning minyak ungu
tak merah hampir
berwarna kehijauan coklat hitam
Pada suhu kamar At(s)(solid)
Nomor atom 9 17 35 53 8
Berat atom 18,99 35,45 79,90 126,90 210

24
Jari-jari, X– [pm] 133 184 196 220 _
Jari-jari kovalen 72 100 114 133 150
Jari-jari van der wals 147 175 185 198 202
Elektronegatifitas
(skala Pauling) 4,0 3,0 2,8 2,5 2,2
Energy ionisasi
Ke-1 (KJ/mol)
1680,6 1255,7 1142,7 1008,7 926
Afinitas electron 332,6 348,5 324,7 295,5 270
Potensial elektroda (V) -2,87 -1,36 -1,07 -0,535 -0,3
Polarisabilitas(cc/atom 1,04 x 3,66 x 10- 7,10 x10-
) 10-4 24
4,77 x10-4 24
_
Titik leleh X2 (°C) -219 -101 -7 +114 +302
Titik didih X2 -188 -34 +60 +185 +337
Titik didih H-X 19,5 -85 -67 -36 _
Energy ikat H-X 565 428 362 295 _
Rapatan ( g/cm3) 1,1 1,5 3,2 4,9 _
Volume atom,mL/mol 17.2 23,5 27,1 34,2 _
Kelimpahan,% berat 0,027 0,048 0,003 10-5 _

Diantara sifat fisik golongan halogen dapat dijelaskan bahwa titik didih
dan titik didih molekul diatomik halogen naik secara perlahan dan hal ini
berkaitan dengan sifat polarisabilitas molekul-molekul yang bersangkutan. Sifat
polarisabilitas molekul diatomik halogen naik secara perlahan disebabkan dengan
naiknya nomor atom disebabkan oleh naiknya jari-jari atau volume atom dan
jumlah total elektron sehingga posisi elektron makin mudah terdistribusi secara
tak homogeni sepanjang waktunya. Dengan demikian berakibat pada naiknya

24
gaya dispersi atau gaya London dan pada gilirannya mengakibatkan naiknya titik
didih dan titik leleh molekulnya.

3.4 Pembuatan Unsur-unsur Halogen

1. Fluor (F2)

Flourin diperoleh melalui proses elektrolisis garam kalium hidrogen flourida (KHF2)
dilarutkan dalam HF cair (bebas air), ditambahkan LiF 3% untuk menurunkan suhu
sampai 1000C.

Elektrolisis dilakukan dalam wadah baja dengan katode baja dan anode karbon.

Campuran tersebut tidak boleh mengandung air karena F2 yang terbentuk akan
mengoksidasinya.

2. Klor (Cl2)

Gas Cl2 dibuat melalui elektrolisis lelehan NaCl, reaksinya:

Anode : Cl– (l)  Cl2 (g) + e-

Katode : Na+ (l) + e-  Na (s)

3. Brom (Br2)

Gas Br2 dibuat dari air laut melalui oksidasi dengan gas Cl2.

Secara komersial, pembuatan gas Br2 sebagai berikut :

 Air laut dipanaskan kemudian dialirkan ke tanki yang berada di puncak menara.
 Uap air panas dan gas Cl2 dialirkan dari bawah menuju tanki.
 Setelah terjadi reaksi redoks, gas Br2 yang dihasilkan diembunkan hingga
terbentuk lapisan yang terpisah.
 Bromin cair berada di dasar tangki, sedangkan air di atasnya.
 Selanjutnya bromin dimurnikan melalui distilasi.

Reaksi yang terjadi :

Cl2 (g) + 2Br– (aq)  Br2 (g) + 2Cl– (aq)

4. Iodin (I2)
 Gas I2 diproduksi dari air laut melalui oksidasi ion iodida dengan oksidator gas
Cl2.

24
 Iodin juga dapat diproduksi dari natrium iodat melalui reduksi ion iodat oleh
NaHSO3.
 Endapan I2 yang didapat, disaring dan dimurnikan.

