Anda di halaman 1dari 26

KRISTALISASI

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Pada era saat ini, proses-proses kimiawi sudah dapat dilakukan oleh
banyak industri kimia. Salah satunya yaitu proses kristalisasi yang memegang
peranan penting dalam dunia perindustrian. Hal itu dikarenakan hampir 70% dari
produk kimia berupa pangan yang dihasilkan dalam bentuk padatan/kristal.
Seperti pada industri gula, industri garam dapur, sampai dengan industri penyedap
rasa makanan. Bahan-bahan bangunan seperti semen juga melewati proses
kristalisasi dalam proses pembuatannya. Beberapa keuntungan yang diperoleh
dari hasil produksi yang berbentuk kristal adalah terciptanya kualitas produk yang
lebih tahan lama, tidak mudah rusak oleh pengaruh suhu dan faktor lingkungan
lainnya. Selain itu, bentuk kristal lebih memudahkan dalam pengemasan, sehingga
juga lebih mudah untuk didistribusikan.
Kristalisasi adalah suatu pembentukan partikel padatan dalam sebuah fasa
homogen. Dalam proses industri kimia, proses kristalisasi digunakan untuk
merubah suatu larutan yang berbentuk cair menjadi padatan kristal. Salah satu hal
penting yang melatar belakangi proses kristalisasi adalah suatu larutan harus
melewati kondisi kesetimbangan dan menjadi larutan lewat jenuh. Larutan lewat
jenuh yang telah terbentuk akan mengalami proses difusi dan transfer massa dari
bentuk larutan menjadi padatan kristal. Selain itu, suhu penguapan pada proses
kristalisasi juga berpengaruh dalam pembentukan padatan kristal. Melihat
keuntungan dari proses kristalisasi sangat banyak digunakan, oleh karena itu
dilakukan percobaan kristalisasi.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 181


KRISTALISASI

I.1. Tujuan Praktikum


1. Untuk mengetahui jumlah kristal garam krosok yang terbentuk
2. Untuk menentukan yield yang diperoleh setelah proses percobaan
kristalisasi dilakukan
3. Untuk menentukan kecepatan kristalisasi pada larutan garam jenuh
menjadi kristal garam

I.2. Manfaat Praktikum


1. Agar praktikan dapat mengetahui pengaplikasian kristalisasi dalam bidang
industri
2. Agar praktikan dapat memahami konsep kristalisasi dalam percobaan
kristalisasi
3. Agar praktikan dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
percobaan kristalisasi

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 182


KRISTALISASI

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Kristalisasi
Kristal merupakan suatu padatan yang tersusun dari suatu pola tertentu
yang mempunyai jumlah muka dengan sudut antar muka tertentu. Laju
pertumbuhan kristal dapat dilakukan dengan pengubahan kecepatan kristalisasi,
derajat supersaturasi, temperatur, pengontrolan pH, penambahan zat lain.
Penggunaan suatu pelarut tertentu yang berbeda maupun dari pengadukan.
Variabel di dalam kristalisasi dapat mempengaruhi bentuk, sifat, maupun
karakteristik dari kristal tersebut (Fachry, 2008).
Kristalisasi adalah suatu pembentukan partikel padatan dalam sebuah fasa
homogen. Pada kristalisasi, larutan pekat biasanya didinginkan sampai
konsentrasinya menjadi lebih besar dari pelarutnya. Zat terlarut yang sudah tidak
larut lagi atau lewat jenuh pada larutannya akan membentuk kristal disekitar zat
terlarut murni. Kristalisasi dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, sperti proses
pembekuan air untuk menghasilkan es, pembekuan salju dari uap, pembentukan
partikel atau kristal padat dari suatu cairan leleh, dan masih banyak lagi.
(Geankoplis, 1978)
Rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dengan membuat suatu
kelarutan endapan konsentrasinya dari larutan jenuh. Rekristalisasi dapat
dilakukan dengan cara melarutkan zat terlarut ke dalam pelarut, lalu
memindahkan zat padat, setelah itu di bentuk padatan atau dikristalkan. Setelah
terbentuk kristal, lalu endapa yang terbentuk dikumpulkan dan dicuci sampai
bersih. Atau biasanya juga bisa dilakukab dengan cara filtrasi, yaitu dipisahkan
antara endapan dengan filtratnya, setelah itu baru endapan yang terbentuk dicuci
(Pinalia, 2011).

