Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KIMIA ORGANIK II

PERCOBAAN II KRISTALISASI DAN


SUBLIMASI
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah PRATIKUM KIMIA ORGANIK II

Tim Dosen:
Hesty Nuur Hanifah, S.Si., M.I.L.

Disusun oleh:
Hilmi Ramadhan D1A210069
Lutfia Vera Dita D1A220038
Rachel Suhartati Budiono D1A220007
Rini Mutiarawati D1A220109

UNIVERSITAS ALGHIFARI
JURUSAN FARMASI
TAHUN AJARAN 2022/2023
DAFTAR ISI

Bab I
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Praktikum
1.3 Prinsip Praktikum
Bab II
2.1 Kritalisasi
2.1.1 Faktor yang Mempengaruhi Kristalisasi
2.1.2 Metode rekristalisasi
2.2 Sublimasi
Bab III
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
3.1.2 Bahan
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Percobaan Rekristalisasi Asam Benzoat
3.2.2 Percobaan Sublimasi
Bab IV
4.1 Data Pengamatan
4.1.1 Kristalisasi
4.1.2 Sublimasi
4.2 Pembahasan
4.2.1 Kristalisasi Asam Benzoat
4.2.2 Sublimasi
4.3 Pertanyaan
Bab V
Kesimpulan
Lampiran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Zat kimia atau bahan kimia, yang juga dikenal sebagai zat murni adalah
suatu bentuk materi yang memiliki komposisi kimia dan sifat karakteristik
konstan. Ia tidak dapat dipisahkan menjadi komponen dengan metode
pemisahan fisika, yaitu tanpa memutus ikatan kimia. Zat kimia bisa berupa
unsur kimia, senyawa kimia, ion atau paduan.
Zat kimia sering disebut 'murni' untuk membedakannya dari campuran.
Contoh umum zat kimia adalah air murni, ia memiliki sifat yang sama dan
rasio hidrogen terhadap oksigen yang sama, baik diisolasi dari sungai maupun
dibuat di laboratorium. Zat kimia lain yang biasa ditemui dalam bentuk murni
adalah intan (karbon), emas, garam meja (natrium klorida) dan gula pasir
(sukrosa). Namun, pada
praktiknya, tidak ada zat yang sepenuhnya murni, dan kemurnian kimia
ditentukan sesuai dengan penggunaan zat kimia yang dimaksud.
Dalam praktikum kimia ketepatan hasil analisis kimia sangat bergantung
pada ketersediaan dan zat yang akan digunakan. Cara memurnikan zat kimia
tersebut bisa digunakan berbagai cara, jika zat tersebut merupkan zat cair dapat
dilakukan dengan metode destilasi, adapun jika zat tersebut merupakan
padatan, maka tekhnik pemisahan yang dilakukan adalahd engan metode
kristalisasi, namun jika zat padat tersebut mudah menguap, maka
pemurniannya dilakukan dengan metode sublimasi
Kristalisasi merupakan salah satu proses yang ideal untuk proses
pemurnian zat kimia dari pengotornya. Begitu pula proses sublimasi pada
dasarnya diterapkan untuk memisahkan suatu zat dari pengotornya (impuritis)
sehingga diperoleh zat yang lebih murni, kotoran biasanya akan tertinggal
dalam wadah akibat ketidakmampuannya dalam menyublim. Seblimasi juga
diartikan sebagai proses perubahan zat dari fase padat menjadi uap, kemudian
uap tersebut dikondensasi langsung menjadi padat tanpa melalui fase cair.
(Heru, 2013).
Oleh karena itu dengan adanya praktikum ini diharapkan dapat
mengetahui proses terjadinya kristalisasi dan sublimasi, mengetahui pengaruh
suhu terhadap proses kristalisasi, dan mengetahui proses sublimasi.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Melakukan proses kristalisasi
2. Melakukan proses sublimasi
3. Memahami dan menjelaskan proses kristalisasi dan sublimasi.