Reaksi yang terjadi adalah :

2NaIO3 + 5NaHSO3  NaHSO4 + 2Na2SO4 + H2O + I2

3.5 Reaksi-Reaksi Pembentukan Senyawa Halogen


1. Reaksi Dengan Logam
Halogen bereaksi dengan sebagian besar logam menghasilkan senyawa
garam/halida logam.

Na + Cl2 → NaCl

2Fe + 3Cl2 → 2FeCl3

Sn + 2Cl2 → SnCl4

Mg + Cl2 → MgCl2

2Al + 3Cl2 → 2AlCl3

2B +3Cl2 → 2BCl3

2Si + 2Cl2 → SiCl4

Halida logam yang terbentuk bersifat ionik  jika energi ionisasina rendah dan
logamnya memiliki biloks rendah. Hamper semua halide bersifat ionik. Contoh
Na+, Mg2+, Al3+. Sedangkan yang bersifat semi ionok adalah AlCl3.

2. Dengan Hidrogen
Halogen berikatan dengan hidrogen untuk membentuk hidrogen halida.

H2 + X2 → 2HX (X mewakili satu-satu halogen)

24
Kereaktifan ikatan berkurang apabila semakin menurun kerana ukuran atom yang
semakin besar. Hidrogen klorida meletup jika terkena sinaran ultraviolet tetapi H
dan Br hanya akan berikatan dengan perlahan . Iodin juga akan berikatan dengan
H jika diberikan energi, namun ikatan ini tidak lengkap.

F2 + H2  → 2HF        (bereaksi kuat di tempat gelap)


Cl2 + H2 →  2HCl      (bereaksi di tempat terang)
Br2 + H2 →   2HBr      (bereaksi pada suhu 500oC)
I2 + H2  → 2HI        (bereaksi  dengan pemanasan katalis Pt )
Corak kereaktifan ini dapat diterangkan dengan dua cara. Pertama, melalui
ukuran atom halogen. Oleh kerana semua halogen berikatan dengan hidrogen,
maka ukuran hidrogen adalah tetap. Semakin kebawah, ukuran atom semakin
besar dengan pertambahan petala. Hal ini menyusahkan inti hidrogen berinteraksi
dengan inti halogen untuk membentuk ikatan kovalen.

3. Reaksi  dengan Non Logam


Halogen bereaksi dengan non-logam membentuk asam halida/senyawa halide.
Halogen dapat bereaksi dengan oksigen,fosfor, dan beberapa unsur lain. Contoh :

Xe + F2 → XeF2

2Kr + 2F2 → KrF4

2P + 3Cl2 → 2PCl3

4. Reaksi halogen dalam larutan air


Semua halogen larut dalam air dan membentuk asam halida dan asam
hipohalida. Fluor bereaksi sempurna dengan air. Berbeda dari Cl2, Br2, dan I2,
fluor sangat cepat bereaksi dengan air menghasilkan O 2 dan HF, dengan reaksi
sebagai berikut:
2F2 (g ) + 2 H2O (l)  →   4 HF (aq) + O2 (g)

24
Salah satu sifat HF yang paling penting adalah HF dalam bentuk larutan akan
bereaksi dengan SiO2sehingga dalam penyimpanannya harus disimpan dalam
plastik teflon dan tidak dalam kaca.
4 HF + SiO2  → SiF4  +  2H2O
Sedangkan halogen lainnya selain larut juga membentuk senyawa asam
hipohalit yaitu suatu asam lemah dan asam halida.

Air Khlor   :           Cl2  +  H2O  →   HCL + HClO


Air Brom   :           Br2  +  H2O  →  HBr + HbrO

Iodine tidak dapat larut dalam air sehingga tidak bereaksi.