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 183


KRISTALISASI

II.1.1. Mekanisme Pembentukan Kristal


Terdapat 2 mekanisme dalam kristalisasi atau pembentukan kristal,
diantaranya yaitu :
1. Nukleasi
Nukleasi adalah pembentukan inti kristal. Proses nukleasi ini dipengaruhi
oleh temperatur, bibit, impuritis, dan pengadukan yang dapat menginduksi
nukleasi. (Fachri, 2008). Nukleasi ini dibedakan menjadi nukleasi primer dan
sekunder
a. Nukleasi Primer
Nukleasi ini terjadi akibat dari gabungan-gabungan molekul suatu zat
terlarut membentuk klaster yang tumbuh menjadi kristal. Jika ukuran kristal
yang diperoleh besar, maka kelarutannya menjadi kecil. Begitupun jika
ukurannya kecilm maka kelarutannya besar. Sehingga pada proses pelarutan,
jika ukuran kristal besar maka akan tumbuh, dan jika ukurannya kecil maka
akan terlarut.
b. Nukleasi Sekunder
Nukleasi ini terbentuk jika kristal makroskopis ada di dalam magma.
Nukleasi ini disebabkan oleh fluida geser dan tubrukan antar kristal, atau
kristal denfan dinding alat kristalisasi. Zat terlarut bisa menjadi kristal dengan
cara difusi melalui fase zat cair. (Pinalia, 2011)
2. Pertumbuhan Kristal
Pada proses ini, kristal mengalami perumbuhan dimana ukuran kristal
mulai bertambah membesar. Disini, kecenderungan pembesaran kristal lebih
tinggi daripada di nukleasi. Dikarenakan pertumbuhan krisral terjadi secara
mikroskopis, sehingga sulit untu diketahui. (Fachri 2008). Pada pertumbuhan
kristal ini, proses yang dilakukan lapis demi lapis karena pertumbuhannya terjadi
dibagian luar kristal. Zat terlarut ditransport dari luar ke dalam larutan, melalui
tahap difusi, untuk difusi maka larutannya harus jenuh.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 184


KRISTALISASI

II.1.2. Alat Kristalisasi


1. Tank Crystallizers
Pada tangki kristalisasi, larutan jenuh yang telah dipanaskan itu
didinginkan di tangk terbuka. Setelah beberapa waktu, larutan tersebut
dikeringkan dan menghasilkan kristal. Dalam beberapa kasus, tangki didinginkan
dengan jaket, lalu pengaduk digunakan untuk meningkatkan laju perpindahan
panas. Kristal sering terbentuk diatas permukaan. Jenis tangki ini biasanya
digunakan untuk menghasilkan beberapa bahan kimia dan produk-produk farmasi.
2. Scraped Stirface Crystallizers
Jenis ini merupakan swnzen-walker crystallizers, dimana bagiannua terdiri
dari palung selebar 0,6μ dengan bawah berbentuk setengah lingkaran yang
menggunakan jaket pendinginan diluarnya. Kecepatan pengadukan yang lambat
membuat kristal terbentuk saat diputar. Pisau yang dekat dengan dinding akan
menghancurkan endapan kristal. Biasanya produk memiliki ukuran kristal yang
sedikit lebar. Jenis ini biasanya digunakan untuk mengkristalkan eskrim dan
margarin.
3. Circulating Liquid Evaporator-Crystallizers
Sirkulasi cairan dipompa ke bagian bawah tabung kondensasi cairan yang
mengalir ke ruang uap untuk dikondensasi. Cairan tersebut akan turun ke bawah
menuju tabung dan kemudian naik melalui unggun. Cairan jenuh yang sisa akan
direcycle untuk dikondensasi lagi. Kristal yang terbentuk akan mengendap. Tipe
alat ini biasanya disebut juga dengan Oslo Crystallizers.
4. Circulating Magma Vacum Crystallizers
Pada alat ini, suspensi dari kristal diedarkan melalui pipa sirkulasi dengan
menggunakan bantuan pompa ulir, lalu dipanaskan dengan menaikkan suhu 2-6
K. Larutan panas campur slurry lalu dipanaskan pada permukaan larutan. Setelah
itu akan diputar dan menyebabkan terbentuknya kristal sampai meninggalkan pipa

