Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KIMIA UNSUR GOLONGAN UTAMA

GOLONGAN VI A

DISUSUN OLEH

JON FAIZAL (06101981722068)

Dosen Pengampuh : DRS. JEJEM MUJAMIL S., M.SI.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PENDIDIKAN KIMIA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “GOLONGAN VI A”
tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas UTS dalam mata kuliah Kimia Unsur Golongan Utama.
Makalah ini telah saya susun dengan baik dan proses penyusunannya saya
mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga penyusunan makalah ini berjalan
dengan lancar. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang terlah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari itu semua, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan senang hati saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat serta
memberi informasi terhadap pembaca.

Indralaya, Maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar ................................................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 5
C. Tujuan ............................................................................................................ 5

BAB II ISI
A. Tinjauan Pustaka
1. Unsur-Unsur Golongan VI A .................................................................. 6
B. Pembahasan
1. Sejarah Penemuan Unsur-Unsur Golongan VI A ................................... 8
2. Proses Pembuatan Unsur-Unsur Golongan VI A .................................... 12
3. Sifat-sifat Unsur-Unsur Golongan VI A ................................................. 15
4. Sumber dan Keberadaan Unsur-Unsur Golongan VI A .......................... 20
5. Kegunaan Unsur-Unsur Golongan VI A ................................................. 22

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................................................................. 24
B. Saran ........................................................................................................... 24

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kimia unsur merupakan unsur-unsur di alam yang mempunyai sifat-sifat kimia
yang berada di sekitar makhluk hidup. Lingkungan alam khususnya bumi terdiri dari
bagian litosfer, hidrosfer, dan atmosfer. Pada setiap lapisan tersebut terdapat unsur-
unsur kimia baik berupa unsur bebas maupun unsur yang berikatan dengan unsur
yang lain. Jumlah dan variasi unsur-unsur tersebut sangat banyak. Sehingga
diperlukan suatu sistem yang dapat menjelaskan tentang unsur-unsur di bumi secara
sederhana yang tersusun dalam sistem periodik unsur. Keperiodikan unsur-unsur
tersebut sangat membantu untuk mengetahui kecenderungan sifat suatu unsur
sehingga bisa mengetahui manfaat unsur tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Alam semesta ini kaya akan kandungan unsur-unsur kimia. Hingga saat ini,
unsur-unsur kimia berjumlah sekitar 114 unsur. Unsur-unsur tersebut dikelompokkan
berdasarkan kesamaan sifatnya ke dalam beberapa golongan, yaitu golongan A
(golongan utama) dan golongan B (golongan transisi). Selain itu, unsur-unsur kimia
dapat dikelompokkan menjadi unsur logam, nonlogam, semilogam, dan gas mulia.
Sulit dibayangkan jika kita hidup tanpa adanya unsur kimia karena semua benda
yang ada di alam ini mengandung unsur kimia, baik dalam bentuk logam atau unsur
bebasnya, senyawanya, atau paduan logamnya. Tidak bisa dipungkiri, selain
memberikan manfaat, beberapa unsur kimia memberikan dampak negative terhadap
lingkungan dan kesehatan.selain memberikan manfaat, beberapa unsur kimia
memberikan dampak negative terhadap lingkungan dan kesehatan.
Semua kelompok molekul struktural yang terdapat pada organisme hidup, seperti
protein, karbohidrat, dan lemak, hampir mengandung unsur-unsur yang terdapat
dalam golongan VI A (Oksigen). Demikian pula senyawa anorganik yang terdapat
pada cangkang, gigi, dan tulang hewan. Unsur-unsur golongan VI A (Oksigen)
banyak digunakan dalam produksi baja, plastik, dan tekstil dan juga digunakan
sebagai propelan roket, dan sebagai pendukung kehidupan pada pesawat terbang,
kapal selam, penerbangan luar angkasa, dan penyelaman. Kegunaan dan dampak dari
unsur-unsur kimia beserta cara mencegah dan menanganinya tidak terlepas dari sifat
yang dimiliki unsur-unsur tersebut. Melalui makalah ini kami harapkan pembaca
dapat memahami dan mengetahui kimia unsur tersebut lebih spesifik lagi. Oleh
karena itu untuk lebih jelasnya tentang golongan VI A (Oksigen), dalam makalah ini
kami akan membahas unsur-unsur golongan VI A lebih dalam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja unsur-unsur yang termasuk golongan VI A?
2. Bagaimana proses pembuatan unsur-unsur golongan VI A?
3. Bagaimana sejarah penemuan unsur-unsur golongan VI A?
4. Bagaimana sifat-sifat dari unsur-unsur golongan VI A?
5. Apa saja sumber unsur-unsur golongan VI A?
6. Apa saja kegunaan unsur-unsur golongan VI A?

C. Tujuan
1. Memahami dan mengetahui unsur-unsur yang termasuk golongan VI A
2. Memahami dan mengetahui proses pembuatan unsur-unsur golongan VI A
3. Memahami dan mengetahui sejarah penemuan unsur-unsur golongan VI A
4. Memahami dan mengetahui sifat-sifat dari unsur-unsur golongan VI A
5. Memahami dan mengetahui sumber unsur-unsur golongan VI A
6. Memahami dan mengetahui kegunaan unsur-unsur golongan VI A
BAB II
ISI

