Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ANALISIS HUKUM ACARA TINDAK PIDANA PENIPUAN INVESTASI ONLINE

(Studi Putusan Nomor 1240/Pid.Sus/PN TNg)

DISUSUN OLEH:

HIKMAH AMALIA (2011102430239)


RELY ANTO PRATAMA (2211102432002)
AMANDA APRILIA SAPUTRI (2211102432050)
ADINDA NURSYABILA (2211102432057)
MUHAMMAD MIRZA ROHADI (2211102432096)
MANDA RIFA RAHMADANI (2211102432153)
AMANDA NAFATASYA (2211102432171)
TRI AULIA AKBAR (2211102432195)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……..….Error! Bookmark not defined.


BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ........................................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 6
A. Tindak Pidana Transaksi Elektronik .......................................................................................... 6
B. Menyebarkan Berita Bohong dan Menyesatkan ........................................................................ 9
C. Perusahaan Ilegal ..................................................................................................................... 12
D. Pencucian Uang ....................................................................................................................... 16
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................. 20
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 21
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan dalam teknologi informasi telah mempermudah interaksi manusia di
berbagai belahan dunia. Fenomena ini, sebagaimana yang disebutkan oleh Endang
Sutrisno, telah menghasilkan perubahan yang cepat dengan menghapuskan batasan antara
negara dan memungkinkan keterhubungan yang lebih erat dalam berbagai aspek
kehidupan. Informasi dari seluruh dunia, seperti yang diungkapkan oleh Ahmad M.
Ramli, sekarang dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat Indonesia. Namun,
dampak dari kemudahan ini juga memiliki sisi negatif, seperti yang terjadi dalam kasus
tindak pidana transaksi trading ilegal yang melibatkan Indra Kesuma dan Doni
Muhammad Taufik. Keduanya memanfaatkan platform media sosial seperti YouTube,
Instagram, dan Telegram untuk mempromosikan bisnis investasi menggunakan aplikasi
Binomo dan Quotex dengan tujuan memperoleh keuntungan, tindakan yang berpotensi
melanggar hukum (Alvira, 2022).
Nadila Sandra Firga Romadhona mengungkapkan bahwa Binomo, sebuah aplikasi
perdagangan, adalah entitas asing yang tidak memiliki kehadiran fisik di Indonesia.
Menurut sumber yang dikutip dari Euronomics, kantor pusat Binomo berbasis di
Seychelles dan telah berdiri sejak 2014. Operasional situs web Binomo dikelola oleh
Tiburon Corporation Limited. Meskipun Binomo telah membuka beberapa cabang di
berbagai negara, perusahaan ini berpusat di ST Vincent and the Grenadines, Karibia.
Aktivitas perdagangan melalui Binomo di Indonesia dianggap ilegal karena tidak terdaftar
atau memiliki izin dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI),
lembaga yang berwenang mengawasi perdagangan berjangka di Indonesia (Anggara &
Setiawan, 2022).
Untuk mengatasi tantangan dari ketiadaan kantor cabang di Indonesia, pemilik
aplikasi Binomo dan Quotex memilih untuk merekrut individu untuk posisi pemasaran.
Strategi pemasaran yang digunakan adalah skema ponzi atau piramida, di mana investor
yang bergabung mendapatkan pengembalian investasi dari dana investor lain yang baru
bergabung. Menurut Fitri (2021), skema Ponzi adalah model investasi di mana
pengembalian investasi yang diberikan kepada investor berasal dari dana investor lain
yang baru bergabung. Fitri (2021) menjelaskan bahwa piramida adalah mirip dengan
skema Ponzi di mana pengembalian yang diperoleh oleh investor sebenarnya berasal dari
uang yang dibayarkan oleh investor lain, tetapi dalam skema piramida, investor harus
secara aktif mencari investor atau mitra lainnya. Jika mereka tidak dapat menemukan
investor lain, mereka tidak akan mendapatkan apa pun. Skema piramida akan berakhir
ketika tidak ada investor baru yang bergabung. Dengan demikian, skema ponzi atau
piramida ini dapat dianggap sebagai taktik pemasaran Multi Level Marketing (MLM), di
mana investor yang sudah terdaftar diwajibkan untuk merekrut investor baru agar
mendapatkan keuntungan. Usaha merekrut calon investor baru dapat dilakukan dengan
memanfaatkan hubungan dekat seperti keluarga atau teman yang terpengaruh oleh ajakan
dari anggota aplikasi tersebut.
IK dan DS terlibat dalam skema penipuan berupa ponzi yang melibatkan merekrut
anggota baru dan menyebarkan informasi investasi melalui video YouTube. Mereka
menampilkan promosi trading yang menjanjikan keuntungan besar kepada para calon
anggota. Hal ini berhasil menarik banyak orang untuk mengunduh aplikasi Binomo
dengan harapan mendapatkan keuntungan sesuai yang dijanjikan. Namun, setelah
bergabung, banyak dari mereka mengalami kerugian dalam transaksi trading elektronik.
Tindakan penipuan yang dilakukan IK dengan aplikasi Binary options atau Binomo
menyebabkan kerugian hingga Rp 83 miliar kepada 114 orang korban. Sementara itu,
tindakan penipuan yang dilakukan DS mengakibatkan kerugian sekitar Rp 24 miliar.
Akhirnya, para korban melaporkan kedua pelaku ke pihak berwajib untuk dimintai
pertanggungjawaban atas perbuatannya.
Pada pemeriksaann di Pengadilan Negeri Tangerang, dalam Putusan Nomor:
1240/Pid.Sus/2022/ PN.Tng dengan terdakwa IK dinyatakan bahwa “Berdasarkan fakta-
fakta yang terungkap di persidangan, bahwa perbuatan Terdakwa telah dinyatakan
terbukti melakukan tindak pidana menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang
mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik dalam dakwaan kesatu
Penuntut Umum yang melanggar Pasal 45A (1) Jo. Pasal 28 (1) Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang ancaman hukumannya 6 (enam) tahun
pidana penjara, dimana dengan menyebarkan berita bohong oleh Terdakwa mendapatkan
sejumlah uang baginya sebagai hasil dari trading Binomo yang melibatkan banyak orang,
dengan demikian terbuktilah unsur ini.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah pada penulisan makalah ini
adalah bagaimana analisis hukum acara tindak pidana penipuan investasi online pada
Studi Putusan Nomor 1240/Pid.Sus/PN TNg?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di ata, maka tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk mengetahui analisis hukum acara tindak pidana penipuan investasi online pada
Studi Putusan Nomor 1240/Pid.Sus/PN TNg.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tindak Pidana Transaksi Elektronik