I2 + H2O –> (tidak bereaksi)


Tetapi I2 larut dalam larutan KI
I2 + KI –> KI3
Brom dan iod dapat larut dalam pelarut non polar, seperti alcohol CCl 4,
CHCl3, dan CS2.

5. Reaksi dengan basa


Reaksi halogen dengan basa enser dingin menghasilkan halida (X –) dan
hipohalida (XO–), sedangkan reaksi halogen dengan basa pekat panas
menghasilkan halida (X–) dan halat (XO3–). Contoh :
X2 + 2NaOH ( aq, encer) → NaX +NaXO + H2O ( X = Cl, Br, I )
X2 + 2NaOH ( aq, pekat) → NaX +NaXO + H2O ( X = Cl, Br, I )
2F2 + 2NaOH ( encer, dingin ) → 2NaF + OF2 + H2O
2F2 + 2NaOH ( pekat, panas ) → NaX + O2 + H2O

6. Reaksi Halogen dengan unsur golongan IV A


Semua unsur golongan IV A kecuali karbon, dapat bereaksi langsung dengan
Halogen membentuk senyawa Halida.

24
Contoh: Si(s) + 2Cl2(g) → SiCl4

7. Reaksi Halogen dengan unsur golongan V A


Unsur – unsur Halogen dengan unsur golongan V A, kecuali N2 dapat bereaksi
langsung pada suhu kamar.
Contoh:   P4(s) + 6 Cl2(g) → 4PCl3(g)

8. Reaksi Halogen dengan Halogen


Unsur – unsur Halogen dengan unsur halogen yang lain dapat membentuk
senyawa  antar halogen dengan rumus molekul XX’n’ dengan X’ elektronegatif
daripada X dan n merupakan bilangan gasal.
Contoh:
I2(g) + 3F2(g) → 2IF3(g)
I2(g) + 5F2(g) → 2IF5(g)
Br2(g) + Cl2(g) → BrCl(g)

9. Reaksi Halogen dengan Halida


Dengan memperhatikan harga potensial elektron dari masing – masing
halogen, maka halida akan dapat dioksidasi oleh halogen  yang mempunyai daya
oksidasi lebih tinggi. Harga potensial elektrode halogen sebagai berikut:

Fe2(g) + 2e– ↔ 2F–(aq)                       E° = +2,87 V


Cl2(g) + 2e– ↔ Cl–(aq)                        E° = +1,36 V
Br2(l) + 2e– ↔ 2Br–(aq)                       E° = +1,07 V
I2(s) + 2e– ↔ 2I–(aq)                           E° = +0,54 V
Perhatikan reaksi berikut:

2Cl–(aq) + Fe(g) → 2F–(aq) + Cl2           E° = +1,51 V (reaksi spontan)


2Cl–(aq) + Br2(g) → Cl2(g) + 2Br–(aq) E° = +0,03 V (reaksi tak spontan)
Dari dua reaksi tersebut dapat disimpulkan tentang reaksi antara halida dan
halogen sebagai berikut.

24
Bila halida direaksikan dengan halogen yang terletak diatas nya dalam
sistem periodik unsur, maka halida tersebut akan mengalami oksidasi
menghasilkan halogen . sebalik nya, halogen akan mengalami reduksi menjadi
halida.

Akan tetapi hal yang sebalik nya tidak dapat terjadi, sebab reaksi akan
mempunyai  potensial reaksi negatif.

3.6 Kegunaan Unsur Halogen

1) Flour
 Na2SiF6 dicampur dengan pasta gigi yang berfungsi sebagai penguat gigi.
 NaF sebagai pengawet kayu dari serangga.
 Gas F2dalam proses pengolahan isotop uranium sebagai bahan bakar reaksi
nuklir.
 CF2Cl (freon-12) sebagai pendingin kulkas dan AC.
 Teflon sebagai plastik tahan panas.

