DISUSUN OLEH:
FAKULTAS HUKUM
2024
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan dalam teknologi informasi telah mempermudah interaksi manusia di
berbagai belahan dunia. Fenomena ini, sebagaimana yang disebutkan oleh Endang
Sutrisno, telah menghasilkan perubahan yang cepat dengan menghapuskan batasan antara
negara dan memungkinkan keterhubungan yang lebih erat dalam berbagai aspek
kehidupan. Informasi dari seluruh dunia, seperti yang diungkapkan oleh Ahmad M.
Ramli, sekarang dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat Indonesia. Namun,
dampak dari kemudahan ini juga memiliki sisi negatif, seperti yang terjadi dalam kasus
tindak pidana transaksi trading ilegal yang melibatkan Indra Kesuma dan Doni
Muhammad Taufik. Keduanya memanfaatkan platform media sosial seperti YouTube,
Instagram, dan Telegram untuk mempromosikan bisnis investasi menggunakan aplikasi
Binomo dan Quotex dengan tujuan memperoleh keuntungan, tindakan yang berpotensi
melanggar hukum (Alvira, 2022).
Nadila Sandra Firga Romadhona mengungkapkan bahwa Binomo, sebuah aplikasi
perdagangan, adalah entitas asing yang tidak memiliki kehadiran fisik di Indonesia.
Menurut sumber yang dikutip dari Euronomics, kantor pusat Binomo berbasis di
Seychelles dan telah berdiri sejak 2014. Operasional situs web Binomo dikelola oleh
Tiburon Corporation Limited. Meskipun Binomo telah membuka beberapa cabang di
berbagai negara, perusahaan ini berpusat di ST Vincent and the Grenadines, Karibia.
Aktivitas perdagangan melalui Binomo di Indonesia dianggap ilegal karena tidak terdaftar
atau memiliki izin dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI),
lembaga yang berwenang mengawasi perdagangan berjangka di Indonesia (Anggara &
Setiawan, 2022).
Untuk mengatasi tantangan dari ketiadaan kantor cabang di Indonesia, pemilik
aplikasi Binomo dan Quotex memilih untuk merekrut individu untuk posisi pemasaran.
Strategi pemasaran yang digunakan adalah skema ponzi atau piramida, di mana investor
yang bergabung mendapatkan pengembalian investasi dari dana investor lain yang baru
bergabung. Menurut Fitri (2021), skema Ponzi adalah model investasi di mana
pengembalian investasi yang diberikan kepada investor berasal dari dana investor lain
yang baru bergabung. Fitri (2021) menjelaskan bahwa piramida adalah mirip dengan
skema Ponzi di mana pengembalian yang diperoleh oleh investor sebenarnya berasal dari
uang yang dibayarkan oleh investor lain, tetapi dalam skema piramida, investor harus
secara aktif mencari investor atau mitra lainnya. Jika mereka tidak dapat menemukan
investor lain, mereka tidak akan mendapatkan apa pun. Skema piramida akan berakhir
ketika tidak ada investor baru yang bergabung. Dengan demikian, skema ponzi atau
piramida ini dapat dianggap sebagai taktik pemasaran Multi Level Marketing (MLM), di
mana investor yang sudah terdaftar diwajibkan untuk merekrut investor baru agar
mendapatkan keuntungan. Usaha merekrut calon investor baru dapat dilakukan dengan
memanfaatkan hubungan dekat seperti keluarga atau teman yang terpengaruh oleh ajakan
dari anggota aplikasi tersebut.
IK dan DS terlibat dalam skema penipuan berupa ponzi yang melibatkan merekrut
anggota baru dan menyebarkan informasi investasi melalui video YouTube. Mereka
menampilkan promosi trading yang menjanjikan keuntungan besar kepada para calon
anggota. Hal ini berhasil menarik banyak orang untuk mengunduh aplikasi Binomo
dengan harapan mendapatkan keuntungan sesuai yang dijanjikan. Namun, setelah
bergabung, banyak dari mereka mengalami kerugian dalam transaksi trading elektronik.
Tindakan penipuan yang dilakukan IK dengan aplikasi Binary options atau Binomo
menyebabkan kerugian hingga Rp 83 miliar kepada 114 orang korban. Sementara itu,
tindakan penipuan yang dilakukan DS mengakibatkan kerugian sekitar Rp 24 miliar.