Di Indonesia, hukum yang mengatur tindak pidana dalam transaksi elektronik
terutama diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (UU ITE). UU ITE ini memberikan kerangka hukum yang luas
dalam hal penggunaan teknologi informasi dan transaksi elektronik di Indonesia.
Beberapa pasal dalam UU ITE yang relevan dengan tindak pidana dalam transaksi
elektronik meliputi Pasal 30 tentang pemalsuan identitas, Pasal 31 tentang pencurian
identitas, Pasal 32 tentang akses tanpa hak, Pasal 33 tentang penggandaan tanpa hak,
Pasal 34 tentang penghancuran atau perubahan data, Pasal 35 tentang penyadapan, Pasal
36 tentang pembocoran informasi, dan Pasal 45 tentang penyebaran informasi asusila.
Selain UU ITE, ada juga beberapa undang-undang lain yang dapat menjadi landasan
hukum dalam menangani tindak pidana transaksi elektronik, seperti Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE,
serta Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang.
Andi Hamzah menjelaskan bahwa dalam hukum pidana Belanda, istilah yang
digunakan untuk tindak pidana adalah "strafbaar feit" atau terkadang "delict", yang
merupakan turunan dari kata Latin "delictum". P.A.F. Lamintang menambahkan bahwa
pembuat undang-undang di Indonesia telah mengadopsi istilah "strafbaarfeit" dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana untuk merujuk pada "tindak pidana", namun tidak
memberikan penjelasan mendetail tentang makna sebenarnya dari istilah tersebut. M. Ali
Zaidan mengemukakan bahwa menurut doktrin klasik, sebuah aksi dianggap sebagai
tindak pidana hanya jika telah diatur dalam perundang-undangan sebelumnya, sesuai
dengan prinsip legalitas yang merupakan fondasi dari hukum pidana dan diakui secara
global. Prinsip legalitas ini sangat penting karena berkaitan dengan kepastian hukum.
Dengan demikian, istilah "tindak pidana" telah secara umum diakui sebagai tindakan
yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan yang ada (Rahmanto, 2019).
Melani (2020) mencatat bahwa “beberapa pasal dalam ketentuan hukum pidana
mengacu pada unsur khusus dari suatu tindak pidana yang disebut sebagai
wederrechtelijkheid atau pelanggaran hukum”. Terkadang, dalam penyebutan ini,
ditekankan bahwa pelanggaran hukum ini terutama terkait dengan aspek tertentu dari
suatu tindak pidana. Sebagai contoh, dalam Pasal 362 KUHP tentang pencurian,
pengambilan barang milik orang lain harus dilakukan dengan tujuan untuk memiliki
barang tersebut dengan cara yang bertentangan dengan hukum. Dalam Pasal 372 KUHP
tentang penggelapan barang, perbuatan tersebut dirumuskan sebagai memiliki barang
dengan cara yang bertentangan dengan hukum (wederrechtelijk zich toe-eigenen).
Sementara dalam Pasal 522 KUHP, tindakan yang tidak memenuhi panggilan sah untuk
datang sebagai saksi dianggap sebagai pelanggaran hukum. Penggunaan istilah
"pelanggaran hukum" dalam beberapa pasal ini menghasilkan tiga interpretasi tentang
makna dari konsep "pelanggaran hukum" ini.
Ke – 1 : bertentangan dengan hukum (objektif);
Ke – 2 : bertentangan dengan hak (subjektif) orang lain:
Ke – 3 : tanpa hak.
Istilah "tindak pidana transaksi elektronik" merupakan padanan dari kata asing
"cyber crime". Lita Sari Marita mengadopsi frasa "cyber crime" untuk menggambarkan
kejahatan yang terjadi dalam lingkungan digital. Singgi (2020) menyatakan bahwa "cyber
crime" merupakan sebuah fenomena kejahatan baru dalam era teknologi yang mendapat
perhatian global, dan juga merupakan aspek negatif dari perkembangan teknologi yang
berdampak luas pada kehidupan modern saat ini.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Roderic Broadhurst, meskipun pelaku
kejahatan cyber dapat beroperasi sebagai jaringan longgar, bukti menunjukkan bahwa
anggotanya masih terlokalisasi dalam jarak geografis yang dekat bahkan ketika serangan
mereka melintasi batas negara. Sebagai contoh, jaringan lokal kecil, serta kelompok yang
berpusat pada hubungan keluarga dan pertemanan, tetap menjadi aktor penting (Ketaren,
2016).
H. Ahmad M. Ramli menjelaskan bahwa "Hukum Siber" merupakan terjemahan
dari istilah "Cyber Law," yang merujuk pada bidang hukum yang berkaitan dengan
