PENDAHULUAN
Faktor yang
mempengaruhi
rekristalisasi diantaranya
yaitu, Laju
pembentukan inti
(nukleous),Laju
pembentukan inti dinyatakan
dengan
jumlah inti yang
terbentuk
dalamsatuan waktu. Jika
laju
pembentukan inti tinggi,
maka
banyak sekali kristal yang
terbentuk,
tetapi tak satupun akan
tumbuh
menjadi besar, jadi yang
terbentuk
berupa partikel-partikel
koloid. Dan
Laju pertumbuhan kristal
merupakan
Faktor yang
mempengaruhi
rekristalisasi diantaranya
yaitu, Laju
pembentukan inti
(nukleous),Laju
pembentukan inti dinyatakan
dengan
jumlah inti yang
terbentuk
dalamsatuan waktu. Jika
laju
pembentukan inti tinggi,
maka
banyak sekali kristal yang
terbentuk,
tetapi tak satupun akan
tumbuh
menjadi besar, jadi yang
terbentuk
berupa partikel-partikel
koloid. Dan
Laju pertumbuhan kristal
merupaka
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memurnikan zat padat (asam
benzoat) dengan cara rekristalisasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemurnian
2.2 Rekristalisasi
Ada beberapa syarat agar suatu pelarut dapat digunakan dalam proses
rekristalisasi yaitu memberikan perbedaan daya larut yang cukup besar antara zat
yang dimurnikan dengan zat pengotor, tidak meninggalkan zat pengotor pada
kristal, dan mudah dipisahkan dari kristalnya (Rositawati dkk, 2013).
Menentukan pelarut adalah faktor utama dalam rekristalisasi, karena
keberhasilan rekristalisasi tergantung pada penggunaan “pelarut yang sesuai”. Ada
beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam pemilihan pelarut yaitu pelarut
tidak bereaksi dengan zat yang dilarutkan, partikel zat terlarut tidak larut pada
pelarut dingin tapi larut dalam pelarut panas, pelarut hanya dapat melarutkan zat
yang akan dimurnikan dan tidak melarutkan zat pencemarnya, titik didih pelarut
harus rendah. hal ini akan mempermudah proses pengeringan kristal yang
terbentuk, titik didih pelarut harus lebih rendah dari titik leleh zat yang akan
dimurnikan agar zat yang dilarutkan tidak terurai saat pemanasan berlangsung,
kelarutan merupakan fungsi dari polaritas pelarut dan zat terlarut. “like dissolve
like” dimana pelarut polar akan melarutkan senyawa polar pelarut non polar akan
melarutkan senyawa non polar (Pinalia, 2011).
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu corong kaca, Erlenmeyer,
spatula, gelas piala 500 mL, batang pengaduk, botol semprot, pipet tetes, oven,
gegep, lemari es, pemanas air, sikat tabung, dan timbangan analitik.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu asam benzoat 0,5 gram,
air suling (aquades) 200 mL, kertas saring dan aluminium foil.
Air suling dipanaskan terlebih dahulu dalam gelas kimia hingga mendidih.
Kemudian dimasukkan 0,5 gram Asam Benzoat tercemar ke dalam gelas kimia
yang lain. Dimasukkan air yang telah mendidih sedikit demi sedikit sambil diaduk
sehingga padatan asam benzoate larut semua, saring larutan tersebut dalam
keadaan panas dengan menggunakan corong Buchner, endapan hasil saringan
yang tertinggal disiram dengan air panas. Larutan hasil saringan didinginkan
dalam lemari pendingin hingga terbentuk kristal. Kemudian disaring dengan
menggunakan corong buchner dan dikeringkan, lalu ditimbang berat kristal hasil
saringan dan ditentukan rendemen dan pengotornya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat dimana zat-
zat tersebut tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian dikristalkan
kembali. Cara ini bergantung pada kelarutan zat dalam pelarut tertentu di kala
suhu diperbesar. Konsentrasi total impuriti biasanya lebih kecil dari konsentrasi
zat yang dimurnikan, bila dingin, maka konsentrasi impuriti yang rendah tetapi
dalam larutan sementara produk yang berkonsentrasi tinggi akan mengendap.
Rekristalisasi adalah teknik pemurnian suatu zat padat dari pengotornya dengan
cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang
sesuai. Prinsip dasar dari proses rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara
zat yang akan dimurnikan dengan zat pengotornya (Umam, 2019).
Perlakuan pertama yaitu dipanaskannya air ke dalam gelas kimia hingga
mendidih, kemudian dimasukkannya padatan asam benzoat sebanyak 0,5 gram ke
dalam gelas piala 50 mL. Selanjutnya, dilarutkan dengan air panas sedikit demi
sedikit dengan tujuan asam benzoat mudah larut dan dapat dengan mudah
dipisahkan dari zat pengotornya. Percobaan ini digunakan air sebagai pelarutnya,
karena air dapat memberikan perbedaan daya larut yang besar antara asam
benzoat dan zat penegotornya. Namun, pada perlakuan ini asam benzoat tidak
larut dalam air. hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa kelarutan
asam benzoat yaitu sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, kloroform,
dan eter (Adilla, 2021).
