PENDAHULUAN
1
memudahkan saat penuangan larutan, dan memudahkan saat proses pencucian
dan penyaringan (Geankoplis, 1993).
1.2.2 Batch Crystallization
Batch Crystallization biasanya digunakan dalam industri kimia, farmasi,
fotografi, dan banyak lainnya sebagai proses pembuatan berbagai macam produk
kristal. Ada beberapa keuntungan terkait dengan penggunaan kristalisasi batch. Yaitu
peralatannya relatif sederhana dan fleksibel, dan membutuhkan tingkat perawatan
yang relatif rendah. Kristalisasi batch khususnya berlaku untuk sistem kimia yang
sulit untuk diproses. Yaitu, karena memiliki sifat beracun atau larutannya sangat
kental. Kristalisasi batch juga dapat digunakan untuk memeriksa sejumlah besar
variabel operasional dalam waktu singkat. Sistem yang sulit untuk dioperasikan
secara terus menerus dapat diteliti dengan cara yang lebih mudah dan efisien dengan
waktu plaksanaan dan investasi yang relatif minimum. Selain itu, jika proses
pertumbuhan kristal yang terjadi sangat lambat, proses batch lebih mudah dikontrol
untuk menghasilkan ukuran kristal yang lebih besar daripada proses kontinu. Selain
itu, kristalisasi batch juga dapat menghasilkan ukuran kristal yang lebih seragam
daripada kristalisasi yang tercampur dengan baik (Myerson, 2002).
2
supersaturasi rendah, akan membentuk kluster yang tidak stabil dan mudah terlarut
dalam larutan (Mulin, 2001).
Gambar 1.1 Penjelasan Kualitatif Miers tentang Kurva Kelarutan Kristalisasi (AB)
dan Kurva “Supersolubilitas” (CD)
3
ukuran yang lebih besar cenderung terjadi daripada terjadinya nukleasi. Pada dasarnya
pertumbuhan adalah fenomena transfer massa dari fasa cair (larutan) ke fasa padat
(kristal). Oleh karena itu, secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi transfer
massa juga mempengaruhi pertumbuhan kristal. Berikut ini faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan kristal, yaitu:
a. Temperature
Pertumbuhan kristal pada temperatur tinggi dikontrol oleh difusi (diffusion
controlled), sedangkan pertumbuhan kristal pada temperatur rendah dikontrol oleh
surface integration.
b. Ukuran Kristal
Umumnya kecepatan pertumbuhan pada kristal yang berukuran kecil lebih
tinggi daripada kecepatan pertumbuhan pada kristal berukuran besar. Pada partikel
berukuran 200 μm – 2 mm, solution velocity sangat berperan. Partikel berukuran
lebih besar mempunyai kecepatan lebih besar. Oleh karena itu, pada pertumbuhan
yang dipengaruhi oleh difusi, semakin besar partikel maka semakin rendah
kecepatan pertumbuhannya.
c. Impurities
Impurities memberikan pengaruh yang cukup besar bagi pertumbuhan kristal.
Beberapa impurities dapat meningkatkan laju pertumbuhan, sedangkan beberapa
yang lainnya menghambat pertumbuhan. Beberapa impurities dapat mempengaruhi
pertumbuhan dalam jumlah yang sangat kecil, beberapa yang lain berpengaruh jika
jumlahnya cukup banyak. Impurities mempengaruhi pertumbuhan kristal dengan
berbagai macam cara. Impurities dapat mengubah sifat larutan, konsentrasi
kesetimbangan dan derajat supersaturasi, serta dapat pula mengubah karakteristik
lapisan adsorpsi pada permukaan kristal. Impurities dapat teradsorpsi pada
permukaan tertentu dari kristal kemudian menghambat pertumbuhan dari
permukaan itu.
d. Kelarutan dan Supersaturasi
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat
terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan
dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada
kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut
dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut (Effendi, 2003).
4
Sedangkan supersaturasi adalah keadaan dimana larutan mengandung
konsentrasi padatan terlarut yang lebih tinggi daripada konsentrasi kesetimbangan
(jenuh). Kristalisasi dapat terjadi hanya jika kondisi supersaturasi dapat dicapai.
Kondisi supersaturasi dapat dicapai dengan beberapa cara:
1. Penurunan suhu (dilakukan jika harga kelarutan berubah cukup signifikan
ketika suhu larutan diubah).
5
crystallizer merupakan crystallizer yang dapat divariasikan terutama pada bagian
badan kristalisator yang dapat digunakan pengaduk atau tanpa pengaduk. Umumnya,
bila dilengkapi dengan pengaduk maka waktu yang diperlukan untuk menghasilkan
kristal akan lebih cepat (Geankoplis, 1993).
