ORAL BIOLOGI 6
Oleh :
Kelompok 8
Ridha Aldina (04031181419007)
Rossiana Nanngala P (04031181419008)
Ratu Kharisma (04031381419051)
Dani Septama Syahrial (04031381419054)
R. Irwin Setiadi (04031281419064)
A. RESEPTOR MASTIKASI
Semua input yang diterima reseptor menjadikan korteks dan batang otak
mengkoordinasi kerja otot untuk merespon dengan tepat. Reseptor pengunyahan dapat
digolongkan menjadi dua berdasarkan spesifikasi informasi sensoris yang
disediakannya, diantaranya yaitu:
1. Reseptor sensorik merupakan struktur syaraf yang terletak di seluruh jaringan tubuh
dan menyediakan informasi mengenai keadaan jaringan bagi CNS (central nervus
system) melalui neuron afferen.
Otot-otot pada tulang terdiri dari 2 tipe serat otot : (1) serat ekstrafusal (2) serat
intrafusal. Gelendong otot (muscle spindle) adalah jaringan ikat yang menyatukan
kumpulan serat intrafusal. Gelendong otot berperan utama dalam memonitor tekanan
pada otot. Gelendong otot berselang-seling dalam otot dan sejajar dengan serat
ekstrafusal. Pada masing-masing gelendong otot, inti dari serat intrafusalnya terbentuk
dari 2 macam tipe yaitu chainlike (nuclear chain type) dan clumped (nuclear bag type).
Serat intrafusal disuplai oleh 2 tipe neuron afferen berdasarkan diameternya :
Neuron berdiameter besar, yang mengantarkan impuls pada kecepatan tinggi dan
ambang yang rendah, berakhir pada bagian tengah serat intrafusal dan disebut juga
primary ending/annulospiral ending.
Neuron berdiameter kecil, yang berakhir pada kutub gelendong dan disebut juga
sebagai secondary ending/flower spray ending.
Karena serat intrafusal sejajar dengan ekstrafusal, maka serat intrafusal juga akan
meregang ketika otot meregang. Peregangan ini dimonitor oleh nuclear chain
type dan nuclear bag type. Dua tipe ini diaktivasi ketika terjadi peregangan kemudaian
membawa impuls ke CNS.
Muscle spindle teraktivasi akibat rangsangan taktil pada wajah, bibir dan mukosa
mulut dari otot-otot penutup rahang dengan melibatkan sinyal proprioseptiv dari reseptor
yag mengendalikan gerakan membuka dan menutup mulut selama pengunyahan. Muscle
spindle banyak terdapat di masseter, tempotralis, dan pterygoideus medialis. Efek
stimulasi taktil mungkin memiliki efek langsung pada transmisi kinestetik
(proprioseptif) impuls ke korteks serebral. Efeknya mungkin datang melalui pengaruh
sentrifugal pada reseptor kinestetik dan relay stations mereka. Mekanisme lain melalui
rangsangan taktil meningkatkan persepsi kinestetik dan visual melalui ARAS
Tak hanya oleh rangsangan taktil, reseptor ini juga teraktifasi karena rangsangan
seperti ketukan pada dagu. Serabut otot pada reseptor ini peka terhadap regangan
(perubahan panjang otot), dan berdaptasi secara lambat. Muscle spindle berperan dalam
reflex miotatik. Pada otot yang tidak memiliki atau memiliki sedikit muscle spindle,
maka dikendalikan oleh ujung saraf bebas atau bergantung pada afferent yang peka
terhadap regangan misalnya sendi TMJ.
Organ tendon golgi merupakan mekanoreseptor yang peka terhadap tegangan otot,
suhu, dan tekanan. Fungsi utama dari organ tendon golgi adalah memonitor tekanan,
sementara gelendong otot berfungsi memonitor panjang otot. Organ tendon golgi bekerja
pada rangkaian serat ekstrafusal dan tidak sejajar seperti gelendong otot. Organ tendon
golgi terdiri dari serat tendon yang dikelilingi limp dan diselubungi oleh kapsul berserat.
Sinyal-sinyal dari organ tendon golgi merambat ke medulla spinalis yang
menyebabkan terjadinya hambatan respon (negative feed-back) terhadap kontraksi otot
yang terjadi. Hal ini untuk mencegah terjadinya sobekan otot sebagai akibat tegangan
yang berlebihan. Efek inhibisi dari organ tendon golgi menyebabkan rileksasi seluruh
otot secara tiba-.tiba. efek inhibisi terjadi pada waktu kontraksi ata regangan yang kuat
pada suatu tendon. Keadaan ini menyebabkan suati reflex seketika yang menghambat
kontraksi otot serta tegangan dengan cepat berkurang. Pengurangan tekanan ini
berfungsi sebagai suatu mekanisme protektif untuk mencegah terjadinya robek pada otot
atau lepasnya tendon dari perlekatannya ke tulang. Organ tendon golgi adalah
propioreseptor lain yang memiliki pengaruh gerah stretch reflex.
Tipe reseptor yang ditemukan di kapsul TMJ memiliki akhiran nerve yang
bebas, akhiran rufini, organ golgi, dan vater-pacini corpuscle. Telah dijelaskan
bahwa ujung rufini dan organ golgi sebagai static mechanoreseptor dalam fungsi
kapsul, vater-pacini berakhir sebagai dynamic mechanoreseptor, dan saraf bebas
berakhir sebagai reseptor rasa sakit. Sel tubuh afferent yang menghubungkan reseptor
ke sistem saraf pusat di temukan berlokasi di trigeminal ganglion.
Gambar 8. Jalur trigeminal rasa sakit
Selain reseptor dapat beradaptasi dengan cepat dengan daerah reseptif yang
besar, semua reseptor ada di mukosa dan kulit manusia. Unit afferent mekanoreseptif
yang utama di kulit dan mukosa wajah manusia beradaptasi dengan lamban dan
mempunyai bidang reseptif yang kecil dan terdefinisikan dengan baik.
e. Reseptor Periodontal
Contohnya adalah pada saat gerakan menutup rahang, ketika gigi menutup
secara cepat bersama-sama. Jalur untuk refleks ini dimulai pada reseptor periodontal,
termasuk pada soket tulang, dan diteruskan sampai ke saraf trigeminal sensorik untuk
memasuki mesencephalic batang otak inti saraf trigeminal dan diteruskan ke neuron
motorik trigeminal. Berikut sinyal ditransformasikan dengan melewati satu atau dua
interneuron penghambat, yang kemudian menghambat neuron motorik dari otot-otot
penutup rahang. Penghambatan motor neuron berhenti mereka dari mengirimkan
potensial aksi pada otot-otot penutup rahangyang kemudian berhenti berkontraksi.
Respon refleks pelindung ini hanya memakan waktu sekitar 0,01 s untuk bertindak.
B. KOMPONEN MASTIKASI
Komponen sistem mastikasi sebetulnya terdiri dari tiga unsur yang terkait dan
saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Komponen pertama adalah maksila atau
rahang atas dan mandibula atau rahang bawah, yang merupakan tempat terletaknya
semua gigi.3 Komponen berikutnya ialah sepasang sendi temporomandibula
merupakan mata rantai kedua. Komponen ketiga dari mata rantai ini adalah jaringan
muskular dengan system saraf dan pembuluh darahnya.3 Dari aspek akivitasnya,
komponen pertama dan kedua disebut juga dengan komponen pasif. Sedangkan
jaringan muskular merupakan komponen aktif.3
b) Otot temporalis
e) Otot Mylohyoid
SARAF N. mandibularis
g) Otot Stylohyoideus
SARAF N. fasial
Pada siklus mengunyah, saat makanan padat diubah menjadi lebih kecil dan
dapat ditelan, terdapat tiga fase:
Pada saat rahang bawah bergerak lambat, slow phase dan sedikit demi
sedikit membuka. Selama fase lambat ini tulang hyoid bergerak naik dan
maju. Dan ketika tulang hyoid maju lebih ke depan rahang maka rahang
terbuka lebih cepat atau disebut fast open phase. Tiap fase ini memerlukan
waktu 0,8 0,9 detik untuk menyelesaikan beban mastikasi.
Ketika mulut membuka saat mengunyah, terjadi pergerakan atau rotasi engsel
dari kondilus, tetapi tidak terjadi translasi. Gerakan rotasi ini terjadi pada
fossa glenoid.
Otot yang kontraksi: otot pterigoid lateralis, otot digastrik, otot geniohioid,
dan otot milohioid (ada di antara mandibula dan tulang hioid).
2. Fase menutup (closing phase)
Mandibula mengalami elevasi kontak gigi-makanan-gigi.
Pada akhir dari fase ini, ketika gigi berkontak dengan makanan, terjadi power
stroke, yaitu penekanan pada makanan.
Pada fase ini, gerakan rahang yang terjadi adalah gerakan vertikal, dimana
terjadi penghancuran makanan dengan menggunakan gigi insisivus dan
posterior pada satu sisi (working side), sedangkan gigi posterior pada non-
working side dapat berkontak atau tidak. Selanjutnya, akan dilanjutkan
dengan fase tiga.
Ketika mulut menutup saat mengunyah, terjadi pergerakan atau rotasi engsel
dari kondilus, tetapi tidak terjadi translasi. Gerakan rotasi ini terjadi pada
fossa glenoid.
