Anda di halaman 1dari 31

Mekanisme Proses Mastikasi : Reseptor Mastikasi, Organ/Komponen

yang Berperan, Gerakan Ritmik Rahang Saat Mastikasi, Faktor-


Faktor yang Mempengaruhi Mastikasi dan Mekanisme Reflex
Mastikasi

ORAL BIOLOGI 6

Oleh :

Kelompok 8
Ridha Aldina (04031181419007)
Rossiana Nanngala P (04031181419008)
Ratu Kharisma (04031381419051)
Dani Septama Syahrial (04031381419054)
R. Irwin Setiadi (04031281419064)

Dosen Pembimbing : drg. Shanty Chairani, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
Mekanisme Proses Mastikasi : Reseptor Mastikasi, Organ/Komponen
yang Berperan, Gerakan Ritmik Rahang Saat Mastikasi, Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Mekanisme Reflek Mastikasi

Mastikasi merupakan sebuah proses penghancuran makanan dan persiapan


untuk proses penelanan.2 Mastikasi juga merupakan pencernaan mekanin yang
menjadi tahap awal keseluruhan sistem pencernaan, dimana makanan dihancurkan
menjadi partikel-partikel kecil sehingga memudahkan penelanan. Gerakan
mengunyah meliputi kinerja otot-saraf yang sangat kompleks dan terkoordinasi, yang
selain melibatkan gerakan mandibula juga melibatkan gigi-geligi dengan. Gerakan
mandibula pada pengunyahan merupakan kontraksi serangkaian otot yang melekat
pada tulang mandibula, dan sifatnya terkoordinasi. Otot-otot wajah, lidah dan bibir
juga berperan penting dalam mempertahankan bolus makanan di antara gigi-geligi.
Komponen lain yang berperan dalam sistem mastikasi ialah sendi temporomandibular
(TMJ) yang menjadi komponen penting dalam pergerakan kunyah dari mandibula.

A. RESEPTOR MASTIKASI

Semua input yang diterima reseptor menjadikan korteks dan batang otak
mengkoordinasi kerja otot untuk merespon dengan tepat. Reseptor pengunyahan dapat
digolongkan menjadi dua berdasarkan spesifikasi informasi sensoris yang
disediakannya, diantaranya yaitu:

1. Reseptor sensorik merupakan struktur syaraf yang terletak di seluruh jaringan tubuh
dan menyediakan informasi mengenai keadaan jaringan bagi CNS (central nervus
system) melalui neuron afferen.

2. Reseptor spesifik menyediakan informasi yang spesifik pula, seperti :

a) nosiseptor, berhubungan dengan rasa sakit dan ketidaknyamanan

b) propioseptor, berhubungan dengan posisi dan pergerakan mandibula


c) interoseptor, berhubungan dengan keadaan organ dalam

Reseptor sensorik pada sistem mastikasi:

1. Gelendong otot (muscle spindle)


2. Organ tendon golgi (tendon organs)
3. Temporomandibilar joint (TMJ) afferent
4. Kulit dan mukosa (skin and mucosal receptors)
5. Reseptor periodontal (periodontal mechanoreceptors / PMRs)

a. Gelendong Otot (Muscle spindle)

Otot-otot pada tulang terdiri dari 2 tipe serat otot : (1) serat ekstrafusal (2) serat
intrafusal. Gelendong otot (muscle spindle) adalah jaringan ikat yang menyatukan
kumpulan serat intrafusal. Gelendong otot berperan utama dalam memonitor tekanan
pada otot. Gelendong otot berselang-seling dalam otot dan sejajar dengan serat
ekstrafusal. Pada masing-masing gelendong otot, inti dari serat intrafusalnya terbentuk
dari 2 macam tipe yaitu chainlike (nuclear chain type) dan clumped (nuclear bag type).
Serat intrafusal disuplai oleh 2 tipe neuron afferen berdasarkan diameternya :

Neuron berdiameter besar, yang mengantarkan impuls pada kecepatan tinggi dan
ambang yang rendah, berakhir pada bagian tengah serat intrafusal dan disebut juga
primary ending/annulospiral ending.

Neuron berdiameter kecil, yang berakhir pada kutub gelendong dan disebut juga
sebagai secondary ending/flower spray ending.

Karena serat intrafusal sejajar dengan ekstrafusal, maka serat intrafusal juga akan
meregang ketika otot meregang. Peregangan ini dimonitor oleh nuclear chain
type dan nuclear bag type. Dua tipe ini diaktivasi ketika terjadi peregangan kemudaian
membawa impuls ke CNS.