2) Chlor
 Cl2 sebagai desinfektan / DDT (Dikloro Difenil Trikloro)  pembunuh
kuman yang dapat menyebabkan penyakit atau sebagai insektisida.
 NaCl sebagai garam dapur.
 KCl untuk pupuk.
 NH4Cl sebagai elektrolit pengisi batu baterai.
 NaClO sebagai bleaching agent (pemutih), yakni pengoksidasi zat warna.
 Ca(OCl)2 atau kaporit sebagai desinfektan pada air.
 ZnCl2sebagai bahan pematri atau solder.
 PVC (Polivinil klorida) digunakan sebagai plastik untuk pipa pralon.
 KClO3digunakan dalam industri korek api.

3) Brom

24
 NaBr digunakan dalam kedokteran sebagai obat penenang saraAgBr untuk
film fotografi, karena AgBr memiliki kepekaan terhadap cahaya.
 CH3Br sebagai bahan campuran zat pemadam kebakaran.
 C2H4Br2ditambahkan pada bensin agar timbal dalam bensin tidak
mengendap, karena diubah menjadi PbBr2.

4) Yodium
 I2dalam alkohol sebagai anti septik luka agar tidak terkena infeksi.
 KIO3sebagai tambahan yodium dalam garam dapur.
 I2digunakan untuk mengetes amilum dalam industri tepung.
 NaI ditambahkan garam dapur untuk mengurangi kekurangan yodium.

B. Gas Mulia

3.7 Pengertian Gas Mulia


Gas mulia  adalah grup elemen kimia dengan sifat-sifat yang sama di kondisi
standar, they semua tidak berbau, tidak berwarna, dan monoatomik dengan
reaktivitas yang sangat rendah. Mereka ditempatkan di grup 18 (8A) dari tebel
periodik (sebelumnya dikenal dengan grup 0). 6 gas mulia tersebut terdapat di
alam dengan bentuk helium (He), neon (Ne), argon (Ar), krypton (Kr), xenon
(Xe), dan radon yang bersifat radioaktif (Rn). sejauh ini, 3 atom dari grup
selanjutnya, ununoctium (Uuo) telah berhasil disintesis  di supercollider, tapi
sangat sedikit yang diketahui mengenai elemen ini karena jumlah yang dihasilkan
sangat sedikit dan memiliki waktu paruh hidup yang sangat pendek .
Sifat-sifat gas mulia bisa dijelaskan dengan baik dengan teori modern tentang
struktur atom: valensi elektron kulit luar mereka dianggap "penuh", memberi
mereka sedikit sekali kesempatan untuk berpartisipasi dalam reaksi kimia, dan
hanya beberapa ratus senyawa yang telah disiapkan. Titik didih dan titik leleh gas
mulia mempunyai nilai yang dekat, berbeda kurang dari 10 °C (18 °F); yang
mengakibatkan mereka berbentuk cairan dalam jangkauan suhu yang pendek.

24
Neon, argon, krypton, dan xenon didapatkan dari udara mengunakan metode
mencairkan/mengembunkan gas dan penyulingan bagian.Helium biasanya
terpisah dari gas alami, dan radon biasanya diisolasi dari penguraian radioaktif
dari elemen radium yang terurai.Gas mulia mempunyai beberapa aplikasi penting
di industri seperti penerangan, pengelasan, dan perjalanan angkasa luar. Gas
pernapasan Helium-Oksigen biasanya digunakan oleh penyelam laut dalam yang
biasanya lebih dari 180 kaki (55 m) untuk menjaga penyelam dari oksigen
toxemia, efek berbahaya dari oksigen dalam tekanan tinggi, dan nitrogen narcosis,
efek narkotik yang membingungkan dari nitrogen di udara melebihi tekanan biasa.
Setelah bahaya yang ditimbulkan hidrogen atas mudah meledaknya elemen
tersebut, gas tersebut diganti dengan helium.