A. Tinjauan Pustaka
1. Unsur-Unsur Golongan VI A
Golongan VIA atau yang biasa disebut dengan golongan kalkogen terdiri dari
oksigen, sulfur, selenium, telerium, polonium dan ununheksium. Pada golongan VIA
ini seperti halnya dengan golongan yang lain setiap unsurnya memiliki sifat kimia,
sifat fisika serta kegunaan yang berbeda. Dengan mempelajari sifat-sifat tiap unsur
tersebut, maka kita akan memperoleh pengetahuan mengenai pembentukan suatu
senyawa. Selain itu untuk keberadaannya di alam sangat bermacam-macam yakni ada
yang melimpah di alam dan ada pula yang langka misalnya selenium, tellurium dan
Ununheksium.
Unsur golongan VIA terdiri dari tiga buah unsur nonlogam (oksigen, belerang,
dan selenium), dua buah unsur metalloid (tellurium dan polonium) serta sebuah unsur
logam (ununheksium). Adapun yang dimaksud metaloid menurut bahasa berasal dari
bahasa Yunani: “metallon” – logam, dan “eidos” – mirip, sehingga metaloid adalah
kelompok unsur kimia yang memiliki sifat antara logam dan non-logam. Unsur
metaloid sulit dibedakan dengan unsur logam, perbedaan utamanya yakni umumnya
metaloid adalah semikonduktor sedangkan logam adalah konduktor. Bahan yang
bersifat semikonduktor ini tidak dapat menghantarkan listrik dengan baik pada suhu
yang rendah, tetapi sifat hantaran listriknya menjadi lebih baik ketika suhunya lebih
tinggi.
Beberapa sifat-sifat metaloid yaitu lebih rapuh dari pada logam, kurang rapuh
dibandingkan dengan non logam, beberapa metaloid berkilauan seperti logam, dan
berbentuk padat keperakan. Ada delapan unsur yang dikelompokkan sebagai
metaloid, yaitu boron (B), silikon (Si), germanium (Ge), arsen (As), antimon (Sb),
telurium (Te), polonium (Po), dan astatin (At). Dalam tabel periodik, metaloid
membentuk garis diagonal dari boron ke polonium. Unsur-unsur di kanan atas garis
ini termasuk non-logam sedangkan yang berada di kiri bawah adalah logam. Oleh
karena itu pada golongan VIA terdiri dari unsur-unsur logam, metalloid, dan non
logam, sehingga perbedaan sifat tersebut menyebabkan titik leleh cenderung
meningkat dari atas ke bawah meskipun tidak teratur. Kecuali Oksigen, unsur-unsur
segolongannya mempunyai bilangan oksidasi genap +6, +4, +2, -2 dan membentuk
ikatan kovalen.
Secara umum, reaktifitas unsur golongan VI A dari atas kebawah akan menurun.
Penurunan ini sangat berkaitan erat dengan elektronegatifitas dari tiap atom
anggotanya. Atom O, anggota pertama dari golongan ini, mempunyai
elektronegativita yang besar. Sehingga saat ia berikatan dengan unsur logam,
persenyawaan oksida logam yang dihasilkan berupa senyawa ionik. Sedangkan atom
S, yang lebih tidak reaktif dari atom O dengan elektronegatifitas yang lebih kecil
pula. Hanya akan berikatan dengan logam – logam dengan reaktifitas tinggi
(mempunyai elektropositif yang besar) misalnya unsur – unsur golongan alkali, alkali
tanah serta beberapa lantanida.
Ikatan logam sulfida yang terjadi merupakan ikatan kovalen ionik dengan
perbedaan elektronegatifitas kurang dari 1,7. Pada golongan ini, oksigen tidak dapat
mempunyai tingkat oksidasi yan glebih tinggi dari divalen dibandingkan dengan
anggota lainnya seperti S, Se, Te dan Po. Fenomena ini disebabkan karena
ketidaktersedianya orital d pada atom oksigen. Oksigen dapat membentuk ozon, O3,
dengan berikatan kovalen antar sesamanya. Ikatan yang terjadi mengandung ikatan π,
dengan elektron π terdelokalisasi pada orbital – orbital yang digunakan untuk ikatan
π. Sehingga molekul ozon tesebut, tidaklah stabil dan mudah terdekomposisi menjadi
O2.
Pembentukan ozon sendiri terjadi secara alami dialam dengan adanya energi dari
matahari. Sulfur dapat membentuk beberaa oksida, diantaranya SO2 dan SO3.
Reaktifitas SO3 lebih besar jika dibanding dengan SO2, hal tersebut dipengaruhi oleh
besarnya kontribusi orbital d pad atom S. Sehubungan dengan reaktifitas keduanya,
asam yang terbentuk. Yaitu asam sulfit dan asam sulfat mempunyai perbedaan
karakter. Dimana asam sulfit merupakan asam lemah sedangkan asam sulfat
merupakan asam kuat. Perbedaan tersebut merupakan konsekuensi adanya ikatan
rangkap yang lebih banyak pada asam sulfat. Yaitu dengan adanya ikatan rangkap
tersebut, bentuk ionnya akan lebih terstailkan dengan adanya delokalisasi elektron
pada katan rangka yang lebih banyak.
Semua unsur pada golongan VI A pada dasarkan memiliki konfigurasi electron
valensi ns2np4. Sehingga atom pada golongan VI A lebih memilih untuk memperoleh
atau berbagi elektron untuk mencapai kestabilan sesuai konfigurasi gas mulia.
Kemampuan suatu unsur dapat membentuk alotropi yang stabil dapat dilihat dari
kemampuan unsur tersebut berkatenasi. Dimana katenasi adalah ikatan antara atom
kalkogen yang sama dan baik zat sederhana maupun ion kalkogen yang memiliki
berbagai struktur.