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 185


KRISTALISASI

sirkulasi. Sementara itu, uapnya akan keluar melalui bagian atas alat, dimana pada
uap ejektor digunakan ruang hampa atau vacum (Geankoplis, 1978).

II.1.3. Supersaturation
Supersaturasi merupakan suatu keadaan dimana konsentrasi dari zat
tertentu melebihi konsentrasi jenuh larutannya, sehingga pada keadaan ini kristal
mulai terbentuk yaitu dilakukan dengan cara mengubah suhu, menguapkan zat
pelarutnya, menggunakan reaksi kimia, ataupun dengan mengubah konsentrasi zat
pelarutnya. Untuk melarutkannya atau meningkatkan supersaturasi dilakukan
dengan 2 cara, yaitu :
1. Cooling
Meningkatkan supersaturasi dengan cara pendinginan yaitu dengan cara
menurunkan suhu larutan jenuhnya. Jika suhunya diturunkan, maka konsentrasi
larutan jenuh akan turun sehingga kondisi supersaturasi akan tercapai dan kristal
akan terbentuk.
2. Evaporasi
Meningkatkan supersaturasi dengan cara evaporasi atau penguapan. Jika
zat pelarut pada larutan dikurangi, maka konsentrasi larutan jenuh akan turun,
kondisi supersaturasi tercapai dan kristal terbentuk (Fachry, 2008).
II.1.4. Jenis-jenis Kristal
Pada berbagai industri, biasanya menginginkan produk yang seragam.
Begitupun pada kristal, dimana terdapat beberapa jenis atau bentuk dari kristal,
yaitu :
1. Kubik, terdapat 3 sumbu yang sama disetiap sudut satu sama lain.
2. Tetragonal, terdapat 3 sumbu yang sama, dan 1 sumbu lebih panjang dari
lainnya.
3. Ortorombik, terdapat 3 sumbu dimana semua panjangnya berbeda.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 186


KRISTALISASI

4. Heksagonal, terdapat 2 sumbu membentuk sudut 60° dan sumbu keempat


tidak sama.
5. Monoklinik, terdapat 3 sumbu tidak sama, 3 sumbu sudut dibeberapa ruang,
2 lainnya diruang lain.
6. Tesklinik, terdapat 3 sumbu tidak sama yang masing-masing mempunyai
sudut 30°, 60°, dan 90°.
7. Trigonal, terdapat 3 sumbu sama dan sudut cenderung sama ketiga-tiganya.
(Geankoplis, 1978)
II.1.5. Penentuan Yield
Pernyataan yield atau hasil biasanya dilakukan terhadap reaksi yang
kompleks atau dengan hasil yang beragam. Yield atau hasil ini sebagai pernyataan
terhadap sebuah bahan produk yang dikehendaki. Yield bisa dinyatakan dalam
mol hasil dibagi dengan mol pereaksi mula-mula (bila baha murni). Yang artinya
sama dengan mol konversi dan dapat pula dinyatakan dalam berat hasil dibagi
dengan berat bahan mula-mula (yang mengandung bahan murni).
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 (𝑔𝑟)
Yield = ………………….……….(1)
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑔𝑟)

(Himmelblau, 1996)

II.1.6. Aplikasi Kristalisasi


Dalam suatu industri sekarang ini kristalisasi sangat penting karena saat ini
diberbagai industry kimia memasarkan produknya dalam bentuk krstal.
Contohnya pada industri pupuk, gula, garam, kristal ammonium sulfat dan masih
banyak lagi. Di industri bentuk kristal sangat diminati karena kemurnian dari
produk yang dihasilkan sangat tinggi, bentuk yang menarik, dan dalam prosesnya
memerlukan energi yang lebih sedikit dibandingkan proses pemisahan lain
(Fachry, 2008).