Akhirnya, para korban melaporkan kedua pelaku ke pihak berwajib untuk dimintai
pertanggungjawaban atas perbuatannya.
Pada pemeriksaann di Pengadilan Negeri Tangerang, dalam Putusan Nomor:
1240/Pid.Sus/2022/ PN.Tng dengan terdakwa IK dinyatakan bahwa “Berdasarkan fakta-
fakta yang terungkap di persidangan, bahwa perbuatan Terdakwa telah dinyatakan
terbukti melakukan tindak pidana menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang
mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik dalam dakwaan kesatu
Penuntut Umum yang melanggar Pasal 45A (1) Jo. Pasal 28 (1) Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang ancaman hukumannya 6 (enam) tahun
pidana penjara, dimana dengan menyebarkan berita bohong oleh Terdakwa mendapatkan
sejumlah uang baginya sebagai hasil dari trading Binomo yang melibatkan banyak orang,
dengan demikian terbuktilah unsur ini.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah pada penulisan makalah ini
adalah bagaimana analisis hukum acara tindak pidana penipuan investasi online pada
Studi Putusan Nomor 1240/Pid.Sus/PN TNg?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di ata, maka tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk mengetahui analisis hukum acara tindak pidana penipuan investasi online pada
Studi Putusan Nomor 1240/Pid.Sus/PN TNg.
BAB II
PEMBAHASAN
D. Pencucian Uang
Ardian (2018) mendefinisikan pencucian uang adalah merupakan upaya pelaku
kejahatan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan yang
diperoleh dari tindak pidana dengan cara memasukkan harta kekayaan yang diperoleh
dari tindak pidana dengan cara memasukkan harta kekayaan hasil tindak pidana kedalam
sistem keuangan khususnya dalam sistem perbankan baik di dalam maupun di luar negeri
dengan maksud menghindarkan diri dari tuntutan hukum atas kejahatan yang telah
dilakukan dengan mengamankan harta kekayaan hasil kejahatan dari sitaan aparat hukum.
Dengan bermacam modus Money laundering dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai
dari hibah, penitipan, pertukaran, pembayaran hingga pentransferan. Pencucian uang
sudah menjadi sebuah kejahatan bisnis yang tidak hanya terjadi dalam lembaga keuangan,
apakah itu perbankan maupun lembaga keuangan non bank dalam lingkup kecil saja
ataupun dimungkinkan dilakukan oleh perorangan maupun korporasi melalui lintas
negara (cross border) atau tanpa batas tertentu lagi (Amelia & Marpaung, 2023). Hal ini
yang menyebabkan betapa sulitnya bagi negara-negara untuk dilakukan pemberantasan
terhadap hasil kejahatan pencucian uang itu secara optimal. Hal ini tercermin dalam
putusan pengadilan tersebut di atas, yang hanya menjerat IK dan DS sebagai pelaku
tindak pidana transanksi elektronik dan pencucian uang. Sementara perusahaan pemilik
aplikasi Binomo dan Quotex yang berada di luar negeri tidak terjangkau hukum.
Tindak pidana pencucian uang sebagai suatu kejahatan mempunyai ciri khas yaitu
bahwa kejahatan ini bukan merupakan kejahatan tunggal tetapi merupakan kejahatan
ganda. Pasal 480 KUHP mengatur mengenai tindakan pencucian uang yang berbunyi
"Barang siapa dengan sengaja mengambil, menahan atau menyembunyikan atau memberi
bantuan dalam mengambil, menahan atau menyembunyikan, uang atau barang yang
diketahuinya berasal dari tindak pidana, diancam karena mempunyai benda curian dengan
pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan". Tindak pidana pencucian uang
tidak berdiri sendiri karena harta kekayaan yang ditempatkan, ditransfer atau dialihkan
dengan cara integrasi itu diperoleh dari tindak pidana, berarti sudah ada tindak pidana
yang mendahuluinya (predicate crime), atau tindak pidana asal. Predicate crime inilah
yang menjadi asal dilakukannya proses lanjutan oleh pelaku tindak pidana, yang
kemudian tindak pidana lanjutan (follow up crime). Mengenai perampasan aset menurut
Saputra (2017) bahwa secara teoritis, perampasan dan penyitaan aset/hasil kejahatan
dilandaskan pada pandangan bahwa, tidak seorangpun berhak memiliki kekayaan yang
tidak patut dimilikinya. Pandangan ini tercermin dari beberapa istilah crime shouldn’t
pay; unjust enrichment atau illicit enrichment; no one benefit from his own wrong doing.
