Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

DATA DAN PEMBAHASAN

A. Data Hasil Pengamatan

Tabel 1 Hasil Pengamatan Indikator Asam Basa

No. pH Reaksi pada Indikator


Larutan Metil Merah Phenolptalein Ekstrak Kunyit Ekstrak Bunga
Sepatu
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1. 1 Tidak Merah Tidak Tidak Tidak Kuning Tidak Merah
Bewarna Bewarna Bewarna Bewarna Bewarna
++ ++ +++
2. 2 Tidak Merah + Tidak Tidak Tidak Kuning Tidak Merah
Bewarna Bewarna Bewarna Bewarna Bewarna
++ +++
3. 3 Tidak Merah Tidak Tidak Tidak Kuning Tidak Merah
Bewarna Bewarna Bewarna Bewarna Bewarna
+++ ++
4. 4 Tidak Kuning Tidak Tidak Tidak Jingga Tidak Merah +
Bewarna Bewarna Bewarna Bewarna Bewarna
++
5. 5 Tidak Jingga Tidak Tidak Tidak Jingga + Tidak Merah +
Bewarna Bewarna Bewarna Bewarna Bewarna
6. 6 Tidak Jingga Tidak Tidak Tidak Jingga + Tidak Merah
Bewarna Bewarna Bewarna Bewarna Bewarna
7. 7 Tidak Merah Tidak Tidak Tidak Kuning Tidak Tidak
Bewarna Bewarna Bewarna Bewarna Bewarna Bewarna
8. 8 Tidak Kuning + Tidak Ungu Tidak Jingga Tidak Tidak
Bewarna Bewarna Bewarna Bewarna Bewarna
Pudar ++
9. 9 Tidak Kuning Tidak Ungu Tidak Jingga + Tidak Tidak
Bewarna Bewarna Bewarna Bewarna Bewarna
Pudar
10. 10 Tidak Kuning Tidak Merah Tidak Jingga Tidak Tidak
Bewarna Bewarna Bewarna Bewarna Bewarna
11. 11 Tidak Jingga Tidak Merah Tidak Jingga Tidak Tidak
Bewarna Bewarna Bewarna Bewarna Bewarna
12. 12 Tidak Jingga Tidak Merah Tidak Coklat + Tidak Tidak
Bewarna Bewarna Bewarna Bewarna Bewarna
13. 13 Tidak Kuning Tidak Merah Tidak Coklat Tidak Tidak
Bewarna Bewarna Bewarna Bewarna Bewarna
++
14. 14 Tidak Tidak Merah + Tidak Coklat Tidak Tidak
Bewarna Bewarna Bewarna Bewarna Bewarna
+++

Tabel 2 Hasil Trayek pH pada Setiap Indikator

1. Metil Merah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

2. PhenolPtalein

TIDAK BEWARNA

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

3. Ekstrak Kunyit

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

4. Ekstrak Bunga Sepatu

TIDAK BEWARNA

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
B. Analisis Data

Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami lakukan pada pengamatan indikator asam
basa larutan HCl dan NaOH, kami memperoleh data yaitu perubahan warna larutan ketika diberi
indikator universal, dan alami. Kami juga memperoleh hasil data trayek pH pada setiap indikator.
Larutan HCl yang kami gunakan yaitu konsentrasi 0,1 M, 0,01 M, 0,001 M, 0,0001M, 0,00001
M, 0,000001 M. Larutan NaOH yang kami gunakan yaitu konsentrasi 1 M, 0,01 M, 0,001 M,
0,0001 M, 0,00001 M, 0,000001 M, 0,0000001 M. Dan larutan aquades sebagai larutan netral.
Kemudian, masing – masing larutan di cek besarnya pH menggunakan indikator pH. Indikator
universal yang kami gunakan pada praktikum ini yaitu menggunakan phenolptalein dan metil
merah. Kemudian untuk indikator alami, kami menggunakan ekstrak kunyit dan ekstrak bunga
sepatu.

pH larutan 1 – 6 menandakan larutan tersebut bersifat asam, dan berdasarkan hasil


praktikum larutan yang bersifat basa tersebut adalah HCl. Pada pH 7 menandakan larutan
tersebut bersifat netral, dan berdasarkan hasil praktikum larutan yang bersifat netral yaitu
aquades. Pada pH 8 – 14 menandakan larutan tersebut bersifat basa, dan berdarsarkan hasil
praktikum larutan yang bersifat basa yaitu NaOH.

Keadaan larutan sebelum ditetesi indikator universal maupun indikator alami, larutan
tidak berwarna/bening. Kemudian, saat ditetesi metil merah pH 1-3 berubah warna menjadi
merah, pH 4 berubah warna menjadi kuning, pH 5-7 berubah warna menjadi jingga kemerahan,
pH 8-11 berubah warna menjadi kuning, dan pH 12-14 berubah warna menjadi jingga.
Selanjutnya, saat ditetesi phenolptalein pH 1-7 tida berubah warna/tidak berwarna (bening), pH
8-9 berubah warna menjadi ungu pudar, pH 10-14 berubah warna menjadi merah. Saat ditetesi
ekstrak kunyit, pada pH 1-3 larutan berubah warna menjadi kuning, pH 4-6 larutan berubah
warna menjadi jingga, pH 7 berubah menjadi warna kuning, pH 8-11 berubah warna menjadi
jingga, dan pH 12-14 berubah warna menjadi coklat. Dan saat ditetesi ekstrak bunga sepatu,
larutan pada pH 1-3 berubah warna menjadi merah, pH 4-6 larutan berubah menjadi warna pink,
pada pH 7-11 tidak berubah warna/tidak berwarna (bening), dan pada pH 12-14 larutan berubah
menjadi warna hijau.
Kemudian, dari data hasil praktikum tersebut dapat dibuat trayek pH larutan. Pada
indikator metil merah, pH 1-3 dengan warna merah, pH 4 berwarna kuning, pH 5-7 berwarna
merah, dan pada pH 8-14 berwarna kuning. Kemudian pada indikator phenolptalein, pH 1-7
tidak berwarna, pH 8-9 berwarna ungu, dan pH 10-14 berwarna merah. Selanjutnya pada
indikator ekstrak kunyit, pH 1-3 berwarna kuning, pH 4-6 berwarna jingga, pH 7 berwarna
kuning, pH 8-11 berwarna jingga, dan pH 12-14 berwarna coklat. Dan pada indikator ekstrak
bunga sepatu, pH 1-3 berwarna merah, pH 4-6 berwarna pink, pH 7-11 tidak berwarna, dan pada
pH 12-14 berwarna hijau.

C. Pembahasan

Pada praktikum indikator sifat asam dan basa suatu larutan, kami menggunakan metil
merah, phenolptalein dan indikator alami. Pada indikator alami, kami menggunakan ekstrak
kunyit dan ekstrak bunga sepatu. Dari keempat indikator tersebut, memiliki kandungan masing –
masing, sehingga dapat dijadikan sebagai indikator sifat asam dan basa suatu larutan. Metil
merah adalah indikator warna yang berubah menjadi merah dalam larutan asam. Ini
merupakan zat warna azo, dan berbentuk bubuk kristal berwarna merah gelap. Metil merah
adalah indikator pH, berwarna merah pada pH di bawah 4,4, kuning pada pH 6,2, dan jingga
pada pH di antaranya. Pada keadaan netral metil merah akan berwarna kuning, hal ini karena
metil merah jika ditirasi dengan asam pada saat titik ekivalen (keadaan netral). (Wikipedia,
2017).

Kemudian pada phenolptalein dapat mengubah warna larutan dikarenakan ketika larutan
basa setelah diberi phenolptalein larutan ini berubah warna menjadi kuning, hal ini disebabkan
karena phenolptalein berwarna merah dalam kondisi basa akibat struktur ion resonansinya.
Phenolptalein kembali menjadi tidak berwarna dalam penambahan basa pekat yang berlebih
karena perubahan strukturnya menjadi karbinol. Perubahan struktur phenolptalein dapat
dijelaskan sebagai berikut. Pada pH < 8,3 adanya larutan alkali encer, menyebabkan cincin
lakton pada struktur fenilftalein terbuka dengan menghasilkan struktur trifenilkarbinol, dan
struktur trifenilkarbinol akan kehilangan air dengan menghasilkan ion beresonansi (struktur
resonansi) yang memberikan warna merah. Dengan adanya penambahan basa alkali alkoholik
pekat yang berlebih, maka atom C sp2 yang mengikat tiga gugus fenil akan diserang oleh
OHyang menyebabkan pemutusan ikatan rangkap konjugasi dan membentuk atom C sp3 dengan
struktur karbinol. (Azizah, Nahri. 2015).

Senyawa yang berperan dalam perubahan warna indikator alami adalah antosianin yang
juga merupakan metabolit sekunder dari flavonoid dan termasuk pigmen yang larut dalam air
secara alami sehingga memiliki kemampuan untuk bereaksi baik dengan asam maupun dengan
basa. Antosianin berwarna merah dalam media asam, dan berubah menjadi ungu dan biru pada
media basa. Klorofil merupakan pigmen yang paling dominan pada tumbuhan, memiliki
kemampuan bereaksi dengan asam maupun basa yang menghasilkan warna hijau keabu-abuan
dalam suasana asam dan kuning kehijauan pada suasana basa. (Nugroho, 1998).

Kandungan zat kimia yang terdapat dalam kunyit adalah minyak atsiri, pati, serat dan
abu. Rimpang kunyit kandungan kimianya akan lebih tinggi apabila berasal dari dataran rendah
dibandingkan dengan kunyit yang berasal dari dataran tinggi. Seperti pada tabel 1 berikut.
Komponen utama dalam rimpang kunyit adalah kurkuminoid dan minyak atsiri. Berdasarkan
hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) bahwa kandungan
kurkumin rimpang kunyit ratarata 10,92%. Zat warna kurkumin menurut (Nugroho, 1998) adalah
kristal berwarna kuning orange, tidak larut dalam ether, larut dalam minyak, dalam alkali
berwarna merah kecoklatan, sedangkan dalam asam berwarna kuning muda. Kurkumin
memberikan perubahan warna yang jelas dan cepat yaitu kurang dari 5 detik sehingga
dimungkinkan sebagai indikator (Muhammad R, 2007). Adanya kandungan kurkumin pada
kunyit dapat ditunjukkan dengan titrasi basa kuat dan asam kuat dan titrasi asam lemah dengan
asam kuat. Jika ekstrak kunyit ketika didalam larutan asam akan memberikan warna kuning tua ,
ketika didalam larutan basa akan memberikan warna jingga dan jika pada larutan netral tidak
mengalami perubahan warna.

Bunga sepatu dapat dijadikan indikator karena mempunyai zat warna yang disebut
antosianin dan mampu memberikan perubahan warna baik pada senyawa asam maupun senyawa
basa. Ketika di dalam larutan asam akan memberikan warna merah, sedangkan di dalam larutan
basa akan memberikan warna hijau, dan di dalam larutan netral tidak berwarna. (Mayyani H,
2012). Kelopak bunga tumbuhan memiliki pigmen sehingga ketika diekstrak menghasilkan
berbagai warna. Zat warna tumbuhan menunjukan warna yang berbeda dalam kondisi pH yang
berbeda-beda. Hasil pengujian warna terhadap larutan baku yang memiliki pH tertentu,
menunjukan pH dimana indikator alami tersebut bekerja. Warna ini dapat digunakan sebagai
standar dalam pengukuran pH dari larutan yang belum diketahui pH-nya. Asam kuat dan basa
kuat akan terurai sempurna dalam air dan pada titik ekivalen memiliki pH sama dengan 7.
Indikator alami dapat dipakai sebagai penentuan konsentrasi dalam titrasi asam basa. (Pratiwi
R,2013)

Sebelum larutan di tetesi menggunakan metil merah, phenolptalein, ekstrak kunyit,


ekstrak bunga sepatu, larutan terlebih dahulu di cek pH nya menggunakan indikator universal.
Pada indikator tersebut dapat mengalami perubahan warna ketika dicelupkan pada suatu larutan
dengan konsentrasi tertentu. Sehingga kita dapat menentukan besarnya pH pada suatu larutan
dengan konsentrasi tertentu. Indikator universal adalah indikator pH berisi larutan dari beberapa
senyawa yang menunjukkan beberapa perubahan warna yang halus pada rentang pH antara 1-14
untuk menunjukkan keasaman atau kebasaan larutan. Suatu indikator universal biasanya terdiri
dari air, 1-propanol, garam natrium phenolptalein, natrium hidroksida, metil merah, garam
mononatrium bromotimol biru, dan garam mononatrium timol biru. (Wikipedia, 2017). Sehingga
dari kandungan tersebut, dapat bereaksi dengan larutan ketika indikator dicelupkan ke dalam
larutan, kemudian akan merubah warna pada kertas indikator tersebut.

Setelah memperoleh data mengenai sifat asam dan basa suatu larutan, juga pH suatu
larutan. Kemudian kami dapat membuat data berupa trayek pH pada setiap indikator yaitu metil
merah, phenolptalein, ekstrak kunyit, dan ekstrak bunga sepatu. Namun, ada beberapa yang tidak
sesuai dengan hipotesis yang telah kami buat. Pada metil merah, trayek pH metil merah yang
sesuai dengan teori yaitu metil merah memiliki trayek perubahan warna antara pH 4,2 – 6,2. Jika
pH kurang dari 4,2 larutan berwarna merah, jika pH lebih dari 6,2 larutan berwarna
kuning.Namun, pada praktikum yang telah kami lakukan pada pH 5-7 warna larutan merah, tidak
sesuai dengan hipotesis dan teori yang seharusnya berwarna kuning. Hal tersebut dikarenakan
saat kami melakukan praktikum terjadi kontaminasi antara larutan satu dengan larutan lainnya
melalui alat yang kami gunakan seperti plat tetes dan pipet, sehingga terjadi perubahan warna
menjadi tidak sesuai dengan hipotesis dan teori.