penggunaan teknologi informasi. Ersya (2017) mendefinisikan cyber crime sebagai
tindakan yang melanggar hukum yang dilakukan dengan menggunakan jaringan
komputer sebagai sarana atau alat, atau mengakibatkan kerugian pada pihak lain, baik
dengan tujuan mendapatkan keuntungan maupun tidak.
Adapun yang menjadi faktor utama penyebab timbulnya cyber crime itu, antara lain
(Ersya, 2017):
a. Makin maraknya sosial media, media elektronik, dan media penyimpanan
virtual (cloud), sehingga membuat manusia menjadi makin tergandrungi akan
akses internet di dalam kehidupannya;
b. Bertambah majunya teknologi dan mudahnya mengakses jaringan internet
anytime anywhere tanpa ada batasan waktu.
Jadi, penggunaan istilah cyber crime untuk tindak pidana transaksi elektronik lebih
luas penggunaannya sebagai bentuk kejahatan yang memanfaatkan teknologi informasi
yang dilakukan oleh suatu jaringan tertentu baik yang berada dalam negeri atau lintas
negara atau kombinasi keduanya.
Asas-asas hukum informasi dan transaksi elektronik diatur dalam pasal 3 UU ITE,
yang meliputi asas kepastian hukum, manfaat, kehatihatian, iktikad baik,dan kebebasan
memilih teknologi atau netral teknologi. Asas-asas hukum informasi dan transaksi
elektronik diatur dalam pasal 3 UU ITE, yang meliputi asas kepastian hukum, manfaat,
kehatihatian, iktikad baik,dan kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi.
Adapun penjelasan dari asasasas UU ITE tersebut adalah sebagai berikut:
a. Asas kepastian hukum merupakan landasan hukum bagi pemanfaatan teknologi
informasi dan transaksi elektronik serta segala sesuatu yang mendukung
penyelenggaraannya yang mendapatkan pengakuan hukum di dalam dan di luar
pengadilan
b. Asas manfaat, yaitu asas bagi pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi
elektronik diupayakan untuk mendukung proses berinformasi sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
c. Asas kehati-hatian berarti landasan bagi pihak yang bersangkutan harus
memperhatikan segenap aspek yang berpotensi mendatangkan kerugian, baik bagi
dirinya maupun bagi pihak lain dalam pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi
elektronik.
d. Asas iktikad baik adalah asas yang digunakan para pihak dalam melakukan transaksi
elektronik tidak bertujuan untuk secara sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
mengakibatkan kerugian bagi pihak lain tanpa sepengetahuan pihak lain tersebut.
e. Asas kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi merupakan asas pemanfaatan
teknologi informasi dan transaksi elektronik yang tidak berfokus pada penggunaan
teknologi tertentu sehingga dapat mengikuti perkembangan pada masa yang akan
datang
Regulasi yang mengatur transaksi elektronik diatur dalam UU ITE Pasal 1 angka 2
disebutkan bahwa “Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan
menggunakan Komputer, jaringan Komputer, dan/atau media elektronik lainnya.”
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan
Transaksi Elektronik dalam Pasal 1 angka 2 mendefenisikan “Transaksi Elektronik adalah
perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan Komputer,
dan/atau media elektronik lainnya.” Sedangkan perbuatan yang tidak boleh dilakukan,
yang disebut sebagai Tindak Pidana Transaksi Elektronik dalam UU ITE, antara lain
diatur dalam :
- Pasal 27 mengenai kesusilaan (ayat 1), perjudian (ayat 2), penghinaan dan/atau
pencemaran nama baik (ayat 3), pemerasan atau pengancaman (ayat 4).
- Pasal 28 mengenai menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang
mengakibatkan kerugian konsumen (ayat 1), ujaran kebencian berbau SARA
(ayat 2).
Sanksi pidana dari perbuatan yang dilanggar dalam Pasal 27 diatur dalam Pasal 45
ayat (1) bahwa Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal
27 ayat (1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6
(enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Sedangkan sanksi pidana yang dilanggar dalam Pasal 28 diatur dalam Pasal 45 ayat (2)
bahwa Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat
(1) atau ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