3.8 Sejarah Gas Mulia


Pada tahun 1894, seorang ahli kimia Inggris bernama William
Ramsay mengidentifikasi zat baru yang terdapat dalam udara.Sampel udara yang
sudah diketahui mengandung nitrogen, oksigen, dan karbondioksida dipisahkan.
Ternyata dari hasil pemisahan tersebut, masih tersisa suatu gas yang tidak reaktif
(inert).Gas tersebut tidak dapat bereaksi dengan zat-zat lain sehingga
dinamakan argon (dari bahasa Yunani argos yang berarti malas). Empat tahun
kemudian Ramsay menemukan unsur baru lagi, yaitu dari hasil pemanasan
mineral kleverit.Dari mineral tersebut terpancar sinar alfa yang merupakan
spektrum gas baru.Spektrum gas tersebut serupa dengan garis-garis tertentu dalam
spektrum matahari.
Untuk itu, diberi nama helium (dari bahasa Yunani helios berarti matahari).
Pada saat ditemukan, kedua unsur ini tidak dapat dikelompokkan ke dalam
golongan unsur-unsur yang sudah oleh Mendeleyev karena memiliki sifat
berbeda.Kemudian Ramsey mengusulkan agar unsur tersebut ditempatkan pada
suatu golongan tersendiri, yaitu terletak antara golongan halogen dan golongan
alkali.Untuk melengkapi unsur-unsur dalam golongan tersebut, Ramsey terus
melakukan penelitian dan akhirnya menemukan lagi unsur-unsur lainnya,
yaitu neon, kripton, dan xenon (dari hasil destilasi udara cair).Kemudian unsur

24
yang ditemukan lagi adalah radon yang bersifat radioaktif. Pada masa itu,
golongan tersebut merupakan kelompok unsur-unsur yang tidak bereaksi dengan
unsur-unsur lain (inert) dan dibri nama golongan unsur gas mulia atau golongan
nol.
Di tahun 1898, Huge Erdmann mengambil nama Gas Mulia (Noble Gas) dari
bahasa Jerman Edelgas untuk menyatakan tingkat kereaktifan Gas Mulia yang
sangat rendah. Nama Noble dianalogikan dari Noble Metal (Logam Mulia), emas,
yang dihubungkan dengan kekayaan dan kemuliaan.
Gas Mulia pertama ditemukan pada tanggal 18 Agustus 1868 oleh Pierre
Janssen dan Joseph Horman Lockyer. Ketika sedang meneliti gerhana matahari
total mereka menemukan sebuah garis baru di spektrum sinar matahari. Mereka
menyakini bahwa itu adalah lapisan gas yang belum diketahui sebelumnya, lalu
mereka menamainya Helium.

3.9 Sifat Kimia Dan Fisika Gas Mulia


Sifat kimia gas mulia
Gas-gas mulia tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, dan mudah terbakar
dalam kondisi standar.Gas mulia pernah disebut sebagai Golongan 0 dalam Tabel
Periodik Unsur karena mempunyai valensi nol, yang berarti tidak dapat bereaksi
dengan unsur-unsur lain untuk membentuk senyawa.Namun anggapan tersebut
dapat dipatahkan dengan ditemukannya senyawa dengan keterlibatan gas mulia
Seperti golongan lain, gas mulia menunjukkan pola yang konfigurasi elektron
yang teratur.

Sifat fisika gas mulia


Gas-gas mulia memiliki gaya interatomik yang lemah, sehingga membuat gas
mulia memiliki leleh dan titik didih sangat rendah. Seluruh unsur gas mulia
bersifat monoatomik dalam kondisi standar, termasuk unsur-unsur yang
mempunyai masa atom lebih besar dari unsur padat.Helium memiliki beberapa
sifat yang unik bila dibandingkan dengan unsur gas mulia lainnya. Yang pertama