Kemudian pada phenolptalein, trayek pH tidak sesuai dengan hipotesis yang telah kami
buat. Trayek pH phenolptalein yang sesuai dengan teori yaitu phenolptalein memiliki trayek
perubahan warna antara pH 8 - 9,8. Jika pH kurang dari 8 larutan tidak berwarna, jika pH lebih
dari 9,8 larutan berwarna merah. Namun pada praktikum yang telah kami lakukan menghasilkan
trayek pada pH 8-9 berwana ungu, yang seharusnya berwarna merah. Hal tersebut dikarenakan
trayek 8 – 9 berada ditengah – tengah trayek pH yang sesuai dengan teori. Sehingga perubahan
warna yang terjadi tidak berubah menjadi merah ataupun tidak berwarna. Dimana, jika sesuai
teori trayek pH dibawah 8 tidak berwarna, dan yang lebih dari 9,8 berwarna merah. Sedangkan
pada trayek 8 – 9 tidak termasuk dalam keduanya.

Perubahan warna larutan ketika ditetesi ekstrak kunyit yang sesuai dengan teori yaitu jika
ekstrak kunyit ketika didalam larutan asam akan memberikan warna kuning tua , ketika didalam
larutan basa akan memberikan warna jingga dan jika pada larutan netral tidak mengalami
perubahan warna. Trayek pH nya yaitu dibawah 7 berwarna kuning, dan lebih dari 8 berwarna
jingga. Kemudian, indikator ekstrak mahkota bunga sepatu memiliki trayek pH dibawah 5
berwarna merah, dan pH diatas 9 berwarna hijau. (Day dan Underwood, 1998).
Anonim. 2017. Indikator Universal. Online. https://id.wikipedia.org/wiki/Indikator_universal.
(diakses pada tanggal 10 April 2018 pukul 14.30 WIB).

Anonim. 2017. Metil Merah. Online. https://id.wikipedia.org/wiki/Metil_merah. (diakses pada


tanggal 10 April 2018 pukul 14.15 WIB).

Azizah, Nahri. 2015. Laporan Praktikum Penentuan Sifat Keasaman dan Kebasaan Larutan.
Online. https://nahriazizah.files.academia.edu/2015/04/laporan-praktikum-penentuan-sifat-
keasaman-dan-kebasaan-larutan.pdf. (diakses pada tanggal 10 April 2018 pukul 13.45
WIB).

Day dan Underwood. 1998. Quantitave Analysis: Analisis Kimia Kuantitatif, Terbitan ke-2,
(diterjemahkan oleh Soendoro, Widaningsih dan Rahardjeng). Surabaya : Erlangga.

Mayyani, Hidayatul. 2012. Kenapa Ekstrak Bunga Sepatu Digunakan Untuk Indikator Asam
Basa. Online. https://hidayatulmayyani.wordpress.com/2012/03/21/kenapa-ekstrak-bunga-
sepatu-digunakan-untuk-indikator-asam-basa/. (diakses pada tanggal 10 April 2018 pukul
13.10 WIB).

Mohammad, R., Ahmad, M., Daud,J.M,. 2007. Potensi Kurkumin Sebagai Penunjuk pH Semula
Jadi Untuk Pembangunan Sensor Optik pH, M.J.A.S II. Jakarta : Erlangga.

Nugroho N.A. 1998. Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit. Trubus Agriwidya : Ungaran,

Nuryanti, Siti. Dkk. 2010. Indikator Titrasi Asam-Basa Dari Ekstrak Bunga Sepatu (Hibiscus
Rosa Sinensis L). Online. file:///C:/SEMESTER%204/90676-ID-indikator-titrasi-asam-
basa-dari-ekstrak.pdf. (diakses pada tanggal 10 April pukul 21.35 WIB).

Pratiwi, Riska. 2013. Indikator Asam Basa Alami. Online.


http://riskapratiwiy.academia.edu/2013/05/indikator-asam-basa-alami.html. (diakses pada
tanggal 10 April 2018 pukul 15.40 WIB).

Sundari, Ratna. 2016. Pemanfaatan Dan Efisiensi Kurkumin Kunyit (Curcuma Domestica Val)
Sebagai Indikator Titrasi Asam Basa. Online. file:///C:/SEMESTER%204/133454-ID-
pemanfaatan-dan-efisiensi-kurkumin-kunyi.pdf. (diakses pada tanggal 10 April 2018 pukul
21.15 WIB).

Anda mungkin juga menyukai