B. Menyebarkan Berita Bohong dan Menyesatkan


Menyangkut dengan pertanggungjawaban dalam hukum pidana, maka salah satu
asas yang sejalan ialah asas “tiada pidana tanpa kesalahan” (geen straf zonder schuld).
Asas kesalahan ini mengandung pengertian bahwa seseorang yang telah melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan peraturan hukum pidana yang berlaku, tidak dapat
dipidana oleh karena ketiadaan kesalahan dalam perbuatan tersebut. Asas ini juga tersirat
didalam pasal 6 ayat (2) Undang-Undang nomor 4 tahun 2004 tentang kekuasaan
kehakiman, yang menentukan bahwa : “tidak seorang pun dapat dijatuhi pidana, kecuali
apabila karena alat pembuktian yang sah menurut undang-undang, mendapat keyakinan
bahwa seseorang yang dianggap dapat bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan
yang didakwakan atas perbuatannya”. Walaupun tidak dirumuskan dalam undangundang,
tetapi dianut dalam praktek bahwa Tidak dapat dipisahkan antara kesalahan dan
pertanggungjawaban atas suatu perbuatan. Orang yang melakukan kesalahan saja yang
bisa dibebani tanggug jawab atas tindak pidana yang dilakukannya.
Dengan demikian, asas kesalahan merupakan asas yang mutlak ada dalam hukum
pidana yaitu, sebagai dasar untuk menjatuhkan pidana.5 Kesengajaan (dolus) dalam
hukum pidana adalah merupakan bagian dari kesalahan, hal ini dikarenakan Kesengajaan
dari pelaku dapat menimbulkan adanya kesalahan yang bisa berakibat pidana. Petunjuk
untuk dapat mengetahui arti kesengajaan, dapat diperoleh dari M.V.T (Memori Van
Toelichting) yang menjelaskan bahwa pidana pada umumnya dijatuhkan hanya pada
barang siapa yang melakukan perbuatan yang dilarang, dengan dikehendaki dan
diketahui.
Pertimbangan hukum majelis hakim dalam Putusan Nomor:
1240/Pid.Sus/2022/PN.Tng terhadap terdakwa IK menyatakan “Berdasarkan fakta-fakta
yang terungkap di persidangan, bahwa perbuatan Terdakwa telah dinyatakan terbukti
melakukan tindak pidana menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang
mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik dalam dakwaan kesatu
Penuntut Umum yang melanggar Pasal 45A (1) Jo. Pasal 28 (1) UU ITE yang ancaman
hukumannya 6 (enam) tahun pidana penjara, dimana dengan menyebarkan berita bohong
oleh Terdakwa mendapatkan sejumlah uang baginya sebagai hasil dari trading Binomo
yang melibatkan banyak orang, dengan demikian terbuktilah unsur ini.”
Demikian juga dalam Putusan Nomor : 576/Pid.Sus /2022/PN Blb dengan terdakwa
DS dimana dalam dakwaan penuntut umum menyatakan terdakwa terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan perbuatan dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan
berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam
Transaksi Elektronik sehingga DS dalam dakwaan kesatu dinyatakan melanggar Pasal
45A ayat (1) jo Pasal 28 Ayat (1) UU ITE. Majelis hakim dalam pertimbangannya
menyatakan keseluruhan unsur pasal yang didakwakan dalam dakwaan Kesatu Pertama
dan ternyata perbuatan terdakwa telah memenuhi semua unsur dari Pasal yang
didakwakan tersebut, maka Majelis Hakim menyatakan perbuatan terdakwa telah terbukti
secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana dengan sengaja dan tanpa
hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan mengakibatkan kerugian konsumen
dalam transaksi elektronik sebagaimana dakwaan kesatu pertama Penuntut Umum.
Menjatuhkan hukuman terhadap terdakwa DS dengan pidana penjara selama 4 (empat)
tahun dan pidana denda sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).
Sehingga, tindak pidana yang dilanggar oleh terdakwa IK dan DS adalah tindak
pidana transaksi elektronik dengan merujuk pada Pasal 45A ayat (1) jo Pasal 28 ayat (1)
UU ITE, yang selengkapnya berbunyi sebagai berikut:
- Pasal 45A ayat (1): Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak
menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian
konsumen dalam Transaksi Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp 1.000. 000.000,00 (satu miliar rupiah).
- Pasal 28 ayat (1) menyatakan bahwa “Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa
hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan
kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik (ayat 1).
Namun, UU ITE tidak memberikan penjelasan terhadap makna dari perkataan
“dengan sengaja” dan “tanpa hak” menyebarkan “berita bohong dan menyesatkan” yang
mengakibatkan “kerugian konsumen”. Untuk memahami makna dari perkataan tersebut,
maka perlu mengedepankan pemikiran para ahli hukum yang membahas hal tersebut.
Menurut Wirjono, kesengajaan terbagi menjadi tiga jenis, yaitu (Sari, 2023):
a. Kesengajaan yang bersifat tujuan (opzet als oogmerk). Dalam kesengajaan yang
bersifat tujuan, dapat dikatakan bahwa si pelaku benar-benar menghendaki
mencapai akibat yang menjadi pokok alasan diadakan ancaman pidana.
b. Kesengajaan secara keinsafan kepastian (opzet bij zekerheids-bewustzijn).
Kesengajaan semacam ini ada apabila si pelaku dengan perbuatannya tidak
bertujuan untuk mencapai akibat yang menjadi dasar dari delict, tapi ia tahu
benar bahwa akibat itu pasti akan mengikuti perbuatan itu
c. Kesengajaan keinsafan kemungkinan (opzet bij mogelijkheids-bewustzijn).
Sementara, kesengajaan keinsafan kemungkinan ini menurut Wirjono dianggap
terjadi apabila dalam gagasan si pelaku hanya ada bayangan kemungkinan
belaka, bahwa akan terjadi akibat yang bersangkutan tanpa dituju. Maka harus
ditinjau seandainya ada bayangan kepastian, tidak hanya kemungkinan, maka
apakah perbuatan itu tetap akan dilakukan oleh si pelaku.
Perbuatan terdakwa IK dan DS dalam mempromosikan Binomo dan Quotex lewat
media social seperti youtube dimana kedua terdakwa memamerken hasil kekayaan dari
permainan tebak-tebakan dari kedua aplikasi tersebut adalah “kesengajaan yang bersifat
tujuan” agar masyarakat tertarik mendaftar lewat website atau link referral afiliator.
Sedangkan perkataan “tanpa hak” dalam hukum pidana dikenal dengan istilah
“wederrechtelijk” untuk menunjukkan sifat tidak sah suatu tindakan atau suatu maksud.
Lamintang (2022) mengatakan bahwa perkataan “wederrechtelijk” itu dapat ditafsirkan