1.2.6 Kalium Dihidrogen Posfat
Kalium dihidrogen posfat (KDP) memiliki rumus kimia KH2PO4 , dengan
massa molarnya sebesar 136,08 g/mol, dan kelarutan di dalam air nya 22 gram /ml
pada suhu (200C). Densitas KDP sebesar 2,34 g/cm3, dan titik leburnya 253 0C dan
memiliki pH sebesar 4,4 (50g/l, H2O, 20 0C).
6
BAB 2
METODOLOGI PERCOBAAN
Larutan KDP
7
TEMPERATURE
INDICATOR
OVERHEAD
STIRRER
RTD
PT 100
CW Air
OUTLET
pendingin
CW
INLET Larutan
KDP
Larutan
Kristal KDP
8
Udara
keluar
Udara
vakum
Filtrat
KDP
Perangkat dan alat ukur yang digunakan dalam percobaan Batch Crystallization
berupa 1 set bejana kristalisasi (crystallizer),1 set overhead stirrer, 1 set RTD Pt 100
probe, 1 set temperature indicator,1 buah hot plate stirrer, 1 buah magnetic stirrer
bar, 2 buah beaker glass 600 ml, 3 buah beaker glass 100 ml, 2 buah termometer, 1
buah corong buchner, 1 buah vacuum erlenmeyer,1 buah pompa vakum, 1 set cooling
water system,1 buah kaca arloji, 1 buah spatula dan 3 buah pengaduk kaca.
b. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum Batch Crystallization adalah
aquadest, Kalium Dihidrogen Phospat (KDP) dan kertas saring.
9
2.2.2. Kristalisasi
Dimasukkan larutan KDP dengan suhu 60°C ke dalam crystallizer. Kemudian
larutan dibiarkan sampai suhu larutan mencapai 40°C. Proses kristalisasi dimulai
ketika suhu larutan 40°C. Setelah suhu larutan 40°C, pengadukan diatur 400 rpm, air
pendingin dialirkan ke dalam jacket crystallizer dan suhu larutan dicatat setiap 30
detik. Ketika suhu larutan KDP telah turun hingga 30°C, seed dimasukkan kedalam
crystallizer sesuai variabel yang ditentukan (1 gram dan 2 gram). Proses kristalisasi
berlangsung sampai larutan tidak lagi mengalami penurunan suhu. Setelah proses
kristalisasi selesai, kristal yang terbentuk dikeluarkan dari crystallizer. Selanjutnya
kristal yang terbentuk yang masih mengandung air, dihisap menggunakan pompa
vacuum sehingga kadar air nya berkurang. Lalu, kristal yang terbentuk didiamkan
dalam desikator selama 1 hari.. Tujuannya adalah menghilangkan kadar air yang
terkandung pada kristal tersebut. Kemudian ditimbang untuk didapatkan massanya.
Untuk kristalisasi dengan variabel waktu, dimasukkan larutan KDP ke dalam 3
gelas beaker 100 mL yang berbeda. Larutan didinginkan sampai suhu larutan
mencapai 400C kemudian dimasukkan ke dalam wadah berisi air dengan suhu 190C.
Lalu, dilakukan pengadukan secara manual dengan variabel waktu untuk masing-
masing sampel selama 10 menit, 20 menit dan 30 menit. Saat suhu larutan mencapai
300C dimasukkan seed sebanyak 1 gram ke dalam ketiga gelas beaker yang berbeda
kemudian diaduk. Setelah pengadukan mencapai waktu yang ditentukan, kristal yang
terbentuk yang masih mengandung air, dihisap menggunakan pompa vacuum
sehingga kadar air nya berkurang. Lalu, kristal yang terbentuk didiamkan dalam
desikator selama 1 hari.. Tujuannya adalah menghilangkan kadar air yang terkandung
pada kristal tersebut. Kemudian ditimbang untuk didapatkan massanya.
10
2.3 Diagram Alir
2.3.1. Kristalisasi menggunakan Crystallizer
Mulai
Padatan KDP
11
1
Menyaring kristal
yang terbentuk
Menimbang kristal
Merapikan seluruh
alat eksperimen
Selesai
12
2.3.2. Kristalisasi dengan Variasi Waktu Pengadukan
Mulai
Padatan KDP
13
2
Memasukkan 1 gr seed
Kristal KDP saat suhu
larutan mecapai 30°C
Menimbang kristal
Merapikan seluruh
alat eksperimen
Selesai
14
waktu pengadukan selama 10 menit, 20 menit dan 30 menit, suhu air pendingin 190C,
dan penambahan seed KDP sebanyak 1 gram.
15
BAB 3
HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
3.2 Pembahasan
Praktikum Batch Crystallization dilakukan dengan tujuan untuk mengaplikasikan
konsep pemisahan sistem solid-liquid dengan proses kristalisasi secara batch. Pada
percobaan ini dilakukan 2 prosedur kristalisasi. Pada prosedur pertama digunakan
variabel berupa jumlah seed yang ditambahkan ke dalam larutan, yaitu sebanyak 1
gram dan 2 gram menggunakan crystallizer dengan laju pengadukan 400 rpm dan
suhu air pendingin 19°C. Pada prosedur pertama diperoleh data massa kristal yang
terbentuk dan perubahan suhu larutan setiap 30 detik. Pada prosedur kedua digunakan
variabel berupa waktu pengadukan, yaitu 10 menit, 20 menit, dan 30 menit dengan
16
laju pengadukan dibuat seragam pada beaker glass yang direndam pada air pendingin
dengan suhu 19°C. Pada prosedur kedua diperoleh data berupa massa kristal yang
terbentuk. Dari data hasil analisis yield kristal, dilakukan perhitungan %yield kristal
eksperimen dan %yield kristal teoritis. Kemudian diperoleh data persentase %yield
kristal eksperimen dan %yield kristal teoritis pada tabel 3.6. Berdasarkan data
tersebut, dapat diketahui bahwa %yield yang diperoleh dari percobaan ini lebih kecil
dari nilai %yield teoritisnya. Hal ini terjadi karena proses kristalisasi tidak
berlangsung sempurna hingga masih tersisa larutan supersaturasi. Akibatnya,
pertumbuhan kristal terhambat dan hingga tahap akhir kristalisasi tidak semua partikel
membentuk kristal (Geankoplis, 1993). Kondisi ini dapat disebabkan oleh faktor laju
air pendingin maupun suhu air pendingin. Semakin tinggi laju air pendingin yang
digunakan maka semakin cepat pula proses pertumbuhan kristal. Demikian juga
dengan suhu air pendingin. Semakin besar gradien suhu antara air pendingin dengan
larutan maka semakin cepat pula proses pertumbuhan kristal (Mullin, 2001). Oleh
karena itu, dibutuhkan laju air pendingin yang lebih besar untuk mengoptimalkan
pertumbuhan kristal. Selain itu, proses pengadukan juga dapat mempercepat
pertumbuhan kristal karena pengadukan dapat mengoptimalkan transfer massa pada
larutan dan transfer panas pada larutan dan air pendingin. Sedangkan pada prosedur
kerja kedua %yield eksperimen juga lebih kecil daripada %yield teoritis karena proses
kristalisasi tidak mencapai tahap akhir, dimana kristalisasi seharusnya menyisakan
larutan jenuh. Hal ini bisa disebabkan karena waktu pengadukan yang singkat, yaitu
10 menit, 20 menit, dan 30 menit dengan laju pengadukan yang cenderung lambat.
Sehingga dibutuhkan waktu lebih lama untuk proses pertumbuhan kristal hingga
mencapai titik akhir. Dengan demikian dapat disimpulkan dengan laju pengadukan
yang cukup lambat selama 30 menit, proses kristalisasi belum mencapai titik akhir.
Berdasarkan hasil percobaan pada kedua prosedur tersebut, dapat dibuat grafik
analisis data sebagai berikut:
17
3.2.1. Grafik Hubungan Yield terhadap Penambahan Seed
21
18
15
Yield (gram)
12
0
1 2
Seed (gram)
18
3.2.2. Grafik Hubungan %Yield terhadap Suhu Akhir Larutan
18
16
14
12
%Yield
10
8
6
4
2
0
21.2 23.4 27.1
Suhu Akhir (°C)
19
3.2.3. Grafik Hubungan Yield terhadap Waktu Pengadukan
6
5
Yield (gram)
4
3
2
1
0
10 20 30
Waktu (menit)
20
kecil seiring dengan penurunan suhu yang disebabkan oleh pendinginan
(Geankoplis, 1993).
21
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan praktikum batch crystallization didapatkan beberapa
kesimpulan yaitu :
1. Pada praktikum batch crystallization dapat diketahui bahwa penambahan seed 2
gram menghasilkan yield yang lebih besar dibandingkan dengan penambahan
seed 1 gram. Untuk penambahan seed sebesar 1 gram nilai %yield sebesar
16.53%, untuk penambahan seed sebesar 2 gram nilai %yield sebesar 18.3%.
2. Pada praktikum batch crystallization dapat diketahui bahwa hubungan antara
suhu terhadap waktu menunjukkan perubahan secara eksponensial.