24
adalah helium mempunyai titik didih dan titik leleh yang lebih rendah daripada
unsur lain. Sifat itu dikenal sebagai superfluiditas.Helium adalah satu-satunya
unsur yang tidak bisa dipadatkan dengan pendinginan di bawah standar.Helium,
neon, argon, kripton, dan xenon mempunyai beberapa isotop stabil.Radon tidak
mempunyai isotop stabil. Isotop yang paling lama waktu hidupnya adalah 222Rn
yang mempunyai waktu paruh 3,8 hari kemudian meluruh membentuk helium dan
polonium, yang akhirnya meluruh membentuk timah.
Atom-atom gas mulia mempunyai jari-jari atom yang meningkat ke periode
yang lebih tinggi meningkatnya jumlah elektron.Ukuran atom berhubungan
dengan beberapa sifat. Misalnya,Energi ionisasi menurun seiring meningkatnya
jari-jari atom karena elektron valensi gas mulia yang lebih besar akan lebih jauh
dari inti. Maka dari itu, ikatan inti atom ke elektron valensi menjadi lemah.Gas
mulia memiliki energi ionisasi terbesar di antara unsur-unsur dari setiap periode,
yang mencerminkan stabilitas konfigurasi elektron dan berhubungan dengan
kurang reaktifnya gas mulia.Gas mulia tidak dapat menerima elektron untuk
membentuk anion stabil.Itulah mengapa gas mulia memilikiafinitas
electron negatif.

3.10 Senyawa Yang Terbentuk Dalam Gas Mulia


Gas Mulia adalah gas yang sudah memiliki 8 elektron valensi dan memiliki
kestabilan yang tinggi. Tetapi gas mulia pun masih dapat bereaksi dengan atom
lain. Karena sebenarnya tidak semua sub kuit pada gas mulia terisi penuh.
Contoh: Ar : [Ne] 3s2 3p6
       Sebenarnya atom Ar masih memiliki 1 Sub kulit yang masih kosong yaitu sub
kulit Ar : [Ne] 3s2 3p6 3d0, jadi masih bisa diisi oleh atom-atom lain.

1. Tabel pembentukan pada gas mulia


Tingkat Senyawa Bentuk Titik Struktur Tanda-tanda
Oksidasi Didih
(˚C)
II XeF2 Kristal tak 129 Linear Terhidrolisis

24
IV berwarna menjadi Xe + O2;
XeF4 Kristal tak 117 Segi-4 sangat larut dalam
berwarna HF Stabil
VI XeF6 Kristal tak 49,6 Oktahedral Stabil
berwarna terdistorsi
Cs2XeF8 Padatan kuning Archim. Stabil pada 400˚
XeOF4 Cairan tak Antiprisma
XeO3 berwarna -46 Piramid Stabil
Kristal tak segi-4 Mudah meledak,
berwarna Piramidal higroskopik; stabil
dalam larutan
VIII XeO4 Gas tak Tetrahedral Mudah meledak
XeO6 4- berwarna Anion-anion
Garam tak Oktahedral HXeO63-, H2XeO62-,
berwarna H3XeO6-ada juga
Sampai dengan tahun 1962, para ahli masih yakin bahwa unsur-unsur gas
mulia tidak bereaksi. Kemudian seorang ahli kimia kanada bernama Neil Bartlet
berhasil membuat persenyawaan yang stabil antara unsur gas mulia dan unsur
lain, yaitu XePtF6.
Keberhasilan ini didasarkan pada reaksi:PtF6 + O2 → (O2)+ (PtF6)-PtF6 ini
bersifat oksidator kuat. Molekul oksigen memiliki harga energi ionisasi 1165
kJ/mol, harga energi ionisasi ini mendekati harga energi ionisasi unsur gas mulia
Xe = 1170 kJ/mol.
Atas dasar data tersebut, maka untuk pertama kalinya Bartlet mencoba
mereaksikan Xe dengan PtF6 dan ternyata menghasilkan senyawa yang stabil
sesuai dengan persamaan reaksi:
Xe + PtF6 → Xe+(PtF6)-
Setelah berhasil membentuk senyawa XePtF6, maka gugurlah anggapan
bahwa gas mulia tidak dapat bereaksi.Kemudian para ahli lainnya mencoba
melakukan penelitian dengan mereaksikan xenon dengan zat-zat oksidator kuat,
diantaranya langsung dengan gas flourin dan menghasilkan senyawa XeF2, XeF4,
dan XeF6.