B. Pembahasan
1. Sejarah Penemuan Unsur-Unsur Golongan VI A
a) OKSIGEN
Dalam percobaan Robert Hooke, Ole Borch, Mikhail Lomonosov, dan Pierre
Bayen, percobaan mereka semuanya menghasilkan oksigen, namun tiada satupun dari
mereka yang mengenalinya sebagai unsur. Hal ini kemungkinan besar disebabkan
oleh prevalensi filosofi pembakaran dan korosi yang dikenal sebagai teori flogiston.
Teori flogiston dikemukakan oleh alkimiawan Jerman, J. J. Becher pada tahun
1667, dan dimodifikasi oleh kimiawan Georg Ernst Stahl pada tahun 1731. Teori
flogiston menyatakan bahwa semua bahan yang dapat terbakar terbuat dari dua
bagian komponen. Salah satunya adalah flogiston, yang dilepaskan ketika bahan
tersebut dibakar, sedangkan bagian yang tersisa setelah terbakar merupakan bentuk
asli materi tersebut.
Bahan-bahan yang terbakar dengan hebat dan meninggalkan sedikit residu
(misalnya kayu dan batu bara), dianggap memiliki kadar flogiston yang sangat tinggi,
sedangkan bahan-bahan yang tidak mudah terbakar dan berkorosi (misalnya besi),
mengandung sangat sedikit flogiston. Udara tidak memiliki peranan dalam teori
flogiston. Tiada eksperimen kuantitatif yang pernah dilakukan untuk menguji
keabsahan teori flogiston ini, melainkan teori ini hanya didasarkan pada pengamatan
bahwa ketika sesuatu terbakar, kebanyakan objek tampaknya menjadi lebih ringan
dan sepertinya kehilangan sesuatu selama proses pembakaran tersebut. Fakta bahwa
materi seperti kayu sebenarnya bertambah berat dalam proses pembakaran tertutup
oleh gaya apung yang dimiliki oleh produk pembakaran yang berupa gas tersebut.
Sebenarnya pun, fakta bahwa logam akan bertambah berat ketika berkarat menjadi
petunjuk awal bahwa teori flogiston tidaklah benar (yang mana menurut teori
flogiston, logam tersebut akan menjadi lebih ringan).
Carl Wilhelm Scheele mendahului Priestley dalam penemuan oksigen, namun
publikasinya dilakukan setelah Priestley. Oksigen pertama kali ditemukan oleh
seorang ahli obat Carl Wilhelm Scheele. Ia menghasilkan gas oksigen dengan
mamanaskan raksa oksida dan berbagai nitrat sekitar tahun 1772. Scheele menyebut
gas ini 'udara api' karena ia murupakan satu-satunya gas yang diketahui mendukung
pembakaran. Ia menuliskan pengamatannya ke dalam sebuah manuskrip yang
berjudul Treatise on Air and Fire, yang kemudian ia kirimkan ke penerbitnya pada
tahun 1775. Namun, dokumen ini tidak dipublikasikan sampai dengan tahun 1777.
Pada saat yang sama, seorang pastor Britania, Joseph Priestley, melakukan
percobaan yang memfokuskan cahaya matahari ke raksa oksida (HgO) dalam tabung
gelas pada tanggal 1 Augustus 1774. Percobaan ini menghasilkan gas yang ia
namakan 'dephlogisticated air'. Ia mencatat bahwa lilin akan menyala lebih terang di
dalam gas tersebut dan seekor tikus akan menjadi lebih aktif dan hidup lebih lama
ketika menghirup udara tersebut. Setelah mencoba menghirup gas itu sendiri, ia
menulis: "The feeling of it to my lungs was not sensibly different from that of
common air, but I fancied that my breast felt peculiarly light and easy for some time
afterwards." Priestley mempublikasikan penemuannya pada tahun 1775 dalam sebuah
laporan yang berjudul "An Account of Further Discoveries in Air". Laporan ini pula
dimasukkan ke dalam jilid kedua bukunya yang berjudul Experiments and
Observations on Different Kinds of Air. Oleh karena ia mempublikasikan
penemuannya terlebih dahulu, Priestley biasanya diberikan prioritas terlebih dahulu
dalam penemuan oksigen.
Seorang kimiawan Perancis, Antoine Laurent Lavoisier kemudian mengklaim
bahwa ia telah menemukan zat baru secara independen. Namun, Priestley
mengunjungi Lavoisier pada Oktober 1774 dan memberitahukan Lavoisier mengenai
eksperimennya serta bagaimana ia menghasilkan gas baru tersebut. Scheele juga
mengirimkan sebuah surat kepada Lavoisier pada 30 September 1774 yang
menjelaskan penemuannya mengenai zat yang tak diketahui, tetapi Lavoisier tidak
pernah mengakui menerima surat tersebut (sebuah kopian surat ini ditemukan dalam
barang-barang pribadi Scheele setelah kematiannya).
Pada satu eksperimen, Lavoisier mengamati bahwa tidak terdapat keseluruhan
peningkatan berat ketika timah dan udara dipanaskan di dalam wadah tertutup. Ia
mencatat bahwa udara segera masuk ke dalam wadah seketika ia membuka wadah
tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian udara yang berada dalam wadah
tersebut telah dikonsumsi. Ia juga mencatat bahwa berat timah tersebut juga telah
meningkat dan jumlah peningkatan ini adalah sama beratnya dengan udara yang
masuk ke dalam wadah tersebut. Percobaan ini beserta percobaan mengenai
pembakaran lainnya didokumentasikan ke dalam bukunya Sur la combustion en
général yang dipublikasikan pada tahun 1777. Hasil kerjanya membuktikan bahwa
udara merupakan campuran dua gas, 'udara vital', yang diperlukan dalam pembakaran
dan respirasi, serta azote (Bahasa Yunani ἄζωτον "tak bernyawa"), yang tidak
mendukung pembakaran maupun respirasi. Azote kemudian menjadi apa yang
dinamakan sebagai nitrogen, walaupun dalam Bahasa Perancis dan beberapa bahasa
Eropa lainnya masih menggunakan nama Azote.
Lavoisier menamai ulang 'udara vital' tersebut menjadi oxygène pada tahun
1777. Nama tersebut berasal dari akar kata Yunani ὀξύς (oxys) (asam, secara harfiah
"tajam") dan -γενής (-genēs) (penghasil, secara harfiah penghasil keturunan). Ia
menamainya demikian karena ia percaya bahwa oksigen merupakan komponen dari
semua asam. Ini tidaklah benar, namun pada saat para kimiawan menemukan
kesalahan ini, nama oxygène telah digunakan secara luas dan sudah terlambat untuk
menggantinya. Sebenarnya gas yang lebih tepat untuk disebut sebagai "penghasil
asam" adalah hidrogen.
Oxygène kemudian diserap menjadi oxygen dalam bahasa Inggris walaupun
terdapat penentangan dari ilmuwan-ilmuwan Inggris dikarenakan bahwa adalah
seorang Inggris, Priestley, yang pertama kali mengisolasi serta menuliskan
keterangan mengenai gas ini. Penyerapan ini secara sebagian didorong oleh sebuah
puisi berjudul "Oxygen" yang memuji gas ini dalam sebuah buku populer The
Botanic Garden (1791) oleh Erasmus Darwin, kakek Charles Darwin.
Hipotesis atom awal John Dalton berasumsi bahwa semua unsur berupa
monoatomik dan atom-atom dalam suatu senyawa akan memiliki rasio atom paling
sederhana terhadap satu sama lainnya. Sebagai contoh, Dalton berasumsi bahwa
rumus air adalah HO, sehingga massa atom oksigen adalah 8 kali massa hidrogen
(nilai yang sebenarnya adalah 16). Pada tahun 1805, Joseph Louis Gay-Lussac dan
Alexander von Humboldt menunjukkan bahwa air terbentuk dari dua volume
hidrogen dengan satu volume oksigen; dan pada tahun 1811, berdasarkan apa yang
sekarang disebut hukum Avogadro dan asumsi molekul unsur diatomik, Amedeo
Avogadro memperkirakan komposisi air dengan benar.
Pada akhir abad ke-19, para ilmuwan menyadari bahwa udara dapat dicairkan
dan komponen-komponennya dapat dipisahkan dengan mengkompres dan
mendinginkannya. Kimiawan dan fisikawan Swiss, Raoul Pierre Pictet, menguapkan
cairan sulfur dioksida untuk mencairkan karbon dioksida, yang mana pada akhirnya
diuapkan untuk mendinginkan gas oksigen menjadi cairan. Ia mengirim sebuah
telegram pada 22 Desember 1877 kepada Akademi Sains Prancis di Paris dan
mengumumkan penemuan oksigen cairnya. Dua hari kemudian, fisikawan Perancis
Louis Paul Cailletet mengumumkan metodenya untuk mencairkan oksigen molekuler.
Hanya beberapa tetes cairan yang dihasilkan sehingga tidak ada analisis berarti yang
dapat dilaksanakan. Oksigen berhasil dicairkan ke dalam keadaan stabil untuk
pertama kalinya pada 29 Maret 1877 oleh ilmuwan Polandia dari Universitas
Jagiellonian, Zygmunt Wróblewski dan Karol Olszewski.
Pada tahun 1891, kimiawan Skotlandia James Dewar berhasil memproduksi
oksigen cair dalam jumlah yang cukup banyak untuk dipelajari. Proses produksi
oksigen cair secara komersial dikembangkan secara terpisah pada tahun 1895 oleh
insinyur Jerman Carl von Linde dan insinyur Britania William Hampson. Kedua
insinyur tersebut menurunkan suhu udara sampai ia mencair dan kemudian
mendistilasi udara cair tersebut. Pada tahun 1901, pengelasan oksiasetilena
didemonstrasikan untuk pertama kalinya dengan membakar campuran asetilena dan
O2 yang dimampatkan. Metode pengelasan dan pemotongan logam ini pada akhirnya
digunakan secara meluas. Pada tahun 1923, ilmuwan Amerika Robert H. Goddard
menjadi orang pertama yang mengembangkan mesin roket; mesin ini menggunakan
bensin sebagai bahan bakar dan oksigen cair sebagai oksidator. Goddard berhasil
menerbangkan roket kecil sejauh 56 m dengan kecepatan 97 km/jam pada 16 Maret
1926 di Auburn, Massachusetts, USA.
b) BELERANG
Penemunya tidak diketahui secara pasti (sudah ada sejak jaman prasejarah)
Menurut Genesis, belerang sudah lama dikenal oleh nenek moyang sebagai batu
belerang. Belerang ditemukan dalam meteorit. R.W. Wood mengusulkan bahwa
terdapat simpanan belerang pada daerah gelap di kawah Aristarchus.
c) SELENIUM
Ditemukan oleh Berzellius pada tahun 1817, yang menemukannya bergabung
bersama tellurium (namanya diartikan sebagai bumi).
d) TELLURIUM
Ditemukan oleh Muller von Reichenstein pada tahun 1782, diberi nama oleh
Klaproth, yang telah mengisolasinya pada tahun 1798.
e) POLONIUM
Polonium, juga dikenal sebagai Radium F, adalah unsur pertama yang
ditemukan oleh Marie Curie dan Pierre Curie pada tahun 1898 ketika sedang mencari
penyebab radioaktivitas pada mineral pitchblende (mineral uranium) dari
Joachimsthal, Bohemia. Elektroskop menunjukkan pemisahannya dengan bismut.
2. Proses Pembuatan Unsur-Unsur Golongan VI A
a) OKSIGEN
Di laboratorium, oksigen bisa dibuat dengan elektrolisis air atau dengan
memanaskan KClO3 atau barium peroksida atau natrium peroksida dengan MnO2
sebagai katalis.Sedangkan untuk keperluan industri, oksigen dibuat melalui proses
destilasi (penyulingan) bertingkat dari udara cair dan melalui proses elektrolisis air
dengan reaksi sebagai berikut :
2H2O(l) → 2H2(g) + O2(g)
b) BELERANG
Belerang dihasilkan secara komersial dari sumber mata air hingga endapan
garam yang melengkung sepanjang Lembah Gulf di Amerika Serikat. Menggunakan
proses Frasch, air yang dipanaskan masuk ke dalam sumber mata air untuk
mencairkan belerang, yang kemudian terbawa ke permukaan.
Belerang juga terdapat pada gas alam dan minyak mentah, namun belerang
harus dihilangkan dari keduanya. Awalnya hal ini dilakukan secara kimiawi, yang
akhinya membuang belerang. Namun sekarang, proses yang baru memungkinkan
untuk mengambil kembali belerang yang terbuang. Sejumlah besar belerang diambil
dari ladang gas Alberta.
c) SELENIUM
Selenium ditemukan dalam beberapa mineral yang cukup langka seperti
kruksit dan klausthalit. Beberapa tahun yang lalu, selenium didapatkan dari debu
cerobong asap yang tersisa dari proses bijih tembaga sulfida. Sekarang selenium di
seluruh dunia dihasilkan dari pemurnian kembali logam anoda dari proses elektrolisis
tembaga. Selenium diperoleh dari memanggang endapan hasil elektrolisis dengan
soda atau asam sulfat, atau dengan meleburkan endapan tersebut dengan soda dan
niter (mineral yang mengandung kalium nitrat).
d) TELLURIUM
Sumber utama telurium adalah dari lumpur anoda dihasilkan selama
pemurnian secara elektrolisa tembaga dari lecet. Ini adalah komponen dari debu
ledakan tungku dari pemurnian timah. 500 ton bijih tembaga pengobatan biasanya
memproduksi satu pon (0,45 kg) telurium. Telurium diproduksi terutama di Amerika
Serikat, Peru, Jepang, dan Kanada. Untuk tahun 2006, British Geological Survey
memberikan nomor-nomor berikut: Amerika Serikat 50 t, 37 t Peru, Jepang dan
Kanada 11 24 t.
Deposisi anoda berisi selenides dan tellurides dari logam mulia dalam
senyawa dengan rumus M2Se atau M2Te (M = Cu, Ag, Au). Pada suhu 500 ° C
anoda lumpur dipanggang dengan karbonat natrium di bawah udara. Ionatau M2Te
(M = Cu, Ag, Au). Pada suhu 500 ° C anoda lumpur dipanggang dengan karbonat
natrium di bawah udara. Ion logam direduksi menjadi logam, sementara Telluride
diubah menjadi tellurite natrium. Tellurites bisa kehabisan campuran dengan air dan
biasanya hadir sebagai hydrotellurites HTeO3- larutan. Selenites juga terbentuk
selama proses ini, tetapi mereka dapat dipisahkan dengan menambahkan asam sulfat.
Telurium hydrotellurites dioksida dikonversi menjadi larut sementara
selenites tinggal dalam larutan. Pengurangan dengan logam dilakukan baik oleh
elektrolisis atau dengan reaksi dioksida teluriumPengurangan dengan logam
dilakukan baik oleh elektrolisis atau dengan reaksi dioksida tellurium dengan
belerang dioksida dalam asam sulfat. Telurium Komersial-kelas biasanya dipasarkan
sebagai bedak minus 200 mesh, tetapi juga tersedia sebagai slab, ingot, batang, atau
benjolan. Akhir tahun harga telurium pada tahun 2000 adalah US $14 per pon. Dalam
beberapa tahun terakhir, harga telurium didorong oleh peningkatan permintaan dan
penawaran terbatas, bahkan di US $100 per pon di tahun 2006.
e) POLONIUM
Bijih uranium hanya mengandung sekitar 100 mikrogram unsur polonium per
tonnya. Ketersediaan polonium hanya 0.2% dari radium. Pada tahun 1934, para ahli
menemukan bahwa ketika mereka menembak bismut alam (209Bi) dengan neutron,
diperoleh 210Bi yang merupakan induk polonium. Sejumlah milligram polonium kini
didapatkan dengan cara seperti ini, dengan menggunakan tembakan neutron
berintensitas tinggi dalam reaktor nuklir. Polonium-210 adalah yang paling banyak
tersedia. Isotop dengan massa 209 (masa paruh waktu 103 tahun) dan massa
208(masa paruh waktu 2.9 tahun) bisa didapatkan dengan menembakkan alfa, proton,
atau deutron pada timbal atau bismut dalam siklotron, tapi proses ini terlalu mahal.
Logam polonium telah dibuat dari polonium hidroksida dan senyawa
polonium dengan adanya ammonia cair anhidrat atau ammonia cair pekat. Diketahui
ada dua modifikasi alotrop. Polonium-210 meluruh dengan memancarkan partikel
alpha. 1mg polonium 210 memancarkan partikel alpha sebagai radium-226 sebanyak
5 g. energy yang dilepaskan sangatlah besar yaitu 140 watt/g. Peluruhan isotop Radon
-222 (Rn-222), memancarkan partikel alfa.
3. Sifat-sifat Unsur-Unsur Golongan VI A
a) OKSIGEN
Oksigen tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna. Dalam bentuk cair
dan padat, oksigen berwarna biru pucat dan merupakan paramagnetik yang kuat.
Oksigen merupakan unsur non logam yang sangat penting bagi kelangsungan hidup
manusia dan mahkluk hidup lainnya. Di alam unsur oksigen terdapat dalam keadaan
bebas maupun berikatan dengan unsur-unsur lain (membentuk senyawa). Dalam
keadaan bebas, oksigen berwujud gas O2 yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak
berasa. Gas oksigen dalam atmosfer bumi menempati porsi yang cukup besar, yaitu
menempati 21% volum atmosfer atau 23,15% berat atmosfer. Sedangkan pada tubuh
manusia, oksigen menempati sekitar 65% berat tubuh. Selain itu, oksigen juga
membentuk allotrop seperti ozon (O3) yang terdapat dalam atmosfer dan berfungsi
untuk melindungi bumi dari bahaya radiasi ultraviolet dari matahari.
Oksigen memiliki elektronegativitas paling besar dalam golongan ini,
sehingga daya tarik terhadap electron dari luar menjadi lebih kuat. Selain itu oksigen
tidak memiliki orbital d, pada konfigurasi elektronnya, sehingga electron oksigen
tidak memungkinkan untuk mengalami eksitasi ke orbital d. oksigen akan lebih stabil
jika menerima electron dari luar sebanyak dua, sehingga membentuk anion (-2).
 Radius Kovalensi: 0.73 Å  Struktur Kristal: Kubus
 Massa Jenis: 1.429 g/cm3  Potensial Ionisasi: 13.618 V
 Konduktivitas Listrik: x 106 ohm-1cm-1  Titik Lebur: 54.8 K
 Elektronegativitas: 3.44  Bilangan Oksidasi: -2
 Konfigurasi Elektron: [He]2s2p4  Kapasitas Panas: 0.92 Jg-1K-1
 Formasi Entalpi: 0.222 kJ/mol  Entalpi Penguapan: 3.4109 kJ/mol
 Konduktivitas Panas: 0.2674 Wm-1K-1