Teori yang melandasi pandangan ini disebut: rational choice theory. Model perampasan
dan penyitaan yang diakui secara universal dilakukan setelah terdapat putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Model penyitaan dan perampasan asset ini
hanya efektif bila pelaku utama berdomisili di Indonesia. Tetapi bila pelaku utamanya
berdomisili di luar negeri agak sulit melakukan tindakan penyitaan dan perampasan aset.
Tindak pidana pencucian uang yang diatur dalam Pasal 3 dan Pasal 4 UU TPPU
selalu merujuk pada tindak pidana asal yang diatur dalam Pasal 2 ayat (1) UU TPPU yang
berbunyi sbb: Hasil tindak pidana adalah Harta Kekayaan yang diperoleh dari tindak
pidana:
a. korupsi;
b. penyuapan;
c. narkotika;
d. psikotropika;
e. penyelundupan tenaga kerja;
f. penyelundupan migran;
g. di bidang perbankan;
h. di bidang pasar modal;
i. di bidang perasuransian;
j. kepabeanan;
k. cukai;
l. perdagangan orang;
m. perdagangan senjata gelap;
n. terorisme;
o. penculikan;
p. pencurian;
q. penggelapan;
r. penipuan;
s. pemalsuan uang;
t. perjudian;
u. prostitusi;
v. di bidang perpajakan;
w. di bidang kehutanan;
x. di bidang lingkungan hidup;
y. di bidang kelautan dan perikanan; atau
z. tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara 4 (empat) tahun atau
lebih, yang dilakukan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia atau di
luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tindak pidana tersebut
juga merupakan tindak pidana menurut hukum Indonesia.
Dalam penentuan barang sitaan apakah dirampas untuk negara atau tidak, masih
terjadi disparitas dalam putusan pengadilan. Apabila diperhatikan ketentuan Pasal 2 ayat
(1) UU TPPU tidak ada satu pun point dari ketentuan tersebut yang dilanggar, baik oleh
IK maupun DS. Tetapi Putusan Nomor: 1240/Pid.Sus/2022/ PN.Tng dengan terdakwa IK
memerintahkan barang bukti No. 220 s.d. No. 258 Dirampas untuk Negara karena
aplikasi binomo dipersamakan dengan judi. Majelis hakim Pengadilan Tinggi (PT) dalam
Putusan Nomor 117/ PID.SUS/2022/PT.BTN, tidak sependapat dengan pertimbangan
Majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Tangerang. Oleh karena itu, barang-barang bukti
tersebut, dikembalikan kepada para korban untuk dibagikan secara proporsional melalui
Pengurus Paguyuban. Penulis sependapat dengan Majelis Hakim PT tersebut, karena
permainan Binomo bukan sebagai permainan judi. Menurut Adami Chazawi dan Ardi
Ferdian bahwa Apabila kita perhatikan indikator/syarat suatu tindak pidana lex specialis
dari suatu lex generalis, maka tindak pidana UU ITE Pasał 27 Ayat (2) jo 45 Ayat (1) ini
adalah merupakan lex specialis dari tindak pidana perjudian Pasał 303 dan 303 bis
KUHP.
Majelis hakim PT tidak menerima sepenuhnya pertimbangan Majelis hakim PN
terhadap unsur-unsur Pasal 3 dan Pasal 4 UU TPPU dengan pertimbangan terhadap unsur
ke 3 menyatakan bahwa kegiatan perdagangan online yang dilakukan binary option
adalah ilegal dan tanpa ijin. Kementerian Kominfo RI telah memblokir domain situs
website perdagangan berjangka tanpa izin berkedok trading. Kemudian dikatakan bahwa
kegiatan binary option dilarang berdasarkan ketentuan Pasal 6 Peraturan Bappebti Nomor
:83/BAPPEBTI/Per/06/2010 dan otoritas kewenangan tersebut diberikan kepada Badan
Pengawas Perdagangan Berjangka komoditi, maka logis ketentuan tersebut untuk
memprediktabilitas Perdagangan Berjangka Komoditi yang ilegal dalam lingkup pasar
modal. Promosi binary online berkedok investasi trading secara online adalah untuk
mengelabui para calon membernya. Sedangkan substansi operasional yang sesungguhnya
adalah kegiatan yang dilarang oleh Peraturan Bappebti Nomornya
83/BAPPEBTI/Per/06/2010. Menurut penulis, Pasal 6 peraturan Bappebti yang dijadikan
sebagai pertimbangan kurang begitu tepat, karena pasal tersebut hanya bersifat larangan
tidak ada sanksi hukum bagi perusahaan dalam negeri maupun luar negeri, yang
melakukan kegiatan usaha perdagangan berjangka di Indonesia. Sehingga, larangan ini
tidak bisa dijadikan sebagai kejahatan asal dari suatu tindak pidana.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan Hasil Penelitian yang dilakukan pada Studi Putusan Nomor
1240/Pid.Sus/2022/PN.TNg maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan Dasar
Pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan pemidanaan dalam Putusan telah memuat
pertimbangan secara yuridis dan non yuridis serta unsur-unsur dalam undang-undang
yang didakwakan kepada tersangka telah dapat dibuktikan berdasarkan fakta-fakta dalam
persidangan. Terhadap pertimbangan majelis hakim telah memenuhi Pasal 45A(1) Jo.