24
Reaksi gas mulia lainnya, yaitu krypton menghasilkan senyawa KrF 2. Radon
dapat bereaksi langsung dengan F2 dan menghasilkan RnF2. Hanya saja senyawa
KrF2 dan RnF2 bersifat (tidak stabil).

3.11 Pembuatan gas mulia


 Gas Helium Helium (He) ditemukan terdapat dalam gas alam di Amerika Serikat.
Gas helium mempunyai titik didih yang sangat rendah, yaitu -268,8 0C sehingga
pemisahan gas helium dari gas alam dilakukan dengan cara pendinginan sampai
gas alam akan mencair (sekitar -156 0C) dan gas helium terpisah dari gas alam.
 Gas Argon, Neon, Kripton, dan Xenon Udara mengandung gas mulia argon (Ar),
neon (Ne), krypton (Kr), dan xenon (Xe) walaupun dalam jumlah yang kecil. Gas
mulia di industri diperoleh sebagai hasil samping dalam industri pembuatan gas
nitrogen dan gas oksigen dengan proses destilasi udara cair. Pada proses destilasi
udara cair, udara kering (bebas uap air) didinginkan sehingga terbentuk udara
cair. Pada kolom pemisahan gas argon bercampur dengan banyak gas oksigen
dan sedikit gas nitrogen karena titik didih gas argon (- 189,4 0C) tidak jauh beda
dengan titik didih gas oksigen (-182,8 0C).
 Untuk menghilangkan gas oksigen dilakukan proses pembakaran secara katalitik
dengan gas hidrogen, kemudian dikeringkan untuk menghilangkan air yang
terbentuk. Adapun untuk menghilangkan gas nitrogen, dilakukan cara destilasi
sehingga dihasilkan gas argon dengan kemurnian 99,999%. Gas neon yang
mempunyain titik didih rendah (- 245,9 0C) akan terkumpul dalam kubah
kondensor sebagai gas yang tidak terkonsentrasi (tidak mencair).

3.12 Kegunaan Gas Mulia


1) Helium

Campuran helium dan oksigen digunakan sebagai udara buatan untuk para
penyelam dan para pekerja lainnya yang bekerja di bawah tekanan udara tinggi.
Perbandingan antara He dan O2 yang berbeda-beda digunakan untuk kedalaman
penyelam yang berbeda-beda. Helium cair yang digunakan di Magnetic
Resonance Imaging (MRI) tetap bertambah jumlahnya, sejalan dengan
ditemukannya banyak kegunaan mesin ini di bidang kesehatan.

Helium juga digunakan untuk balon-balon raksasa yang memasang berbagai


iklan perusahaan-perusahaan besar, termasuk Goodyear.Aplikasi lainnya sedang

24
dikembangkan oleh militer AS adalah untuk mendeteksi peluru-peluru misil yang
terbang rendah.Badan Antariksa AS NASA juga menggunakan balon-balon berisi
gas helium untuk mengambil sampel atmosfer di Antartika untuk menyelidiki
penyebab menipisnya lapisan ozon. Menghirup sejumlah kecil gas ini akan
menyebabkan perubahan sementara kualitas suara seseorang.

2) Neon
Neon biasanya digunakan untuk pengisi bola lampu neon.Selain itu juga neon
dapat digunakan untuk berbagi macam hal seperti indicator tegangan tinggi, zat
pendingin, penangkal petir, dan mengisi tabung televisi.   
3) Argon
Argon digunakan dalam las titanium pada pembuatan pesawat terbang atau
roket.Argon juga digunakan dalam las stainless steel dan sebagai pengisi bola
lampu pijar karena argon tidak bereaksi dengan wolfram (tungsten) yang panas.