b) BELERANG
Belerang berwarna kuning pucat, padatan yang rapuh, yang tidak larut dalam
air tapi mudah larut dalam CS2 (karbon disulfida). Dalam berbagai bentuk, baik gas,
cair maupun padat, unsur belerang terjadi dengan bentuk alotrop yang lebih dari satu
atau campuran. Dengan bentuk yang berbeda-beda, akibatnya sifatnya pun berbeda-
beda dan keterkaitan antara sifat dan bentuk alotropnya masih belum dapat dipahami.
Pada tahun 1975, ahli kimia dari Universitas Pensilvania melaporkan
pembuatan polimer belerang nitrida, yang memiliki sifat logam, meski tidak
mengandung atom logam sama sekali. Zat ini memiliki sifat elektris dan optik yang
tidak biasa.
Belerang dengan kemurnian 99.999% sudah tersedia secara komersial.
Belerang amorf atau belerang plastik diperoleh dengan pendinginan dari kristal secara
mendadak dan cepat. Studi dengan sinar X menunjukkan bahwa belerang amorf
memiliki struktur helik dengan delapan atom pada setiap spiralnya. Kristal belerang
diduga terdiri dari bentuk cincin dengan delapan atom belerang, yang saling
menguatkan sehingga memberikan pola sinar X yang normal.
 Mempunyai massa atom 32,066 sma  Mempunyai volum atom 15,50 cm3/mol
 Mempunyai nomor atom 16  Mempunyai struktul kristal orthorombik
 Mempunyai konfigurasi elektron 2 8 6  Mempunyai titik didih 717, 82 K
 Dalam senyawa mempunyai bilangan  Mempunyai titik lebur 392,2
oksidasi -2, +2, +4 dan +6  Mempunyai massa jenis 2,07 gram/ cm3
 Konfigurasi Elektron: [Ne]3s2p4  Mempunyai kapasitas panas 0,710J/g K
 Mempunyai potensial ionisasi 10,360  Mempunyai harga entalpi pembentukan
volt 1,73 kJ / mol
 Mempunyai elektronegativitas 2,58  Mempunyai harga entalpi pembentukan
 Mempunyai konduktivitas listrik 5 x 10- 1,73kJ/mol
10
ohm-1 cm-1  Mempunyai harga entalpi penguapan
 Mempunyai konduktivitas kalor 0,269 10kJ/mol
W/mK

