Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

PERCOBAAN I

Disusun oleh:

Nama :Tika Siti Fatimah

Npm :100603171092

Shift/Kelompok :D/2

Tanggal Praktikum :05 Oktober 2017

Tanggal Laporan :19 Oktober 2017

Nama Asisten :Nety Kurniaty, S.Si., M.Sc.

LABOLATORIUM FARMASI TERPADU UNIT A

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2017/1439 H
Percobaan I

Beberapa Reaksi Kimia

I. Tujuan Percobaan
1. Memahami prinsip jenis reaksi kimia
a. melakukan reaksi asam basa
b. melakukan reaksi redoks
c. melakukan reaksi pengendapan
d. melakukan reaksi pembentukan kompleks
e. melakukan reaski pembentukan gas
2. Penetapan kadar gravimetri

II. Prinsip Percobaan


1. Reaksi asam basa merupakan reaksi kimia yang melibatkan reagen asam
dan reagen basa yang menghasilkan air dan garam. Contoh reaksi asam
basa:
HCl + NaOH NaCl + H2O
2. Reaksi Redoks dikenal juga sebagai reaksi transfer-electron. Reaksi
pembentukan kalsium oksida (CaO) dari kalsium dan oksigen:
2Ca(s) + O2(g) 2CaO(s)
Kalsium oksida CaO adalah senyawa ionik yang tersusun atas ion Ca2+ dan
O2-. Dalam reaksi pertama dua atom Ca memberikan atau memindahkan
empat elektron kepada dua atom O. Agar mudah dipahami:
2Ca 2 Ca2+ + 4e-
O2 + 4e- 2O2-
Tahap diatas disebut sebagai reaksi setengah-sel (half-reaction), yang
secara eksplisit menunjukan banyaknya elektron yang terlibat dalam reaksi.
Jika menghapus elektron-elektron yang muncul dalam kedua sisi
persamaan reaksi:
2Ca + O2 2Ca2+ + 2O2-
Akhirnya, ion Ca2+ dan O2-bergabung membentuk CaO:
2Ca2+ + 2O2- 2CaO
Reaksi setengah-sel yang melibatkan hilangnya elektron disebut reaksi
oksidasi. Reaksi yang melibatkan penangkapan elektron disebut reaksi
reduksi. Kalsium bertindak sebagai suatu zat pereduksi karena memberikan
elektron kepada oksigen dan menyebabkan oksigen tereduksi. Oksigen
tereduksi bertindak sebagai zat pengoksidasi.
3. Reaksi pengendapan merupakan satu jenis reaksi yang umumnya
berlangsung dalam larutan berair memiliki ciri terbentuknya produk yang
tak larut atau endapan. Endapan adalah padatan taklarut yang terpisah dari
larutan. Reaksi pengendapan biasanya melibatkan senyawa-senyawa ionik.
Misalnya, ketika larutan timbal nitrat [Pb(NO3)2] ditambahkan ke dalam
larutan natrium iodida (NaI) akan terbentuk endapan kuning timbal iodida
Pb(NO3)2(aq) + 2NaI(aq) Pb2(s) + 2NaNO3(aq)
4. Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion
logam pusat dengan satu atau lebih ligan yang meyumbangkan pasangan
elektron bebasnya kepada ion logam pusat.
5. Reaksi pembentukan gas hidrogen (H2) memiliki sifat tidak berwarna,
mudah meletup, ringan, dan tidak berbau. Ini menunjukan adanya gas
hidrogen. Contoh reaksi yang menghasilkan gas hidrogen:
Mg(s) + 2HCl(aq) MgCl(aq) + H2(g)
2Al(s) + 3H2SO4(aq) Al2(SO4)3(aq) + 3H2(g)
Zn(s) + 2HCl(aq) ZnCl2(aq) + H2(g)
6. Analisa gravimetri adalah analisa kuantitatif dimana komponen zat uji
ditetapkan berdasarkan penimbangan sebelum dan sesudah zat uji
mengalami suatu proses pemisahan. Metode evolusi didasarkan pada
penguapan komponen zat uji dengan cara pemanasan. Komponen yang
menguap adalah perbedaan dari berat penimbangan zat uji sebelum dan
sesudah penguapan. Cara ini sering digunakan untuk penetapan kadar air
dari zat uji dengan pemansan pada 105 sampai 110 derajat celcius. Berat
dari komponen yang menguap adalah pertambahan berat dari penyerap.