Otot yang kontraksi: otot masseter, otot temporalis, dan otot pterigoid
medialis (ada di antara kranium dan mandibula).
selama proses fase ini tekanan yang terjadi antar gigi-gigi lebih kecil, yaitu
sekitar 70-150 N. Besar tekanan mastikasi tergantung dari tekstur makanan.
Bila makanan keras (contoh: kacang), maka nilai tekanannya juga semakin
besar dan bila makanannya lunak (contoh: keju), maka nilai tekanannya akan
lebih rendah.
Kontak oklusal yang terjadi pada oklusi sentrik, setidaknya 80% sampai 90%
dari semua siklus mengunyah.
Selama proses mengunyah, mandibula akan bergerak dari satu sisi ke sisi
lain. Kondilus pada working side akan bergerak ke arah lateral sebesar 1-5
mm (pergerakan Bennet) dan sedikit lebih ke posterior pada fossa glenoid.
Sedangkan, kondilus pada non-working side akan bergerak ke eminensia,
tetapi belum mencapai puncak eminensia dan sedikit ke medial.
Pada transisi dari fase oklusal atau intercuspal ke posisi istirahat mandibula,
terjadi sedikit rotasi pada TMJ (sekitar 20) dan sedikit gerakan vertikal.
1. Bolus
Pengunyahan merupakan hal yang berperan penting dalam proses
pencernaan makanan, khususnya untuk kebanyakan buah dan sayuran yang
berserat karena mereka memiliki membran selulosa yang tidak tercerna.
Pengunyahan pada makanaan berserat akan menghasilkan bolus dengan waktu
pengunyahan yang lebih lama dan frekuensi pengunyahan lebih besar dibanding
pengunyahan makanan yang lunak. Dan daya kunyah dapat diukur dengan
menentukan kapasitas individu dalam memecah makanan menjadi partikel yang
lebih kecil (bolus). Oleh sebab itu, seseorang yang sering makan makanan yang
lunak, kekuataan pengunyahannya lebih rendah dibandingkan seseorang yang
sering makan makanan yang berserat.
2. Gigi
Adanya kontak gigi yang tidak baik akan mendorong dokter gigi untuk
membentuk kembali mahkota gigi tersebut, sehingga dapat mengubah relasi
oklusi yang normal. Akibatnya, akan terjadi perubahan dari otot-otot mastikasi
karena oklusi telah berubah. Pencabutan gigi posterior juga akan
mempengaruhi otot pengunyahan karena beban kunyah akan lebih terlokalisir
pada gigi anterior dan pengunyahan akan berlangsung lebih lama karena
efisiensi pengunyahan menurun akibat hilangnya gigi.
3. Keadaan sistemik
a. Stress
Keadaan sistemik yang dapat mempengaruhi fungsi pengunyahan
adalah peningkatan stress emosional. Pusat emosi dari otak (hipotalamus)
mempengaruhi fungsi otot.
Stress adalah suatu tipe energi. Bila terjadi stress, energi yang timbul
akan disalurkan ke seluruh tubuh. Pelepasan secara internal dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan psikotropik seperti peningkatan tonus
otot kepala dan leher. Dapat juga terjadi peningkatan aktivitas otot
pengunyahan. Akibatnya terjadi peningkatan gaya tekan dari otot mastikasi.
b. Spasme otot
Deviasi mandibula saat membuka mulut dan berbagai macam
gangguan/keterbatasan pergerakan merupakan tanda obyektif dari
miopasme. Bila musculus masseter dan temporalis mengalami kontraksi satu
sisi (unilateral), maka pergerakan membuka dari mandibula akan tertahan
sehingga terjadi trismus dan penderita tidak dapat mengunyah.
c. Miositis
Keradangan pada otot pengunyahan menyebabkan timbulnya
gangguan pengunyahan yang hampir menyerupai kejang otot. Perbedaannya
adalah adanya keradangan dan pembengkakan lokal. Kejang otot ini juga
dapat menyebabkan terjadinya trismus, sehingga penderita tidak dapat
mengunyah.
4. Tekstur makanan
Jumlah mengunyah yang dibutuhkan untuk menghancurkan makanan
tergantung dari tekstur makanan tersebut. Bila tekstur makanan keras, misalnya
daging, maka dibutuhkan lebih banyak proses mengunyah di dalam mulut
sebelum dilanjutkan ke proses menelan. Sedangkan bila tekstur makanan lebih
lembut, misalnya nasi, roti, keju, maka proses mengunyah yang dibutuhkan
lebih sedikit dan untuk cairan, tidak dibutuhkan proses mengunyah.
5. Ukuran makanan
Kekuatan dan durasi fase gerak juga dapat dipengaruhi oleh input dari
mulut. Seperti ukuran makanan dan bolus yang besar yang akan memperlambat
frekuensi mengunyah ketika menghadapi makanan yang ukurannya lebih besar
dan membutuhkan gerakan pengunyahan yang lebih banyak untuk dihancurkan.