3. Dapat diketahui bahwa semakin lama waktu pengadukan maka akan
menghasilkan yield yang semakin besar juga. Didapatkan nilai %yield pada
waktu 10 menit sebesar 7.98%, pada waktu 20 menit sebesar 11.43%, pada waktu
30 menit sebesar 19.67%
4.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum batch crystallization kedepannya adalah :
1. Saat membilas alat crystallizer harus sangat diperhatikan agar kristal yang
dihasilkan tidak tertinggal pada alat.
2. Perlu diperhatikan suhu air pendingin agar tetap dijaga konstan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, C. (1993). “Transport Processes and Separation Process Principles
(Includes Unit Operations)”, 3th Edition, Prentice Hall, New Jersey.
McCabe, W., Smith, J.C., and Harriot, P., 1999, “Unit Operation of Chemical
Engineering”. United States of America: McGraw Hill Book
Mullin, J.W. (2001). Crystallization. 4th edition. Butterworth-Heinemann, Oxford.
Myerson. Allan S. (2002). “Handbook of Industrial Crystallization”, 2th Edition,
Butterworth-Heinemann, Wildwood Ave.
Nagy, K.Z., Chew, W.J., Fujiwara, M., & Braatz, D.R. (2007). “Comparative
Performance of Concentration and Temperature Controlled Batch
Crystallizations”. Process Control, 18, 399-407.
Pinalia, Anita. (2011). “Penentuan Metode Rekristalisasi yang Tepat untuk
Meningkatkan Kemurnian Kristal Amonium Perklorat (AP)”. Majalah Sains
dan Teknologi Dirgantara, Vol. 6, 64-70.
Setyo, P., Siswanto, W., & Ilham S.H. (2003). “Studi Eksperimental Pemurnian
Garam NaCl Dengan Cara Rekristalisasi”. Unitas, 11, 1-2.
Tchobanoglous, G., Stensel, H.D., Tsuchihashi, R., Burton, F., Abu-Orf, M.,
Bowden, G. dan Pfrang, W. (2014). Metcalf & Eddy: Wastewater Engineering,
Treatment and Resource Recovery. 5th edition: Mc Graw Hill Education, New
York.
23
LAMPIRAN
Cara Perhitungan
Solubilitas KDP pada temperatur 30 0C berdasarkan data referensi yaitu
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝐾𝐷𝑃 𝑔𝑟𝑎𝑚
sebesar 27.8 100 𝑚𝐿 𝐻2𝑜 dan densitas air sebesar 0.99546 .
𝑚𝐿
13.79
%𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = × 100%
83.4
%𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = 16.53%
83.4 − 65.1
%𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = × 100%
83.4
%𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = 21.94%
24
Pembagian Tugas
Penanggung
No Tugas
Jawab
1. Menyiapkan alat dan bahan Semua
2. Menyusun peralatan eksperimen sesuai skema alat Mirzan
3. Membuat larutan jenuh KDP sesuai dengan solubilitasnya Priscylia, Lala
Memanaskan larutan jenuh KDP hingga 60°C selama kurang Velia, Nur
4.
lebih 15 menit dan memasukkannya ke dalam crystallizer Aini
Memulai proses kristalisasi (pada suhu 40°C) dengan
5. mengatur pengadukan dan mengalirkan air pendingin sesuai Mirzan, Lala
dengan variabel yang telah ditentukan
Mencatat suhu larutan setiap 30 detik hingga suhu larutan
6. sama dengan suhu air pendingin (kurang lebih 20°C) selama Priscylia
2 jam
Memasukkan 1 gram seed kristal KDP pada saat suhu
7. Velia
kristalisasi mencapai 30°C
Mengeluarkan larutan dan kristal yang terbentuk
Nur Aini,
8. menggunakan kertas saring, corong Bunchner, dan pompa
Mirzan
vakum
Mengeringkan kristal yang telah diperoleh ke dalam
9. desikator dan menimbang kristal menggunakan neraca Velia, Priscylia
analitik
10. Merapikan dan membersihkan alat eksperimen Semua
25
Data Eksperimen
Solubilitas
Suhu Operasi (oC) Tekanan Operasi (atm)
(gr KDP / 100 ml H2O)
30 1 27.8
26
18. 540 21.2 21.6
19. 570 20.9 21.4
20. 600 20.7 21.0
21. 630 20.5 20.9
22. 660 20.3 20.7
23. 690 20.1 20.5
24. 720 20 20.3
25. 750 19.9 20.1
26. 780 19.6 20.0
27. 810 19.5 19.9
28. 840 19.3 19.8
29. 870 19.2 19.6
30. 900 19.1 19.4
31. 930 19.1 19.3
32. 960 19.1 19.2
33. 990 19.1 19.1
34. 1200 19.1 19.1
27