Anda di halaman 1dari 5

Teori

Titrasi adalah proses pengukuran volume titran yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen. Metode
titrimetri dikenal juga sebagai metode volumetric. Titik ekuivalen yaitu titik dalam suatu titrasi di mana
jumlah ekivalensi titrasi sama dengan jumlah ekivalen analit. Titik akhir dalam suatu titrasi di mana suatu
indikator berubah warna. Idealnya saat titrasi titik ekuivalensi dan titik akhir titrasi adalah sama. (Day
Underwood, 1999)

Menurut Arrhenius Asam (Acid) dapat didefinisikan sebagai zat yang memberikan ion hydrogen (H+)
apabila dilarutkan dalam air.

HCl H+(aq) + Cl-(aq)

Asam kuat (Strong Acid) adalah senyawa molekul yang nyaris mengion sempurna menjadi H+ (aq) dan
anion yang menyertainya bila berada dalam larutan berair. Asam kuat meliputi HCl, HBr, HI, HClO4, HNO3,
H2SO4

Asam lemah (weak acid) yaitu asam yang tidak mengion sempurna dalam larutan berair. Contoh nya Asam
Asetat (H2C2H3O2) (Petrucci Harwood 2011)

Menurut Arrhenius Basa (base) dapat didefinisikan zat yang menghasilkan ion hidroksida (OH-) apabila
dilarutkan dalam air.

NaOH Na+ (aq) + OH- (aq)

Basa kuat (strong base) adalah basa yang terdisosiasi sempurna atau nyaris sempurna jika dilarutkan
dalam air. Basa kuat meliputi LiOH, NaOH, KOH, RbOH, CsOH, Ca(OH)2, Sr(OH)2, Ba(OH)2.

Basa lemah (weak base) adalah basa yang mengion tidak sempurna jika dilarutkan dalam air. Contoh nya
NH4OH (Petrucci Harwood 2011)

Titrasi asam basa adalah titrasi yang bertujuan menentukan kadar larutan asam atau kadar larutan basa.
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam basa
berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan
sebaliknya.

Jenis-Jenis Titrasi Asam Basa Titrasi asam basa terbagi menjadi 5 jenis yaitu :

1. Asam kuat - Basa kuat


2. Asam kuat - Basa lemah
3. Asam lemah - Basa kuat
4. Asam kuat - Garam dari asam lemah
5. Basa kuat - Garam dari basa lemah (Raymond Chang, 2005)

Reaksi yang digunakan untuk titrasi :

1. Asam-basa
Reaksi asam basa atau disebut pula dengan reaksi penetralan adalah reaksi antara asam (zat yang
melepaskan ion H+) dan basa (zat yang melepaskan ion OH) membentuk air (H2O) yang bersifat
netral. Titran pada umumnya adalah larutan standar dari larutan elektrolit kuat, seperti natrium
hidroksida dan asam klorida.
2. Oksidasi-reduksi (redoks)
Reaksi redoks adalah suatu reaksi yang didalamnya terjadi oksidasi dan reduksi.
Konsep reaksi redoks terdiri dari tiga:
a. Oksidasi dan reduksi sebagai pengikatan dan pelepasan oksigen.
b. Oksidasi dan reduksi sebagai pelepasan dan penerimaan elektron.
c. Oksidasi dan reduksi sebagai pertambahan dan penurunan bilangan oksidasi.
Contoh titran adalah kalium permanganate, KMnO4. Reaksinya dengan besi(II) dalam larutan
asam adalah
5Fe2+ + MNO-4 + 8H+ 5Fe3 + Mn2+ + 4H2O
3. Pengendapan
Reaksi pengendapan (presipitasi) adalah reaksi pembentukan padatan dalam larutan atau di
dalam padatan lain selama reaksi kimia. Contoh pengendapan dari kation perak dengan anion
halogen. Ag+ + X- AgX(s) dimana X- berupa ion klorida, bromida, iodide, atau pun tiosianat
(SCN-)
4. Pembentukan kompleks
Contoh dari reaksi di mana terbentuk suatu kompleks stabil antara ion perak dan sianida:
Ag2+ + 2CN- Ag(CN)2-

Syarat sebelum reaksi tersebut digunakan :

1. Reaksi tersebut diharapkan berlangsung cepat


2. Reaksi tersebut harus diproses sesuai persamaan kimiawi tertentu. Seharusnya tidak ada reaksi
sampingan
3. Terdapat zat yang dapat digunakan untuk mengetahui saat titrasi harus dihentikan (titik akhir
titrasi) yang disebut indikator
4. Reaksi harus stoikiometri, yaitu diketahui dengan pasti reaktan & produk serta perbandingan mol
atau koefisien reaksinya (Day Underwood, 1999)

Indikator adalah suatu zat yang mampu mengubah warna yang berlainan dengan kehadiran analit atau
titran secara berlebihan. Indikator yang biasa digunakan terbagi menjadi 2 golongan, yaitu indikator
tunggal dan indikator universal.

1. Indikator Tunggal
Indikator tunggal hanya dapat membedakan larutan bersifat asam atau basa, tetapi tiak dapat
menentukan harga pH dan pOH. Yang termasuk dalam indikator tunggal adalah :
a. Lakmus Merah dan Biru
Lakmus merah => berwarna merah dalam larutan asam, dan akan berubah warna menjadi
biru bila dicelupkan ke dalam larutan basa.
Lakmus biru => berwarna biru dalam larutan basa, dan akan berubah warna menjadi merah
bila dicelupkan ke dalam larutan asam.
b. Fenolftaelin
Fenolftalein adalah salah satu indikator asam basa sintetik yang memiliki rentang pH antara
8,30 10,0. Pada larutan asam dan netral, fenolftalein tidak berwarna. Sedangkan bila
dimasukkan ke dalam larutan basa, warnanya akan berubah menjadi merah muda.
c. Metil Jingga
Larutan metil jingga dapat membedakan antara larutan asam dengan larutan netral. Larutan
asam yang ditetesi metil merah akan tetap berwarna merah, sedangkan larutan netral
berwarna kuning. Akan tetapi, metil jingga juga akan menyebabkan larutan basa berwarna
kuning. Trayek pH 3,1 4,00
d. Bromtimol Biru
Bromtimol biru di dalam larutan asam akan berwarna kuning, dalam larutan basa akan
berwarna biru, dan di dalam larutan netral akan berwarna biru kekuningan. Trayek pH 6-7,6

2. Indikator Universal
Indikator Universal dapat membedakan larutan asam dan basa serta mengetahui harga pHnya.
Indikator Universal dapat dalam bentuk cairan maupun kertas. Cara kerja indiator ini adalah
dengan mencocokkan perubahan warna kertas indikator pada tabel warna indikator universal.
(bisakimia.com)

Standarisasi adalah proses di mana konsentrasi larutan ditentukan secara akurat. Standar Primer adalah
suatu zat yang tersedia dalam bentuk murni atau keadaan dengan kemurnian yang diketahui, yang
digunakan untuk menstandarkan suatu larutan. Standar primer harus mempunyai karateristik sbb :

1. Harus tersedia dalam bentuk murni, atau dalam suatu tingkat kemurnian yang diketahui.
2. Subtansi tersebut harus stabil. Harus mudah dikeringkan dan tidak terlalu higroskopis sehingga
tidak banyak menyerap air selama penimbangan. Substansi tersebut seharusnya tidak kehilangan
berat bila terpapar udara.
3. Standar primer diharapkan mempunyai berat ekivalen yang cukup tinggi agar dapat
meminimalisasi konsekuensi galat pada saat penimbangan. (Day Underwood, 1999)

Larutan baku sekunder yaitu larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat
karena berasal dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan pembakuan
menggunakan larutan baku primer, melalui metode titrimetri.

Alikuot adalah seporsi dari keseluruhan yang diketahui, biasanya berupa beberapa fraksi yang sederhana.
Alikuot itu sendiri yaitu ketika praktikan atau analis menimbang sejumlah banyak sampel dari standar
primer kemudian melarutkannya dalam suatu labu volumetric, dan mengambil sebagian larutan dengan
menggunakan pipet. Porsi yang diambil dengan pipet dinamakan alikuot. (Day Underwood, 1999)

Berat Ekivalen dan Sistem Normalitas

Berat gram-ekivalen dari sebuah asam atau basa didefinisikan sebagai berat yang diperlukan dalam gram
untuk melengkapi atau berekasi dengan 1 mol H+ (1,008 g). Jikan n adalah jumlah mol H+ yang dilengkapi
oleh 1 mol asam, atau yang direaksikan dengan 1 mol basa, hubungan antara berat molekul dan berat
ekivalen adalah
BE = BM/n

(1) HCl + NaOH NaCl + H2O


(2) H2SO4 + 2NaOH Na2SO4 + 2H2O
Untuk HCl, n=1 BM dan BE adalah sama. Untuk H2SO4, n=2 dan BE adalah setengah BM.

Normalitas yaitu sistem konsentrasi didasarkan pada volume dari larutan. Hal ini didefinisikan sebagai:

N=eq/v

Di mana N adalah normalitas, eq adalah jumlah ekivalen, dan V adalah volume larutan dalam liter. (Day
Underwood, 1999)

Pada titrasi, titik ekivalensi berlaku bahwa:

Jumlah mili ekivalen X = Jumlah mili ekivalen T

Atau

(Vx.Nx) = (Vt.Nt)

Reaksi yang ada pada percobaan :

HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O (l) ( Reaksi Penetralan/Reaksi Asam Basa)


C2H2O4 2H2O + 2NaOH Na2C2O4 + 4H2O

Bahan yang digunakan :

NaOH
Natrium Hidroksida ( NaOH ) merupakan salah satu senyawa ion yang bersifat basa kuat, kaustik
dan memiliki sifat korosif dan higroskopik ( suka menyerap air ). memiliki tingkat kelarutan yang
sangat tinggi.
Jenis Senyawa : Senyawa Ion
Bentuk : Kristal dan Bubuk Bewarna Putih dan Tidak Berbau
Densitas : 2,13 gr/cm
Titik Leleh : 318 C
Titik Didih : 1388 C
Tingkat Kelarutan Dalam Air : Suhu 0 C , 418 gr/L. Suhu 20 C , 1150 gr/L
Massa Molekul Relatif ( Mr ) = 40
Larut Dalam : Air, Methanol,Ethanol, larutan Ammonia dan Eter
Bahaya : Bersifat Corrosif
Rivalitas Asam = HCl
HCl
Asam Klorida merupakan salah satu asam kuat yang tidak bewarna dan memiliki bau seperti klorin
pada konsentrasi yang lebih tinggi serta bersifat korosif.
Jenis Senyawa : Senyawa Kovalen
Bentuk : Cairan Tidak Bewarna Dan Berbau Seperti Klorin Pada Konsentrasi Yang Lebih Tinggi
Tingkat Kelarutan Dalam Air : Larut Dalam Semua Bentuk Perbandingan
Massa Molekul Relatif ( Mr ) = 36,45
Bahaya : Bersifat Korosif
Rivalitas Basa : NaOH

Metode lain untuk pengukuran :

a. Metode Kjeldahl : Penentuan kadar nitrogen dalam sampel. Nitrogen organik didestruksi menjadi
amonia dengan asam sulfat dan kalium sulfat. Akhirnya amonia dititrasi balik dengan asam borat
dan kemudian dengan natrium karbonat.
b. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat
plot antara pH dengan volume titran untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva
titrasi tersebut adalah titik ekuivalen.

Daftar Pustaka

https://materi78.files.wordpress.com/2013/06/redoks_kim2_2.pdf

https://bisakimia.com/2013/11/09/indikator-asam-basa/

https://www.ilmukimia.org/2014/02/reaksi-pengendapan.html

http://www.panduankimia.net/2016/12/asam-klorida-hcl-pengertianfakta-dan_22.html

Anda mungkin juga menyukai