Pasal28 (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 & Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang
tindak pidana Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik & Tindak Pidana Pencucian
Uang.
DAFTAR PUSTAKA
Adrian Sutedi, S. H. (2018). Tindak pidana pencucian uang. PT Citra Aditya Bakti.
Alvira, B. (2022). Kebijakan Hukum Pidana Terhadap Trading Ilegal di Indonesia (Studi
Kasus Binomo) (Doctoral dissertation, Hukum Pidana).
Amelia, C., & Marpaung, Z. A. (2023). Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi
Tindak Pidana Pencucian Uang Melalui Gatekepeer. Reslaj: Religion Education
Social Laa Roiba Journal, 5(6), 3175-3189.
Anggara, Y., & Setiawan, D. A. (2022, August). Analisis Viktimologi terhadap Korban
Trading Ilegal (Binomo) yang di Promosikan oleh Influencer. In Bandung Conference
Series: Law Studies (Vol. 2, No. 2, pp. 1248-1252).
Aulia, M., Efendi, F. E., & Manurung, R. T. (2023). Analisis Pertanggungjawaban Ojk
Terhadap Investasi Online Bodong Binomo Yang Dilakukan Indra Kenz Ditinjau Dari
Aspek Yuridis. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 9(11), 801-812.
Fitri, W., & Elvianti, E. (2021). Tinjauan Yuridis Penegakan Hukum Terhadap Investasi
Bodong Yang Memakai Skema Ponzi. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha,
9(3), 598-611.
Hervando, F. (2023). Kebijakan Kriminal Terhadap Korban Investasi Binomo Binary Option
dan Quotex Robot Trading di Indonesia. Repository UNSRI.
Ketaren, E. (2016). Cybercrime, cyber space, dan cyber law. Jurnal Times, 5(2), 35-42.
Melani, M., Disemadi, H. S., & Jaya, N. S. P. (2020). Kebijakan Hukum Pidana Dibidang
Transaksi Elektronik Sebagai Tindak Pidana Non-Konvensional. Pandecta Research
Law Journal, 15(1), 111-120.
Rahardjo, S. (2010). Penegakan hukum progresif. Penerbit Buku Kompas.
Rahmanto, T. Y., Kav, J. H. R. S., & Kuningan, J. S. (2019). Penegakan Hukum Terhadap
Tindak Pidana Penipuan Berbasis Transaksi Elektronik. Jurnal Penelitian Hukum De
Jure, 19(1), 31.
Saputra, R. (2017). Tantangan Penerapan Perampasan Aset Tanpa Tuntutan Pidana (Non-
Conviction Based Asset Forfeiture) dalam RUU Perampasan Aset di Indonesia.
Integritas: Jurnal Antikorupsi, 3(1), 115-130.
Sari, N. L. A. (2023). Penerapan Pasal 28 Ayat (1) Undang-Undang ITE Dalam Perspektif
Keputusan Bersama Menteri Komunikasi Dan Informatika, Jaksa Agung Republik
Indonesia Dan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia. Ganec Swara, 17(1),
124-130.
Tarigan, A. R., Siregar, D. R. S., & Lubis, F. (2023). Analisis Investasi Aplikasi Trading
Binomo: Studi Kasus Indra Kenz. As-Syar'i: Jurnal Bimbingan & Konseling
Keluarga, 5(2), 519-532.