D. Reflex pengunyahan
Gerak refleks merupakan gerakan yang tidak disadari atau baru disadari setelah gerak
itu terjadi. Contohnya, bila tangan kita tertusuk jarum , maka kita akan refleks menarik
tangan kita. Sedangkan gerak biasa merupakan gerak yang terjadi dibawah kesadaran kita.
Gerak biasa terjadi karena perintah otak.
Impuls Resept Saraf Medula
or/inde Sensori spinalis
ra k
Efektor Saraf
/otot Motori
k
Gambar . Mekanisme Gerak Refleks
Adapun perbedaan dari gerak sadar dengan gerak refleks ialah ditentukan dari:
1. Jenis rangsang
Jenis rangsang yang datang akan menentukan proses selanjutnya dalam pusat saraf.
Rangsangan yangbersifat berbahaya atau tiba tiba pada umumnya akan direspon
secara cepat sehingga termasuk gerak refleks. Contohnyaialah rangsang yang
diterima oleh dinding dinding saluran pernapasan ketika ada makanan atau
minuman yang masuk maka akan dengan cepat dikeluarkan. Tersedak adalah jawaban
akan rangsang tersebut yang mana merupakan gerakan refleks (tanpa kontrol otak).
Hal ini mencakup keselamatan dan pertahanan diri. Sementara itu, gerak sadar
dicontohkan dengan misalnya mencium bau tidak sedap, otak akan menerima
rangsang bau ini dan mengolah bau yang diterima. Sementara responnya ialah dengan
menutup hidung sampai terhindar dari bau busuk tersebut.
2. Respon
Perbedaan selanjutnya ialah kecepatan respon yang diterima. Rangsang yang
menyebabkan gerak refleks akan memiliki kecepatan mendapat respon lebih besar
dibanding gerak biasa. Hal ini terkait dengan pusat pengolahan rangsang tersebut.
3. Pusat kendali
Terkait dengan uraian poin (2), yaitu kecepatan respon yang diberikan pada gerak
refleks dan sadar berbeda. Hal ini karena pusat kendali gerak sadar ialah otak
sementara gerak refleks akan diolah melalui sumsum tulang belakang (lengkung
refleks). Pengolahan rangsang diotak digambarkan dengan proses menerima
rangsang, mengolah rangsang menganalisis rangsang, menentukan respon, dan
menyimpannya sebagai memori. Sementara hal tersebut tidak terjadi pada pengolahan
gerak refleks yang diolah di dalam sumsum tulang belakang.
menstimulasi
Musscle Spindle pada otot penutup
(Maseter, temporalis, pterygoid median)
menyebabkan
Musscle spindle stretch (meregang)
Keadaan ini sering ditemukan pada pasien mandibular pain dysfunction dan
interferensi oklusal.
Pada sebagian besar gigi-geligi, gerak antero-posterior dan lateral dari posisi
interkuspal akan menyebabkan hilangnya kontak oklusal pada sebagian lengkung
gigi. Pergerakan ke depan, gigi-gigi insisivus bawah akan meluncur dan berkontak
dengan lereng palatal gigi insisivus atas, membawa posterior keluar dari kontaknya.
Pada gerak lateral, gigi-gigi pada sisi ke arah mana mandibula akan tetap berkontak
dan gigi-gigi pada sisi lainnya akan sedikit saling terpisah.
Untuk pengunyahan normal, gigi-gigi harus berada pada posisi yang tepat
agar bisa terjadi gerak fungsional tanpa hilangnya dari gigi yang salah letak. Jika satu
atau beberapa gigi berada pada posisi yang salah, baik karena perkembangan yang
acak atau karena perawatan restorasi atau ortodonsi, kontak gigi yang merugikan
akan terjadi selama gerakan pengunyahan. Kontak ini akan mendorong mekanisme
reflkes menghindar dari mandibula, yang mengganggu fungsi pengunyahan dan bisa
mengakibatkan terjadinya penyakit periodontal maupun sendi temporomandibular
Macam-Macam Rangsangan Reseptor Monosinaps/ Otot Afektor
Refleks Pengunyahan Polisinaps
Refleks Miotatik (Jaw Dagu diketuk Spindle Otot, tendon Monosinaps M.Masseter, Menutup
closing reflex/Jaw golgi M. mulut
temporalis,
Jerk/ Masseter
M.
Reflex/Deep Tendon) pterigoideus
medialis
Jaw Unloading Reflex Terjadi bila rahang Spindel otot, Polisinaps Otot Membuka
tiba-tiba hilang Periodontal depressor mulut dan
beban gigitan Mechanoreceptors, meutup
TMJ afferent (m. mulut
pterigoideus
lateralis dan
m.suprahioid
)
Otot
Elevator(M.
Masseter, M.
temporalis,
M.
pterigoideus
medialis