1.3 Prinsip Praktikum


Memisahkan dan memurnikan campuran dengan kristalisasi dan sublimasi.
BAB II
TEORI DASAR

2.1 Kritalisasi
Kristalisasi merupakan teknik pemisahan kimia antara bahan padat-cair, di
mana terjadi perpindahan massa (mass transfer) dari suatu zat terlarut (solute) dari
cairan larutan ke fase kristal padat pemisahan secara kristalisasi dilakukan untuk
memisahkan zat padat dari larutannya dengan jalan menguapkan pelarutnya. Zat
padat tersebut dalam keadaan lewat jenuh akan bentuk Kristal. Kristal Kristal
dapat terbentuk bila uap dari partikel yang sedang mengalami sublimasi menjadi
dingin. Selama proses kristalisasi, hanya partikel murni yang akan mengkristal.
Pemisahan dengan teknik kristalisasi ini, didasari atas pelepasan pelarut dari zat
terlarutnya dalam sebuah campuran homogen atau larutan, sehingga terbentuk
kristal dari zat terlarutnya. Proses ini adalah salah satu teknik pemisahan padat-
cair yang sangat penting dalam industri, karena dapat menghasilkan kemurnian
produk hingga 100%.
Untuk membentuk kristal, fase cairan harus melewati kondisi lewat dingin(untuk
lelehan). Kondisi tersebut dapat tercapai melalui pendinginan di bawah titik leleh
suatu komponen (misalnya air) atau melalui penambahan sehingga dicapai
kondisi lewat jenuh (misalnya garam dan gula) pada kondisi tidak seimbang ini,
molekul - molekul pada cairan yang mengatur diri dan membentuk struktur
matriks kristal. Kondisi lewat jenuh atau lewat dingin pada produk pangan diatur
melalui proses formulasi atau kondisi lapangan (Estiasih, 2009).

2.1.1 Faktor yang Mempengaruhi Kristalisasi


Faktor - faktor yang mempengaruhi kristalisasi pelarut suhu rendah
adalah perbandingan pelarut terhadap bahan yang akan dikristalkan, dan
lama kristalisasi. Kristalisasi pelarut suhu rendah juga dipengaruhi oleh
suhu kristalisasi. Untuk mendapatkan kondisi optimum kristalisasi dan
mempertimbangkan interaksi antarfaktor yang dikaji, pendekatan
metodologi permukaan respon (Response Surface Methodology)
merupakan pendekatan yang paling tepat, efisien dan ekonomis(Ahmadi
dan Estiasih, 2011).

2.1.2 Metode rekristalisasi


Metode rekristalisasi melibatkan 5 tahap yaitu:
1. Pemilihan pelarut
Pelarutan yang terbaik adalah pelarut di mana senyawa yang dimurnikan
hanya larut sedikit pada suhu kamar tetapi sangat larut pada suhu yang
tinggi misalnya pada titik didih pelarut itu. Pelarut itu harus melarutkan
secara mudah pengotor-pengotor dan harus mudah menguap, sehingga dapat
di pisahkan secara mudah dari materi yang dimurnikan. Titik didih pelarut
harus lebih rendah dari titik leleh padatan untuk mencegah pembentukan
minyak. Pelarut tidak boleh bereaksi dengan zat yang akan dimurnikan dan
harus mudah harganya.
2. Kelarutan senyawa padatan dalam pelarut panas
Padatan yang akan dimurnikan dilarutkan dalam sejumlah minimum pelarut
panas dalam labu erlenmeyer. Pada titik didihnya, sedikit pelarut
ditambahkan sampai terlihat bahwa tidak ada tambahan materi yang larut
lagi. Hindari penambahan yang berlebihan
3. Penyaringan larutan
Larutan jenuh yang masih panas kemudian disaring melalui kertas saring
yang ditempatkan dalam suatu corong saring
4. Kristalisasi
Filtrat panas kemudian dibiarkan dingin dalam gelas kimia. Zat padat murni
memisahkan sebagian kristal. Kristalisasi sempurna jika kristal yang
terbentuk banyak. Jika kristalisasi tidak terbentuk selama pendinginan filtrat
dalam waktu cukup lama maka larutan harus dibuat lebih jenuh
5. Pemisahan dan pengeringan kristal
Kristal dipisahkan dari larutan induk dengan penyaringan. Penyaringan
umumnya dilakukan di bawah tekanan menggunakan corong buchner. Bila
larutan induk sudah kelar, kristal dicuci dengan pelarut dingin murni untuk
menghilangkan kotoran yang menempel. Kristal kemudian dikeringkan
dengan menekan kertas saring di dalam oven, desikator vakum atau pist on
pengeringan.
2.2 Sublimasi
Sublimasi merupakan proses pemurnian suatu zat dengan jalan
memanaskan campuran, sehingga dihasilkan sublimat (sublimat merupakan
kumpulan materi pada tempat tertentu yang terbentuk pada pemanasan zat
yang dapat berubah langsung dari fase padat ke fase gas dan kembali ke fase
padat). Pemanasan yang dilakukan terhadap senyawa organik akan
menyebabkan terjadinya perubahan fase, salah satunya antara lain apabila zat
pada temperatur kamar berada dalam keadaan padat, pada temperatur tertentu
akan langsung berubah menjadi fase gas tanpa melalui fase cair terlebih
dahulu (Syafurjaya, 2011) Sublimasi merupakan cara yang digunakan untuk
pemurnian senyawa-senyawa organik yang berbentuk padatan.

Prinsip kerja sublimasi yaitu perbedaan tekanan uap digunakan untuk


memisahkan /memurnikan senyawa padat yang dapat menyublim pada tekanan
kamar, mudah sekali dilakukan proses sublimasi pada tekanan kamar, tanpa
menurunkan tekanannya, hanya cukup langsung dipanaskan saja, maka
senyawa tersebut akan langsung menyublim(Underwood,1981).
Pada proses sublimasi, senyawa padat bila dipanaskan akan
menyublim, langsung terjadi perubahan dari padat menjadi uap tanpa melalui
fase cair dahulu. Kemudian uap senyawa tersebut, bila didinginkan akan
langsung berubah menjadi fase padat kembali. Senyawa padat yang dihasilkan
akan lebih murni dari pada senyawa padat semula, karena pada waktu
dipanaskan hanya senyawa tersebut yang menyublim, sedangkan pengotornya
tetap tertinggal dalam cawan / gelas piala. (Siregar, 2006).
Beberapa senyawa kimia dapat menyublim pada temperatur dan
tekanan kamar, namun banyak yang baru dapat menyublim apabila tekanan
diturunkan. Untuk mendapatkan bahan murni, fase uap bahan tersublim
didinginkan secara perlahan- lahan sehingga berbentuk Kristal.

2.2.1 Syarat Pemisahaan Campuran dengan Sublimasi


1. Zat padat yang memiliki suhu dan tekanan dibawah Tº dan Pº. Tº
dan Pº adalah suhudan tekanan dimana zat berada dalam keadaan
seimbang, antara fase padat, cair dangas (titik triple)
3 Partikel yang bercampur harus memiliki perbedaan titik didih yang
besar, sehinggakita dapat menghasilkan uap dengan tingkat
kemurnian yang tinggi.
4 Sampel untuk sublimasi adalah dengan sifat kimia mudah menguap
agar mudah proses sublimasinya dan sampel tidak mengalami
proses pendahuluan terlebih dahulu.

2.2.2 Bahan-bahan yang dapat disublimasi

 Terbatas pada pemisahan senyawa-senyawa kristal menguap dari


senyawa- senyawa yang sukar menguap atau dari senyawa-
senyawa yang menguap tapi tidak mengembun pada kondisi yang
digunakan
 Senyawa- senyawa seperti :
 Naftalena, asam benzoate, asam salisilat, fosfor, sakarin, kafein,
kinin, CO2 padat(dry ice), kamper (Naftalein), dan klorofom.
 Senyawa- senyawa organik :I2, NH4C1, S, AS, AS2O3, klorida
dari logam - logam Hg, Ag, Al dan sebagainya
2.2.3 Proses Sublimasi
Proses sublimasi diklasifikasikan menjadi 2, yaitu sublimasi buatan dan
secara alami, antara lain:
1. Proses Sublimasi Buatan
Merupakan proses sublimasi yang dilakukan secara
sengaja/paksa, proses ini dapat terjadi pada skala industri dan skala
laboratorium. Contoh: sublimasi kristal iodin prinsipnya iodin
diubah menjadi gas dengan cara memanaskan campuran bersama
kotoran. Setelah iodin berubah menjadi gas, gas akan terperangkap
di dalam beakerglas yang atasnya telah ditutup dengan labu didih
sehingga gas iodin tidak keluar. Untuk mengubah wujud iodin yang
berupa gas menjadi padat kembali secara cepat, diperlukan proses
pendinginan (kondensasi). Pendinginan pada percobaan tersebut
dilakukan dengan meletakkan beberapa potong es batu / air dingin
di dalam labu didih.

2. Proses sublimasi secara alami


Merupakan proses sublimasi yang terjadi natural (alami)
akibat dari proses alam itu sendiri. Misalnya sublimasi belerang
yang terjadi pada kawah- kawah gunung berapi. Contohnya yakni
pada kawah Gunung Ijen (ketinggian 2.386 m), Kecamatan Licin,
Sempol, Kabupaten Banyuwangi, Bondowoso, Jawa Timur. Kawah
ini selalu melepaskan gas vulkanik dengan konsentrasi sulfur yang
tinggi dan bau gas yang kadang menyengat. Belerang tersebut
dihasilkan dari hasil sublimasi gas-gas belerang yang terdapat
dalam asap solfatara (asap yang berasal dari kawah) yang bersuhu
sekitar 200˚C. Ketika asap tersebut menuju atmosfer maka udara
dingin di pegunungan akan mengkondensasi secara alami gas yang
mengandung belerang.
Iodin adalah suatu zat padat seperti logam, berwarna hitam
mengkilat (berkilau). Iodin merupakan unsur golongan 17 yang
apabila dipanaskan akan menyublim menjadi uap yang berwarna
ungu (pada suhu kamar iodin menguap secara perlahan)
(Nitiatmodjo, 2003).Iodin yang telah bercampur dengan zat
pengotor dapat dipisahkan dengan cara proses pemisahan
campuran. Pemisahan suatu campuran berdasarkan pada perbedaan
sifat fisika komponen penyusunnya dan dapat dilakukan dengan
berbagai metode salah satunya adalah metode sublimasi.
BAB III
PROSEDUR KERJA

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
1. Gelas kimia 250 ml
3. Gelas ukur 100 ml
4. Spatula
5. Kertas timbang
6. Corong Buchner
7. Neraca analitik
8. Hot plate
9. Pengaduk
10. Kertas saring
11. Cawan
3.1.2 Bahan
1. Asam Benzoat 5 gr
2. Kapur barus 3 gr
3. Aquades

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Percobaan Rekristalisasi Asam Benzoat
1. Sebanyak 5 gram asam benzoat kasar dimasukkan ke dalam gelas
piala (50 mL)
2. Tambahkan air panas sedikit demi sedikit sehingga semua
benzoat larut (tepat larut).
3. Saring larutan asam benzoat dengan corong saring dalam keadaan panas.
4. Biarkan filtrat pada temperatur kamar
5. Saring kristal yang terbentuk dengan menggunakan corong Buchner.
6. Timbang kristal yang diperoleh
7. Tentukan titik leleh dan bandingkan dengan data dari hand book.
3.2.2 Percobaan Sublimasi
1. Kristal yang akan dimurnikan disimpan pada cawan penguap porselen
2. Siapkan corong, di mana bagian ujungnya disumbat dengan glass wool.
3. Cawan porselen ditutup dengan kertas saring, letakkan corong
dengan posisi terbalik.
4. Panaskan kristal di atas penangas pasir, sublimat akan menempel di
pinggir- pinggir corong.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan

4.1.1 Kristalisasi
Dari praktikum didapatkan hasil pengamatan sebagai berikut :

No. Perlakuan Pengamatan

Membutuhkan waktu yang lama dan air


mendidih untuk melarutkan asam benzoate,
1. Penimbangan 5 Gram Asam kemudian membentuk gumpalan serbuk kecil
Benzoat ditambahkan air di dalam larutan yang lama-kelamaan
panas akan tercampur larut.
Pada saat penyaringan terdapat gumpalan
putih (residu) sedangkan hasil saringan
2. Menyaring larutan dengan (filtrate) yang diperoleh berupa larutan
kertas saring dan corong kaca. bening dan terdapat serbuk kristal kecil.
Lama-kelamaan pada saat suhu mulai
menurun filtrate terdapat Kristal-kristal
3. Mendiamkan filtrate pada bening. Semakin rendah suhu makan akan
temperatur kamar. semakin banyak Kristal yang terbentuk.
Menyaring Kristal yang
Kristal yang terbentuk berupa padatan putih
4. terdapat di dalam filtrate
bening.
dengan corong buchner

Menimbang Kristal yang 1. Kertas saring awal (kosong): 0.78 gram


5.
didapatkan 2. Kertas saring akhir (berisi zat): 1.63 gram
Kristal Asam Benzoat Murni:
Kertas saring akhir-Kertas Saring awal=
1.63 gram – 0.78 gram = 0.85 gram
Kristal murni Asam Benzoat = 0.85 gram
0.85 gram
Rendemen= x 100 %=17 %
5 gram

4.1.2 Sublimasi
Dari praktikum didapatkan hasil pengamatan sebagai berikut:

No. Perlakuan Pengamatan

Kapur barus ditimbang sebanyak 3 gram,


Menimbang kapur
dihaluskan menggunakan mortar dan
barus sebanyak 3 gram,
1. stamper, terbentuk sebuk putih bersih.
Menyiapkan corong dan
Corong dan cawan dibersihkan dari pengotor
kertas saring
dan ditimbang.

Kapur barus disimpan di Memasukan kapur barus yang sudah dibuat


2.
cawan penguap halus dalam cawan penguap.

Menutup cawan yang berisi kapur barus


Kapur barus dipanaskan di dengan kertas saring yang di atasnya sudah
3. atas penangas dengan metode disimpan corong secara terbalik dan ditutup
steam dengan kapas, disebut juga proses
penyubliman.

Pada saat penyubliman/pemanasan terjadi,


pada bagian corong pinggirnya terdapat
4. Pemanasan selama 1 jam
Kristal-kristal kecil yang menempel disebut
juga sublimat.
Corong Awal = 45.82 gram
Corong Akhir + sediaan = 46.82 gram
Hasil sublimat = (46.82-45.82) gram
5. Menimbang Hasil
= 1 gram
1 gram
Rendemen= x 100 %=20 %
5 gram

4.2 Pembahasan
4.2.1 Kristalisasi Asam Benzoat
Setelah melakukan percobaan sublimasi dan kristalisasi ini maka dapat
dianalisa bahwa pada proses kristalisasi asam benzoat dengan
menggunakan pelarut berupa air. Proses kristalisasi ini dilakukan agar
diperoleh padatan asam benzoat yang murni. Pada prosesnya larutan
asam benzoat dibuat lewat jenuh agar kristal dapat terbentuk. Yang
dimaksud dengan larutan kelewat jenuh adalah kondisi di mana pelarut
(solvent) mengandung zat terlarut (solute) melebihi kemampuan
pelarut tersebut untuk melarutkan solute pada suhu tetap. Selain itu
juga syarat terbentuknya kristal pada suatu larutan adalah larutan
tersebut dikondisikan pada suhu rendah atau dalam keadaan dingin.
Pada percobaan ini kristal dapat terbentuk pada suhu kama. Kristal
yang terbentuk dalam percobaan ini berwarna agak putih mengkilat.
Dari 5 gram bahan yang digunakan, Kristal yang diperoleh yaitu 0.85
gram. Kristal yang diperoleh sedikit, hal ini disebabkan karena ketika
pemisahan awal masih banyak padatan yang tidak larut sehingga harus
di sisihkan dari larutan yang akan dikristalkan. Berdasarkan literature
yang didapat Asam Benzoat
Nama IUPAC : Asam benzoate
Nama lain : Asam benzenakarboksilat, Karboksibenzena, E210,
Asam drasiklik
Rumus Molekul : C6H5COOH Massa Molar: 122,12 g/mol
Penampilan : Padatan kristal tak berwarna
Titik Leleh : 122,4 °C (395 K)
Titik Didih : 249 °C (522 K)
Keasaman : (pK a) 4,21
Kelarutan dalam air : Terlarutkan (air panas) 3,4 g/l (25 °C)

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi rekristalisasi antara lain,


temperature, semakin tinggi temperature semakin tinggi pula kristal
yang terbentuk. Ukuran kristal, umumunya kristal berukuran kecil lebih
cepat pertumbuhannya daripada kristal dengan ukuran besar. Karena
pertumbuhan partikel sangat dipengaruhi oleh difusi maka
pertumbuhan partikel yang semakin besar mengakibatkan kecepatan
pertumbuhannya melambat. Supersaturasi, suatu keadaan di mana
larutan mengandung
konsentrasi padatan zat terlarut lebih tinggi dari pada konsentrasi
kesetimbangan (jenuh). Kristalisasi hanya dapat terjadi jika kondisi
super saturasi dapat tercapai. Banyaknya pengotor, semakin tinggi
kadar dari pengotor mengakibatkan kristal yang didapat tidak murni
(Ferry C NH, Dkk.2019)

4.2.2 Sublimasi
Sublimasi adalah perubahan wujud zat dari padat ke gas atau dari gas
ke padat. Bila pertikel penyusun suatu zat padat diberikan kenaikan
suhu, maka partikel tersebut akan menyublim menjadi gas. Sebaliknya,
bila suhu gas tersebut diturunkan, maka gas akan segera berubah
wujudnya menjadi padat. Sublimasi terjadi jika pada sistem tersebut
tekanan diturunkan sampai mencapai dibawah triple point, maka zat
dari keadaan uap dapat langsung terkondensasi menjadi padatan atau
sebaliknya.
Pada percobaan sublimasi ini digunakan sampel kapur barus. Pada saat
proses sublimasi, kapur barus yang disimpan diatas cawan penguap
kemudian ditutup dengan mulut corong yang dilapisi kertas saring
dengan di ujung corong digunakan kapas untuk membantu
penyumbatan. Hal ini bertujuan agar gas kapur barus dan Kristal yang
terbentuk tidak keluar ke lingkungan bebas . Kapur barus adalah
padatan lilin putih atau transparent dengan bau yang kuat aromatic,
dengan bahan kimia itu di klasifikasikan sebagai terpeniod.
Nama IUPAC : 1,7,7-Trimethylbicyclo[2.2.1]heptan-2-one
Rumus : C10H16O
Massa molar : 152,23 g/mol
Titik lebur : 175°C
Titik didih : 209°C
Kepadatan : 990 kg/m³

Bila partikel suatu zat diberikan kenaikan suhu maka partikel tersebut
akan menyublim menjadi gas, sebaliknya jika suhu gas tersebut
diturunkan maka gas akan segera berubah wujudnya menjadi panas.
Gas yang dihasilkan ditampung kembali lalu didinginkan kembali.
Syarat pemisahan campuran pada sublimasi adalah partikel yang
bercampur harus memiliki perbedaan titik didih yang besar sehingga
kita dapat menghasilkan uap dengan tingkat kemurnian yang tinggi
begitu pun syarat sampel untuk sublimasi adalah dengan sifat kimia
mudah menguap agar mudah proses sublimasinya.
Pada prinsipnya kristalisasi terbentuk melalui dua tahap yaitu, nukleasi
atau pembentukan inti Kristal dan pertumbuhan Kristal. Faktor
pendorong untuk laju nukleasi dan laju pertumbuhan Kristal ialah
supersaturasi. Baik nukleasi maupun pertumbuhan tidak dapat
berlangsung di dalam larutan jenuh atau tak jenuh. Inti Kristal dapat
terbentuk dari berbagai jenis partikel, molekul, atom atau ion. Karena
adanya gerakan dari partikel-partikel tersebut, beberapa partikel
mungkin membentuk suatu gerombol atau klaster, klaster yang cukup
banyak membentuk embrio pada kondisi lewat jenuh yang tinggi
embrio tersebut membentuk inti Kristal.
Kristal yang akan dimurnikan disimpan pada cawan petri, penggunaan
cawan petri karena cawan petri terhadap pemanasan dengan suhu tinggi
sehingga dapat dipakai pada proses sublimasi. Pada umumnya
perubahan tingkat wujud berlangsung menurut pola padat – cair – gas –
atau kebalikannya. Ada beberapa zat yang dapat berubah langsung dari
keadaan uap ke keadaan padat yang disebut menyublim. Sifat demikian
dimiliki oleh unsur yodium, kamfer, naftalen, belerang. Zat padat pada
umumnya mempunyai bentuk kristal tertentu: Kubus, heksagonal,
rombik, monoklin dan sebagainya.

4.3 Pertanyaan
1. Jelaskan perbedaan prinsip kristalisasi dan sublimasi! Kristalisasi …
Pemisahan dengan teknik kristalisasi didasari atas pelepasan pelarut
dari zat terlarutnya dalam sebuah campuran homogen atau larutan,
sehingga terbentuk kristal dari zat terlarutnya. Kristal dapat terbentuk
karena suatu larutan dalam keadaan atau kondisi lewat jenuh
(supersaturated)yaitu kondisi di mana pelarut sudah tidak mampu
melarutkan zat terlarutnya, atau jumlah zat terlarut sudah melebihi
kapasitas pelarut. Proses pengurangan pelarut dapat dilakukan dengan
empat cara yaitu, penguapan, pendinginan, penambahan senyawa lain
dan reaksi kimia.
Sublimasi
Prinsip kerja sublimasi yaitu perbedaan tekanan uap digunakan untuk
memisahkan atau memurnikan senyawa padat yang dapat menyublim
pada tekanan kamar, mudah sekali dilakukan proses sublimasi pada
tekanan kamar, tanpa menurunkan tekanannya, hanya cukup langsung
dipanaskan saja, maka senyawa tersebut akan langsung
menyublim(Underwood,1981).
2. Jelaskan tahapan pada proses kristalisasi!
a. Pemilihan pelarut
Pelarutan yang terbaik adalah pelarut di mana senyawa yang
dimurnikan hanya larut sedikit pada suhu kamar tetapi sangat larut
pada suhu yang tinggi misalnya pada titik didih pelarut itu. Pelarut
itu harus melarutkan secara mudah pengotor-pengotor dan harus
mudah menguap, sehingga dapat di pisahkan secara mudah dari
materi yang dimurnikan. Titik didih pelarut harus lebih rendah dari
titik leleh padatan untuk mencegah pembentukan minyak. Pelarut
tidak boleh bereaksi dengan zat yang akan dimurnikan dan harus
dan harus murah harganya.

b. Kelarutan senyawa padatan dalam pelarut panas. Padatan yang


akan dimurnikan dilarutkan dalam sejumlah minimum pelarut
panas dalam labu erlenmeyer. Pada titik didihnya, sedikit pelarut
ditambahkan sampai terlihat bahwa tidak ada tambahan materi yang
larut lagi. Hindari penambahan yang berlebihan.

c. Penyaringan larutan
Larutan jenuh yang masih panas kemudian disaring melalui kertas
saring yang ditempatkan dalam suatu corong saring

d. Kristalisasi
Filtrat panas kemudian dibiarkan dingin dalam gelas kimia. Zat
padat murni memisahkan sebagian kristal. Kristalisasi sempurna
jika kristal yang terbentuk banyak. Jika kristalisasi tidak terbentuk
selama pendinginan filtrat dalam waktu cukup lama maka larutan
harus dibuat lebih jenuh
e. Pemisahan dan pengeringan kristal
Kristal dipisahkan dari larutan induk dengan penyaringan.
Penyaringan umumnya dilakukan di bawah tekanan menggunakan
corong buchner. Bila larutan induk sudah kelar, kristal dicuci
dengan pelarut dingin murni untuk menghilangkan kotoran yang
menempel. Kristal kemudian dikeringkan dengan menekan kertas
saring di dalam oven, desikator vakum atau pist on pengeringan

3. Bagaimana warna dan bentuk kristal yang didapatkan dari hasil


rekristalisasi dan sublimasi?
Hasil yang didapat dari proses kristalisasi yaitu Kristal yang berwarna
putih bening dan berbentuk jarum. Sedangkan hasil yang didapat dari
proses sublimasi berwarna putih dan berbentuk kristal.
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan dari percobaan yang telah dilakukan, maka dalam pratikum


kristalisasi dan sublimasi dapat disimpulkan bahwa:
1. Rekristalisasi adalah salah satu cara pemurnian zat padat dari campuran
padatannya, di mana zat-zat tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut
kemudian dikristalkan kembali.
2. Pelarut yang tepat dalam rekristalisasi adalah mempunyai daya pelarut
yang tinggi pada suhu tinggi dan daya pelarut semakin turun seiring dengan
menurunnya suhu, dapat melarutkan pengotor dengan mudah walaupun
jumlahnya sedikit dan dapat mengkristalkan zat yang dimurnikan.
3. Sublimasi adalah perubahan wujud dari padat ke gas tanpa mencair terlebih
dahulu. Pada tekanan normal, kebanyakan benda dan zat memiliki tiga
bentuk yang berbeda pada suhu yang berbeda.
4. Dari percobaan kristalisasi didapatkan berat murni Kristal asam benzoat
sebesar 0.85 gram.
5. Dari percobaan sublimasi didapatkan berat kristal murni kapur barus
sebesar 1 gram.
LAMPIRAN

ASAM BENZOAT ASAM BENZOAT DENGAN AIR PANAS

PROSES PENYARINGAN ASAM BENZOAT VACCUM FILTER

PENYARINGAN HASIL PENYARINGAN


ASAM BENZOAT ASAM BENZOAT

CAMPHORA

KRISTAL CAMPHORA YANG MENEMPEL PADA DINDING CORONG


Daftar Pustaka

Alisha. (2015, Agustus 8). Kristalisasi. Dipetik Desember 24, 2021, dari
www.scribd.com: https://www.scribd.com/document/273882993/Kristalisasi

Dosen Pendidikan. (2021, November 03). Sublimasi Adalah. Dipetik Desember 24,
2021, dari www.dosenpendidikan.co.id:
https://www.dosenpendidikan.co.id/sublimasi-adalah/

Wikipedia. (2021, Juli 7). Zat Kimia. Dipetik Desember 24, 2021, dari
https://id.wikipedia.org/: https://id.wikipedia.org/wiki/Zat_kimia

Zuhriasa, Z. (2019, Oktober 22). Lapres Kristalisasi. Retrieved Desember 24, 2021,
from www.scribd.com:
https://www.scribd.com/document/431450753/Laporan-Kristalisasi- docx
Day R.A., Underwood, A.L, 1981. Analisa Kimia Kuantitatif . Jakarta:
Erlangga Nitiatmojo, M. 2003. Kimia Organik I. Malang:
Universitas Negeri Malang

Anda mungkin juga menyukai