c) SELENIUM
Selenium berada dalam beberapa bentuk allotrop, walaupun hanya dikenal
tiga bentuk. Selenium bisa didapatkan baik dalam struktur amorf maupun kristal.
Selenium amorf bisa berwarna merah (bentuk serbuk) atau hitam (dalam bentuk
seperti kaca). Selenium kristal monoklinik berwarna merah tua. Sedangkan selenium
kristal heksagonal, yang merupakan jenis paling stabil, berwarna abu-abu metalik.
Selenium menunjukkan sifat fotovoltaik, yakni mengubah cahaya menjadi
listrik, dan sifat fotokonduktif, yakni menunjukkan penurunan hambatan listrik
dengan meningkatnya cahaya dari luar (menjadi penghantar listrik ketika terpapar
cahaya dengan energi yang cukup). Sifat-sifat ini membuat selenium sangat berguna
dalam produksi fotosel dan exposuremeter untuk tujuan fotografi, seperti sel
matahari. Di bawah titik cairnya, selenium adalah semikonduktor tipe p dan memiliki
banyak kegunaan dalam penerapan elektronik .
Selenium telah dikatakan non toksik, dan menjadi kebutuhan unsur yang
penting dalam jumlah sedikit. Namun asam selenida dan senyawa selenium lainnya
adalah racun, dan reaksi fisiologisnya menyerupai arsen.
 Radius Atom: 1.4 Å  Massa Jenis: 4.79 g/cm3
 Volume Atom: 16.5 cm3/mol  Konduktivitas Listrik: 8 x 106 ohm-
1
 Massa Atom: 78.96 cm-1
 Titik Didih: 958 K  Elektronegativitas: 2.55
 Radius Kovalensi: 1.16 Å  Konfigurasi Elektron: [Ar]3d10 4s2p4
 Struktur Kristal: Heksagonal  Formasi Entalpi: 5.54 kJ/mol
 Konduktivitas Panas: 2.04 Wm-1K-1  Bilangan Oksidasi: -2,4,6
 Potensial Ionisasi: 9.752 V  Kapasitas Panas: 0.32 Jg-1K-1
 Titik Lebur: 494 K  Entalpi Penguapan: 26.32 kJ/mol