tidak secara harafiah, maka sebenarnya kita mempunyai suatu perkataan yang kiranya
dapat kita pakai sebagai pengganti perkataan “wederrechtelijk” dalam bahasa Indonesia,
yaitu perkataan “secara tidak sah”. Perkataan “secara tidak sah” itu dapat meliputi
pengertian “in strijd met het objectief recht” atau “bertentangan dengan hukum hukum
objektif”, in strijd met het subjectief recht van een ander” atau “bertentangan dengan hak
orang lain” atau “zonder eigen recht” atau “tanpa hak yang ada pada diri seseorang”
atau “zonder bevoegheid” atau “tanpa kewenangan”. Jadi, kedua pelaku dengan tanpa hak
dan kewenangan menyebarkan informasi yang mengakibatkan kerugian pada korban.
Pasal-pasal yang terkait dengan hal tersebut termasuk dalam bagian Delik-delik
Terhadap Kehormatan (Bab XIV) dan Delik Kebencian (Bab XVII).
1. Pasal 207 KUHP: "Barangsiapa yang membuat atau menyebarkan berita bohong,
yang dapat membahayakan kekayaan negara, atau menimbulkan kerugian bagi orang
lain, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah."
2. Pasal 310 KUHP: "Barangsiapa di muka umum menyerukan atau membuat gerakan
atau mengeluarkan suara atau bunyi-bunyian atau mengancam dengan tulisan,
dengan maksud untuk menimbulkan rasa takut atau kerusuhan di antara rakyat,
diancam karena membuat onar dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan
atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah."
3. Pasal 311 KUHP: "Barangsiapa membuat atau menyebarkan kabar atau isu yang
diketahuinya palsu atau dengan maksud untuk menimbulkan keonaran di antara
rakyat, diancam karena penyebaran berita bohong dengan pidana penjara paling lama
satu tahun atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah."
C. Perusahaan Ilegal
Pemilik trading binary option Binomo dan Quotex merupakan perusahaan ilegal
karena tidak terdaftar sebagai pedagang berjangka di Indonesia. Mereka hanya terdaftar di
luar negeri, yang secara hukum kegiatan trading mereka tidak dilarang. Oleh karena itu,
kedua perusahaan tersebut memanfaatkan IK dan DS untuk dijadikan sebagai afliator
yang bertugas mempromosikan bisnis trading mereka di Indonesia. Sebab, untuk dapat
melakukan perdagangan berjangka, kegiatan promosi dan iklan terlebih dahulu harus
terdaftar sebagai anggota Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) di Indonesia sesuai Peraturan
No. 83/BAPPEBTI/Per/06/2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kegiatan Promosi atau
Iklan, Pelatihan dan Pertemuan di Bidang Perdagangan Berjangka Komoditi, di dalam
Pasal 6 disebutkan bahwa “setiap pihak, yang berkedudukan di dalam negeri maupun di
luar negeri, yang belum memperoleh izin usaha dari BAPPEBTI, dilarang melakukan
kegiatan usaha Perdagangan Berjangka, antara lain melalui promosi dan iklan, Pelatihan
dan Pertemuan mengenai Perdagangan Berjangka di Indonesia.” Tetapi dalam Pasal 7
ayat 2 hanya disebutkan “dikenakan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku”. Tidak
disebutkan ketentuan mana yang dimaksud sehingga larangan dan ancaman dari peraturan
tersebut tidak jelas. Jadi, rumusan “tanpa hak” adalah terkait dengan legalitas ijin usaha
kedua pemilik binary option Binomo dan Quotex di Indonesia. Akibatnya perbuatan para
terdakwa melakukan promosi perdagangan binary option menjadi perbuatan yang ilegal.
Asas-asas hukum dalam pelanggaran kasus Trading Binary Option dimasukan
kedalam investasi illegal dan tidak adanya izin operasinya di Indonesia dan Perlindungan
hukum terhadap pengguna jasa Trading ini pun belum menemukan titik terang yang
sesuai dengan Undang Undang no 8 tahun 1999 tentang pelindungan konsumen, LPSK
atau Lembaga Perlindungan Saksi dan Konsumen menyarankan untuk seluruh korban
melapor agar pengembalian dana bisa dilakukan secepat mungkin, dikarenakan kasus
masih di tangani perkara pidana, maka ada baiknya platform dan afiliator digugat dengan
pasal perdata dengan landasan pasal 1243 dan 1244 KUHPerdata agar asset yang mereka
punya di sita oleh pengadilan dan pengembalian dana investasi mereka lebih terkontrol.
Dalam UU ITE, secara spesifik tidak terdapat aturan yang melarang
mempromosikan trading binary option lewat youtube yang mempengaruhi orang lain.
Agak mendekati mungkin Pasal 27 ayat (2) yang berbunyi : “Setiap Orang dengan
sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/ atau membuat
dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki
muatan perjudian”. Rumusan “Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak
mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik” sudah tepat. Tetapi pada kalimat
terakhir “memiliki muatan perjudian” akan menimbulkan perdebatan, apakah perbuatan
mendistribusikan atau membuat dapat diaksesnya website dari Binomo dan Quotex atau
lewat link yang dikirimkan terdakwa termasuk muatan perjudian. Menurut penulis,
kurang tepat dikatakan memiliki muatan perjudian, karena masuk pada kedua website
atau link yang dikirimkan kedua terdakwa hanya untuk mendaftar dan sekaligus
mentrasfer sejumlah uang setelah itu baru ikut bermain spekulasi trading (Hervando,
2023). Diatur juga dalam Pasal 378 KUHP yang berbunyi "Barang siapa dengan maksud
untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain, dengan menggunakan nama palsu atau
kepalsuan, memaksa orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya atau orang
lain, atau untuk memberikan sesuatu kepadanya atau orang lain, atau untuk memberikan
sesuatu yang tidak boleh diberikan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun."
Adami Chazawi dan Ardi Ferdian mengatakan bahwa Apabila kita perhatikan
indikator/syarat suatu tindak pidana lex specialis dari suatu lex generalis, maka tindak
pidana ITE Pasał 27 Ayat (2) jo 45 Ayat (1) ini adalah merupakan lex specialis dari
tindak pidana perjudian Pasał 303 dan 303 bis KUHP.26 Selanjutnya dikatakan bahwa
ada dua hal yang harus dipedomani dalam hal menerapkan Pasal 27 ayat (2), khususnya
mengenai arti perjudian di ayat tersebut. Pertama, mengenai arti dari istilah perjudian.
Kedua, tentang tindak pidana perjudian. Dua hal itu, sangat penting dan selalu berlaku
dalam hal menerapkan Paal 27 ayat (2) UU ITE.27 Oleh sebab itu, ada dua kemungkinan
cara untuk menerapkan Pasal 27 Ayat (2) jo Pasal 45 Ayat (1) UU ITE. Pertama,
menyesuaikan dengan batasan/pengertian perjudian dalam Pasal 303 Ayat (3) KUHP.
Kedua menerapkan pada macam/bentuk tindak pidana perjudian mana yang bersesuaian.
Mestinya dengan menggunakan kedua-dua cara secara bersamaan. Alasannya, bahwa
semua bentuk perjuadian harus mengandung arti perjudian sebagaimana dalam Pasal 303
Ayat (3) KUHP.
Adapun menyebarkan berita bohong dan menyesatkan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia mendefenisikan kata bohong/bo·hong/ a 1 tidak sesuai dengan hal (keadaan dan
sebagainya) yang sebenarnya; dusta: kabar itu -- belaka; ia berkata --; 2 cak bukan yang
sebenarnya; palsu (biasanya mengenai permainan): uang --; lotre --;. Sedangkan
menyesatkan asal katanya “sesat” : 1 tidak melalui jalan yang benar; salah jalan: malu
bertanya -- di jalan; mati --; 2 ki salah (keliru) benar; berbuat yang tidak senonoh;
menyimpang dari kebenaran (tentang agama dan sebagainya. Jadi, menyebarkan berita
bohong dan menyesatkan adalah memberikan informasi secara tidak benar atau tidak
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, sehingga menyebabkan orang yang menerima
informasi tersebut menjadi salah atau keliru dalam mengambil keputusan (Aulia, 2023).
Unsur berita bohong dan menyesatkan dalam Pasal 28 ayat (1) jo Pasal 45A ayat (1)
UU ITE bila dikaitkan dengan perbuatan terdakwa IK dan DS menurut penulis informasi
yang diberikan bukan berita bohong. Soal para korban tidak pernah menang selalu kalah,
itu masalah lain. Terbukti untuk dapat bermain tebak-tebakan harus terlebih dahulu
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan pemilik Binomo dan Quotex, yaitu
melakukan pendaftaran dan penyetoran uang pada rekening yang sudah ditentukan baru
bisa ikut trading dengan tujuan mendapatkan untung. Setelah anggota mendaftar dan
mendeposit uangnya baru para terdakwa mendapat komisi dari pemilik website Binomo
dan Quotex. Dalam bermain tebak-tebakan tersebut, mereka lebih banyak kalahnya
dibanding menang tentu tidak bisa menyalahkan terdakwa, karena tugas terdakwa sebagai
afliator atau broker, hanya mempengaruhi dan mengajak orang-orang untuk ikut bermain
dengan iming-iming mendapatkan kemenangan. Tetapi bila informasi yang diberikan
menyesatkan seperti dijanjikan kemenangan tapi malah lebih sering kalah tentu ini bisa
ditinjau dari berbagai faktor, antara lain: Pertama, mereka yang ikut bermain tidak
mempunyai skill atau keilmuan di bidang trading, Kedua, tebak-tebakannya digerakkan
oleh robot trading sehingga kemenangan lebih berpihak pada pemilik aplikasi. Jika hal
demikian terjadi tentu yang digugat adalah pemilik dari kedua website tersebut (Tarigan,
2023).
Sedangkan unsur konsumen dalam Pasal 28 ayat (1) jo Pasal 45A ayat (1) UU ITE
secara khusus diatur Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen (UU PK). Dalam Pasal 1 angka 2 disebutkan bahwa “Konsumen adalah setiap
orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak
untuk diperdagangkan”. Dalam penjelasan Pasal 1 Angka 2 disebutkan bahwa “Di dalam
kepustakaan ekonomi dikenal istilah konsumen akhir dan konsumen antara. Konsumen
akhir adalah pengguna atau pemanfaat akhir dari suatu produk, sedangkan konsumen
antara adalah konsumen yang menggunakan suatu produk sebagai bagian dari proses
produksi suatu produk lainnya (Asmadi, 2018). Dari rumusan pasal dan penjelasan
tersebut bahwa konsumen itu adalah pemakai barang/jasa yang “tersedia dalam
masyarakat” baik yang ada di pasar, pertokoan maupun di market place. Kemudian
dipertegas lagi bahwa konsumen akhir adalah pengguna atau pemanfaat akhir dari suatu
produk, dan tidak untuk diperdagangkan.
Merujuk pendapat Satjipto Rahardjo (2010) mengenai penegakan hukum progresif
dikatakan bahwa menjalankan hukum tidak hanya sekedar kata-kata hitam-putih dari
peraturan (according to the letter), melainkan menurut semangat dan makna lebih dalam
(to very meaning) dari undang-undang atau hukum dalam arti luas. Penegakan hukum
tidak hanya kecerdasan intelektual, melainkan dengan kecerdasan spiritual. Dengan kata
lain, penegakan hukum yang dilakukan dengan penuh determinasi, empati, dedikasi,
komitmen terhadap penderitaan bangsa dan disertai keberanian untuk mencari jalan lain
daripada yang biasa dilakukan. Majelis hakim seharusnya tidak hanya melihat kata-kata
dari suatu peraturan melainkan harus memperhatikan semangat dan makna lebih dalam
dari UU Perlindungan Konsumen. Hal ini seperti yang dikatakan Radbruch dalam teori
keadilan, bahwa “Apabila, dalam penegakan hukum cenderung pada nilai kepastian
hukum atau dari sudut peraturannya, maka sebagai nilai ia telah menyebabkan pergeseran
terhadap nilai keadilan dan utilitas hukum. Sebab, di dalam kepastian hukum yang
terpenting adalah peraturan itu sendiri sesuai dengan apa yang dirumuskan”. Oleh karena
itu, menurut beliau penegakan hukum harus selalu diwujudkan dengan keseimbangan
antara keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan.
Ketiadaan penjelasan dalam rumusan Pasal 28 ayat (1) jo dan 45A ayat (1) UU ITE
terkait konsumen memang menyulitkan hakim. Sehingga harus menafsirkan sendiri
pembuktian unsur kerugian konsumen dari Pasal 28 ayat (1) tersebut dengan
mempersamakan para trading di Binomo dan Quotex sebagai konsumen dan kekalahan
mereka dalam tebak-tebakan dikatakan sebagai kerugian konsumen. Akibatnya terjadi
disparitas penjatuhan pidana oleh hakim dimana dalam Putusan Nomor:
1240/Pid.Sus/2022/PN.Tng dengan terdakwa IK seluruh harta bergerak dan tetap
dirampas untuk negara bukan dikembalikan pada korban yang disebut hakim sebagai
konsumen. Oleh karena itu, tepat apa yang dikatakan oleh Jeremy Bentham, yang
mengemukakan bahwa baik atau buruknya rangkaian hukum perlu ditentukan dari akibat
atas penerapan hukum itu sendiri. Suatu rangkaian ketentuan hukum bisa dinilai telah
berjalan secara baik apabila akibat dari penerapan tersebut menghasilkan suatu kebaikan.
Jadi, penerapan Pasal 28 ayat (1) dan Pasal 45A ayat (1) UU ITE untuk menjerat
terdakwa IK dan DS sangat tidak tepat dan keliru, karena unsur konsumen tidak terpenuhi
bagi mereka yang ikut trading.

D. Pencucian Uang
Ardian (2018) mendefinisikan pencucian uang adalah merupakan upaya pelaku
kejahatan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan yang
diperoleh dari tindak pidana dengan cara memasukkan harta kekayaan yang diperoleh
dari tindak pidana dengan cara memasukkan harta kekayaan hasil tindak pidana kedalam
sistem keuangan khususnya dalam sistem perbankan baik di dalam maupun di luar negeri
dengan maksud menghindarkan diri dari tuntutan hukum atas kejahatan yang telah
dilakukan dengan mengamankan harta kekayaan hasil kejahatan dari sitaan aparat hukum.
Dengan bermacam modus Money laundering dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai
dari hibah, penitipan, pertukaran, pembayaran hingga pentransferan. Pencucian uang
sudah menjadi sebuah kejahatan bisnis yang tidak hanya terjadi dalam lembaga keuangan,
apakah itu perbankan maupun lembaga keuangan non bank dalam lingkup kecil saja
ataupun dimungkinkan dilakukan oleh perorangan maupun korporasi melalui lintas
negara (cross border) atau tanpa batas tertentu lagi (Amelia & Marpaung, 2023). Hal ini
yang menyebabkan betapa sulitnya bagi negara-negara untuk dilakukan pemberantasan
terhadap hasil kejahatan pencucian uang itu secara optimal. Hal ini tercermin dalam
putusan pengadilan tersebut di atas, yang hanya menjerat IK dan DS sebagai pelaku
tindak pidana transanksi elektronik dan pencucian uang. Sementara perusahaan pemilik
aplikasi Binomo dan Quotex yang berada di luar negeri tidak terjangkau hukum.
Tindak pidana pencucian uang sebagai suatu kejahatan mempunyai ciri khas yaitu
bahwa kejahatan ini bukan merupakan kejahatan tunggal tetapi merupakan kejahatan
ganda. Pasal 480 KUHP mengatur mengenai tindakan pencucian uang yang berbunyi
"Barang siapa dengan sengaja mengambil, menahan atau menyembunyikan atau memberi
bantuan dalam mengambil, menahan atau menyembunyikan, uang atau barang yang
diketahuinya berasal dari tindak pidana, diancam karena mempunyai benda curian dengan
pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan". Tindak pidana pencucian uang
tidak berdiri sendiri karena harta kekayaan yang ditempatkan, ditransfer atau dialihkan
dengan cara integrasi itu diperoleh dari tindak pidana, berarti sudah ada tindak pidana
yang mendahuluinya (predicate crime), atau tindak pidana asal. Predicate crime inilah
yang menjadi asal dilakukannya proses lanjutan oleh pelaku tindak pidana, yang
kemudian tindak pidana lanjutan (follow up crime). Mengenai perampasan aset menurut
Saputra (2017) bahwa secara teoritis, perampasan dan penyitaan aset/hasil kejahatan
dilandaskan pada pandangan bahwa, tidak seorangpun berhak memiliki kekayaan yang
tidak patut dimilikinya. Pandangan ini tercermin dari beberapa istilah crime shouldn’t
pay; unjust enrichment atau illicit enrichment; no one benefit from his own wrong doing.
Teori yang melandasi pandangan ini disebut: rational choice theory. Model perampasan
dan penyitaan yang diakui secara universal dilakukan setelah terdapat putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Model penyitaan dan perampasan asset ini
hanya efektif bila pelaku utama berdomisili di Indonesia. Tetapi bila pelaku utamanya
berdomisili di luar negeri agak sulit melakukan tindakan penyitaan dan perampasan aset.
Tindak pidana pencucian uang yang diatur dalam Pasal 3 dan Pasal 4 UU TPPU
selalu merujuk pada tindak pidana asal yang diatur dalam Pasal 2 ayat (1) UU TPPU yang
berbunyi sbb: Hasil tindak pidana adalah Harta Kekayaan yang diperoleh dari tindak
pidana:
a. korupsi;
b. penyuapan;
c. narkotika;
d. psikotropika;
e. penyelundupan tenaga kerja;
f. penyelundupan migran;
g. di bidang perbankan;
h. di bidang pasar modal;
i. di bidang perasuransian;
j. kepabeanan;
k. cukai;
l. perdagangan orang;
m. perdagangan senjata gelap;
n. terorisme;
o. penculikan;
p. pencurian;
q. penggelapan;
r. penipuan;
s. pemalsuan uang;
t. perjudian;
u. prostitusi;
v. di bidang perpajakan;
w. di bidang kehutanan;
x. di bidang lingkungan hidup;
y. di bidang kelautan dan perikanan; atau
z. tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara 4 (empat) tahun atau
lebih, yang dilakukan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia atau di
luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tindak pidana tersebut
juga merupakan tindak pidana menurut hukum Indonesia.
Dalam penentuan barang sitaan apakah dirampas untuk negara atau tidak, masih
terjadi disparitas dalam putusan pengadilan. Apabila diperhatikan ketentuan Pasal 2 ayat
(1) UU TPPU tidak ada satu pun point dari ketentuan tersebut yang dilanggar, baik oleh
IK maupun DS. Tetapi Putusan Nomor: 1240/Pid.Sus/2022/ PN.Tng dengan terdakwa IK
memerintahkan barang bukti No. 220 s.d. No. 258 Dirampas untuk Negara karena
aplikasi binomo dipersamakan dengan judi. Majelis hakim Pengadilan Tinggi (PT) dalam
Putusan Nomor 117/ PID.SUS/2022/PT.BTN, tidak sependapat dengan pertimbangan
Majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Tangerang. Oleh karena itu, barang-barang bukti
tersebut, dikembalikan kepada para korban untuk dibagikan secara proporsional melalui
Pengurus Paguyuban. Penulis sependapat dengan Majelis Hakim PT tersebut, karena
permainan Binomo bukan sebagai permainan judi. Menurut Adami Chazawi dan Ardi
Ferdian bahwa Apabila kita perhatikan indikator/syarat suatu tindak pidana lex specialis
dari suatu lex generalis, maka tindak pidana UU ITE Pasał 27 Ayat (2) jo 45 Ayat (1) ini
adalah merupakan lex specialis dari tindak pidana perjudian Pasał 303 dan 303 bis
KUHP.
Majelis hakim PT tidak menerima sepenuhnya pertimbangan Majelis hakim PN
terhadap unsur-unsur Pasal 3 dan Pasal 4 UU TPPU dengan pertimbangan terhadap unsur
ke 3 menyatakan bahwa kegiatan perdagangan online yang dilakukan binary option
adalah ilegal dan tanpa ijin. Kementerian Kominfo RI telah memblokir domain situs
website perdagangan berjangka tanpa izin berkedok trading. Kemudian dikatakan bahwa
kegiatan binary option dilarang berdasarkan ketentuan Pasal 6 Peraturan Bappebti Nomor
:83/BAPPEBTI/Per/06/2010 dan otoritas kewenangan tersebut diberikan kepada Badan
Pengawas Perdagangan Berjangka komoditi, maka logis ketentuan tersebut untuk
memprediktabilitas Perdagangan Berjangka Komoditi yang ilegal dalam lingkup pasar
modal. Promosi binary online berkedok investasi trading secara online adalah untuk
mengelabui para calon membernya. Sedangkan substansi operasional yang sesungguhnya
adalah kegiatan yang dilarang oleh Peraturan Bappebti Nomornya
83/BAPPEBTI/Per/06/2010. Menurut penulis, Pasal 6 peraturan Bappebti yang dijadikan
sebagai pertimbangan kurang begitu tepat, karena pasal tersebut hanya bersifat larangan
tidak ada sanksi hukum bagi perusahaan dalam negeri maupun luar negeri, yang
melakukan kegiatan usaha perdagangan berjangka di Indonesia. Sehingga, larangan ini
tidak bisa dijadikan sebagai kejahatan asal dari suatu tindak pidana.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan Hasil Penelitian yang dilakukan pada Studi Putusan Nomor
1240/Pid.Sus/2022/PN.TNg maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan Dasar
Pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan pemidanaan dalam Putusan telah memuat
pertimbangan secara yuridis dan non yuridis serta unsur-unsur dalam undang-undang
yang didakwakan kepada tersangka telah dapat dibuktikan berdasarkan fakta-fakta dalam
persidangan. Terhadap pertimbangan majelis hakim telah memenuhi Pasal 45A(1) Jo.
Pasal28 (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 & Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang
tindak pidana Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik & Tindak Pidana Pencucian
Uang.
DAFTAR PUSTAKA

