Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

PERCOBAAN 2

PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT PADAT

REKRISTALISASI DAN TITIK LELEH

Disusun oleh:

Nama : Inayah Fitri Wulandari

NPM : 10060318119

Tanggal Praktikum : Rabu, 22 Juli 2020

Tanggal Laporan : Rabu, 29 Juli 2020

Nama Asisten : Siti Hardianti, S.Farm.

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT A

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

BANDUNG

TAHUN 2020 M / 1441 H


PERCOBAAN II

I. Tujuan Percobaan
1.1 Untuk melakukan kalibrasi termometer dengan cara panas menggunakan air
mendidih
1.2 Untuk melakukan pemurnian asam benzoat dengan cara rekristalisasi
1.3 Untuk melakukan pemurnian kamfer dengan cara sublimasi

II. Prinsip Percobaan


2.1 Mengkalibrasi titik 100 termometer untuk mengetahui kelayakan
termometer yang digunakan
2.2 Berdasarkan atas pelepasan pelarut dari zat terlarutnya dalam sebuah
campuran homogen atau larutan, sehingga terbentuk kristal dari zat
terlarutnya.
2.3 Pemurnian zat padat dengan cara pemanasan dengan adanya tekanan uap.

III. Teori Dasar


3.1 Kalibrasi
Dewan Standarisasi Nasional (DSN, 1990) mendefinisikan bahwa
kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional
penunjukan instrument ukur dan bahan ukur dengan cara
membandingkannya terhadap standart ukurannya yang ditelusuri ke standart
Nasional atau Internasional. Definisi lain kalibrasi adalah kegiatan
penerapan untuk menentukan kebenaran nilai penunjukan alat ukur dan data
bahan ukur (Depkes, 1998).

3.2 Termometer
Termometer adalah alat yang dirancang untuk mengukur suhu suatu zat.
Ada beberapa jenis thermometer, yang prinsip kerjanya bergantung pada
beberapa sifat materi yang berubah terhadap suhu. Sebagian besar
thermometer umumnya bergantung pada pemuaian materi terhadap naiknya
suhu (Wijaya, 2018).
Jenis-jenis thermometer menurut Wijaya (2018);
a. Termomer Laboratorium
Termometer ini menggunakan air raksa atau alkohol. Jika cairan
bertambah panas maka raksa atau alkohol akan memuai sehingga
skalanya bertambah.
b. Termometer Klinis
Termometer ini khusus digunakan untuk mendiagnosa penyakit dan
biasanya diisi dengan raksa atau alkohol. Skala pada termometer ini
antara 35 ℃ sampai 42 ℃.
c. Termometer Ruangan
Termometer ini berfungsi untuk mengukur suhu pada sebuah ruangan.
Pada dasarnya thermometer ini sama dengan thermometer yang lain
hanya saja skalanya yang berbeda. Skala thermometer ini antara -50 ℃
sampai 50℃.
d. Termometer Digital
Pada termometer digital menggunakan logam sebagai sensor suhunya
yang kemudian memuai dan pemuaiannya ini diterjemahkan oleh
rangkaian elektronik dan ditampilkan dalam bentuk angka yang bisa
langsung dibaca.
e. Termokopel
Termokopel merupakan termometer yang menggunakan bahan
bimetal sebagai alat pokoknya. Ketika terkena panas maka bimetal akan
bengkok kea rah yang koefisiennya lebih kecil. Pemuaian ini kemudian
dihubungkan dengan jarum dan menunjukkan angka tertentu. Angka
yang ditunjukkan jarum ini menunjukkan suhu benda.

3.3 Rekristalisasi
Rekristalisasi merupakan teknik pemurnian suatu zat padat dari
campuran atau pengotornya yang dilakukan dengan cara mengkristalkan
kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut (solven) yang cocok
atau sesuai.  Suatu pelarut dapat dikatakan cocok atau pelarut yang
baik dalam proses kristalisasi yaitu pelarut yang dapat memberikan
perbedaan daya larut yang cukup besar antara zat yang dimurnikan dengan
zat pengotor dan mudah dipisahkan dari kristalnya. Prinsip dasar
rekristalisasi yaitu perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan
dengan kelarutan zat pencampur atau pengotornya. Larutan yang terbentuk
dipisahkan satu sama lain, kemudian larutan zat yang diinginkan
dikristalkan dengan cara menjenuhkannya (mencapai kondidi supersaturasi
atau larutan lewat jenuh) (Agustina, 2018). 
Kristal dapat dipisahkan dari larutannya yang telah jenuh dengan
penyaringan. Penyaringan umumnya dilakukan dibawah tekanan
menggunakan corong Buchner. Pemisahan zat murni dengan pengotornya
dapat dibantu dengan proses menambahkan norit ke dalam larutan agar
terjadi proses adsorpsi. Adsorpsi adalah proses penggumpalan zat terlarut
dalam larutan, oleh permukaan bahan penyerap. Zat yang terlibat dalam
proses adsorpsi diantaranya disebut adsorbat yaitu zat yang terserap pada
permukaan zat lain yang dan adsorben yaitu zat yang permukaannya dapat
menyerap zat lain. Dengan demikian, zat pengotornya dapat teradsorpsi dan
zat murni tetap dalam larutan (Brady, 1998)

Menurut Horizon (2003), secara umum tahap-tahap rekristalisasi adalah :


1. Pemilihan pelarut
Pelarut yang terbaik adalah pelarut dimana senyawa yang
dimurnikan hanya larut sedikit pada suhu kamar tetapi sangat larut pada
suhu yang lebih tinggi, misal pada titik didih pelarut itu. Pelarut harus
melarutkan secara mudah zat-zat pengotor dan mudah menguap,
sehingga dapat dipisahkan secara mudah dari materi yang dimurnikan.
Titik didih pelarut harus lebih rendah dari titik leleh padatan untuk
mencegah pembentukan minyak.      
2.   Kelarutan senyawa padat dalam pelarut panas
Padatan yang akan dimurnikan dilarutkan dalam sejumlah
minimum pelarut panas. Pada titik didihnya, sedikit pelarut
ditambahkan sampai terlihat bahwa tidak ada tambahan materi yang
terlarut kagi. Hindari penambahan berlebih.
3.   Penyaringan larutan
Larutan jenuh yang telah dipanaskan selanjutnya disaring
menggunakan kertas saring yang ditempatkan dalam suatu corong.
4.   Kristalisasi
Filtrat hasil penyaringan selanjutnya dibiarkan kering. Zat padat
murni akan memisah sebagai kristal. Kristalisasi sempurna jika kristal
yang terbentuk banyak. Larutan harus dalam keadaan jenuh karena jika
larutan telah mencapai derajat saturasinya, maka di dalam zat padat
akan terbentuk zat padat kristal. Apabila kristalisasi tidak terbentuk
selama pendinginan filtrat dalam waktu cukup lama maka larutan harus
dibuat lewat jenuh.
5.   Pemisahan dan pengeringan kristal
Kristal dipisahkan dari larutan induk dengan penyaringan.
Penyaringan umumnya dilakukan dibawah tekanan menggunakan
corong Buchner. Kristal yang telah tersaring dicuci dengan pelarut
dingin murni untuk menghilangkan kotoran yang menempel. Kristal
kemudian dikeringkan dengan menekan kertas saring atau dioven.

3.4 Sublimasi
Sublimasi merupakan prinsip pengering-bekuan (freeze drying) adalah
menghilangkan air dan pelarut lain dari produk beku tanpa melewati fase
cair. Tingkat kebekuan produk yang dapat dicapai, lama pengeringan dan
jenis produk yang dikering-bekukan serta faktor personil yang
mengoperasikan alat dalam proses sublimasi tersebut. Pembekuan secara
perlahan-lahan lebih baik dibandingkan dengan pembekuan secara cepat
sebab dengan pembekuan secara perlahan-lahan akan terbentuk kristal es
yang besar sehingga kondisi ini akan memperlancar proses sublimasi dari
setiap lapisan es dalam produk. Tahap pengeringan pertama dimulai pada
saat produk sudah berada dalam kondisi beku sempurna dan keadaan beku
ini harus tetap dipertahankan selama proses pengeringan (Misyetti, 2006).
Prinsip kerja sublimasi yaitu perbedaan tekanan uap digunakan untuk
memisahkan atau memurnikan senyawa padat yang dapat menyublim pada
tekanan kamar. Mudah sekali dilakukan proses sublimasi pada tekanan
kamar, tanpa menurunkan tekanannya, hanya cukup langsung dipanaskan
saja, maka senyawa tersebut akan langsung menyublim (Day dan
Underwood, 1981).

3.5 Titik Leleh


Pelelehan adalah konversi dari keadaan padat ke cair. Titik leleh zat
padatan ialah suhu pada saat padatan cair berada dibawah tekanan
kesetimbangan 1 atm. Istilah-istilah “normal” sering ditiadakan dalam
pembicaraan tentang titik leleh sebab titik leleh tidak bergantung pada
tekanan (Oxtoby, 2001).
Suhu lebur zat adalah pada saat suhu tepat melebur seluruhnya yang
ditunjukan pada saat fase padat telah hilang sehu tersebut adalah suhu yang
diamati dan diralat (Depkes RI, 1979).

3.6 Asam Benzoat


Asam benzoat merupakan padatan tidak berwarna yang berat molekul
sebesar 122,12 g/mol, sedang titik didih dan titik leburnya adalah 249,2℃
dan 122,4℃. Asam benzoat sebaiknya disimpan dalam lemari asam dan
dijauhkan dari panas. Berbahaya apabila terkena mata, kulit, tertelan dan
terhirup dan seger basuh dengan air mengalir apabila terkena mata atu kulit
kemudian tutupi anggota tubuh yang terkontaminasi dengan krim anti
bakteri (Sciencelab, 2018).

3.7 Karbon Aktif


Karbon aktif atau arang aktif adalah zat padat berbentuk bubuk,
berwarna hitam, tidak berbau, larut dalam air, dan memiliki pH berkisar 5.0-
10.0. Luas permukaan karbon yang sangat besar diperoleh dengan
mengaktifkan karbon atau arang tersebut. Satu gram karbon aktif,
menghasilkan suatu material yang memiliki permukaan sebesar 500 A.
Biasanya pengaktifan hanya bertujuan untuk memperbesar luas permukaan
saja, namun beberapa usaha juga berkaitan dengan meningkatkan
kemampuan adsorpsi karbon aktif itu sendiri (Sciencelab, 2018).

3.8 Champor
Pemerian dari Champor atau yang memiliki nama lain kamfer adalah
hablur tidak berwarna atau putih; bau khas, tajam; rasa pedas; aromatik.
Memiliki titik leleh 175-177℃ dan titik didihnya 204℃ (Sciencelab, 2018).

IV. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah asam benzoat, aquades,
batu didih, karbon, potongan es, dan serbuk kamper.
Sedangkan alat yng digunakan adalah thermometer, timbangan, gelas kimia
100 ml, kasa asbes, pembakar bunsen, kaca pengaduk, corong penyaring, kertas
saring, labu erlenmeyer, corong Buchner, suction, cawan porselen dank aca
arloji.

V. Prosedur
5.1 Kalibrasi Termometer
Tabung reaksi diisi dengan aquades 100 ml, kemudian dimasukkan batu
didih. Seteleh itu dipanaskan sampai mendidih. Thermometer diposisikan
pada uap di atas permukaan air yang telah mendidih. Kemudian diamati
kenaikan suhu.
5.2 Rekristalisasi Asam Benzoat dalam Air
2 gram asam benzoat dimasukkan ke gelas kimia 100 ml, kemudian
ditambahkan air sedikit demi sedikit dan diaduk dalam keadaan panas
sampai asam benzoat tepat larut. Kemudian dididihkan dengan pembakar
bunsen dan dialasi dengan kaca asbes. Lalu diaduk dengan kaca pengaduk.
Selanjutnya dituang ke labu erlenmeyer yang telah dipasang corong dan
kertas saring secepat mungkin. Dibiarkan dingin secara perlahan. Kemudian
erlenmeyer direndam dalam wadah yang berisi es untuk mempercepat
terbentuknya kristal. Ketika semua kristal telah terbentuk semua, dilakukan
penyaringan kristal dengan corong Buchner yang dilengkapi suction.
Kemudian kristal dalam corong Buchner dicuci dengan pelarut dingin.
Kemudian kristal ditimbang di atas kertas saring dan ditentukan titik
lelehnya.