d) TELLURIUM
Telurium memiliki warna putih keperak-perakan, dan dalam keadaan
murninya menunjukkan kilau logam. Cukup rapuh dan bisa dihaluskan dengan
mudah. Telurium amorf ditemukan dengan pengendapan telurium dari larutan asam
tellurat. Bentuk dari senyawa ini adalah amorf atau terbentuk dari Kristal. Pada
dasarnya telurium merupakan unsur yang stabil, tidak dapat larut dalam air dan dalam
asam hidroklorik tetapi dapat larut dengan baik dalam asam sitrat dan air raja (aqua
regia).
Unsur telurium dapat bereaksi dengan unsur-unsur lain yang membentuk
beberapa senyawa, seperti telurium diklorida (TeCl2), telurium dioksida (TeO2),
telurium tetraklorida (TeCl4), hidrogen telurida (H2Te), natrium telurida (Na2Te), dan
beberapa senyawa lainnya. Telurium adalah semikonduktor tipe-p, dan menunjukkan
daya hantar yang lebih tinggi pada arah tertentu, tergantung pada sifat kerataan atom.
Daya hantarnya bertambah sedikit ketika unsur ini terpapar dengan sinar matahari.
Telurium bisa diberi dopan perak, tembaga, emas, timah atau unsur lainnya. Di udara,
telurium terbakar dengan nyala biru kehijau-hijauan, membentuk senyawa dioksida.
Telurium cair mengkorosi besi, tembaga dan baja tahan karat.
Radius Atom 1.42 Å
Volume Atom 20.5 cm3/mol
Massa Atom 127.6
Titik Didih 1261 K
Radius Kovalensi 1.36 Å
Struktur Kristal Heksagonal
Massa Jenis 6.24 g/cm3
Konduktivitas Listrik 2 x 106 ohm-1cm-1
Elektronegativitas 2.1
Konfigurasi Elektron [Kr]4d10 fs2p4
Formasi Entalpi 17.49 kJ/mol
Konduktivitas Panas 2.35 Wm-1K-1
Potensial Ionisasi 9.009 V
Titik Lebur 722.72 K
Bilangan Oksidasi -2,4,6
Kapasitas Panas 0.202 Jg-1K-1
Entalpi Penguapan 50.63 kJ/mol

e) POLONIUM
Polonium 210 memiliki titik cair yang rendah, logam yang mudah menguap,
dengan 50% polonium menguap di udara dalam 45 jam pada suhu 55oC. Merupakan
pemancar alpha dengan masa paruh waktu 138,39 hari. Satu milligram memancarkan
partikel alfa seperti 5 gram radium.
Energi yang dilepaskan dengan pancarannya sangat besar (140 W/gram),
dengan sebuah kapsul yang mengandung setengah gram polonium mencapai suhu di
atas 500oC. Kapsul ini juga menghasilkan sinar gamma dengan kecepatan dosisnya
0,012 Gy/jam. Sejumlah curie (1 curie = 3.7 x 1010Bq) polonium mengeluarkan kilau
biru yang disebabkan eksitasi di sekitar gas.
Polonium mudah larut dalam asam encer, tapi hanya sedikit larut dalam basa.
Garam polonium dari asam organik terbakar dengan cepat, halida amina dapat
mereduksi nya menjadi logam.
 Mempunyai massa atom (209) sma
 Radius Atom: 1,67 Å
 Mempunyai nomor atom 84
 Mempunyai jari-jari atom 1,67 A
 Mempunyai konfigurasi elektron 2 8 18 32 18 6
 Dalam senyawa mempunyai bilangan oksidasi +4, +2, dan +6
 Konfigurasi Elektron: [Xe]4f14 5d10 6s2p4
 Mempunyai volum atom 22,70 cm3/mol
 Mempunyai struktur kristal monoklinik
 Mempunyai titik lebur 527 K
 Mempunyai massa jenis 9,3 gram / cm3
 Mempunyai potensial ionisasi 8,42 volt
 Mempunyai elektronegativitas 2,0
 Mempunyai konduktivitas listrik 0 x 106 ohm-1 cm-1
 Mempunyai konduktivitas kalor 20 W/mK
 Mempunyai harga entalpi pembentukan 13kJ/mol
 Mempunyai harga entalpi penguapan 120kJ/mol
4. Sumber dan Keberadaan Unsur-Unsur Golongan VI A
a) OKSIGEN
Oksigen adalah unsur ketiga terbanyak yang ditemukan berlimpah di
matahari, dan memainkan peranan dalam siklus karbon-nitrogen, yahkni proses yang
diduga menjadi sumber energi di matahari dan bintang-bintang. Oksigen dalam
kondisi tereksitasi memberikan warna merah terang dan kuning-hijau pada Aurora
Borealis. Oksigen merupakan unsur gas, menyusun 21% volume atmosfer dan
diperoleh dengan pencairan dan penyulingan bertingkat. Atmosfer Mars mengandung
oksigen sekitar 0.15%. dalam bentuk unsur dan senyawa, oksigen mencapai
kandungan 49.2% berat pada lapisan kerak bumi. Sekitar dua pertiga tubuh manusia
dan sembilan persepuluh air adalah oksigen.
Menurut massanya, oksigen merupakan unsur kimia paling melimpah di
biosfer, udara, laut, dan tanah bumi. Oksigen merupakan unsur kimia paling
melimpah ketiga di alam semesta, setelah hidrogen dan helium. Sekitar 0,9% massa
Matahari adalah oksigen. Oksigen mengisi sekitar 49,2% massa kerak bumi dan
merupakan komponen utama dalam samudera (88,8% berdasarkan massa). Gas
oksigen merupakan komponen paling umum kedua dalam atmosfer bumi, menduduki
21,0% volume dan 23,1% massa (sekitar 1015 ton) atmosfer. Bumi memiliki
ketidaklaziman pada atmosfernya dibandingkan planet-planet lainnya dalam sistem
tata surya karena ia memiliki konsentrasi gas oksigen yang tinggi di atmosfernya.
Bandingkan dengan Mars yang hanya memiliki 0,1% O2 berdasarkan volume dan
Venus yang bahkan memiliki kadar konsentrasi yang lebih rendah. Namun, O2 yang
berada di planet-planet selain bumi hanya dihasilkan dari radiasi ultraviolet yang
menimpa molekul-molekul beratom oksigen, misalnya karbon dioksida.
Dalam keadaan kesetimbangan, laju produksi dan konsumsi oksigen adalah
sekitar 1/2000 keseluruhan oksigen yang ada di atmosfer setiap tahunnya. Oksigen
bebas juga terdapat dalam air sebagai larutan. Peningkatan kelarutan O2 pada
temperatur yang rendah memiliki implikasi yang besar pada kehidupan laut. Lautan
di sekitar kutub bumi dapat menyokong kehidupan laut yang lebih banyak oleh
karena kandungan oksigen yang lebih tinggi. Air yang terkena polusi dapat
mengurangi jumlah O2 dalam air tersebut. Para ilmuwan menaksir kualitas air dengan
mengukur kebutuhan oksigen biologis atau jumlah O2 yang diperlukan untuk
mengembalikan konsentrasi oksigen dalam air itu seperti semula.
b) BELERANG
Belerang terjadi secara alamiah di sekitar daerah pegunungan dan hutan
tropis. Sulfir tersebar di alam sebagai pirit, galena, sinabar, stibnite, gipsum, garam
epsom, selestit, barit dan lain-lain.
c) SELENIUM
Selenium ditemukan dalam beberapa mineral yang cukup langka seperti
kruksit dan klausthalit. Penyebaran selenium dikerak bumi tidaklah merata. Hal ini
juga umumnya ditemukan dibebatuan dan tanah. Selenium tidak sering ditemukan di
lingkungan dalam bentuk mendasar, tetapi biasanya dikombinasikan dengan zat
lain.ditemukan di lingkungan dalam bentuk mendasar, tetapi biasanya
dikombinasikan dengan zat lain.
d) TELLURIUM
Telurium kadang-kadang dapat ditemukan di alam, tapi lebih sering sebagai
senyawa tellurida dari emas (kalaverit), dan bergabung dengan logam lainnya.
Telurium didapatkan secara komersil dari lumpur anoda yang dihasilkan selama
proses pemurnian elektrolisis tembaga panas. Amerika Serikat, Kanada, Peru dan
Jepang adalah penghasil terbesar unsur ini.
e) POLONIUM
Polonium adalah unsur alam yang sangat jarang. Bijih uranium hanya
mengandung sekitar 100 mikrogram unsur polonium per tonnya. Ketersediaan
polonium hanya 0.2% dari radium.
Pada tahun 1934, para ahli menemukan bahwa ketika mereka menembak
bismut alam (209Bi) dengan neutron, diperoleh 210Bi yang merupakan induk
polonium. Sejumlah milligram polonium kini didapatkan dengan cara seperti ini,
dengan menggunakan tembakan neutron berintensitas tinggi dalam reaktor nuklir.

5. Kegunaan Unsur-Unsur Golongan VI A


a) OKSIGEN
 Oksigen digunakan sebagai udara pernafasan bagi manusia dan sebagian besar
makhluk hidup lainnya.
 Oksigen berperan dalam proses pembakaran.
 Campuran gas oksigen dan gas asetilin dapat menghasilkan suhu yang sangat
tinggi dan digunakan untuk mengelas logam.
 Digunakan dalam tungku pada proses pembuatan baja.
 Digunakan pada proses sintesis metanol dan amonia
 Oksigen cair digunakan sebagai bahan bakar untuk menjalankan rudal dan roket.
 Dalam industri, oksigen digunakan untuk membuat beberapa senyawa kimia dan
sebagai oksidator.
 Dalam bentuk allotrop O3 (ozon) yang bersifat oksidator kuat, digunakan sebagai
desinfektan dan sebagai bahan pemutih.
b) BELERANG
 Digunakan untuk membuat beberapa senyawa penting dalam industri, seperti asam
sulfat, asam sulfit, belerang dioksida, dan lain sebagainya.
 Asam Sulfat (H2SO4) digunakan untuk berbagai keperluan, seperti pembersih
logam, bahan baku industri dan sebagai cairan pengisi akumulator
 Digunakan dalam bidang kedokteran sebagai obat sulfa
 Digunakan dalam industri korek api, vulkanisasi karet, obat celup, dan bubuk
mesiu (bahan peledak)
 Dicampur dengan kapur digunakan sebagai fungsiida
 Senyawa garam natrium tiosulfat (Na2S2O3.5H2O) yang sering disebut hypo
digunakan dalam fotografi
 Digunakan untuk pembuatan kertas sulfit dan kertas lainnya
 Untuk mensterilkan alat pengasap
 Untuk memutihkan buah kering