Adrian Sutedi, S. H. (2018). Tindak pidana pencucian uang. PT Citra Aditya Bakti.

Alvira, B. (2022). Kebijakan Hukum Pidana Terhadap Trading Ilegal di Indonesia (Studi
Kasus Binomo) (Doctoral dissertation, Hukum Pidana).

Amelia, C., & Marpaung, Z. A. (2023). Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi
Tindak Pidana Pencucian Uang Melalui Gatekepeer. Reslaj: Religion Education
Social Laa Roiba Journal, 5(6), 3175-3189.

Anggara, Y., & Setiawan, D. A. (2022, August). Analisis Viktimologi terhadap Korban
Trading Ilegal (Binomo) yang di Promosikan oleh Influencer. In Bandung Conference
Series: Law Studies (Vol. 2, No. 2, pp. 1248-1252).

Asmadi, E. (2018). Aspek Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Dalam Penggunaan


Aplikasi Pembayaran Elektronik (Electronic Payment). Doktrina: Journal Of Law,
1(2), 90-103.

Aulia, M., Efendi, F. E., & Manurung, R. T. (2023). Analisis Pertanggungjawaban Ojk
Terhadap Investasi Online Bodong Binomo Yang Dilakukan Indra Kenz Ditinjau Dari
Aspek Yuridis. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 9(11), 801-812.

Ersya, M. P. (2017). Permasalahan Hukum dalam Menanggulangi Cyber Crime di Indonesia.


Journal of Moral and Civic Education, 1(1), 50-62.

Fitri, W., & Elvianti, E. (2021). Tinjauan Yuridis Penegakan Hukum Terhadap Investasi
Bodong Yang Memakai Skema Ponzi. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha,
9(3), 598-611.

Hervando, F. (2023). Kebijakan Kriminal Terhadap Korban Investasi Binomo Binary Option
dan Quotex Robot Trading di Indonesia. Repository UNSRI.

Ketaren, E. (2016). Cybercrime, cyber space, dan cyber law. Jurnal Times, 5(2), 35-42.

Lamintang, P. A. F., & Lamintang, F. T. (2022). Dasar-dasar hukum pidana di Indonesia.


Sinar Grafika.

Melani, M., Disemadi, H. S., & Jaya, N. S. P. (2020). Kebijakan Hukum Pidana Dibidang
Transaksi Elektronik Sebagai Tindak Pidana Non-Konvensional. Pandecta Research
Law Journal, 15(1), 111-120.
Rahardjo, S. (2010). Penegakan hukum progresif. Penerbit Buku Kompas.

Rahmanto, T. Y., Kav, J. H. R. S., & Kuningan, J. S. (2019). Penegakan Hukum Terhadap
Tindak Pidana Penipuan Berbasis Transaksi Elektronik. Jurnal Penelitian Hukum De
Jure, 19(1), 31.

Saputra, R. (2017). Tantangan Penerapan Perampasan Aset Tanpa Tuntutan Pidana (Non-
Conviction Based Asset Forfeiture) dalam RUU Perampasan Aset di Indonesia.
Integritas: Jurnal Antikorupsi, 3(1), 115-130.

Sari, N. L. A. (2023). Penerapan Pasal 28 Ayat (1) Undang-Undang ITE Dalam Perspektif
Keputusan Bersama Menteri Komunikasi Dan Informatika, Jaksa Agung Republik
Indonesia Dan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia. Ganec Swara, 17(1),
124-130.

Singgi, I. G. A. S. K., Suryawan, I. G. B., & Sugiartha, I. N. G. (2020). Penegakan Hukum


terhadap Tindak Pidana Peretasan sebagai Bentuk Kejahatan Mayantara (Cyber
Crime). Jurnal Konstruksi Hukum, 1(2), 334-339.

Tarigan, A. R., Siregar, D. R. S., & Lubis, F. (2023). Analisis Investasi Aplikasi Trading
Binomo: Studi Kasus Indra Kenz. As-Syar'i: Jurnal Bimbingan & Konseling
Keluarga, 5(2), 519-532.

Anda mungkin juga menyukai