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 187


KRISTALISASI

II.1.7. Jenis-Jenis Larutan


Larutan dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1. Larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah larutan yang mengandung zat
terlarut dalam konsentrasi dibawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk
penjenuhan yang sempurna pada temperatur tertentu.
2. Larutan jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam
keadaan setimbang dengan fase padat.
3. Larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam
konsentrasu lebih banyak dari yang seharusnya pada temperatur tertentu.
Keadaan lewat jenuh mungkin terjadi apabila inti kecil zat terlarut yang
dibutuhkan untuk pembentukan kristal lebih mudah larut daripada kristal
besar, sehingga menyebabkan sulitnya inti terbentuk dan tumbuh dengan
akibat kegagalan kristalisasi (Widyaningsih, 2009).

II.1.8. Macam-Macam Kristalisasi


Kristalisasi ada dua macam, yaitu :
1. Kristalisasi penguapan
Kristalisasi penguapan dilakukan jika zat yang akan dipisahkan tahan
terhadap panas dan titik bekunya lebih tinggi daripada titik didih pelarut. Contoh
dari kristalisasi penguapan dilakukan oleh para petani garam.
2. Kristalisasi pendinginan
,Kristalisasi pendinginan dilakukan dengan cara mendinginkan larutan.
Pada saat suhu larutan turun, komponen zat yang memiliki titik beku lebih tinggi
akan membeku terlebih dahulu, sementara zat lain masih larut sehingga keduanya
dapat dipisahkan dengan cara penyaringan (Wahyudi, 2003).

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 188


KRISTALISASI

II.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kristalisasi


1. Temperatur
Pembentuakn suatu kristal pada temperatur tinggi dikontrol oleh difusi
(diffusion controlled), sedangkan pada temperatur rendah dikontrol oleh
surface integration.
2. Ukuran partikel
Kecepatan pembenukan kristal lebih cepat pada ukuran yang lebih
kecil dibandingkan kristal besar. Biasanya berukuran sekitar 200um – 2 mm.
Kristal besar mempunyai kecepatan terminal yang besar, sehingga kecepatan
pembentukannya rendah.
3. Impuritis
Zat pengotor dapat merubah sifat larutan, konsentrasi kesetimbangan
dan supersaturasi, juga karakteristik kristal. Zat pengotor dapat memperlambat
jika zat pengotor teradsorpsi pada permukaan tertentu pada kristal sehingga
akan mengubah bentuk dari kristal.
4. Kelarutan
Larutan tidak mampu melarutkan padatan lagi sehingga larutan akan
melewati titik kejenuhan, sehingga akan terbentuk suatu kristal atau padatan.
5. Aglomerasi
Aglomerasi merupakan penggabungan partikel kristal. Tetapi pada proses
kristalisasi, proses ini dihindari karena akan menyebabkan struktur aglomerasi
lebih rapuh dibandingkan kristal (Fachry, 2008).
.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 189


KRISTALISASI

II.3 Sifat Bahan


1. Aquadest
a. Sifat Fisika
1) Titik didih : 100 ℃
2) Berat Jenis : 62,428 lb/ft2
b. Sifat Kimia
1) Berat Molekul : 18,02 gram/mol
2) Rumus Kimia : H2O
(Perry ,2007.”Water”)
c. Fungsi
Sebagai pelarut garam pada praktikum kristalisasi
2. Natrium Klorida
a. Sifat Fisika
1) Titik didih : 1413 oC
2) Berat Jenis : 48 lb/ft2
3) Kelarutan : 35,5 gr/100 gr air
b. Sifat Kimia
1) Rumus molekul : NaCl
2) Berat molekul : 58,44 gram/mol
(Perry ,2007.”Sodium Chloride”)
c. Fungsi
Sebagai zat terlarut pada praktikum kristalisasi

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 190


KRISTALISASI

II.4 Hipotesis

Dalam percobaan kristalisasi ini kami mengahrapkan nilai yiled kristal


garam yang tinggi dengan di dukung oleh beberapa faktor seperti berat garam
yang dilarutkan dalam air dimana semakin berat garam maka akan terbentuk
larutan lewat jenuh yang dapat mempercepat proses kristalisasi dan suhu
penguapan dimana semakin besar suhu penguapan maka semakin cepat proses
kristalisasi.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 191


KRISTALISASI

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

III.1 Bahan
1. Aquadest (H2O)
2. Natrium Klorida (NaCl)

III.2 Alat
1. Neraca analitik
2. Beaker glass
3. Magnetic Stirer
4. Kertas Saring
5. Thermometer
6. Spatula
7. Piknometer

III.3 Gambar Alat

Beaker Glass Neraca Analitik Magnetic Stirer

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 192


KRISTALISASI

Pengaduk Piknometer Thermometer

Kertas Saring

III.3.1. Rangkaian Alat

b
c

Keterangan
a= heater
b= mixing
c= open tank

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 193


KRISTALISASI

III.4 Prosedur

Larutkan garam krosok dan air dengan berat


dan volume yang telah ditentukan

Menyaring larutan dengan kertas saring

Menguapkan Filtrat garam

Menimbang berat kristal garam yang


diperoleh

Menghitung perolehan yield

Ulangi percobaan dengan berat garam yang


berbeda

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2 194


KRISTALISASI

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Tabel Perhitungan


Tabel 1. Perhitungan Volume Akhir,Perubahan Volume, Kecepatan

Berat Volume Volume Selisih Kecepatan


Awal Waktu Awal Akhir Volume Penguapan
(gram) (s) (ml) (ml) (ml) (ml/menit)
11 10 100 87,096613 13,503386 1,35033865
11 20 87,096613 77,419212 9,6774015 0,48387007
11 30 77,419212 67,741810 9,6774015 0,32258005
11 40 67,741810 61,290209 6,451601 0,16129002
11 50 61,290209 58,064409 3,2258005 0,06451601
Penguapan pada Larutan Garam krosok 11 gram

Tabel 2. Perhitungan persen Yield pada larutan Garam Krosok 20 gram


Berat Awal(gram) Berat Akhir(gram) Persen Yield(%)
11 9,9507 90,46090909

Tabel 3. Perhitungan Volume akhir,Perubahan Volume, Kecepatan


Penguapan pada Garam Krosok 21 gram
Berat Volume Volume Selisih Kecepatan
Awal Waktu Awal Akhir Volume Penguapan
(gram) (s) (ml) (ml) (ml) (ml/menit)
21 10 100 90,9088875 9,091112 0,90911125
21 20 99,999894 84,848295 15,15159 0,75757995
21 30 93,333234 75,7574062 17,57582 0,58586093
21 40 83,333245 63,6362212 19,69702 0,49242559
21 50 69,9999258 48,48474 21,51518 0,43030371

Tabel 4. Perhitungan persen Yield pada Garam Krosok 21 gram


Berat Awal(gram) Berat Akhir(gram) Persen Yield(%)
21 18,0451 85,92904762

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2 195


KRISTALISASI

Tabel 5. Perhitungan Volume akhir,Perubahan Volume, Kecepatan


Penguapan pada Garam Krosok 31 gram
Berat Volume Volume Selisih Kecepatan
Awal Waktu Awal Akhir Volume Penguapan
(gr) (s) (ml) (ml) (ml) (ml/menit)
31 10 100 91,4285104 8,5714896 0,85714896
31 20 91,4285104 79,9999466 11,428563 0,57142819
31 30 79,9999466 68,5713828 11,428563 0,38095212
31 40 68,5713828 59,9999599 8,5714228 0,21428557
31 50 59,9999599 54,2856780 5,7142819 0,11428563

Tabel 6. Perhitungan persen Yield pada Garam Krosok 31 gram


Berat Awal(gram) Berat Akhir(gram) Persen Yield(%)
31 27,6323 89,13645161

IV.2. Grafik

Waktu vs Densitas
1.15

1.14
Densitas (gr/ml)

1.13

1.12

1.11

1.1

1.09

1.08
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)

Grafik 1. Hubungan antara Waktu Penguapan (menit) dengan Densitas


(gr/ml) pada larutan garam krosok 11 gram
Grafik 1 menjelaskan bahwa pada menit ke-10 didapatkan densitas larutan
sebesar 1,08425 gr/ml. Pada menit ke-20 didapatkan densitas larutan sebesar
1,0867 gr/ml. Pada menit ke-30 didapatkan densitas larutan sebesar 1,08956 gr/ml.
Pada menit ke-40 didapatkan densitas larutan sebesar 1,09083 gr/ml. Pada menit
ke-50 didapatkan densitas larutan sebesar 1,14418 gr/ml. Sehingga dapat

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2 196


KRISTALISASI

disimpulkan bahwa hubungan antara densitas dengan waktu penguapan adalah


berbanding lurus. Hal ini dapat terjadi karena semakin lama waktu penguapan
maka larutan garam akan melewati kondisi lewat jenuh dimana dalam kondisi
ini,sudah mulai membentuk kristal-kristal garam yang nantinya akan
mempengaruhi pertambahan massa jenis pada larutan garam tersebut.

Waktu vs Kecepatan penguapan


1.5
Kecepatan pengupan (ml/menit)

1.2

0.9

0.6

0.3

0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)

Grafik 2. Hubungan antara Waktu Penguapan (menit) dengan Kecepatan


Penguapan (ml/menit) pada Larutan Garam krosok 11 gram
Grafik 2 menjelaskan pada menit ke-10 kecepatan penguapan pada larutan
garam sebesar 1,35033865 ml/menit. Pada menit ke-20 kecepatan penguapan
sebesar 0,483870075 ml/menit. Pada menit-30 menit kecepatan penguapan
sebesar 0,32258005 ml/menit. Pada menit-40 menit kecepatan penguapan sebesar
0,161290025 ml/menit. Pada menit-50 menit kecepatan penguapan sebesar
0,06451601 ml/menit. Hal ini menjelaskan bahwa semakin lama waktu yang
ditempuh untuk menguapkan air pada larutan garam, maka kecepatan
penguapannya akan semakin lambat. Pada grafik dapat diketahui bahwa pada saat
kecepatan penguapan 1,314286 ml/menit dengan waktu 10 menit mulai terbentuk
nukleasi atau inti kristal. Dimana,komponen air pada larutan tersebut telah banyak

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2 197


KRISTALISASI

yang menguap pada suhu 100℃. Sedangkan pada kristal garam yang terbentuk
tidak mengalami penguapan pada suhu tersebut.

Waktu vs Densitas
1.2
1.19
Densitas (gr/ml)

1.18
1.17
1.16
1.15
1.14
1.13
1.12
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)

Grafik 3. Hubungan antara Waktu Penguapan (menit) dengan Densitas


(gr/ml) pada Larutan Garam Grosok 21 gram
Grafik 3 menjelaskan bahwa pada menit ke-10 densitas yang didapatkan
pada larutan garam sebesar 1,12576 gr/ml. Pada menit ke-20 didapatkan densitas
sebesar 1,14896 gr/ml. Pada menit ke-30 didapatkan densitas larutan sebesar
1,15902 gr/ml. Pada menit ke-40 didapatkan densitas larutan sebesar 1,17153
gr/ml. Pada menit ke-40 didapatkan densitas larutan sebesar 1,19187 gr/ml.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara densitas dengan waktu
penguapan adalah berbanding lurus. Hal ini dapat terjadi karena semakin lama
waktu penguapan maka larutan garam akan melewati kondisi lewat jenuh dimana
dalam kondisi ini,sudah mulai membentuk kristal-kristal garam yang nantinya
akan mempengaruhi massa jenis pada larutan garam tersebut.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2 198


KRISTALISASI

Waktu vs Kecepatan penguapan


1
Kecepatan penguapan (ml/menit) 0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)

Grafik 4. Hubungan antara Waktu Penguapan (menit) dengan Kecepatan


Penguapan (ml/menit) pada larutan garam krosok 21 gram
Grafik 4 menjelaskan pada menit ke-10 kecepatan penguapan pada larutan
garam sebesar 0,90911125 ml/menit. Pada menit ke-20 kecepatan penguapan
sebesar 0,75757995 ml/menit. Pada menit-30 kecepatan penguapan sebesar
0,585860938 ml/menit. Pada menit ke-40 kecepatan penguapan sebesar
0,492425594 ml/menit. Pada menit ke-50 kecepatan penguapan sebesar
0,430303716 ml/menit. Hal ini menjelaskan bahwa semakin lama waktu yang
ditempuh untuk menguapkan air pada larutan garam, maka kecepatan
penguapannya akan semakin lambat. Pada grafik dapat diketahui bahwa pada saat
kecepatan penguapan 0,8 ml/menit dengan waktu 18 menit mulai terbentuk
nukleasi atau inti kristal. Dimana, komponen air pada larutan tersebut telah
banyak yang menguap pada suhu 100℃. Sedangkan pada kristal garam yang
terbentuk tidak mengalami penguapan pada suhu tersebut.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2 199


KRISTALISASI

Waktu vs Densitas
1.28
Densitas (gr/ml)
1.26

1.24

1.22

1.2

1.18
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)

Grafik 5. Hubungan antara Waktu Penguapan (menit) dengan Densitas


(gr/ml) pada Larutan Garam Grosok 30 gram
Grafik 5 menjelaskan bahwa pada menit ke-10 didapatkan densitas larutan
sebesar 1,18903 gr/ml. Pada menit ke-20 didapatkan densitas larutan sebesar
1,19841gr/ml. Pada menit ke-30 didapatkan densitas larutan sebesar 1,22335
gr/ml. Pada menit ke-40 didapatkan densitas larutan sebesar 1,25364 gr/ml. Pada
menit ke-50 didapatkan densitas larutan sebesar 1,27253 gr/ml. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara densitas dengan waktu penguapan adalah
berbanding lurus. Hal ini dapat terjadi karena semakin lama waktu penguapan
maka larutan garam akan melewati kondisi lewat jenuh dimana dalam kondisi
ini,sudah mulai membentuk kristal-kristal garam yang nantinya akan
mempengaruhi pertambahan massa jenis pada larutan garam tersebut.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2 200


KRISTALISASI

Waktu vs Kecepatan penguapan


1
Kecepatan penguapan (ml/menit) 0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu (menit)

Grafik 6. Hubungan antara Waktu Penguapan (menit) dengan Kecepatan


Penguapan (ml/menit) pada larutan garam krosok 31 gram
Grafik 6 menjelaskan pada menit ke-10 kecepatan penguapan pada larutan
garam sebesar 0,857149 ml/menit. Pada menit ke-20 kecepatan penguapan sebesar
0,571428 ml/menit. Pada menit-30 kecepatan penguapan sebesar 0,3809521
ml/menit. Pada menit ke-40 kecepatan penguapan sebesar 0,2142855 ml/menit.
Pada menit ke-40 kecepatan penguapan sebesar 0,1142856 ml/menit. Hal ini
menjelaskan bahwa semakin lama waktu yang ditempuh untuk menguapkan air
pada larutan garam, maka kecepatan penguapannya akan semakin lambat. Pada
grafik dapat diketahui bahwa pada saat kecepatan penguapan 0,2285714 ml/menit
dengan waktu 41 menit mulai terbentuk nukleasi atau inti kristal. Dimana,
komponen air pada larutan tersebut telah banyak yang menguap pada suhu 100℃.
Sedangkan pada kristal garam yang terbentuk tidak mengalami penguapan pada
suhu tersebut.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2 201


KRISTALISASI

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan
1. Semakin lama waktu penguapan maka kecepatan penguapan semakin kecil.
2. Dari hasil percobaan didapatkan %yield dari berat 11 gram, 21 gram, dan
31 gram berturut-turut adalah sebesar 90,4609; 85,929; 89,1364
3. Berdasarkan hasil percobaan didapatkan waktu mulai terbentuknya kristal
dari berat 11 gram, 21 gram, dan 31 gram berturut-turut adalah 10 menit,
18 menit, dan 41 menit
4. Waktu terbentuknya Kristal berbeda disebabkan oleh ukuran partikel
garam, sehingga mempengaruhi kecepatan penguapan dan waktu
terbentuknya kristal
V.2 Saran
1. Sebaiknya praktikan lebih memperhatikan saat mengukur tinggi larutan
garam agar hasil praktikum lebih maksimal

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2 202


KRISTALISASI

DAFTAR PUSTAKA

Departemen kelautan. 2006.”Buku Panduan Pengembangan Usaha Terpadu


Garam dan Artemia”. Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan.
Fachry,Rasyida,A.2008.”Pengaruh waktu krostalisasi dengan Proses Pendinginan
Terhadap Pertumbuhan Kristal Amunium Sulfat dari Larutannya. Jurnal
Teknik Kimia volume 2. 15. 9-12.
Perry,Robert H.2007. “Perry’s Chemical Engineer”. Kansas: Mc Graw Hill.
Rositawati,2013. “Rekristalisasi Garam Rakyat dari daerah Demak untuk
mencapai SNI Garam Industri”. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri.
Volume 2. 218.
Soemargono.2007.”Azas-azas Teknik Kimia I Neraca Massa ”. Surabaya : Unesa
Universiy Press.
Sumada,2016.”Garam Industri Berbahan Baku Garam Krosok dengan Metode
Pencucian dan Evaporasi. Jurnal Teknik Kimia. Volume 11. 31-32

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2 203


KRISTALISASI

LAMPIRAN 1
Tabel 7. Tabel Pengamatan Volume dan Densitas

Volume
Volume Pelarut Berat Waktu Densitas
Akhir
(ml) (gr) (m) (gr/ml)
(ml)
10 87,0966 1,08425
20 77,4192 1,08674
100 11 30 67,7418 1,08956
40 61,2902 1,09083
50 58,0644 1,14418
10 90,9089 1,12576
20 84,8483 1,14896
100 21 30 75,7574 1,15902
40 63,6362 1,17153
50 48,4847 1,19187
10 91,4285 1,18903
20 79,9999 1,19841
100 31 30 68,5714 1,22335
40 60 1,25364
50 54,2857 1,27253

1. Perhitungan densitas pada larutan garam krosok 11 gram


𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑖𝑠𝑖−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

22,4426 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑙 −11,185 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑙


= 10 𝑚𝑙

= 1,12576 gr/ml

2. Perhitungan volume sisa (ml) pada larutan garam krosok 11 gram


Diketahui diameter beaker glass=6,41 cm, tinggi larutan garam= 2,7 cm
Volume = ¼ x 𝜋 x d2(cm) x h(cm)
= ¼ x 3,14 x 6,412 x 2,7
= 87,0966135 ml
3. Perhitungan selisih volume larutan garam krosok 20 gram pada menit ke-
10
∆𝑉 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2 204


KRISTALISASI

= 100 ml – 87,0966135ml
= 13,5033865 ml

2. Kecepatan Penguapan pada larutan garam krosok 30 gram pada menit ke-
15
∆𝑉(𝑚𝑙)
Kecepatan penguapan =𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢(𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)

13,5033865
= 10
=1,35033865 ml/menit

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2 205


KRISTALISASI

LAMPIRAN 2

Gambar 1. Proses pembuatan Gambar 2. Proses kristalisasi


larutan garam menggunakan magnetic stirrer

Gambar 3. Hasil garam yang

sudah di kritalisasi.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 2 206

Anda mungkin juga menyukai