Selanjutnya, ditimbang berat kertas saring sebelum digunakan kerena berat
kertas saring akan dipakai pada saat menghitung nilai rendemen. Kemudian,
larutan disaring ke dalam Erlenmeyer dengan menggunakan corong kaca, lalu
disiram menggunakan air panas dengan tujuan agar zat pengotor dapat dengan
mudah dipisahkan dari asam benzoat. Kemudian hasil dari penyaringan ini adalah
filtrat dan residu. Filtrat merupakan larutan yang didapatkan setelah proses filtrasi
atau penyaringan (Fitoni, 2013). Sedangkan residu merupakan materi pengotor
atau sisa dari suatu proses pengolahan bahan (Fatimah, 2017). Perlakuan
selanjutnya filtrat didinginkan dalam lemari pendingin dengan tujuan
mempercepat terbentuknya kristal benzoat murni. Setelah itu, disaring kristalnya
dengan menggunakan corong kaca yang dilapisi kertas saring. Tujuan dari
penyaringan kristal tersebut agar kristal yang terbentuk pada saat pendidinginan
terpisah dari larutan yang tersisah. Setelah itu, kristal yang diperoleh dipanaskan
dalam oven dengan tujuan agar kristal asam benzoat terbebas dari molekul pelarut
yang tersisah. Selanjutnya, dikeringkan kristal yang diperoleh dan ditimbang.
Tujuan dari penimbangan ini untuk mengetahui berapa banyak zat pengotor yang
tersisah dan berapa rendemen dari kristal yang terbentuk.
Dari hasil percobaan tersebut diperoleh berat asam benzoat yang murni
sebesar 1,11 gram. Sehingga rendemen kristal asam benzoat yang diperoleh dari
perbandingan asam benzoat murni dengan asam benzoat tercemar sebesar 58%
dan zat pengotor (residu) yang berada dalam sampel asam benzoat tercemar pada
percobaan ini sebesar 42%. Sedikitnya hasil randemen yang diperoleh, dapat
disebabkan karena pada saat melarutkan asam benzoat dan dilanjutkan menyaring
suhu air tidak terlalu panas sehingga asam benzoat tidak terlalu larut. Selain itu
bisa disebabkan karena asam benzoat bersifat inert sehingga menyebabkan asam
benzoat tidak dapat larut dengan sempurna dalam aquades. Hal ini dikarenakan
Asam Benzoat merupakan senyawa yang kurang larut dalam air karena
merupakan asam lemah (Taib, 2014).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah bahan atau sampel yang digunakan
dalam percobaan seharusnya diganti dengan sampel yang mudah larut dalam air
atau diberikan pelarut yang sesuai dengan kelarutan asam benzoat misalnya eter
dan kloroform, sehingga hasil randemen dapat diperoleh dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina. L., dan Rositawati. 2013. Rekristalisasi Garam Rakyat dari Daerah
Demak untuk Mencapai SNI Garam Industri. Jurnal Teknologi Kimia
Dan Industri. 2(4).
Ahmadi. K. G. S., & Teti. E. 2011. Optimasi Kondisi Kristalisasi pada Pembuatan
Fraksi Kaya Tokotrienol dari Distilat Asam Lemak Minyak Sawit. Jurnal
Agritech. 31(3).
Fatimah, S., M. Rahayu & A.L.T. Rinding. 2017. Analisis Sakarin dalam Jamu
Kunyit Asam yang Dijual di Malioboro dan di Pasar Beringharjo
Yogyakarta. Jurnal Biomedika. 10(1).
Fitoni, C.N., M.T. Asri & M.T. Hidayat. 2013. Pengaruh Pemanasan Filtrat
Rimpang Kunyit (Curcuma Llonga) Terhadap Pertumbuhan Koloni
Bakteri Coliform secara In Vitro. Jurnal LenteraBio. 2(3).
Maulana. K. D., Muhammad. M. J., Priyus. E. M. P., Baiti. R., Rahmawati. 2017.
Peningkatan Kualitas Garam Bledug Kuwu Melalui Proses Rekristalisasi
dengan Pengikat Pengotor CaO, Ba(OH)2, (NH4)CO3. Journal of
creativity student. 2(1).
Nurjanah, S., Sudaryanto Z., Rosalind S., dan Ilham F. 2016. Kajian Pengaruh
Dua Metode Pemurnian terhadap Kejernihan dan Kadar Patchouli
Alcohol Minyak Nilam (Patchouly Oil) Asal Sumedang. Jurnal
Teknotan.10(1).
Rositawati. A. L., Citra. M. T., Danny. S. 2013. Rekristalisasi Garam Rakyat dari
Daerah Demak Untuk Mencapai SNI Garam Industri. Jurnal Teknologi
Kimia Dan Industri. 2(4).
Sukmawati. W., & Merina. 2019. Pelatihan pembuatan minuman herba instan
untuk meningkatkan ekonomi warga. Jurnal pengabdian kepada
masyarakat. 25(4).
Taib. M. Z., frenly. W., fatimawali. 2014. Analisis Senyawa Benzoat Pada Kecap
Manis Produksi Lokal Kota Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi. 3(1).
Yulianto. M. E., dwi. H., anggun. S. P., fs. N., nurandhini. R. Y. 2018.
Pembuatanm serbuk jahe instan dengan metode kristalisasi guna
meningkatkan perekonomian warga RW. 05 kelurahan tembalang,
semarang. Jurnal Proceeding SNK-PPM. 1(1).
2. Analisis Data
= 0,29 gram
Ditanyakan :
a. Rendemen…?
b. % Zat Pengotor…?
Penyelesaian :