c) SELENIUM
Selenium digunakan dalam xerografi untuk memperbanyak salinan dokumen,
surat dan lain-lain. Juga digunakan oleh industri kaca untuk mengawawarnakan kaca
dan untuk membuat kaca dan lapisan email gigi yang berwarna rubi. Juga digunakan
sebagai tinta fotografi dan sebagai bahan tambahan baja tahan karat.
d) TELLURIUM
 Telurium memperbaiki kemampuan tembaga dan baja tahan karat untuk
digunakan dalam permesinan.
 Penambahan telurium pada timbal dapat mengurangi reaksi korosi oleh asam sulfat
pada timbal, dan juga memperbaiki kekuatan dan kekerasannya.
 Telurium digunakan sebagai komponen utama dalam sumbat peleburan, dan
ditambahkan pada besi pelapis pada menara pendingin.
 Telurium juga digunakan dalam keramik.
 Bismut telurrida telah digunakan dalam peralatan termoelektrik.
 Digunakan dalam penelitian ilmiah semikonduktor.
 Dalam campurannya dengan bahan-bahan organik digunakan pada proses
vulkanisasi karet sintesis.
 Digunakan sebagai bahan insektisida, germisida, dan fungisida.
 Digunakan untuk memberi warna biru dalam proses pembuatan kaca.
e) POLONIUM
 Digunakan untuk menghasilkan radiasi sinar alfa (α)
 Digunakan dalam penelitian ilmiah tentang nuklir
 Digunakan pada peralatan mesin cetak dan fotografi
 Digunakan pada alat yang dapat mengionisasi udara untuk menghilangkan
akumulasi muatan-muatan listrik
 Digunakan sebagai sumber panas yang ringan sebagai sumber energi termoelektrik
ada satelit angkasa
 Polonium dapat dicampur atau dibentuk alloy dengan berilium untuk
menghasilkan sumber neutron
 Untuk menghilangkan muatan statis dalam pemintalan tekstil dan lain-lain

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian diatas kami dapat disimpulkan bahwa golongan VI A atau
kalkogen dalam tabel periodik unsur terdiri atas unsur Oksigen (O), belerang (S),
selenium (Se), telurium (Te) dan polonium (Po). Sifat fisika unsur-unsur golongan VI
A secara singkat dapat dijelaskan dengan tabel berikut ini :

Kecenderungan sifat fisika dan sifat kimia dari golongan VI A secara umum
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Titik didih dari atas kebawah semakin bertambah
2. Densitas atom dari atas ke bawah semakin bertambah
3. Energy ionisasi dari atas ke bawah semakin berkurang
4. Afinitas electron dari atas ke bawah semakin bertambah
5. Jari-jari atom dari atas ke bawah semakin bertambah
6. Keelektronegatifan atom dari atas ke bawah semakin berkurang
7. Dapat membentuk anion X2- dengan kecenderungan semakin kebawah semakin
sulit
8. Kecuali O, dapat membentuk ikatan tetravalent atau heksavalen
9. Dapat berikatan dengan F dengan membentuk XF6 dengan kecenderungan
semakin kebawah semakin sulit
10. Dapat membentuk asam lemah dengan berikatan dengan hydrogen dengan
kecenderungan semakin kebawah semakin kuat
11. Kecuali H2O senyawa H2X bersifat racun dan berbau tidak sedap
12. Kecuali Te20 senyawa H2X larut dalam air.
B. Saran
Saran yang dapat saya berikan bagi pembaca yang ingin membuat makalah
tentang ‘Kimia Unsur’ ini, untuk dapat lebih baik lagi dari makalah yang saya buat
ini ialah dengan mencari lebih banyak referensi dari berbagai sumber, baik dari buku
maupun dari internet, sehingga makalah anda akan dapat lebih baik dari makalah ini.
Apabila ada kesalahan dalam penyusunan makalah ini baik yang saya sengaja
maupun tidak, saya mohon kritik dan saran dari pembaca yang bersifat konstruktif
agar saya tidak melakukan kesalahan yang sama dalam penyusunan makalah
dikemudian hari. Mungkin hanya ini saran yang dapat saya sampaikan, semoga dapat
bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Daftar Pustaka

Aki, S.A.2012.Makalah Unsur Golongan VI A.(Online).https://id.scribd.com/doc/105


417256/Makalah-Unsur-Golongan-Vi-A. (Diakses pada tanggal 21 Maret
2019).
Anonim, A. 2009. Oksigen. (Online).http://wapedia.mobi/ms/Oksigen. (Diakses pada
tanggal 21 Maret 2019).
Anonim B, 2009,Oksigen. (Online).http://www.id.wikipedia.org/wiki/Oksigen/.
(Diakses pada tanggal 21 Maret 2019).
Baru, A.2011. Konsep Unsur Golongan VI A. (Online).https://id.scribd.com/doc/554
21962/Konsep-Unsur-Golongan-Vi-A. (Diakses pada tanggal 21 Maret 2019).
Clark, J. 2008. Belerang,. (Online).http://www.chem-is-try.org/author /Jim-Clark
/Redaksi-chem-is-try.org/. (Diakses pada tanggal 21 Maret 2019).
Dhiya.2012.Unsur Golongan VI A.(Online).https://id.scribd.com/doc/957
42421/Unsur-Golongan-VI-A. (Diakses pada tanggal 21 Maret 2019).
Fasihah, N. S. Pengenalan Unsur-Unsur Golongan VI A. (Online).http://novita
fasihah10.blogspot.com/2015/04/pengenalan-unsur-unsur-golongan-via.html?
m=1. (Diakses pada tanggal 21 Maret 2019).
Partana, F.C. 2003.Kimia Dasar 2. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.
Petrucci, H.R. 1985. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga
Setiono, D. 1985. Vogel. Jakarta: PT Kalman Media Pusaka.
Sugiyarto, H. K. 2004. Kimia anorganik 1. Jakarta : IMSTEP
Vogel. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro
(Bagian II). Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai