Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH OBAT-OBAT ANTIKOLINERGIK

TUGAS FARMAKOLOGI II

Disusun oleh :
1. Nabila Pramesti (2011067105)
2. Nadania Isnann Romadhoni (2011067106)
3. Nenta Anggy Wijayanti (2011067107)
4. Ning Ayu Lestari (2011067108)
5. Noor Aning Silviana Putri (2011067109)
6. Nova Riski Widyastuti (2011067110)
7. Nuha Aisyah Putri (2011067111)
8. Pristiana Hakim Saputri (2011067112)
9. Rahmalia Indah Mutiara (2011067113)
10. Rosydatul Nadya Rahmawati (2011067114)
11. Safana Nur Intani (2011067115)
12. Sekar Risqita M.S. (2011067116)
13. Shafira Rizqa Hasanta (2011067117)
14. Salsabila Florensia (2011067118)
15. Valentino Nuari W. (2011067119)
16. Viana Wulandari (2011067120)
17. Viona Melinda Putri (2011067121)
18. Wali Ajhi Satria N. (2011067122)
19. Yadiska Nausa W. (2011067123)
20. Yuka Puspitaningtyas (2011067124)
21. Yuliana Eka Safitri (2011067125)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI AKADEMI


FARMASI INDONESIA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii


BAB I.................................................................................................................................. 3
A. Latar Belakang...................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................. 3
BAB II ................................................................................................................................ 4
A. Kajian Teori .......................................................................................................... 4
1. Kolinergik (Parasimpatomimetik) .................................................................. 4
2. Obat-Obat Antikolinergik ................................................................................ 5
BAB III .............................................................................................................................. 8
PENUTUP ......................................................................................................................... 8
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem saraf pusat (SSP), yang terdiri dari otak dan medula spinalis
dan merupakan Sistem saraf utama dari tubuh. Sistem saraf tepi, terletak
diluar otak dan medula spinalis, terdiri dari 2 bagian; otonom dan somatic.
Setelah ditafsirkan oleh SSP, Sistem saraf tepi menerima rangsangan dan
memulai respons terhadap rangsangan itu.
Sistem saraf otonom (SSO), juga disebut sebagai sistem saraf
visceral, bekerja pada otot polos dan kelenjar. Fungsi dari SSO adalah
mengendalikan dan mengatur jantung, Sistem pernapasan, saluran
gastrointestinal, kandung kemih, mata dan kelenjar. SSO mempersarafi
(bekerja pada) otot polos, tetapi SSO merupakan sistem saraf involunter
yangkita tidak atau sedikit bisa dikendalikan. Kita bernapas jantung kita
berdenyut, dan peristaltik terjadi tanpa kita sadari. Tetapi, tidak seperti
Sistem saraf otonom, sistem saraf somatik merupakan sistem volunter yang
mempersarafi otot rangka, yang dapat kita kendalikan.
Dua peringkat neuron dalam komponen otonom pada sistem saraf
perifer adalah:
1. Neuron aferen, atau sensorik, dan
2. Neuron eferen, atau motorik
Neuron aferen mengirimkan impuls ke SSP, dimana impuls itu
diinterprestasikan. Neuron eferen menerima impuls (informasi) dari otak
dan meneruskan impuls ini melalui medula spinalis ke sel-sel organ efektor.
Jalur eferen dalam sistem saraf otonom dibagi menjadi dua cabang; saraf
simpatis dan parasimpatis, yang keseluruhannya disebut sebagai sistem
saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis.
Sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis bekerja pada
organ-organ yang sama tetapi menghasilkan respons yang berlawanan agar
tercapainya homeostasis (keseimbangan). Kerja obat-obat pada sistem saraf
simpatis dan parasimpatis dapat berupa respons yang merangsang atau
menekan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu anti kolinergik?
2. Bagaimana penggolongan obat anti kolinergik?

C. Tujuan Penelitian
1. Meningkatkan pengetahuan tentang ap aitu anti kolinergik
2. Mengetahui penggolongan obat-obat anti kolinergik beserta contohnya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Teori
1. Kolinergik (Parasimpatomimetik)
a. Definisi Parasimpatomimetika
Parasimpatomimetika adalah sekelompok zat yang dapat
menimbulkan efek yang sama dengan stimulasi Susunan Parasimpatis (SP),
karena melepaskan neuron asetilkolin (ACh) diujung-ujung neuronnya.
Tugas utama SP adalah mengumpulkan energi dari makanan dan
menghambat penggunaannya, singkatnya berfungsi asimilasi. Bila neuron
SP dirangsang timbulah sejumlah efek yang menyerupai keadaan istirahat
dan tidur. Efek kolinergis faal yang terpenting seperti: stimulasi pencernaan
dengan jalan memperkuat peristaltik dan sekresi kelenjar ludah dan getah
lambung (Hcl), juga sekresi mata, memperkuat sirkulasi, antara lain dengan
mengurangi kegiatan jantung, vasodilatasi, dan penurunan tekanan darah,
memperlamba pernafasan, antara lain dengan menciutkan bronchi,
sedangkan sekresi dahak diperbesar, kontraksi otot mata dengan efek
penyempitan pupil (miosis) dan menurunnya tekanan intraokuler akibatnya
lancarnya pengeluaran air mata, kontraksi kantung kemih dan ureter dengan
efek memperlancar pengeluaran urin, dilatasi pembuluh dan kontraksi otot
kerangka, menekan SSP setelah pada permulaan menstimulasinya, dan lain-
lain. (Tan Hoan Tjay & Rahardja, 2002).
Menurut sifat kerjanya, reseptor kolinergik (kolinoseptor) dapat
dibedakan menjadi reseptor muskarinik dan reseptor nikotinik berdasarkan
afinitas terhadap zat yang bersifat sebagai kolinomimetik.

b. Reseptor Kolinergik
Menurut sifat kerjanya, reseptor kolinergik (kolinoseptor) dapat
dibedakan menjadi reseptor muskarinik dan reseptor nikotinik berdasarkan
afinitas terhadap zat yang bersifat sebagai kolinomimetik.

1) Reseptor Muskarinik
Selain berikatan dengan ACh, reseptor muskarinik juga berikatan
dengan muskarin, yaitu suatu alkaloid yang terdapat pada jamur beracun.
Reseptor muskarinik ini menunjukkan afinitas yang lemah terhadap nikotin.
Hasil studi-studi ikatan (binding study) dan dengan memberikan
penghambat tertentu, telah dapat ditemukan beberapa subtype reseptor
muskarinik yaitu M1, M2, M3, M4, dan M5. Reseptor muskarinik dapat
ditemukan dalam ganglia Sistem saraf efektor dan organ efektor otonom
seperti, jantung, otot polos, otak, dan kelenjar eksokrin. Kelima reseptor M
tersebut terdapat dalam neuron, dan juga ditemukan reseptor M1 dalam
didalam sel parietal lambung, reseptor M2 didalam otot jantung dan otot
polos, serta reseptor M3 di dalam kelenjar eksokrin dan otot polos. Reseptor
muskarinik didalam jaringan-jaringan diatas lebih peka terhadap obat

4
muskarinik, namun dalam dosis tinggi muskarinik dapat pula memacu
reseptor nikotinik.
Mekanisme transduksi sinyal asetilkolin
Setelah asetilkolin berikatan dengan reseptor muskarinik, akan
timbul sinyal dengan mekanisme yang berbeda. Misalnya, bila reseptor M1
atau M2 diaktifkan, reseptor ini akan mengalami perubahan konformasi dan
berinteraksi dengan protein G yang selanjutnya akan mengaktifkan
fosfolipase C. akibatnya akan terjadi hidrolisis fosfatidilinositol-
94,40bifosfate (PIP2) yang akan menyebabkan peningkatan kadar Ca++
intrasel. Selanjutnya kation ini akan berinteraksi atau memacu ion
menghambat enzim-enzim, atau menyebabkan hiperpolarisasi, sekresi, atau
kontraksi. Sebaliknya, aktivasi reseptor subtype M2 pada otot-otot jantung
memacu protein G yang menghambat adenilsikase dan mempertinggi
konduksi K+ sehingga denyut dan kontraksi otot jantung menurun.

2) Reseptor Nikotinik
Selain mengikat ACh, reseptor ini dapat mengenal nikotin , dan
afinitasnya lemah terhadap muskarin. Pada tahap awal, nikotin memang
memacu reseptor nikotinik, namun setelah itu nikotin akan menyekat
reseptor nikotinik sendiri. Reseptor nikotinik terdapat dalam SSP, medulla
adrenal, ganglion otonom, dan pada sambungan saraf otot (myoneural
junction). Obat-obat nikotinik akan memacu reseptor nikotinik di ganglion
otonom dan yang terdapat pada sambungan saraf otot. Misalnya reseptor
nikotinik di ganglion dihambat secara selektif oleh heksametonium,
sedangkan reseptor nikotinik pada sambungan saraf otot dihambat secara
spesifik oleh tubokurarin.

2. Obat-Obat Antikolinergik
a) Definisi Obat Antikolinergik
Obat-obat anti kolinergik (antagonis kolinergik) ialah obat yang
bekerja secara langsung atau tidak langsung menurunkan fungsi
neurotransmiter asetilkolin. Anti kolinergik juga disebut
parasimpatomimetik karena menghasilkan efek yang mirip dengan
perangsangan Sistem saraf parasimpatis.
Obat-obat anti-kolinergik memiliki 5 indikasi utama, yaitu:
1. Dilatasi pupil mata
2. Peningkatan denyut nadi
3. Menurunkan motilitas gastrointestinal
4. Mengurangi sekresi mucus
5. Meningkatkan retensi urin

b) Penggolongan
1) Antagonis Muskarinik
Antagonis muskarinik adalah dimana obat bersifat kompetitif terhadap
asetilkolin pada reseptor asetil kolin muskarinik.