4) Kripton
Kripton bersama argon digunakan sebagai pengisi lampu fluoresen bertekanan
rendah.Krypton juga digunakan dalam lampu kilat untuk fotografi kecepatan
tinggi.

5) Xenon
Xenon dapat digunakan dalam pembuatan lampu untuk bakterisida (pembunuh
bakteri) dan pembuatan tabung elektron.

6) Radon
Radon dapat digunakan dalam terapi kanker karena bersifat
radioaktif. Namun demikian, jika radon terhisap dalam jumlah banyak, malah
akan menimbulkan kanker paru-paru. Radon juga dapat berperan sebagai sistem
peringatan gempa, karena bila lempengan bumi bergerak kadar radon akan
berubah sehingga bisa diketahui bila adanya gempa dari perubahan kadar radon.

24
24
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Unsur halogen merupakan unsur yang paling non-logam dan reaktif.


2. Beberapa unsur halogen banyak terdapat di alam dalam bentuk senyawa
garamnya.
3. Unsur halogen banyak digunakan dan dibutuhkan dalam kehidupan sehari-
hari serta dibutuhkan untuk kelangsungan hidup mahluk hidup.
4. Gas mulia adalah unsur-unsur yang terdapat dalam golongan VIIIA yang
memiliki kestabilan yang sangat tinggi dan sebagian ditemukan di alam
dalam bentuk monoatomik karena sifatnya yang stabil. Yang tergolong ke
dalam gas kimia yaitu helium (He), neon (Ne), argon (Ar), krypton (Kr),
xenon (Xe), dan radon yang bersifat radioaktif (Rn).
5. Sifat – sifat dari gas mulia yaitu Jari-jari atom unsur-unsur Gas Mulia dari
atas ke bawah (He ke Rn) semakin besar karena bertambahnya kulit yang
terisi elektron. Energi ionisasi dari atas ke bawah semakin kecil karena
gaya tarik inti atom terhadap elektron terluar semakin lemah. Afinitas
elektron unsur-unsur Gas mulia sangat kecil sehingga hampir mendekati
nol. Titik didih unsur-unsur Gas mulia berbanding lurus dengan kenaikan
massa atom.
6. Gas mulia memiliki banyak kegunaan, seperti helium yang dapat
digunakan untuk mengisi balon udara dan radon yang digunakan sebagai
terapi kanker karena bersifat radioaktif.
7. Di alam, gas mulia berada dalam bentuk monoatomik karena bersifat tidak
reaktif. Oleh karena itu, ekstraksi gas mulia umumnya menggunakan
pemisahan secara fisis. Pengecualian adalah radon yang diperoleh dari
peluruhan unsure radioaktif.

24
B.  Saran 
Saran yang kami dapat berikan bagi pembaca yang ingin membuat makalah
tantangini, untuk dapat lebih baik dari makalah yang kami buat ini ialah dengan
mencari lebih banyak refrensi dari berbagai sumber, baik dari buku maupun dari
internet, sehingga makalah anda akan dapat lebih baik dari makalah ini. Mungkin
hanya ini saran yang dapat kami sampaikan semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca sekalian.

24
DAFTAR PUSTAKA

Kendrick, A. M. (2016). Halogens. Geochemistry Journal, 1-4.

Kendrick, M. A., Scambelluri, M., Hermann, J., & Padron-Navarta, J. A. (2018).


Halogens And Noble Gases In Serpentibites And Secondary Peridotites:
Implications For Seawater Subduction Ans The Origin Of Mantle Neon.
Geochimica Et Cosmochimica Acta Journal, 285-304.

Setopansuwiranto, A. (2015, 05 30). Makalah Unsur-Unsur Halogen.


Nabulasmansa.

Yunita, T. (2015, 10). Makalah Kimia Tentang Gas Mulia. Forum Makalah.

24

Anda mungkin juga menyukai