Serat intrafusal menerima innervasi efferen melalui : serat syaraf fusimottor ,


yang diklasifikasikan sebagai serat efferen gamma untuk membedakan serat syaraf alfa
yang menyuplai serat ekstrafusal. Serat syaraf efferen gamma bermula dari CNS dan
ketika distimulasi menyebabkan kontraksi serat intrafusal. Ketika intrafusal
berkontraksi, NCT dan NBT pun meregang, dimana menandakan jika otot meregang,
maka aktivitas afferen akan bekerja. Ada 2 hal utama dimana serat afferen dari
gelendong otot dapat distimulasi, yaitu :

Peregangan umum otot (ekstrafusal)


Kontraksi intrafusal. Gelendong otot tidak dapat membedakan antara 2 hal tersebut.

Muscle spindle teraktivasi akibat rangsangan taktil pada wajah, bibir dan mukosa
mulut dari otot-otot penutup rahang dengan melibatkan sinyal proprioseptiv dari reseptor
yag mengendalikan gerakan membuka dan menutup mulut selama pengunyahan. Muscle
spindle banyak terdapat di masseter, tempotralis, dan pterygoideus medialis. Efek
stimulasi taktil mungkin memiliki efek langsung pada transmisi kinestetik
(proprioseptif) impuls ke korteks serebral. Efeknya mungkin datang melalui pengaruh
sentrifugal pada reseptor kinestetik dan relay stations mereka. Mekanisme lain melalui
rangsangan taktil meningkatkan persepsi kinestetik dan visual melalui ARAS

Tak hanya oleh rangsangan taktil, reseptor ini juga teraktifasi karena rangsangan
seperti ketukan pada dagu. Serabut otot pada reseptor ini peka terhadap regangan
(perubahan panjang otot), dan berdaptasi secara lambat. Muscle spindle berperan dalam
reflex miotatik. Pada otot yang tidak memiliki atau memiliki sedikit muscle spindle,
maka dikendalikan oleh ujung saraf bebas atau bergantung pada afferent yang peka
terhadap regangan misalnya sendi TMJ.

b. Organ Tendon Golgi

Organ tendon golgi merupakan mekanoreseptor yang peka terhadap tegangan otot,
suhu, dan tekanan. Fungsi utama dari organ tendon golgi adalah memonitor tekanan,
sementara gelendong otot berfungsi memonitor panjang otot. Organ tendon golgi bekerja
pada rangkaian serat ekstrafusal dan tidak sejajar seperti gelendong otot. Organ tendon
golgi terdiri dari serat tendon yang dikelilingi limp dan diselubungi oleh kapsul berserat.
Sinyal-sinyal dari organ tendon golgi merambat ke medulla spinalis yang
menyebabkan terjadinya hambatan respon (negative feed-back) terhadap kontraksi otot
yang terjadi. Hal ini untuk mencegah terjadinya sobekan otot sebagai akibat tegangan
yang berlebihan. Efek inhibisi dari organ tendon golgi menyebabkan rileksasi seluruh
otot secara tiba-.tiba. efek inhibisi terjadi pada waktu kontraksi ata regangan yang kuat
pada suatu tendon. Keadaan ini menyebabkan suati reflex seketika yang menghambat
kontraksi otot serta tegangan dengan cepat berkurang. Pengurangan tekanan ini
berfungsi sebagai suatu mekanisme protektif untuk mencegah terjadinya robek pada otot
atau lepasnya tendon dari perlekatannya ke tulang. Organ tendon golgi adalah
propioreseptor lain yang memiliki pengaruh gerah stretch reflex.

Gambar . Muscle Spindle dan Goldi Tendon


Gambar. Muscle Relaxed

Gambar 6. Stretch reflex


Gambar 7. Alpha-Gamma Coactivation

c. Temporomandibular Joint (TMJ) Afferent

Innervasi utama dari sendi rahang berasal adari auriculotemporal nerve


(posterior dan sisi lateral). Sisi anterior dari kapsul menerima innervasi dari nerve
messeter. Permukaan articulatory dari sendi berasal dari meniscus, kecuali tepi
periperal yang tidak terinnervasi.

Tipe reseptor yang ditemukan di kapsul TMJ memiliki akhiran nerve yang
bebas, akhiran rufini, organ golgi, dan vater-pacini corpuscle. Telah dijelaskan
bahwa ujung rufini dan organ golgi sebagai static mechanoreseptor dalam fungsi
kapsul, vater-pacini berakhir sebagai dynamic mechanoreseptor, dan saraf bebas
berakhir sebagai reseptor rasa sakit. Sel tubuh afferent yang menghubungkan reseptor
ke sistem saraf pusat di temukan berlokasi di trigeminal ganglion.
Gambar 8. Jalur trigeminal rasa sakit

d. Reseptor Kulit dan Mukosa

Fungsi sensoris oral mukosa akan memberikan informasi mengenai hal-hal


yang terjadi di rongga mulut. Dalam rongga mulut, reseptor akan berespon terhadap
suhu, sentuhan dan rasa sakit. Reseptor tertentu dalam rongga mulut juga akan
berespon terhadap kebutuhan akan air. Reflek seperti menelan, muntah, dan salivasi
juga diinisiasi oleh reseptor-reseptor pada oral mukosa.

Selain reseptor dapat beradaptasi dengan cepat dengan daerah reseptif yang
besar, semua reseptor ada di mukosa dan kulit manusia. Unit afferent mekanoreseptif
yang utama di kulit dan mukosa wajah manusia beradaptasi dengan lamban dan
mempunyai bidang reseptif yang kecil dan terdefinisikan dengan baik.

Nervus yang menunjang fungsi sensoris mukosa dekat epitel kehilangan


myelin. Pada epitel ini terdapat exteroceptor, yang distimulasi oleh lingkungan
eksternal yang bersinggungan langsung, antara lain akhiran syaraf bebas dan reseptor
untuk nyeri superfisial dan taktil, Meissner's corpules (sentuhan), korpuskula Ruffini
untuk rangsangan termal (panas) dan korpuskula Krauss' end bulbs untuk rangsang
dingin. Reseptor sensoris untuk nyeri (nosiseptor) yang merupakan ujung saraf bebas
terutama serabut A delta dan C terdapat pada kulit dan mukosa mulut.

e. Reseptor Periodontal

Mekanoreseptor periodontal yang dimiliki pada sel tubuh di dalam nucleus


mesensefalic dari saraf trigeminal terletak di dalam otak. Terdapat proyeksi yang kuat dari
inti mesensefalic ke inti motor dari saraf trigeminal yang menyampaikan informasi dari
mekanoreseptors periodontal ke otot-otot penutup rahang, yang terlibat dalam refleks lokal
(batang otak) selama pengunyahan. Refleks serupa pada segmental dapat disampaikan
melalui serat periodontal badan sel yang terletak di ganglion trigeminal dan proyek ke
nukleus sensorik utama dari saraf trigeminal dan pada gilirannya ke neuron dari nukleus
motorik trigeminal, yang mengakibatkan efek rangsang atau penghambatan pada otot penutup
rahang.

Contohnya adalah pada saat gerakan menutup rahang, ketika gigi menutup
secara cepat bersama-sama. Jalur untuk refleks ini dimulai pada reseptor periodontal,
termasuk pada soket tulang, dan diteruskan sampai ke saraf trigeminal sensorik untuk
memasuki mesencephalic batang otak inti saraf trigeminal dan diteruskan ke neuron
motorik trigeminal. Berikut sinyal ditransformasikan dengan melewati satu atau dua
interneuron penghambat, yang kemudian menghambat neuron motorik dari otot-otot
penutup rahang. Penghambatan motor neuron berhenti mereka dari mengirimkan
potensial aksi pada otot-otot penutup rahangyang kemudian berhenti berkontraksi.
Respon refleks pelindung ini hanya memakan waktu sekitar 0,01 s untuk bertindak.

Gambar 9. Proprioseptif dari periodonsium memiliki sel tubuh dalam inti


mesencephalic V

B. KOMPONEN MASTIKASI

Komponen sistem mastikasi sebetulnya terdiri dari tiga unsur yang terkait dan
saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Komponen pertama adalah maksila atau
rahang atas dan mandibula atau rahang bawah, yang merupakan tempat terletaknya
semua gigi.3 Komponen berikutnya ialah sepasang sendi temporomandibula
merupakan mata rantai kedua. Komponen ketiga dari mata rantai ini adalah jaringan
muskular dengan system saraf dan pembuluh darahnya.3 Dari aspek akivitasnya,
komponen pertama dan kedua disebut juga dengan komponen pasif. Sedangkan
jaringan muskular merupakan komponen aktif.3

1. Sendi temporomandibula (TMJ)

Sendi temporomandibula atau temporomandibular joint (TMJ) merupakan


sendi sinovial yang menghubungkan mandibula dengan tulang temporal pada posisi
yang tepat. Pada posisi normal kondilus mandibula berada tepat pada fossa glenoidea
tulang temporal.1,2 Tulang kartilago (diskus artikularis) merupakan bantalan yang
berada diantara kondilus dan fossa glenoidea yang memungkinkan mandibula
bergerak tanpa menimbulkan rasa sakit. TMJ didukung oleh beberapa struktur, antara
lain struktur tulang, ligamen, muskulus, dan saraf. TMJ menghubungkan tulang
mandibula dan tulang temporal.2,4

Komponen sendi temporomadibula:

Penampang artikular tulang temporal


o Eminensia artikularis
o Fossa glenoidalis
Prosesus Kondilaris (condylus)
Kapsula artikularis (capsule of the joint)
Diskus artikularis (articular disc/ meniscus)
Kavitas penghubung (join cavities)
o Kavitas sinovial atas
o Kavitas sinovial bawah
Ligamen-ligamen pendukung
o Ligamentum temporomandibular lateral
o Ligamentum stylomandibula
o Ligamentum sphenomandibula
2. Otot-otot Pengunyahan
a) Otot masseter

Arkus zigomatikum dengan arah


ORIGO serabut ke bawah dan melekat pada
ramus mandibula.
Ramus mandibula mulai molar
INSERSI kedua sampai ke angulus
mandibula.
Nervus trigerminus cabang
mandibula. Saraf melalui saraf
SARAF mandibula masseteric yang
memasuki permukaan yang
mendalam
Mengangkat mandibula untuk
FUNGSI merapatkan gigi sewaktu
mengunyah

b) Otot temporalis

ORIGO Fosa temporalis dan fascia


temporalis
Permukaan anterior prosesus

INSERSI koronoideus dan di sepanjang


ramus, mendekati gigi molar
terakhir
Percabangan mandibular pada n.
SARAF
trigeminal
Mengangkat mandibula, menutup
FUNGSI
rahang
c) Otot pterigoid lateral
1. Upper head mempunyai origo di
atap fosa infratemporalis (permukaan
inferior greater wing sphenoideus

ORIGO dan puncak infratemporalis), lateral


terhadap foramen ovale dan foramen
spinosum.
2. Lower head lebih lebar dari upper
head, mempunyai origo di
permukaan lamina pterigoideus
lateralisinsersio di leher kondilus
Serat otot pterigoideus lateralis dari
masing-masing kepala menyatu agar
dapat masuk ke fovea pterigoideus
leher mandibula dan kapsula STM.
1.Upper head. Insersio di kapsula
artikularis, diskus artikularis, dan
leher kondilus.
INSERSI
2.Lower head, Insersio di kapsula
artikularis, diskus artikularis, dan
leher kondilus

Percabangan syaraf dari bagian


mandibula n.trigeminal. Saraf
SARAF melalui saraf mandibularis
pterygoideus lateral dari batang
anterior.

Membuka rahang, protrusi


mandibula, menggerakan mandibula
sisi ke sisi, untuk menuntun
FUNGSI
pergerakan posterior diskus dan
kondilus seperti kembali ke posisi
sentrik
d) Otot pterigoid medial

Deep head melekat di atas


permukaan lamina lateralis medial

ORIGO dari prosesus pterigoideus


Superficial head mempunyai origo
di tuberositas maksilaris dan
prosessus palatinus
Permukaan medial ramus
INSERSI mandibula, lebih rendah dari
foramen mandibula

Nervus trigerminus cabang


SARAF
mandibularis

Mengangkat mandibula, elevasi


mandibular, menutup mulut dan
FUNGSI
mengangkat angulus mandibula
kemedial.

e) Otot Mylohyoid

ORIGO linea mylohyoidea

INSERSI raphe mediana dan os hyoid

SARAF N. mandibularis

Mengangkat dasar mulut dan lidah


(pada saat menelan), menurunkan
FUNGSI
rahan bawah, mengangkat tulang
lidah
f) Otot geniohyoid

ORIGO Spina mentalis mandibularis

INSERSI Corpus os hyoid

Membantu m. mylohyoideus untuk


mengangkat lidah, memfiksasi
FUNGSI
tulang lidah, menurunkan rahang
bawah.

g) Otot Stylohyoideus

ORIGO proc. Styloideus

os hyoid antara corpus dan cornu


INSERSI
majus

SARAF N. fasial

Memfiksasi tulang lidah,


FUNGSI menariknya ke arah dorsokranial
pada saat menelan
h) Otot digastrikus
Posterior berasal dari insura mastoideus
belly pada prosesus mastoideus
medialis tulang temporalis.
Anterior belly berasal dari fosa digastrikus
bagian bawah dalam
mandibula.
FUNGSI Ketika mandibula dalam
keadaan stabil. Otot
digastrikus menaikkan
tulang hioideus
Ketika tulang hioideus di
fiksasi, otot digastrikus
membuka mulut dengan
menurunkan mandibula.
C. GERAKAN RITMIK RAHANG SAAT MASTIKASI

Pada siklus mengunyah, saat makanan padat diubah menjadi lebih kecil dan
dapat ditelan, terdapat tiga fase:

1. Fase membuka (opening phase)


Mandibula mengalami depresi mulut membuka gigi maksila dan
mandibula terpisah.

Rata-rata mandibula membuka saat proses mengunyah adalah 16-20 mm.


Pada keadaan normal, gigi maksila dan mandibula hanya terpisah beberapa
millimeter saja dan kondilus mandibula berada pada bagian tertinggi dari
fossa mandibula (glenoid). Sedangkan, gerakan membuka mulut maksimum
adalah 50 sampai 60 mm, tergantung pada usia dan ukuran rahang individu.

Pada saat rahang bawah bergerak lambat, slow phase dan sedikit demi
sedikit membuka. Selama fase lambat ini tulang hyoid bergerak naik dan
maju. Dan ketika tulang hyoid maju lebih ke depan rahang maka rahang
terbuka lebih cepat atau disebut fast open phase. Tiap fase ini memerlukan
waktu 0,8 0,9 detik untuk menyelesaikan beban mastikasi.

Ketika mulut membuka saat mengunyah, terjadi pergerakan atau rotasi engsel
dari kondilus, tetapi tidak terjadi translasi. Gerakan rotasi ini terjadi pada
fossa glenoid.

Otot yang kontraksi: otot pterigoid lateralis, otot digastrik, otot geniohioid,
dan otot milohioid (ada di antara mandibula dan tulang hioid).
2. Fase menutup (closing phase)
Mandibula mengalami elevasi kontak gigi-makanan-gigi.

Pada akhir dari fase ini, ketika gigi berkontak dengan makanan, terjadi power
stroke, yaitu penekanan pada makanan.

Pada fase ini, gerakan rahang yang terjadi adalah gerakan vertikal, dimana
terjadi penghancuran makanan dengan menggunakan gigi insisivus dan
posterior pada satu sisi (working side), sedangkan gigi posterior pada non-
working side dapat berkontak atau tidak. Selanjutnya, akan dilanjutkan
dengan fase tiga.

Tekanan mastikasi yang terjadi di antara gigi-gigi disebabkan karena adanya


aktivasi otot-otot elevasi rahang. Tekanan maksimum menggigit pada
manusia normal adalaah 500-700 N antara gigi molar dan 100 N antara gigi
insisiv.

Ketika mulut menutup saat mengunyah, terjadi pergerakan atau rotasi engsel
dari kondilus, tetapi tidak terjadi translasi. Gerakan rotasi ini terjadi pada
fossa glenoid.

Otot yang kontraksi: otot masseter, otot temporalis, dan otot pterigoid
medialis (ada di antara kranium dan mandibula).

3. Fase oklusal atau intercuspal


Tidak ada terjadi gerakan vertikal, melainkan gerakan horizontal buko-
lingual, dengan gigi-gigi maksila dan mandibula dalam keadaan saling
kontak atau dipisahkan oleh selapis tipis makanan.

selama proses fase ini tekanan yang terjadi antar gigi-gigi lebih kecil, yaitu
sekitar 70-150 N. Besar tekanan mastikasi tergantung dari tekstur makanan.
Bila makanan keras (contoh: kacang), maka nilai tekanannya juga semakin
besar dan bila makanannya lunak (contoh: keju), maka nilai tekanannya akan
lebih rendah.

Pergerakan mandibula rata-rata pada siklus pengunyahan untuk gerakan


lateral adalah antara 3 - 5 mm. Sedangkan, pergerakan lateral maksimum
tanpa adanya disfungsi otot TMJ atau rasa sakit adalah sekitar 10 - 12 mm.

Kontak oklusal yang terjadi pada oklusi sentrik, setidaknya 80% sampai 90%
dari semua siklus mengunyah.

Selama proses mengunyah, mandibula akan bergerak dari satu sisi ke sisi
lain. Kondilus pada working side akan bergerak ke arah lateral sebesar 1-5
mm (pergerakan Bennet) dan sedikit lebih ke posterior pada fossa glenoid.
Sedangkan, kondilus pada non-working side akan bergerak ke eminensia,
tetapi belum mencapai puncak eminensia dan sedikit ke medial.

Pada transisi dari fase oklusal atau intercuspal ke posisi istirahat mandibula,
terjadi sedikit rotasi pada TMJ (sekitar 20) dan sedikit gerakan vertikal.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mastikasi

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan mekanisme mastikasi antara


lain :

1. Bolus
Pengunyahan merupakan hal yang berperan penting dalam proses
pencernaan makanan, khususnya untuk kebanyakan buah dan sayuran yang
berserat karena mereka memiliki membran selulosa yang tidak tercerna.
Pengunyahan pada makanaan berserat akan menghasilkan bolus dengan waktu
pengunyahan yang lebih lama dan frekuensi pengunyahan lebih besar dibanding
pengunyahan makanan yang lunak. Dan daya kunyah dapat diukur dengan
menentukan kapasitas individu dalam memecah makanan menjadi partikel yang
lebih kecil (bolus). Oleh sebab itu, seseorang yang sering makan makanan yang
lunak, kekuataan pengunyahannya lebih rendah dibandingkan seseorang yang
sering makan makanan yang berserat.

2. Gigi
Adanya kontak gigi yang tidak baik akan mendorong dokter gigi untuk
membentuk kembali mahkota gigi tersebut, sehingga dapat mengubah relasi
oklusi yang normal. Akibatnya, akan terjadi perubahan dari otot-otot mastikasi
karena oklusi telah berubah. Pencabutan gigi posterior juga akan
mempengaruhi otot pengunyahan karena beban kunyah akan lebih terlokalisir
pada gigi anterior dan pengunyahan akan berlangsung lebih lama karena
efisiensi pengunyahan menurun akibat hilangnya gigi.

3. Keadaan sistemik
a. Stress
Keadaan sistemik yang dapat mempengaruhi fungsi pengunyahan
adalah peningkatan stress emosional. Pusat emosi dari otak (hipotalamus)
mempengaruhi fungsi otot.
Stress adalah suatu tipe energi. Bila terjadi stress, energi yang timbul
akan disalurkan ke seluruh tubuh. Pelepasan secara internal dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan psikotropik seperti peningkatan tonus
otot kepala dan leher. Dapat juga terjadi peningkatan aktivitas otot
pengunyahan. Akibatnya terjadi peningkatan gaya tekan dari otot mastikasi.
b. Spasme otot
Deviasi mandibula saat membuka mulut dan berbagai macam
gangguan/keterbatasan pergerakan merupakan tanda obyektif dari
miopasme. Bila musculus masseter dan temporalis mengalami kontraksi satu
sisi (unilateral), maka pergerakan membuka dari mandibula akan tertahan
sehingga terjadi trismus dan penderita tidak dapat mengunyah.
c. Miositis
Keradangan pada otot pengunyahan menyebabkan timbulnya
gangguan pengunyahan yang hampir menyerupai kejang otot. Perbedaannya
adalah adanya keradangan dan pembengkakan lokal. Kejang otot ini juga
dapat menyebabkan terjadinya trismus, sehingga penderita tidak dapat
mengunyah.

4. Tekstur makanan
Jumlah mengunyah yang dibutuhkan untuk menghancurkan makanan
tergantung dari tekstur makanan tersebut. Bila tekstur makanan keras, misalnya
daging, maka dibutuhkan lebih banyak proses mengunyah di dalam mulut
sebelum dilanjutkan ke proses menelan. Sedangkan bila tekstur makanan lebih
lembut, misalnya nasi, roti, keju, maka proses mengunyah yang dibutuhkan
lebih sedikit dan untuk cairan, tidak dibutuhkan proses mengunyah.

5. Ukuran makanan
Kekuatan dan durasi fase gerak juga dapat dipengaruhi oleh input dari
mulut. Seperti ukuran makanan dan bolus yang besar yang akan memperlambat
frekuensi mengunyah ketika menghadapi makanan yang ukurannya lebih besar
dan membutuhkan gerakan pengunyahan yang lebih banyak untuk dihancurkan.

D. Reflex pengunyahan

Gerak refleks merupakan gerakan yang tidak disadari atau baru disadari setelah gerak
itu terjadi. Contohnya, bila tangan kita tertusuk jarum , maka kita akan refleks menarik
tangan kita. Sedangkan gerak biasa merupakan gerak yang terjadi dibawah kesadaran kita.
Gerak biasa terjadi karena perintah otak.
Impuls Resept Saraf Medula
or/inde Sensori spinalis
ra k
Efektor Saraf
/otot Motori
k
Gambar . Mekanisme Gerak Refleks

Gambar . Mekanisme Gerak Biasa


Perbedaan Gerak Biasa & Gerak Refleks

Adapun perbedaan dari gerak sadar dengan gerak refleks ialah ditentukan dari:

1. Jenis rangsang
Jenis rangsang yang datang akan menentukan proses selanjutnya dalam pusat saraf.
Rangsangan yangbersifat berbahaya atau tiba tiba pada umumnya akan direspon
secara cepat sehingga termasuk gerak refleks. Contohnyaialah rangsang yang
diterima oleh dinding dinding saluran pernapasan ketika ada makanan atau
minuman yang masuk maka akan dengan cepat dikeluarkan. Tersedak adalah jawaban
akan rangsang tersebut yang mana merupakan gerakan refleks (tanpa kontrol otak).
Hal ini mencakup keselamatan dan pertahanan diri. Sementara itu, gerak sadar
dicontohkan dengan misalnya mencium bau tidak sedap, otak akan menerima
rangsang bau ini dan mengolah bau yang diterima. Sementara responnya ialah dengan
menutup hidung sampai terhindar dari bau busuk tersebut.

2. Respon
Perbedaan selanjutnya ialah kecepatan respon yang diterima. Rangsang yang
menyebabkan gerak refleks akan memiliki kecepatan mendapat respon lebih besar
dibanding gerak biasa. Hal ini terkait dengan pusat pengolahan rangsang tersebut.

3. Pusat kendali
Terkait dengan uraian poin (2), yaitu kecepatan respon yang diberikan pada gerak
refleks dan sadar berbeda. Hal ini karena pusat kendali gerak sadar ialah otak
sementara gerak refleks akan diolah melalui sumsum tulang belakang (lengkung
refleks). Pengolahan rangsang diotak digambarkan dengan proses menerima
rangsang, mengolah rangsang menganalisis rangsang, menentukan respon, dan
menyimpannya sebagai memori. Sementara hal tersebut tidak terjadi pada pengolahan
gerak refleks yang diolah di dalam sumsum tulang belakang.

Refleks pengunyahan dirangsang oleh Nervus V (saraf Trigeminus) yang


menggerakkan rahang dan lidah, proses pengunyahan dimulai dari makanan masuk ke
mulut sampai menjadi bolus makanan. Sedangkan refleks menelan dikendalikan oleh
Nervus V, IX, X & XII yang terbagi dalam beberapa fase. Kehadiran makanan dalam
rongga mulut (oral cavity) akan memicu refleks saraf yang menyebabkan kelenjar
saliva memproduksi saliva melalui duktus ke rongga mulut.

Adanya bolus penghambatan otot menarik rahang ke refleks regang pada


makanan untuk mengunyah bawah otot mandibula

bolus pada mulut refleks mengangkat


mengatupnya gigi rebound
akan tertekan mandibula

rebound dan terus


refleks menghambat terjadi berulang-
mandibula ulang hingga
penelanan

Gambar 10. Mekanisme secara umum terjadinya gerakan refleks pengunyahan

Refleks mandibula terdiri dari:

a. Refleks Miotatik (Jaw closing reflex/Jaw Jerk/ Masseter Reflex/Deep Tendon)


Merupakan refleks postural/refleks anti gravitasi otot penutup mulut.
Disebut juga refleks jaw-jerk karena terjadi bila dagu diketuk. Bekerja dalam
membantu mempertahankan posisi mandibula relatif terhadap maksila dan
stabilitas postural mandibula dan terjadi bila otot penutup mulut meregang.
Refleks terjadi bila:
1. Otot-otot yang mengangkat rahang bawah meregang
2. Akan mengaktifkan aferen otot spindle
3. Disampaikan melalui koneksi 9synaptic dengan motoneurons inti
motorik trigeminal
4. Hasil dalam reflex berupa penutupan rahang.

Gambar 11. Mekanisme reflex miotaktik jaw closing


Mekanisme Jaw Closing

Rangsangan dari ujung dagu diketuk

menstimulasi
Musscle Spindle pada otot penutup
(Maseter, temporalis, pterygoid median)

menyebabkan
Musscle spindle stretch (meregang)

yang meningkatkan sinyal pada


Neuron afferen pada nukleus trigeminal mesencephalic

Melalui hubungan monosynaptic


langsung dianalisa oleh neuron efferen nukleus
trigeminal motorikneurons

Hasilnya berupa kontraksi otot penutup

Terjadi penutupan rahang.


b. Jaw opening refleks
Terjadi bila gigi diketuk atau adanya tekanan pada gigi. Berfungsi
melindungi jaringan lunak mulut dan bibir terhadap gigitan selama penutupan
mulut. Terjadi kerusakan akibat tekanan oklusal yang berlebihan pada saat
menggigit benda keras. Ketika terdapat tekanan berlebih pada gigi seperti saat
tergigit benda keras, maka secara refleks mulut akan membuka.
Proses jaw-opening diinisiasi oleh stimuli mekanik dari ligament
periodontal dan mekanoreseptor pada mukosa. Neuron ini memiliki tubuh sel
untuk aferen mechanoreceptive berada di gagnglion trigeminal dan di inti
mesencephalic dari saraf trigeminal.

Gambar 12. Mekanisme reflex miotaktik jaw opening


Meknaisme Jaw Opening
c. Jaw unloading refleks

Terjadi bila rahang tiba-tiba hilang beban gigitan, misalnya makan


keras yang digigit hingga pecah. Membatasi kontraksi otot penutup mulut
sehingga berkurang dan berhenti sempurna disusul dengan eksitasi otot buka
mulut.
Hal ini dihasilkan oleh gerakan cepat dari penutupan rahang selama
kontraksi rahang dekat otot. Situasi ini terjadi ketika sebuah benda keras
digigit antara gigi dan tiba-tiba terkunci. Jika kekuatan yang di berikan cukup
besar, misalnya dalam menggigit kacang, mudah untuk membayangkan jika
rahang terus menutup dan melukai lidah, bibir atau gigi. Untungnya, sistem
spindel otot dalam proses penutup an melindungi terhadap kejadian ini.
Mekanisme petama terjadi ketika mengigit benda asing yang keras,
menstimulasi musscle spindle elevator, mekanoreseptor ligamen periodontal
dan TMJ lalu diteruskan ke neuron afferen. Serabut neuron aferen ini
kemudian akan memasuki sumsum tulang belakang melalui saraf spinal yang
memiliki badan sel pada radiks dorsal. Pada bagian akar dorsal dari bagian
sumsum tulang belakang ini kemudian akan dihubungkan dengan sel
interneuron yang terdapat pada matriks kelabu dari sumsum tulang belakang
lalu mengirimkan sinyal ke motorneuron jaw closing (E) dan opening (D)
menerima sinyal dari descending pathway (DP) sistem saraf pusat.
Motoneuron closing juga menerima feedback dari aafferen spindle. Di lain hal
motoneuron opening dihambat oleh feedback dari elevator spindle. Sehingga
otot penutup aktif dengan kuat sedangkan otot pembuka inaktif.
Mekanisme selanjutnya terjadi setelah mengigit benda asing tersebut,
terjadilah unloading sistem, aktifitasn dari spindle menurun derastis
menyebabkan motoneuron otot penutup kehilangan positif feedback dan
motoneuron otot pembuka kehilangan negatif feedback sehingga otot penutup
inaktif dan otot pembuka aktif.
d. Horizontal jaw reflex/Lateral jaw reflex

Keadaan ini sering ditemukan pada pasien mandibular pain dysfunction dan
interferensi oklusal.

Seperti contohnya pada seseorang yang memilliki prematur kontak,


rangsangan tersebut diterima oleh mekanorespetor intraoral. Pada horizontal jaw
reflex, otot pterygoid mengalami pergerkan lateral, otot superfisial masseter
mengalami pergerakan protusi, otot posterior temporalis dan otot depresor
kemungkinan mengalami gerakan retrusi.

Pada sebagian besar gigi-geligi, gerak antero-posterior dan lateral dari posisi
interkuspal akan menyebabkan hilangnya kontak oklusal pada sebagian lengkung
gigi. Pergerakan ke depan, gigi-gigi insisivus bawah akan meluncur dan berkontak
dengan lereng palatal gigi insisivus atas, membawa posterior keluar dari kontaknya.
Pada gerak lateral, gigi-gigi pada sisi ke arah mana mandibula akan tetap berkontak
dan gigi-gigi pada sisi lainnya akan sedikit saling terpisah.

Untuk pengunyahan normal, gigi-gigi harus berada pada posisi yang tepat
agar bisa terjadi gerak fungsional tanpa hilangnya dari gigi yang salah letak. Jika satu
atau beberapa gigi berada pada posisi yang salah, baik karena perkembangan yang
acak atau karena perawatan restorasi atau ortodonsi, kontak gigi yang merugikan
akan terjadi selama gerakan pengunyahan. Kontak ini akan mendorong mekanisme
reflkes menghindar dari mandibula, yang mengganggu fungsi pengunyahan dan bisa
mengakibatkan terjadinya penyakit periodontal maupun sendi temporomandibular
Macam-Macam Rangsangan Reseptor Monosinaps/ Otot Afektor
Refleks Pengunyahan Polisinaps

Refleks Miotatik (Jaw Dagu diketuk Spindle Otot, tendon Monosinaps M.Masseter, Menutup
closing reflex/Jaw golgi M. mulut
temporalis,
Jerk/ Masseter
M.
Reflex/Deep Tendon) pterigoideus
medialis

Jaw Opening Reflex Terjadi bila ada Periodontal Polisinaps m. Membuka


rangsangan nyeri Mechanoreceptors pterigoideus mulut
pada mukosa atau lateralis dan
pada gigi m.suprahioid

Jaw Unloading Reflex Terjadi bila rahang Spindel otot, Polisinaps Otot Membuka
tiba-tiba hilang Periodontal depressor mulut dan
beban gigitan Mechanoreceptors, meutup
TMJ afferent (m. mulut
pterigoideus
lateralis dan
m.suprahioid
)

Otot
Elevator(M.
Masseter, M.
temporalis,
M.
pterigoideus
medialis

Horizontal Reflex/ Jaw Prematur kontak, Periodontal monosinaps m. pterigoid, Gerakan


Lateral Reflex kelainan pada TMJ Mechanoreceptors, m. masseter, rahang ke
TMJ Afferent m.pterygoide kanan atau
us lateralis ke kiri
dan medialis

Anda mungkin juga menyukai