5
Contoh:
● Atropin yang berasal dari tanaman atropa belladonna
mekanisme kerja atropi mencegah ikatan reseptor muskarinik
Ach,mengikat reseptor lebih dahulu (Competitif).
● skopolamin (mencegah motion sickness) = pusat mual diatur oleh Ach
myskarinik dimana termasuk mual ringan dan dapat digunakan antihistamin
seperti dimenhidrinat.
● ipatropium (bronkodilator) = mencegah kontraksi otot bronkus dengan
inhibisi sistem syaraf parasimpatik.dikombinasi dengan salbutamol untuk
memacu sistemsyaraf simpatik.
2) Antagonis Nikotinik
Antagonis reseptor nikotinik ini adalah sebagai tambahan pada teknik
anestesi bedah untuk memperoleh relaksasi otot skelet, terutama dinding
abdomen, sehingga dapat membantu kelancaran operasi.
Contoh:
● Heksametonium (nikotin) menghambat ganglion, ganglion adalah benjolan
berisi cairan yang tumbuh di area sendi atau jaringan yang menghubungkan
otot dengan tulang (tendon).
● Trimetafan adalah Antagonis kompetitif Ach di reseptor muskarin →
menghambat aktivitas 6ystem.
3) Regenerator Kolinesterase
• Curare
Adalah senyawa organic yang termasuk golongan alkaloid yang bertindak
sebagai neurotoksin dengan memblokir aksi asetilkolin di sinaps,
mengakibatkan kelumpuhan dan kematian akibat sesak napas
saat pernapasan berhenti akibat kelumpuhan. Ini digunakan untuk meracuni
panah dan tombak oleh masyarakat adat di daerah di mana tanaman yang
mengandung curare tumbuh.
• Prolidoksin
digunakan bersama dengan atropin pada pengobatan keracunan insektisida
organofosfat atau nerve agent. Biasa diberikan dalam bentuk injeksi.
4) Efek Samping
▪ Kebingungan.
▪ Halusinasi.
▪ Masalah memori.
▪ Mulut kering.
▪ Pandangan yang kabur.

6
▪ Sembelit.
▪ Mengantuk.
▪ Penurunan tingkat kesadaran.
▪ Kesulitan buang air kecil.
▪ Delirium.
▪ Keringat berkurang.
▪ Air liur berkurang.
5) Kontra Indikasi
• Hipertensi
• Glaukoma
• Penyumbatan saluran kemih
• Detak jantung meningkat atau takikardi
• Gagal Jantung
• Myasthenia gravis
• Hipertiroidisme.
• Pembesaran prostat.
• Mulut kering parah.
• Hernia hiatus.
• Sembelit parah.
• Penyakit liver.
• Sindrom Down.
6) Pencegahan
Olahraga Rutin.
Konsumsi vitamin B yang cukup.
Hindari aktivitas yang berulang.
Menjaga berat badan.
Menjaga pola makan.

7
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem saraf pusat (SSP), yang terdiri dari otak dan medula spinalis
dan merupakan Sistem saraf utama dari tubuh. Sistem saraf tepi, terletak
diluar otak dan medula spinalis, terdiri dari 2 bagian; otonom dan somatic.
Setelah ditafsirkan oleh SSP, Sistem saraf tepi menerima rangsangan dan
memulai respons terhadap rangsangan itu.
Parasimpatomimetika adalah sekelompok zat yang dapat
menimbulkan efek yang sama dengan stimulasi Susunan Parasimpatis (SP),
karena melepaskan neuron asetilkolin (ACh) diujung-ujung neuronnya.
Tugas utama SP adalah mengumpulkan energi dari makanan dan
menghambat penggunaannya, singkatnya berfungsi asimilasi. Bila neuron
SP dirangsang timbulah sejumlah efek yang menyerupai keadaan istirahat
dan tidur. Menurut sifat kerjanya, reseptor kolinergik (kolinoseptor) dapat
dibedakan menjadi reseptor muskarinik dan reseptor nikotinik
Obat-obat anti kolinergik (antagonis kolinergik) ialah obat yang
bekerja secara langsung atau tidak langsung menurunkan fungsi
neurotransmiter asetilkolin. Menurut sifat kerjanya, obat-obat anti
kolinergik (kolinoseptor) dapat dibedakan menjadi antagonis muskarinik
dan antagonis nikotinik, serta regenerator kolinesterase.

8
DAFTAR PUSTAKA
Sunaryo Hadi, et al. 2020. Farmakologi Obat Sistem Saraf. Uhamka Press: Jakarta
Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya. 2008. Kumpulan Kuliah Farmakologi Edisi II. Jakarta: EGC
Kee J.L, Hayes E.R. 1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai