BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Kristalisasi
Kristal merupakan suatu padatan yang tersusun dari suatu pola tertentu
yang mempunyai jumlah muka dengan sudut antar muka tertentu. Laju
pertumbuhan kristal dapat dilakukan dengan pengubahan kecepatan kristalisasi,
derajat supersaturasi, temperatur, pengontrolan pH, penambahan zat lain.
Penggunaan suatu pelarut tertentu yang berbeda maupun dari pengadukan.
Variabel di dalam kristalisasi dapat mempengaruhi bentuk, sifat, maupun
karakteristik dari kristal tersebut (Fachry, 2008).
Kristalisasi adalah suatu pembentukan partikel padatan dalam sebuah fasa
homogen. Pada kristalisasi, larutan pekat biasanya didinginkan sampai
konsentrasinya menjadi lebih besar dari pelarutnya. Zat terlarut yang sudah tidak
larut lagi atau lewat jenuh pada larutannya akan membentuk kristal disekitar zat
terlarut murni. Kristalisasi dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, sperti proses
pembekuan air untuk menghasilkan es, pembekuan salju dari uap, pembentukan
partikel atau kristal padat dari suatu cairan leleh, dan masih banyak lagi.
(Geankoplis, 1978)
Rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dengan membuat suatu
kelarutan endapan konsentrasinya dari larutan jenuh. Rekristalisasi dapat
dilakukan dengan cara melarutkan zat terlarut ke dalam pelarut, lalu
memindahkan zat padat, setelah itu di bentuk padatan atau dikristalkan. Setelah
terbentuk kristal, lalu endapa yang terbentuk dikumpulkan dan dicuci sampai
bersih. Atau biasanya juga bisa dilakukab dengan cara filtrasi, yaitu dipisahkan
antara endapan dengan filtratnya, setelah itu baru endapan yang terbentuk dicuci
(Pinalia, 2011).
sirkulasi. Sementara itu, uapnya akan keluar melalui bagian atas alat, dimana pada
uap ejektor digunakan ruang hampa atau vacum (Geankoplis, 1978).
II.1.3. Supersaturation
Supersaturasi merupakan suatu keadaan dimana konsentrasi dari zat
tertentu melebihi konsentrasi jenuh larutannya, sehingga pada keadaan ini kristal
mulai terbentuk yaitu dilakukan dengan cara mengubah suhu, menguapkan zat
pelarutnya, menggunakan reaksi kimia, ataupun dengan mengubah konsentrasi zat
pelarutnya. Untuk melarutkannya atau meningkatkan supersaturasi dilakukan
dengan 2 cara, yaitu :
1. Cooling
Meningkatkan supersaturasi dengan cara pendinginan yaitu dengan cara
menurunkan suhu larutan jenuhnya. Jika suhunya diturunkan, maka konsentrasi
larutan jenuh akan turun sehingga kondisi supersaturasi akan tercapai dan kristal
akan terbentuk.
2. Evaporasi
Meningkatkan supersaturasi dengan cara evaporasi atau penguapan. Jika
zat pelarut pada larutan dikurangi, maka konsentrasi larutan jenuh akan turun,
kondisi supersaturasi tercapai dan kristal terbentuk (Fachry, 2008).
II.1.4. Jenis-jenis Kristal
Pada berbagai industri, biasanya menginginkan produk yang seragam.
Begitupun pada kristal, dimana terdapat beberapa jenis atau bentuk dari kristal,
yaitu :
1. Kubik, terdapat 3 sumbu yang sama disetiap sudut satu sama lain.
2. Tetragonal, terdapat 3 sumbu yang sama, dan 1 sumbu lebih panjang dari
lainnya.
3. Ortorombik, terdapat 3 sumbu dimana semua panjangnya berbeda.
(Himmelblau, 1996)
II.4 Hipotesis
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.1 Bahan
1. Aquadest (H2O)
2. Natrium Klorida (NaCl)
III.2 Alat
1. Neraca analitik
2. Beaker glass
3. Magnetic Stirer
4. Kertas Saring
5. Thermometer
6. Spatula
7. Piknometer
Kertas Saring
b
c
Keterangan
a= heater
b= mixing
c= open tank
III.4 Prosedur
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.2. Grafik
Waktu vs Densitas
1.15
1.14
Densitas (gr/ml)
1.13
1.12
1.11
1.1
1.09
1.08
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)
1.2
0.9
0.6
0.3
0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)
yang menguap pada suhu 100℃. Sedangkan pada kristal garam yang terbentuk
tidak mengalami penguapan pada suhu tersebut.
Waktu vs Densitas
1.2
1.19
Densitas (gr/ml)
1.18
1.17
1.16
1.15
1.14
1.13
1.12
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)
Waktu vs Densitas
1.28
Densitas (gr/ml)
1.26
1.24
1.22
1.2
1.18
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
1. Semakin lama waktu penguapan maka kecepatan penguapan semakin kecil.
2. Dari hasil percobaan didapatkan %yield dari berat 11 gram, 21 gram, dan
31 gram berturut-turut adalah sebesar 90,4609; 85,929; 89,1364
3. Berdasarkan hasil percobaan didapatkan waktu mulai terbentuknya kristal
dari berat 11 gram, 21 gram, dan 31 gram berturut-turut adalah 10 menit,
18 menit, dan 41 menit
4. Waktu terbentuknya Kristal berbeda disebabkan oleh ukuran partikel
garam, sehingga mempengaruhi kecepatan penguapan dan waktu
terbentuknya kristal
V.2 Saran
1. Sebaiknya praktikan lebih memperhatikan saat mengukur tinggi larutan
garam agar hasil praktikum lebih maksimal
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN 1
Tabel 7. Tabel Pengamatan Volume dan Densitas
Volume
Volume Pelarut Berat Waktu Densitas
Akhir
(ml) (gr) (m) (gr/ml)
(ml)
10 87,0966 1,08425
20 77,4192 1,08674
100 11 30 67,7418 1,08956
40 61,2902 1,09083
50 58,0644 1,14418
10 90,9089 1,12576
20 84,8483 1,14896
100 21 30 75,7574 1,15902
40 63,6362 1,17153
50 48,4847 1,19187
10 91,4285 1,18903
20 79,9999 1,19841
100 31 30 68,5714 1,22335
40 60 1,25364
50 54,2857 1,27253
= 1,12576 gr/ml
= 100 ml – 87,0966135ml
= 13,5033865 ml
2. Kecepatan Penguapan pada larutan garam krosok 30 gram pada menit ke-
15
∆𝑉(𝑚𝑙)
Kecepatan penguapan =𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢(𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
13,5033865
= 10
=1,35033865 ml/menit
LAMPIRAN 2
sudah di kritalisasi.