5.3 Sublimasi
1 gram kamper ditempatkan di dalam cawan porselen. Kemudian
dipasang cawan di atas klem bundar dan ditutup dengan kaca arloji.
Ditambahkan beberapa potong es di kaca arloji. Kemudian dilakukan
pemanasan dengan api kecil. Kristal yang menempel di kaca dikumpulkan
dan ditimbang serta ditentukan titik lelehnya.

VI. Hasil Pengamatan dan Perhitungan


6.1 Kalibrasi Termometer
T1 = 25 ℃
T2 = 98 ℃
6.2 Rekristalisasi Asam Benzoat
Massa awal = 2 gram
Massa kristal = 1,2 gram
massa kristal
Rendemen (%) = x 100%
massa awal
= 60 %
Suhu saat leleh pertama = 125 ℃
Suhu saat leleh semua = 135 ℃
6.3 Sublimasi
Massa awal = 1 gram
Massa kristal = 0,85 gram
massa kristal
Rendemen (%) = x 100%
massa awal
= 85%
Suhu saat leleh pertama = 172 ℃
Suhu saat leleh semua = 178 ℃
VII. Pembahasan
Senyawa organik padat yang diisolasi dari reaksi organik jarang didapatkan
dalam bentuk murni. Senyawa tersebut biasanya terkontaminasi dengan
sedikit pengotor atau senyawa lain (impuritis) yang dihasilkan selama reaksi
berlangsung. Pemurnian senyawa organik dapat dilakukan dengan
rekristalisasi yang didasarkan pada perbedaan kelarutannya dalam pelarut
tertentu atau campuran pelarut (Sulistyaningsih, 2010).
Percobaan ini diawali dengan melakukan kalibrasi termometer untuk
mengetahui kelayakan termometer yang digunakan, dengan prinsip
mengkalibrasi titik 100 termometer dengan air mendidih. Kalibrasi ini dilakukan
karena pengukuran suhu yang dilakukan dengan menggunakan termometer
seringkali tidak selalu menunjukkan hasil yang sama. Perbedaan ini terjadi
karena adanya pengaruh lingkungan, metode pengukuran, serta perawatan dari
termometer yang kurang sehingga termometer tidak dapat memberikan hasil
yang akurat. Agar termometer dapat memberikan hasil ukur yang akurat maka
perlu dilakukan kalibrasi terhadap termometer tersebut.
Pada percobaan kalibrasi ini menggunakan termometer raksa, kemudian
dididihkan air dan diukur suhu air menggunakan termometer di atas permukaan
air mendidih tersebut. Sebelumnya suhu ruangan telah diukur terlebih dahulu
yaitu 25 ℃, kemudian suhu termometer di permukaan air mendidih didapatkan
dari hasil pengukuran yaitu 98 ℃. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
termometer tersebut layak untuk digunakan.
Percobaan selanjutnya adalah rekristalisasi asam benzoat. Prinsip dasar
rekristalisasi yaitu perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan
kelarutan zat pencampur atau pengotornya. Larutan yang terbentuk dipisahkan
satu sama lain, kemudian larutan zat yang diinginkan dikristalkan dengan cara
menjenuhkannya.
Rekristalisasi merupakan teknik pemurnian suatu zat padat dari campuran
atau pengotornya. Menurut Puguh (2003) Pengotor yang ada pada kristal dapat
dikategorikan menjadi dua, yaitu pengotor yang terdapat pada permukaan kristal
dan pengotor yang terdapat di dalam kristal. Pengotor yang terdapat pada
permukaan kristal berasal dari larutan induk yang terbawa pada permukaan
kristal pada saat proses pemisahan padatan dari larutan induknya
(retentionliquid). Pengotor yang berada di dalam kristal tidak dapat dihilangkan
hanya dengan cara pencucian. Cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan
pengotor yang ada di dalam kristal yaitu dengan cara rekristalisasi.
Percobaan ini diawali dengan memasukkan 2 gram asam benzoat yang akan
dimurnikan ke dalam gelas kimia 100 ml. Asam benzoat yang digunakan pada
percobaan ini merupakan asam benzoat yang belum murni atau masih kotor,
karena itu dilakukan pemurnian agar asam benzoat tersebut bebas dari zat
pengotor. Kemudian asam benzoat dilarutkan dalam air panas yang bertujuan
untuk mempercept proses pelarutan antara asam benzoat dan air. Hal ini karena
asam benzoat dan air bila dilarutkan akan sukar larut akibat sifat asam benzoat
yang semi polar sehingga perlu dipanaskan. Penggunaan air sebagai pelarut
asam benzoat karena memiliki titik didih air lebih rendah daripada titik didih
asam benzoat yang sebesar 249 ℃. Hal ini sesuai dengan syarat penggunaan
pelarut yaitu titik didih pelarut harus lebih rendah untuk mempermudah proses
pengeringan kristal yang terbentuk.
Kemudian asam benzoat yang telah larut dididihkan dengan pembakar
bunsen dan dialasi dengan kasa asbes. Kasa asbes berfungsi untuk meratakan
pemanasan. Lalu ditambahkan 0,5 gram karbon aktif yang membuat warna
larutan menjadi hitam, hal ini dikarenakan karbon memiliki sifat fisik berwarna
hitam. Karbon aktif berfungsi untuk menyerap zat kotor yang terdapat pada
asam benzoat. Fungsi karbon aktif sebagai adsorben membuat proses pemurnian
asam benzoat lebih baik karena karbon aktif memiliki daya serap yang tinggi.
Tahap selanjutnya adalah penyaringan larutan yang telah ditambahkan
karbon aktif kea lam erlenmeyer dengan kertas saring. Penyaringan ini dilakukan
untuk memisahkan larutan asam benzoat dengan karbon aktif yang telah
menyerap zat pengotor dan dilakukan sesegera mungkin dalam keadaan panas
untuk mencegah terbentuknya kristal sebelum penyaringan berakhir. Kertas
saring sambil dibilas dengan air panas sedikit demi sedikit agar tidak ada sisa
asam benzoat yang menempel yang dapat mengurangi rendemen.
Kemudian filtrat dibiarkan dingin secara perlahan sampai terbentuk kristal.
Selanjutnya kristal yang terdapat dalam erenmeyer direndam dalam wadah yang
berisi es sampai seluruh filtrat terbentuk kristal. Saat seluruh kristal sudah
terbentuk, kemudian di saring kembali dengan corong Buchner yang berfungsi
untuk mempercepat pengeringan. Kristal yang sudah kering ditimbang dan
diperoleh kristal asam benzoat murni adalah 1,2 gram dan rendemennya 60%.
Percobaan selanjutnya adalah pemurnian kamfer dengan cara sublimasi.
Sublimasi adalah perubahan bentuk padatan langsung dengan menjadi uap tanpa
melalui bentuk cair dan setelah pendinginan langsung terkondensasi menjadi
padatan kembali. Prinsip kerja sublimasi yaitu berdasarkan perbedaan tekanan
uap yang digunakan untuk memisahkan atau memurnikan senyawa padat yang
dapat menyublim pada tekanan kamar.
Percobaan ini diawali dengan menempatkan 1 gram serbuk kamfer kotor
dalam cawan porselen. Lalu cawan porselen ditutup dengan kaca arloji dengan
tujuan untuk menahan uap dari kamfer tersebut, dan dipanaskan dengan api
kecil. Diatas kaca arloji diberikan beberapa bongkahan es batu yang berfungsi
untuk mendinginkan uap kamper sehingga kamper yang menyublim dapat
langsung berubah menjadi fasa padat dan dapat dipisahkan dari pengotornya.
Kristal akan terbentuk dan menempel di bawah kaca arloji. Kemudian kristal
ditimbang. Dari hasil penimbangan, kristal kamfer murni didapatkan sebanyak
0,85 gram dan rendemennya 85%.
Kemudian ditentukan titik leleh dari masing-masing kristal asam benzoat
dan kamfer. Kristal asam benzoat murni dimasukkan ke dalam pipa kapiler,
kemudian pipa kapiler tersebut dan termometer dimasukkan ke dalam melting
blok. Dari pengamatan didapatkan hasil trayek suhu titik lelehnya yaitu 125 –
135 ℃. Sedangkan titik leleh asam benzoat menurut MSDS Sciencelab yaitu
122,4 ℃.
Selanjutnya menentukan titik leleh kamfer dengan memasukkan kristal
kamfer ke dalam pipa kapiler, kemudian dimasukkan ke dalam melting blok dan
ditentukan suhu pada saat meleleh. Trayek suhu titik leleh kamfer dari hasil
pengamatan yaitu 172 – 178 ℃. Hal ini telah sesuai menurut MSDS Sciencelab
yaitu titik leleh dari kamfer atau camphora yaitu 175-177 ℃.
Dari hasil keduanya yang dibandingkan dengan literatur masing-masing,
bahwa semakin dekat trayek titik leleh yang diperoleh dengan literatur maka kristal
yang di peroleh semakin murni. Dari penentuan titik leleh asam benzoat
menunjukkan bahwa kristal yang diperoleh belum benar – benar murni dan
masih mengandung sedikit pengotor, karena trayek suhu yang dihasilkan belum
berada pada rentang trayek titik leleh menurut literatur, meskipun hasil yang
didapat sudah hampir mendekati. Zat pengotor tersebut yang menyebabkan
penurunan titik leleh kristal dan melebarkan trayek titik leleh. Hal ini bisa juga
terjadi bila pada saat metode pemanasan asam benzoat murni masih tertinggal
saat penyaringan dengan kertas saring atau saat melakukan penimbangan ada
kristal yang tertinggal atau jatuh.

VIII. Kesimpulan
8.1 Termometer layak digunakan karena suhu termometer setelah dilakukan
kalibrasi adalah 98 ℃
8.2 Kristal asam benzoat murni yang dihasilkan adalah 1,2 gram dan
rendemennya 60%. Sedangkan titik lelehnya berada pada trayek 125 – 135

8.3 Kristal kamfer murni yang dihasilkan adalah 0,85 gram dan rendemennya
85%. Sedangkan titik lelehnya berada pada trayek 172- 178 ℃
DAFTAR PUSTAKA

Agustina. (2013). Rekristalisasi Garam Rakyat dari Daerah Demak untuk


Mencapai SNI Garam Industri. Jurnal Teknologi Kimia Dan Industri. Vol.
2, No.4 Universitas Diponegoro. Semarang.

Brady, J. (1998). Kimia Universitas Asas dan Struktur Edisi Kelima Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.

Darmawan, I. B. (2018). Analisis Kualitatif Zat Organik "Penentuan Sifat


Fisika". Bali: Undiksha.

Day, R. A., & Underwood. (1981). Analisa Kimia Kualitatif. Jakarta: Erlangga.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1998). Permenkes RI Nomor 363


tahun 1998 tentang Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan Pada Sarana
Pelayanan Kesehatan. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. (1979). Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta.

Dewan Standardisasi Nasional. (1990). Direktori Pengukuran Kalibrasi


Perawatan, Perbaikan dan Pengadaan Instrumentasi Pengukuran.
Jakarta: Komisi Metrologi Dewan Standardisasi Nasional.

Horizon. (2003). Analisa Kualitatif. Jakarta: Erlangga.

Misyetti. (2006). Kajian Instabilitas Kit Kering Radiofarmaka Bertanda 99mTc


Ditinjau Dari Aspek Kimia Dan Fisika. Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir
Indonesia Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri BATAN. Vol VII.

Oxtoby. (2001). Kimia Modern Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Sciencelab. (2018). Material Safety Data Sheet.

Wijaya, J. H. (2018). Wearable Device Termomete Membran Timpanu untuk


Pengukuran Suhu Bayi. Malang: UMM.

Anda mungkin juga menyukai