III. Teori Dasar


Reaksi kimia adalah peristiwa perubahan kimia dimana zat-zat yang
bereaksi (reaktan) berubah menjadi zat-zat hasil reaksi (produk). Pada reaksi
kimia, selalu dihasilkan zat baru dengan komposisi dan sifat-sifat yang baru,
sehingga sifat yang dimiliki reaktan berbeda dengan sifat yang dimiliki
produk. Ciri-ciri reaksi kimia yaitu adanya perubahan warna, perubahan suhu,
pembentukan endapan, dan pembentukan gas. Reaksi kimia dituliskan
dengan persamaan kimia. Persaman kimia atau persamaan reaksi dalah
penulisan simbolis dari sebuah reaksi kimia. Rumus kimia pereaksi ditulis di
sebelah kiri persamaan dan rumus kimia produk dituliskan di sebeah kanan.
Koefisien yang ditulis di sebelah kiri rumus kimia sebuah zat adaah koefisien
stoikiometri, yang menggambarkan jumlah zat tersebut yang terlibat dalam
reaksi relatif terhadap zat yang lain. Stoikiometri adalah ilmu yang
mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk di
dalam reaksi kimia yang didasarkan pada hukum-hukum dasar dan persamaan
reaksi. Jenis-jenis reaksi kimia:
Reaksi asam basa
Asam adalah zat apa saja yang molekulnya mempunyai satu atom
hidrogen yang mampu memisahkan diri menjadi ion hidrogen (H+), atau
dengan kata lain bahwa semua asam adalah sumber ion hidrogen atau
proton. Contoh reaksi kimia asam: HCl H+ + Cl-
Sifat-sifat larutan asam yaitu: rasanya masam, menghantarkan arus
listrik, jika dilarutkan melepaskan ioh hidrogen (H+), mengubah lakmus
biru menjadi merah, dan bersifat korosif terhadap logam.
Basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hidrogen ketika
dilarutkan dalam air. Basa merupakan lawan dari asam, yaitu ditujukan
untuk unsur/senyawa kimia yang memiliki pH dari 7. Sifat-sifat basa
yaitu: kaustik, rasanya pahit, licin seperti sabun, nilai pH lebih dari 7,
mengubah warna lakmus merah menjadi biru, dapat menghantarkan arus
listrik, dan menetralkan asam.

Indikator asam basa ialah cara untuk mengetahui apakah jenis suatu
larutan tersebut asam, basa atau netral menggunakan indikator alami
maupun buatan. Cara penentuan larutan dengan menggunakan kertas
lakmus, larutan indikator, dan indikator alami.
Kertas Lakmus
Indikator Larutan asam Larutan basa Larutan netral
Lakmus merah Merah Biru Merah
Lakmus biru Merah Biru Biru

Larutan Indikator
Larutan
Indikator Larutan asam Larutan basa
netral
Phenolphtalin Tidak Tidak
Merah muda
(pp) berwarna berwana
Metil merah
Merah Kuning Kuning
(mm)
Metil jingga
Merah Kuning Kuning
(mj)
Indikator Alami yang dapat digunakan sebagai indikator
contohnya: mahkota bunga (bunga sepatu, bougenvil, dan
mawar), kunyit, kubis ungu, dan kulit manggis.

Warna indikator kubis ungu Sifat larutan


Merah tua Asam kuat
Merah Asam medium
Merah keunguan Asam lemah
Ungu Netral
Biru kehijauan Basa lemah
Hijau Basa medium
Kuning Basa kuat

Reaksi redoks adalah istilah yang menjelaskan berubahnya bilangan


oksidasi atom-atom dalam sebuah reaksi kimia. Istilah redoks berasal dari dua
konsep, reduksi menjelaskan penambahan elektron oleh sebuah molekul,
atom, atau ion. Oksidasi menjelaskan pelepasan elektron oleh sebuah molekul,
atom, atau ion. Dalam reaksi redoks bilangan oksidasi atom yang berubah.
Reaksi redoks dapat melibatkan transfer elektron antara senyawa kimia.
Reaksi yang terjadi I2 dan S2O32- (anion tiosulfat) dioksidasi menjadi S4O62-
memberikan contoh reaksi redoks:
2S2O32-(aq) + I2(aq) S4O62-(aq) + 2 I-(aq)
Pengendapan dapat terjadi jika konsentrasi senyawa melebihi
kelarutan. Pengendapan dapat terjadi dengan cepat dari kelarutan jenuh.
Contoh dari reaksi pengendapan adalah ketika larutan perak nitrat (AgNO3)
ditambahkan ke dalam larutan yang mengandung kalium klorida (KCl). Maka
akan terbentuk endapan putih perak klorida (AgCl)
AgNO3 (aq) + KCl(aq) AgCl(s) + KNO3 (aq)
Pada reaksi asam-basa, reaksi pengendapan sebagian besar produknya
berbentuk padat dan cair. Bentuk lain dari hasil reaksi kimia selain padat dan
cair adalah gas. Terbentuknya gas disebabkan oleh reaksi yang terurai menjadi
zat gas atau reaksi tersebut menghasilkan gas. Reaksi yang menghasilkan gas
terjadi antara kalsium karbonat dengan asam klorida menghasilkan
karbondioksida. Reaksi yang dapat terjadi sebagi berikut:
CaCO3(s) + 2HCl(aq) CaCl2(aq) + H2O(l) + CO2(g)
Salah satu reaksi yang terurai menjadi gas, amonium klorida yang bereaksi
dengan natrium hidroksida akan terurai menjadi gas amonia (NH3) yang akan
menguap ke udara seperti reaksi berikut:
NH4Cl(s) + 2HCl(aq) NaCl(aq) + H2O(l) + NH3(g)
Analisis gravimetrik (gravimetric analysis) adalah suatu teknik analisis
yang didasarkan pada pengukuran massa. Salah satu jenis percobaan analisis
gravimetri melibatkan pembentukan, isolasi, dan penentuan massa suatu
endapan. Prosedur ini umunya diterapkan pada senyawa ionik. Suatu sampel
zat tidak diketahui komposisinya dilarutkan di dalam air dan dibiarkan
bereaksi dengan zat lain sehingga membentuk endapan. Endapan tersebut
disaring, dikeringkan, dan ditimbang. Dengan mengetahui massa dan rumus
kimia endapan yang terbentuk, dapat menghitung massa komponen kimia
tertentu dari sampel awal. Suatu reaski yang sering dipelajari dalam analisis
gravimetrik karena reaktannya dapat diperoleh dalam bentuk murni, adalah:
AgNO3(aq) + NaCl(aq) NaNO3(aq) + AgCl(s)
Analisis gravimetrik merupakan suatu teknik yang sangat akurat, karena
massa sampel dapat diukur secara akurat. Prosedur ini hanya dapat diterapkan
pada reaksi yang berlangsung sempurna atau memiliki hampir 100 persen.
Kesalahn daam gravimetri terbagi menjadi dua, yaitu:
Endapan tidak sempurna dari ion yang diinginkan
Gagal memperoleh endapan murni dengan komposisi tertentu untuk
penimbangan.

Faktor-Faktor penyebabnya:

Peptisasi (proses dimana koloid yang menggumpal atau


mengkoagulasi larut kembali menjadi partikel-partikel dalam keadaan
terdispersi)
Kopresipitasi (proses dimana biasanya komponen-komponen dari
larutan terbawa oleh endapan atau ikut mengendap) dari ion-ion
pengotor
Postpresipitasi (pengotor akan menempel pada permukaan endapan
dan harus cepat dipisahkan dengan cara dekantasi) zat yang agak larut
Kurang sempurna pencucian
Kurang sempurna pemijaran
Pemijaran berlebih sehingga sebagian endapan megurai
Penyerapan air atau karbondioksida oleh endapan.

IV. Alat dan Bahan Percobaan


Alat:
1. Bunsen
2. Gelas kimia
3. Krus
4. Penjepit
5. Pipa penyalur gas
6. Pipet tetes
7. Segitiga krus
8. Spatel
9. Tabung reaksi
Bahan:
1. AgNO3 0,1 M
2. Al2(SO4)3 0,1 M
3. Ba(OH)2
4. BaCl2 0,1 M
5. CaCO3
6. CH3COOH 0,1 M
7. Fe2+
8. HCl 0,1 M
9. HCl 1 M
10. H2C2O4
11. H2SO4 2 M
12. Kertas lakmus
13. K2CrO4 0,1 M
14. K2Cr2O7 0,1 M
15. KMnO4 0,05 M
16. NaOH 0,1 M
17. NH4OH 1 M
18. (NH4)2SO4

V. Prosedur
A. Reaksi-Reaksi Kimia
a. Ke dalam tiga tabung reaksi dimasukkan masing-masing 10 tetes larutan
tabung A HCl 0,1 M, tabung B CH3COOH 0,1 M, dan tabung C NaOH
0,1 M. Masing-masing ditambahkan indikator phenolpthalein 1 tetes.
Amati perubahan warna pada larutan-larutan tersebut! Ke dalam tabung A
dan C ditambahkan NaOH 0,1 M. Amati apa yang terjadi!
b. Ke dalam tabung reaksi masukkan 1 ml H2C2O4 + 2 tetes H2SO4 2 M.
Tambahkan KMnO4 0,05 M tetes demi tetes sambil dikocok dan amati!
Ke dalam tabung reaksi masukkan Fe2+. Membandingkan laju hilangnya
warna ungu diantara kedua prosedur ini.
Mereaksikan 1 ml NaOH 0,1 M dengan AgNO3 0,1 M sebanyak 5 tetes.
Amati yang terjadi!
Mereaksikan 1 ml BaCl2 dengan 1 ml K2CrO4 0,1 M. Amati yang terjadi!
c. Ke dalam empat tabung reaksi A,B, C, D. Masukkan ke dalam tabung A
dan B 1 ml K2CrO4. Masukkan ke dalam tabung C dan D dengan K2Cr2O7
0,1 M. Tambahkan 10 tetes HCl 1 M ke dalam tabung A dan C lalu
kocok. Amati perubahan keduanya! Tambahkan 10 tetes NaOH 1 M ke
dalam tabung B dan D dikocok. Amati perubahannya!
d. Ke dalam dua tabung reaksi dimasukkan 1 ml Al2(SO4)3 0,1 M. Ke
dalam tabung A ditambahkan 5 tetes NaOH 1 ml kemudian tambahkan
tetes demi tetes. Amati perubahannya! Pada tabung B ditambahkan
NH4OH 1 M.
e. Ke dalam tabung reaksi, pipa penyalur gas, dan kertas lakmus.
Dimasukkan 5 ml larutan (NH4)2SO4 ke dalam tabung lalu ditambahkan 5
tetes NaOH 1 M segera dihubungkan tabung dengan pipa kaca yang
dibagian ujungnya terdapat kertas lakmus. Amati perubahan yang terjadi!
f. Disediakan tabung reaksi, pipa penyalur gas,dan gelas kimia 100 ml. Ke
dalam gelas diisi dengan 5 ml larutan Ba(OH)2. Ke dalam tabung
dimasukkan CaCO3 1 sendok, tambahkan dengan segera 5 tetes HCl 1 M
kemudian dihubungkan dengan segera dengan pipa kaca yang bagian
ujungnya terendam larutan dalam gelas kimia. Amati perubahan yang
terjadi!
B. Penentuan kandugan air secara gravimetri tidak langsung
a. Tempatkan krus bersih beserta tutupnya diatas segitiga krus. Krus di
pijarkan dengan pembakar bunsen selama 5 menit. Biarkan krus
beserta tutupnya mendingin dalam eksikator selama 20 menit. Krus
dan tutupnya ditimbang. Selalu menggunakan tang pemegang krus
selama percobaan berlangsung!
b. Ke dalam krus masukkan sample campuran BaCl2.2H2O dan NaCl
dalam sebuah gelas kimia bersih. Timbang krus beserta isinya!
c. Memijarkan krus beserta isinya diatas pembakar bunsen selama 10
menit, dinginkan, kemudian timbang. Mengulangi pekerjaan ini hingga
diperoleh hasil penimbangan yangrelatif tidak berbeda.
d. Tentukan:
Massa sampel yang digunakan
Massa air yang hilang
Berat BaCl2.2H2O dalam sampel
% berat BaCl2.2H2O dan % berat NaCl dalam sampel

VI. Hasil Pengamatan dan Perhitungan


a. Hasil pengamatan percobaan A ke-1
HCl 0,1 M ditambahkan indikator phenolpthalein kemudian direaksikan
dengan 1 tetes NaOH 0,1 M berubah warna menjadi ungu. Dengan
persamaan reaksi HCl + NaOH NaCl + H2O.
CH3COOH 0,1 M ditambahkan indikator phenolpthalein kemudian
direaksikan dengan 1 tetes NaOH 0,1 M berubah warna menjadi ungu.
Dengan persamaan reaksi CH3COOH + NaOH CH3COONa +
H2O.
Prosedur ketiga NaOH 0,1 M ditambahkan indikator phenolpthalein tidak
terjadi reaksi.
b. Hasil pengamatan percobaan A ke-2
1 ml H2C2O4 ditambahkan 2 tetes H2SO4 2 M dikocok tidak terjadi reaksi,
kemudian ditambahkan KMnO4 0,05 M tetes demi tetes sambil dikocok
mengubah larutan menjadi warna ungu.
1 ml Fe2+ ditambahkan 2 tetes H2SO4 2 M tidak terjadi reaksi, kemudian
ditambahkan KMnO4 0,05 M tetes demi tetes sambil dikocok terjadi
perubahan warna ungu, setelah dikocok warna ungu hilang.
1 ml NaCl 0,1 M direaksikan dengan 5 tetes AgNO3 0,1 M menghasilkan
endapan putih. Dengan persamaan reaksi NaCl + AgNO3 NaNO3 +
AgCl.
1 ml BaCl2 0,1 M direaksikan dengan 1 ml K2CrO4 0,1 M mengubah
warna larutan menjadi kuning dan menghasilkan endapan putih.
c. Hasil pengamatan percobaan A ke-3
Tabung A diisi dengan 1 ml K2CrO4 0,1 M direaksikan dengan 10 tetes
HCl 1 M merubah warna larutan yang mula berwarna kuning menjadi
oranye.
Tabung B diisi dengan 1 ml K2CrO4 0,1 M direaksikan dengan 10 tetes
NaOH 1 M tidak terjadi reaksi, warna larutan tetap kuning.
Tabung C diisi dengan 1 ml K2Cr2O7 0,1 M direaksikan dengan 10 tetes
HCl 1 M tidak terjadi reaksi, warna larutan tetap oranye.
Tabung D diisi dengan 1 ml K2Cr2O7 0,1 M direaksikan dengan 10 tetes
NaOH 1 M merubah warna larutan mula berwarna oranye menjadi
kuning.
d. Hasil pengamatan percobaan A ke-4
1 ml Al2(SO4)3 0,1 M direakasikan dengan NaOH 1 M tetes demi tetes
menghasilkan warna putih pada larutan.
1 ml Al2(SO4)3 0,1 M direakasikan dengan NH4OH 1 M menghasilkan
warna putih pada larutan.
e. Hasil pengamatan percobaan A ke-5
5 ml (NH4)2SO4 dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian
ditambahkan 5 tetes NaOH 1 M segera masukkan pipa kaca ke dalam
tabung reaksi, gas yang keluar dari pipa penyalur gas dapat membirukan
lakmus merah dan membirukan lakmus biru.
f. Hasil pengamatan percobaan A ke-6
Terjadi gelembung gas, gelembung keluar dari pipa penyalur gas dalam
gelas kimia yang berisi Ba(OH)2. Dalam tabung reaksi diisi 1 sendok
CaCO3 yang direaksikan dengan 5 tete HCl 1 M yang disalurkan
menggunakan pipa penyalur gas. CaCO3 dalam tabung reaksi tidak larut.
g. Hasil pengamatan percobaan B ke-1
Krus dan tutupnya yang kosong setelah dipijarkan dan didinginkan
kemudian ditimbang, didapat hasil penimbangan sebesar 33,494 g.
h. Hasil pengamatan percobaan B ke-2
Berat BaCl2.2H2O adalah 2 g. Berat keseluruhan antara sampel dengan
krus beserta tutupnya 35,494 g.
i. Hasil pengamatan percobaan B ke-3
Krus yang dipijarkan beserta isinya ,didinginkan kemudian ditimbang
maka didapatkan hasil penimbangan sebesar 35,234 g.
j. Perhitungan Gravimetri tidak langsung
Massa sampel (massa krus+sampel sebelum pemanasan)-massa krus
kosong
(33,494 g + 2 g) - 33,494 g = 2 g
Massa air yang hilang :
(massa krus+sampel sebelum pemanasan)-(massa krus+sampel
setelah pemanasan)
(33,494 g + 2 g) - (33,494 g + 1,995 g ) = 0,0005 g
Berat BaCl2 (massa sampel - massa air yang hilang)
2 g - 0,005 g = 1,995 g
% berat BaCl2 = Berat BaCl2 /massa sampel x 100%
1,995 g/2 g x 100% = 99,75%

VII. Pembahasan
Terjadinya suatu reaksi kimia dapat diamati dengan adanya
perubahan, diantarnya perubahan suhu, warna,terbentuknya endapan dan
adanya gelembung gas. Selain itu reaksi kimia terjadi dari reaksi redoks,
reaksi pengendapan, reaksi asam basa, reaksi pembentukan gas, reaksi
pembentukan kompleks dan lain-lain. Pada saat percobaan terkadang terjadi
kegagalan, misalnya reaksi larutan tidak bereaksi, warna tidak berubah atau
tidak sesuai dengan warna sebenarnya. Hal ini disebabkan karena kesalahan
praktikan, suhu lingkungan, faktor peralatan dan faktor lainnya.
Dalam melakukan reaksi asam basa bertujuan untuk mengetahui
sampel bersifat asam atau basa. HCl 0,1 M direaksikan dengan indikator
phenolpthalein tidak menunjukan adanya perubahan, ketika ditambahkan
dengan NaOH 0,1 M terjadi perubahan warna menjadi ungu.CH3COOH 0,1
M bersifat asam direaksikan dengan NaOH 0,1 M dengan indikator yang sama
phenolpthalein menghasilkan warna ungu. NaOH 0,1 M diberi indikator
phenolpthalein tidak menghasilkan warna karena tidak direaksikan dengan
reaksi yang lainnya. Phenolpthalein biasanya digunakan sebagai indikator
keadaan suatu zat yang bersifat lebih asam atau lebih basa. Phenolpthalein
tidak akan berwarna (bening) dalam keadaan zat yang asam atau netral,
namun akan berwarna kemerahan dalam zat yang basa. Tepatnya pada titik
pH di bawah 8,3 phenolpthalein tidak berwarna, jika mulai melewati pH 8,3
maka akan berwarna merah muda. Semakin basa maka warna yang
ditimbulkan akan semakin merah atau ungu.
Reaksi yang disertai dengan pertukaran elektron disebut reaksi redoks.
Redoks sering dihubungkan dengan perubahan warna lebih sering dari pada
yang diamati dalam reaksi asam basa. Dalam percobaan H2C2O4 sebagai
reduktor ditambahkan H2SO4 2 M kemudian direaksikan dengan oksidator
KMnO4 0,05 M berubah warna menjadi ungu. H2C2O4 diganti dengan Fe2+
kemudian direaksikan sama dengan KMnO4 0,05 M berubah menjadi warna
ungu namun setelah dikocok warna ungu yang terbentuk hilang.
Endapan yaitu zat padat yang tidak larut dalam cairan tersebut.
Percobaan I menunjukan adanya endapan putih seperti NaCl ditambahkan
AgNO3, BaCl2 ditambahkan K2CrO4, Al2(SO4)3 ditambahkan NaOH,
Al2(SO4)3 ditambahkan NH4OH. Pengendapa terjadi jika konsentrasi senyawa
melebihi kelarutan.
Reaksi yang terjadi antara CaCO3 dengan HCl menghasilkan
karbondioksida. Gelembung gas dapat dilihat dalam gelas kimia yang berisi
Ba(OH)2 . Gas CO2 yang terbentuk kemudian menguap ke udara.
Pada percobaan yang lain (NH4)2SO4 direaksikan dengan NaOH
mengeluarkan gas yang pada ujung pipa penyalur gas terdapat kertas lakmus
merah menjadi biru.
Pada percobaan yang telah dilakukan, digunakan metode penguapan
air kristal BaCl2.2H2O. Untuk menentukan banyaknya air kristal yang terikat
pada BaCl2.2H2O dilakukan suatu pemanasan dan pemijaran agar diperoleh
kristal murni. Molekul air yang terikat dalam BaCl2.2H2O akan dilepaskan
yang ditandai dengan berkurangnya berat BaCl2.2H2O setelah dilakukan
pemijaran. Agar mengetahui kadar zat murni yang terkandung pada
BaCl2.2H2O maka dilakukan penimbangan. Dilakukan proses perbandingan
berat zat sebelum dan sesudah pemijaran.

VIII. Kesimpulan
HCl + NaOH merupakan reaksi asam basa
CH3COOH + NaOH merupakan reaksi asam basa
H2C2O4 + H2SO4 + KMnO4 merupakan reaksi redoks
Fe2+ + H2SO4 + KMnO4 merupakan reaksi redoks
K2CrO4 + HCl merupakan reaksi redoks
K2CrO4 + NaOH merupakan reaksi redoks
K2Cr2O7 + HCl merupakan reaksi redoks
K2Cr2O7 + NaOH merupakan reaksi redoks
NaCl + AgNO3 merupakan reaksi pengendapan
BaCl2 + K2CrO4 merupakan reaksi pengendapan
Al2(SO4)3 +NaOH merupakan reaksi pengendapan
Al2(SO4)3 + NH4OH merupakan reaksi pengendapan
(NH4)2SO4 + NaOH merupakan reaksi pembentukan gas
CaCO3 + HCl merupakan reaksi pembentukan gas
Berat BaCl2.2H2O : 2g
Massa air yang hilang : 0,255 g

IX. Daftar pustaka

Sutresna, n. (2007). Cerdas Belajar Kimia. Bandung: Grafindo Media


Pratama.

Petruci, Ralph H.et al. (2011). General Chemistry: Principle and modern
application (10th edition). Toronto: Pearson Canada Inc.

Basri, S. (1996). Kamus Kimia. Jakarta: Rineka Cipta.

Brady, J.E. (1999). Kimia Universitas. Jakarta: Binarupa Aksara.

Chang, R. (2003). Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.

Vogel. (1985). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif makro dan semimikro
edisi ke-lima. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.

Achmad, H. (1996). Kimia Larutan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Anda mungkin juga menyukai