Anda di halaman 1dari 17

BEBERAPA REAKSI KIMIA

I. Tujuan Percobaan
1.1 Mengetahui jenis-jenis reaksi kimia
1.2 Menentukan kandungan air dalam sampel dengan cara gravimetri

II. Prinsip Percobaan


2.1 Reaksi asam basa : Reaksi penetralan
2.2 Reaksi redoks : Perubahan bilangan oksidasi
2.3 Reaksi pengendapan : Terbentuknya endapan dalam larutan
2.4 Reaksi pembentukan gas : Terjadinya gelembung (oksigen)
2.5 Reaksi senyawa kompleks : Terjadinya perubahan warna
2.6 Gravimetri : Proses isolasi dan pengakuan kuantitatif berat suatu unsur
atau senyawa tertentu.

III. Teori Dasar


Reaksi kimia (chemical reaction) yaitu suatu proses dimana zat
(atau senyawa) diubah menjadi satu atau lebih senyawa baru. Pada reaksi
kimia terjadi peristiwa perubahan kimia dari zat yang bereaksi (reaktan)
menjadi zat hasil reaksi (produk). Reaktan adalah material awal dalam
reaksi kimia. Produk adalah substansi yang terbentuk sebagai hasil dari
suatu reaksi kimia. (Chang, 2005:70-71).
Reaksi kimia bisa diidentifikasikan berdasarkan beberapa ciri yang
menyertainya. Perubahan yang terjadi dapat berupa warna, timbulnya gas,
naiknya suhu atau turunnya suhu, atau terbentuknya zat lain berupa
endapan. Tidak setiap pencampuran dua zat kimia membentuk reaksi
secara langsung. Sejumlah reaksi memerlukan kondisi-kondisi yang
mendukung untuk dapat terjadi. (Tim Kimia Dasar Program Studi Farmasi
– FMIPA Universitas Islam Bandung:14).
Asam adalah zat yang bila dilarutkan dengan air akan mengalami
disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai satu-satunya ion
positif, didalam air asam merupakan zat yang mengion dan menghasilkan
ion H+. Asam kuat berdisosiasi hamper sempurna pada pengenceran yang
sedang, karena itu ia merupakan elektrolit kuat. Asam-asam kuat adalah :
asam klorida, asam nitrat, asam perklorat, dan sebagainya. Asam lemah
berdisosiasi hanya sedikit pada konsentrasi sedang atau bahkan pada
konsentrasi rendah (pada mana, misalnya, ia dipakai sebagai pereaksi
analisis). Karena itu asam lemah adalah elektrolit lemah. Contoh asam
lemah adalah : asam borat, asam karbonat, dan sebagainya. (Svehla,
1985:27-29)
Sifat-sifat asam antara lain :
 Asam memiliki rasa masam; misalnya, cuka yang mempunyai rasa
dari asam asetat, dan lemon serta buah-buahan sitrun lainnya yang
mengandung asam sitrat.
 Asam menyebabkan perubahan warna pada zat warna tumbuhan;
misalnya mengubah warna lakmus dari biru menjadi merah
 Asam bereaksi dengan logam tertentu seperti seng, magnesium,
dan besi menghasilkan gas hydrogen
 Asam bereaksi dengan karbonat dan bikarbonat seperti Na2CO3,
CaCO3, dan NaHCO3 menghasilkan gas karbon dioksida
 Larutan asam dalam air menghantarkan arus listrik
(Chang,2005:96)
Basa adalah zat yang bila dilarutkan dalam air mengalami disosiasi
dengan pembentukan ion-ion hidroksil sebagai satu-satunya ion negative,
didalam air basa merupakan zat yang mengion menghasilkan ion OH-.
Sifat-sifat basa antara lain :
 Basa memiliki rasa pahit
 Basa terasa licin; misalnya, sabun yang mengandung basa memiliki
sifat ini
 Basa menyebabkan perubahan warna pada zat warna tumbuhan;
misalnya mengubah warna lakmus dari merah menjadi biru
 Larutan basa dalam air menghantarkan arus listrik.
Reaksi asam basa memiliki berbagai definisi tergantung pada konsep asam
basa yang digunakan. Beberapa definisinya :
1. Teori Arrhenius (1884)
Asam adalah zat yang apabila dilarutkan dalam air dapat menghasilkan
ion H+. Akibat kelebihan ion H+ maka air yang sudah ditambahkan zat
asam disebut sebagai larutan asam. Reaksi ionisasi zat asam dalam air :
HxZ → xH+ + Z-
Basa adalah zat yang apabila dilarutkan dalam air dapat menghasilkan
ion OH-. Akibat kelebihan ion OH- maka air yang sudah ditambahkan
zat basa disebut sebagai larutan basa. Reaksi ionisasi zat basa dalam
air : M(OH)x → M+ + xOH-
2. Teori Bronsted-Lowry (1923)
Asam adalah zat yang dapat memberikan proton (sebagai donor
proton).
Basa adalah zat yang dapat menerima proton (sebagai akseptor proton)
Contoh : HCO3- + H2O → H2CO3 + OH-
NH3 + HCl → NH4+ + Cl-
3. Teori Lewis (1923)
Asam adalah setiap sesi yang mengandung atom yang dapat menerima
pasangan electron.
Basa adalah setiap sesi yang mengandung atom yang dapat menerima
pasangan elektron.
Contoh : NH3 + H+ → NH4+
H2O + H+ → H3O+
(Chang,2005:99).
Indikator adalah suatu zat penunjuk yang dapat membedakan
larutan, apakah larutan tersebut itu asam atau basa atau netral. Alerts
dan Santika (1984) melampirkan beberapa indikator dan perubahannya
pada trial pH tertentu. Kegunaan indikator ini adalah untuk mengetahui
beberapa pH suatu larutan. (Sukarjo,1984)
Phenolptalein adalah indikator satu warna dengan trayek pH pada
pH 8,0-9,6 (dari mula-mula timbulnya warna sampai tidak terjadi
perubahan warna lagi). Bentuk asamnya tak berwarna dan bentuk
basanya berwara merah. Tetapi dalam larutan yang bersifat sangat
basa, bentuk tak berwarna muncul lagi. Trayek pH ini ditentukan
dengan sejumlah volume tertentu larutan indikator 0,1%. Jika jumlah
volume yang sama larutan indikator 1% digunakan, munculnya warna
merah pertama akan berada pada satu satuan pH lebih rendah,
misalnya pada pH 7,0.
Reaksi redoks (reduksi-oksidasi) dikenal juga sebagai reaksi
transfer elektron, yang merupakan reaksi kimia yang disertai
perubahan bilangan oksidasi atau reaksi yang didalamnya terdapat
serah terima elektron antar zat.
Reaksi redoks berperan dalam banyak hal di dalam kehidupan kita
sehari-hari. Reaksi ini terlibat mulai dari pembakaran bahan bakar
minyak bumi sampai dengan kerja cairan pemutih yang digunakan
dalam rumah tagga. Selain itu, sebagian besar unsur logm dn non
logam diperoleh dari bijinya melalui proses oksidasi atau reduksi.
Dalam reaksi redoks terdapat juga reaksi setengah-sel yang secara
eksplisit menunjukan banyaknya elektron yang terlibat dalam reaksi.
Reaksi setengah-sel yang melibatkan hilangnya electron disebut reaksi
oksidasi, dan reaksi setengah-sel yang melibatkan penangkapan
elektron disebut reaksi reduksi.
Bilangan oksidasi (biloks) merujuk pada jumlah muatan yng
dimiliki suatu atom dalam molekul (senyawa ionik) jika elektron-
elektronnya berpindah seluruhnya.
Reaksi pengendapan merupakan reaksi yang mempunyai ciri yaitu
terbentuknya produk yang tak larut atau endapan. Endapan adalah
padatan tidak larut yang terpisah dari larutan, endapan dapat berupa
kristal atau koloid dan dapat dikeluarkan dari larutan dengan
penyaringan atau sentrifungsi. Endapan juga terbentuk jika larutan
menjadi jenuh dengan zat yang bersangkutan. Reaksi pengendapan
biasanya melibatkan senyawa-senyawa ionik. Misalnya, ketika larutan
timbal nitrat [Pb(NO3)2] ditambahkan kedalam larutan natrium iodide
(NaI), akan terbentuk endapan kuning timbal ionida (PbI2). Endapan
akan terbentuk ketika 2 larutan dicampurkan atau ketika senyawa
ditambahkan kedalam suatu larutan bergantung kepada kelarutan dari
zat terlarut, yaitu jumlah maximum zat terlarut yang akan larut dalam
sejumlah tertentu pelarut pada suhu tertentu. (Chang, 2005:93)
Semua reaksi yang disebut dalam seksi-seksi didepan adalah reaksi
penggabungan-ion dimana bilangan oksidasi (valensi) spesi-spesi yang
bereaksi tidaklah berubah. Namun terdapat sejumlah reaksi dalam
mana keadaan oksidasi berubah, yang disertai dengan pertukaran
elektron antara pereaksi. Ini disebut reaksi oksidasi-reduksi, atau
dengan pendek reaksi redoks. Oksidasi adalah pengikatan oksigen dan
reduksi adalah pelepasan oksigen. Bilangan oksidasi (juga dikenal
sebagai tingkat oksidasi atau oxidation state) merujuk pada jumlah
muatan yang dimiliki suatu atom dalam molekul (senyawa ionik) jika
elektron-elektronnya berpindah seluruhnya. (Svehla,1985:107)
Reaksi pembentukan gas merupakan reaksi kimia yang
menghasilkan gas, gas dapat terentuk apabila produk yang dihasilkan
dari suatu reaksi tidak larut dalam air dan titik didihnya rendah.
Adanya gas dapat diketahui dari baunya yang khas, seperti amonia
(NH3) yang berbau busuk. (Syukri, 1999)
Gas adalah zat yang secara normal berada pada keadaan gas pada
suhu dari tekanan biasa; uap adalah bentuk gas dari zat apapun yang
berwujud cairan atau padatan pada suhu dan tekanan normal. Jadi,
pada suhu 250C dan tekanan 1 atm, sering disebut uap air dan gas
oksigen. (Chang.2004:124)
Pembentukan kompleks, dalam pelaksanaan analisis anorganik
kualitatif banyak digunakan reaksi-reaksi yang menghasilkan
pembentukan kompleks. Suatu ion (molekul) kompleks terdiri dari satu
atom (ion) pusat dan sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom
(ion) pusat itu. Jumlah relatif komponen-komponen ini dalam
kompleks yang stabil nampak mengikuti stoikiometri yang sangat
tertentu, meskipun ini tidak dapat di tafsirkan di dalam lingkup konsep
valensi yang klasik. Atom pusat ini ditandai dengan bilangan
koordinasi, suatu angka bulat, yang menunjukan jumlah ligan yang
dapat membentuk senyawa kompleks yang stabil dengan satu atom
pusat. (Svehla, 1985: 95).
Pembentukan kompleks dalam analisis anorganik kualitatif
sering terlihat dan dipakai untuk pemisahan atau identifikasi. Salah
satu fenomena paling umum yang muncul bila ion kompleks terbentuk
adalah perubahan warna dalam larutan. Fenomena lainnya adalah
kenaikan larutan; banyak endapan bisa melarut karena pembentukan
kompleks. (Svehla, 1985: 97)
Analisis gravimetrik adalah suatu teknik analitis yang
didasarkan pada pengukuran massa. Salah satu jenis percobaan analisis
gravimetrik melibatkan pembentukan, isolasi, dan penentuan massa
suatu endapan. Prosedur ini umumnya diterapkan pada senyawa ionik.
Suatu sampel zat yang tidak diketahui komposisinya dilarutkan
didalam air dan dibiarkan bereaksi dengan zat lain sehingga membentu
endapan. Endapan tersebut disaring, dikeringkan, dan ditimbang.
Dengan mengetahui massa dan rumus kimia endapan yang terbentuk,
kita dapat menghitung massa komponen kimia tertentu (yaitu anion
dan kation) dari sample awal. Dari massa komponen dan massa sampel
awal, kita dapat menentukan persen komposisi massa komponen dalam
senyawa awal (Chang, 2004: 110).
Untuk menafsirkan suatu reaksi secara kuantitatif, kita perlu
menerapkan tentang konsep mol dan massa molar. Stoikiometri (
stoichiometry ) adalah ilmu yang empelajari kuantitas dari reaktan dan
produk dalam reaksi kimia. Meskipun satuan yang digunakan untuk
reaktan atau produk adalah mol, gram, liter, atau satuan lainnya, kita
menggunakan satuan mol untuk menghitung jumlah produk yang
terbentuk dalam reaksi kimia. Metode mol ( mole method ), yang
berarti bahwa koefisien stoikiometri dalam persamaan kimia dapat
diartikan sebagai jumlah mol dari setiap zat. (Chang, 2004:75)

IV. Alat dan Bahan Percobaan


Alat yang digunakan dalam percobaan reaksi kimia ini adalah bunsen,
eksikator, gelas kimia, krus, pipa kaca penyalur gas, pipet, spatel, tabung
reaksi, tang pemegang krus, timbangan.
Bahan yang digunakan dalam percobaan reaksi kimia ini adalah AgNO3 0,1
M, Al2(SO4)3 0,1 M, BaCl2 0,1 M, BaCl2.2H2O, Ba(OH)2, CaCO3,
CH3COOH 0,1 M, Fe2+, HCl 0,1 M, H2C2O4, H2SO4 2 M, indikator
phenolptalein, KMnO4 0,05 M, K2CrO4 0,1 M, K2Cr2O7 0,1 M, kertas
lakmus, label, NaCl 0,1 M, NaOH 0,1 M, NH4OH, (NH4)2 SO4.

V. Prosedur
5.1 Reaksi-reaksi kimia
A. Disediakan 3 tabung reaksi bersih, 1,2 dan 3. Kemudian ditempatkan
larutan-larutan berikut masing masing 10 tetes. Dalam tabung 1 diisi
larutan HCL 0,1 M, tabung 2 diisi CH3COOH 0,1 M, dan tabung 3 diisi
NaOH 0,1 M. Kemudian tetesi indikator phenolptalein ke dalam tiap
tabung. Diamati perubahan yang terjadi pada masing-masing tabung
setelah ditambahkan 1 tetes indikator phenolptalein. Ditambahkan 10
tetes NaOH 0,1 M kedalam tabung 1 dan tabung 2. Diamati apa yang
terjadi. Disebutkan jenis reaksi yang terjadi dan dituliskan persamaan
reaksi lengkapnya
B. Ditempatkan 1 ml H2C2O4 dalam sebuah tabung reaksi, kemudian
ditambahkan 2 tetes H2SO4 2M, lalu kocok tabung dan diamati.
Ditambahkan KMnO4 0,05 M tetes demi tetes (sambil dikocok) hingga
warna larutan yang terbentuk tidak hilang. Diulangi pekerjaan ini
dengan mengganti H2C2O4 dengan Fe2+. Dibandingkan laju hilangnya
warna ungu diantara kedua prosedur ini. Disebutkan jenis reaksi yang
terjadi dan dituliskan persamaan reaksi lengkapnya. 1 ml NaCl 0,1 M
direaksikan dengan AgNO3 0,1 M sebanyak 5 tetes. Diamati perubahan
apa yang terjadi, disebutkan jenis reaksi yang terjadi dan dituliskan
persamaan reaksi lengkapnya. 1 ml larutan BaCl2 0,1 M direaksikan
dengan 1 ml K2CrO4 0,1 M. Diamati perubahan apa yang terjadi,
disebutkan jenis reaksi yang terjadi dan dituliskan persamaan reaksi
lengkapnya.
C. Disediakan 4 buah tabung reaksi, A,B,C, dan D. Diisi tabung A dan
tabung B dengan 1 ml K2CrO7 0,1 M. Diisi tabung C dan D dengan 1 ml
K2Cr2O7 0,1 M. Ditambahkan 10 tetes HCL 1 M kedalam tabung A dan
C lalu dikocok. Diamati perubahan yang terjadi dan bandingkan kedua
tabung tersebut. Ditambahkan 10 tetes NaOH 1 M kedalam tabung B
dan D lalu dikocok. Diamati perubahan yang terjadi, dibandingkan
kedua tabung tersebut dan disimpulkan.
D. Ditempatkan 1 ml Al2(SO4)3 0,1 M masing-masing dalam tabung reaksi
A dan B. Ke dalam tabung reaksi A, ditambahkan 5 tetes NaOH 1 M.
Diamati perubahan apa yang terjadi. Kemudia ditambahkan lagi tetes
demi tetes NaOH. Diamati dan dilakukan langkah yang sama pada
tabung B, digunakan larutan NH4OH 1 M. Dicatat perubahan yang
terjadi
E. Disiapkan tabung reaksi, pipa kaca penyalur gas, dan kertas lakmus.
Ditempatkan 5 ml larutan (NH4)2SO4 dalam tabung kemudian
ditambahkan 5 tetes NaOH 1 M, dan segera dihubungkan tabung dengan
pipa kaca yang dibagian ujungnya telah terdapat kertas lakmus. Diamati
perubahan yang terjadi.
F. Disiapkan tabung reaksi, pipa kaca penyalur gas, dan gelas kimia 100
ml. Diisi gelas dengan 5 ml larutan Ba(OH)2. Dimasukkan 1 sesndok
CaCO3 kedalam tabung, ditambahkan dengan segera 5 tetes HCl 1 M,
dan sesegera mungkin hubungkan tabung dengan pipa kaca yang bagian
ujungnya terendam dalam larutan dalam gelas kimia. Diamati perubahan
yang terjadi.
5.2 Penentuan kandungan air secara gravimetri tidak langsung
A. Ditempatkan krus bersih serta tutupnya diatas segitia krus. Dipijarkan
dengan pembakar bunsen selama 5 menit. Setelah itu, dibiarkan krus
beserta tutupnya mendingin dalam eksikator selama 20 menit hingga
mencapai suhu ruangan, kemudian ditimbang krus beserta tutupnya.
Dipastikan selalu menggunakan tang pemegang krus selama pengerjaan
tahap ini dan tahap-tahap berikutnya.
B. Dimintalah sampel BaCl2.2H2O diatas kertas timbang kepada asisten
kelompok saudara, kemudian dimasukkan dalam krus. Timbang krus
bertutup beserta isinya.
C. Dipijarkan krus beserta isinya diatas pembakar bunsen selama 10 menit,
dinginkan, kemudian ditimbang. Diulangi pekerjaan ini hingga diperoleh
hasil penimbangan yang relatif tidak berbeda.
D. Ditentukan :
 Masa sampel yang digunakan
 Masa air yang hilang
 Berat BaCl2 dalam sampel
 % berat BaCl2 dalam sampel

VI. Hasil Pengamatan dan Perhitungan


A. Pengamatan
Pada percobaan A terjadi reaksi asam basa. Sifat awal dari HCl
adalah berwarna bening, tidak berbau, dan mempunyai tekstur cairan.
Lalu setelah HCl direaksikan dengan indikator (phenolptalein) tidak
terjadi perubahan warna. Pada HCl, sifatnya tetap tidak berbau dan tetap
cair. Lalu direaksikan dengan NaOH dan warna menjadi ungu. Sifatnya
tidak berbau, dan mempunyai tekstur cairan.
Selanjutnya, sifat awal dari CH3COOH adalah tidak berwarna, tidak
berbau dan mempunyai tekstur cairan. Lalu setelah CH3COOH
direaksikan dengan indikator (phenolptalein), tidak terjadi perubahan
pada CH3COOH. Kemudian direaksikan dengan NaOH barulah warna
berubah menjadi ungu dan lama lama menjadi keruh, sifatnya tetap tidak
berbau dan cair. Sifat awal dari NaOH adalah tidak berbau, berwarna
bening, dan mempunyai tekstur cairan, kemudia NaOH direaksikan
dengan indikator (phenolptalein) NaOH berubah menjadi warna ungu.
Sifatnya tetap tidak berbau dan cair.
Pada percobaan B terjadi reaksi redoks. Sifat awal dari H2C2O4
adalah tidak berbau, berwarna bening, dan mempunyai tekstur cairan.
Lalu H2C2O4 direaksikan dengan 2 tetes H2SO4, tidak terjadi perubahan.
Dan direaksikan lagi dengan KMnO4 tetes demi tetes, warna berubah
menjadi ungu, lalu berubah lagi menjadi warna semula dengan laju
hilang yang lama, sifatnya tidak berbau dan bertekstur cairan. Kemudian
Fe2+ direaksikan dengan 2 tetes H2SO4, tidak terjadi perubahan pada
Fe2+. Lalu direaksikan dengan KMnO4 tetes demi tetes, berubah menjadi
warna ungu, lalu berubah lagi menjadi warna semula dengan laju hilang
yang cepat, tidak berbau dan bertekstur cairan. Pada percobaan
selanjutnya terjadi reaksi pengendapan. NaCl direaksikan dengan 5 tetes
AgNO3 warnanya berubah menjadi keruh. Sifat awal BaCl2 adalah tidak
berbau, berwarna bening, dan teksturnya cairan. Lalu BaCl2 direaksikan
dengan 5 tetes K2CrO4 warnanya berubah menjadi kuning muda pucat.
Pada percobaan C terjadi pembentukan senyawa kompleks. Sifat
awal K2CrO4 adalah tidak berbau, berwarna kuning, dan bertekstur
cairan. Lalu ketika K2CrO4 direaksikan dengan HCl warnanya berubah
menjadi orange, tidak berbau dan bertekstur cairan. Kemudian ketika
K2CrO4 direaksikan dengan 10 tetes NaOH warna tidak berubah menjadi
orange, tidak berbau dan mempunyai tekstur cairan. Lalu K2Cr2O7
adalah tidak berbau, berwarna orange, dan bertekstur cairan. Lalu
K2Cr2O7 direaksikan dengan 10 tetes HCl warna berubah menjadi
orange tua, tidak berbau dan bertekstur cairan. Lalu ketika K2Cr2O7
direaksikan dengan 10 tetes NaOH warna menjadi kuning, tidak berbau,
dan bertekstur cairan.
Pada percobaan D terjadi reaksi pengendapan. Sifat awal dari
Al2(SO4)3 adalah tidak berbau, tidak berwarna dan bertekstur cairan.
Lalu ketika Al2(SO4)3 direaksikan dengan 5 tetes NaOH menjadi warna
putih bening, tidak berbau dan bertekstur cairan, dan membentuk
endapan. Setelah ditambah NaOH tetes demi tetes menjadi ada endapan.
Kemudian ketika Al2(SO4)3 direaksikan dengan 5 tetes NH4OH tidak ada
perubahan tetap bening, tidak berbau dan bertekstur cairan. Dan ketika
ditambahkan NaOH tetes demi tetes maka berubah lagi menjadi warna
keruh putih agak kental, mengendap.
Pada percobaan E terjadi reaksi asam basa dan pembentukan gas.
Sifat awal dari (NH4)2SO4 adalah tidak berbau, tidak berwarna dan
berbentuk cairan. (NH4)2SO4 setelah ditambah NaOH pada pipa kaca
penyalur gas menjadi warna biru pada kertas lakmus.
Pada percobaan F terjadi pembentukkan gas, sifat awal Ba(OH)2
adalah tidak berbau, berwarna putih keruh dan bertekstur cairan. Sifat
awal CaCO3 adalah tidak berbau, dan tidak berasa. Sifat HCl adalah
tidak berbau, tidak berwarna, dan bertekstur cairan. Ketika CaCO3
dicampur dengan HCl ada sedikit gelembung gas, dan setelah
dihubungkan ujung pipa kaca terendam larutan dengan gelas kimia,
warna Ba(OH)2 menjadi tidak keruh diakhir dan dan ada sedikit
gelembung gas. Pada percobaan ini terjadi reaksi pembentukkan gas.
B. Perhitungan
1. Massa sampel yang digunakan
(Berat krus + sampel) - (berat krus kosong)
= (41,74 gram) – (40,90 gram)
= 0,84 gram
2. Massa air yang hilang
(Berat krus + sampel) - (Berat krus + sampel setelah dipijarkan)
= (41,89 gram) – (41,74 gram)
= 0,15 gram
3. Berat BaCl2 dalam sampel
(Berat krus + sampel yang dipijarkan) - (Berat krus kosong yang
dipijarkan)
= (41,89 gram) – (40,89 gram)
= 1 gram
4. % BaCl2 dalam sampel
0,85
Berat BaCl2.2H2O x 100 % = =85 %
1

5. Bilangan hidrat
(Berat krus + sample) – (Berat krus kosong yang dipijarkan)
BaCl2 + Mr

VII. Pembahasan
7.1 Reaksi-reaksi kimia
Percobaan A
Pada tabung (1), direaksikan HCl (asam kuat) dengan indikator
phenolptalein tidak terjadi perubahan warna. Hal ini disebabkan karena
phenolptalein mempunyai PH 8,2-10,0 sehingga phenolptalein merupaka
indikator untuk basa. Kemudian direaksikan dengan NaOH tidak terjadi
reaksi karena HCl (asam kuat) direaksikan dengan NaOH (basa kuat) akan
menghasilkan garam netral dengan pH 7
Reaksinya : NaOH + HCl → NaCl + H2O
Pada tabung (2), direaksikan CH3COOH (asam lemah) dengan indikator
phenolptalein tidak terjadi perubahan, sama seperti pada tabung 1 karena
phenolptalein mempunyai pH 8,2-10,0. Ketika direaksikan dengan NaOH
(basa kuat) berubah menjadi warna ungu namun lama kelamaan menjadi
ungu.
Reaksinya : CH3COOH + NaOH → CH3COOH + H2O
Pada tabung (3), NaOH (basa kuat) direaksikan dengan indikator
phenolptalein berubah menjadi warna ungu karena NaOH merupakan basa
kuat dan indikator phenolptalein untuk basa.
Percobaan B
Pada percobaan ini terjadi reaksi redoks dimana pada tabung (1) KMnO4
berfungsi sebagai oksidator dan mengalami reaksi reduksi. Pada saat
H2C2O4 direaksikan dengan H2SO4 tidak terjadi perubahan karena H2SO4
bersifat sebagai katalis. Namun setelah direaksikan dengan KMnO4,
berubah menjadi warna ungu setelah diberi KMnO4 tetes demi tetes.
Reaksinya : H2C2O4 + 2KMnO4 → 2HMnO4 + K2C2O4
H2SO4 + 2KMnO4 → 2HMnO4 + K2SO4
Dan pada tabung (2) Fe2+ sebagai reduktor dan mengalami reaksi oksidasi.
Ketika Fe2+ direaksikan dengan H2SO4 tidak terjadi perubahan, karena
H2SO4 bersifat sebagai katalis. Namun setelah direaksikan dengan KMnO4,
berubah menjadi warna ungu setelah ditetesi KMnO4 tetes demi tetes.
Reaksinya : Fe2+ + H2SO4 → FeSO4 + H2
Fe2+ + 2KMnO4 → Fe(MnO4) + 2k
Jika kedalam larutan elektrolit yang sukar larut ditambahkan suatu larutan
yang mempunyai ion senama atau sejenis, maka kesetimbangan bergeser
dari arah zat yang mengendap.
Reaksinya : NaCl + AgNO3 → NaNO3 + AgCl
Penambahan ion Cl- dari larutan NaCl akan menyebabkan kesetimbangan
reaksi yang (1) bergeser ke kiri, sehingga AgCl yang mengendap menjadi
bertambah banyak atau AgCl yang larut semakin sedikit.
Pada percobaan ini terjadi reaksi pengendapan.
Reaksinya : BaCl2 + K2CrO4 + KCl
Pada reaksi ini terdapat BaCl2, dan merupakan zat yang sukar larut sehingga
terbentuk endapan. Endapan terbentuk karena larutan tersebut sudah lewat
jauh akibat penambahan K2CrO4.
Percobaan C
Pada percobaan ini terjadi reaksi pembentukan senyawa kompleks.
Pada tabung (1) K2CrO4 dengan suasana asam, direaksikan dengan HCl
(asam kuat) maka larutan berubah menjadi warna orange, karena lajunya
bergeser ke kanan.
Reaksinya : K2CrO4 + 2HCl → 2KCl + H2CrO4
Pada tabung (2) K2CrO4 dengan suasana asam, direaksikan dengan NaOH
(basa kuat), maka tidak mengalami perubahan karena suasana yang berbeda.
Reaksinya : K2CrO4 + 2NaOH → 2KOH + Na2CrO4
Pada tabung (3) K2CrO7 adalah larutan dengan suasana basa, ketika
ditambahkan HCl (asam kuat) tidak mengalami perubahan karena suasana
yang berbeda.
Reaksinya : K2Cr2O7 + 2HCl → 2KCl + H2Cr2O7
Pada tabung (4) K2Cr2O7 adalah larutan dengan suasana basa, ketika
ditambahkan NaOH (basa kuat), mengalami perubahan menjadi warna
kuning karena lajunya bergeser ke kiri.
Reaksinya : K2Cr2O7 + NaOH → 2KOH + Na2Cr2O7
Percobaan D
Pada tabung (1) direaksikan Al2(SO4)3 dengan NaOH terbentuk endapan
putih keruh. Apabila dilanjutkan dengan penambahan NaOH maka endapan
akan menjadi bening kembali, karena Na akan lebih berikatan dengan OH-
karena jumlahnya lebih banyak dari SO42-
Reaksinya : Al2(SO4)3 + 6NaOH → 2Al(OH)3 + 3Na2SO4
Pada tabung (2) direaksikan Al2(SO4)3 dengan NH4OH (garam yang
terbentuk asam kuat dan basa lemah) terbentuk endapan putih keruh.
Apabila dilanjutkan dengan penambahan NH4OH maka endapan akan
menjadi bening karena unsur nitrogen di NH4OH membentuk ikatan
kompleks dengan endapannya.
Reaksinya : Al2(SO4)3 + 6NH4OH → 2Al(OH)3 + 3 (NH4)2SO4
Percobaan E
Pada percobaan ini terdapat reaksi asam basa dan pembentukan gas. Karena
dilihat kesimpulan pada percobaan ini yaitu kertas lakmus berubah menjadi
warna biru. Dan dapat diambil kesimpulan bahwa larutan tersebut bersifat
basa karena basa suka membirukan lakmus.
Pada reaksi ini terbentuk gas yang berasal dari NH4OH. NH4OH → NH3+
H2O
Karena gas yang dihasilkan NH3+ merupakan basa, karena mengubah kertas
lakmus menjadi biru.
Percobaan F
Pada percobaan ini reaksinya : CaCo3(aq) + HCl(aq) → HCO3(g) + CaCl(aq)
Lalu CO2 + Ba(OH)2 → BaCO3 dan BaCO3 yang membuat keruh larutan
tersebut dan terbentuk gelembung dan CO2 juga yang membuat bercak putih
diujung pipa.
7.2 Penentuan kandungan air secara gravimetri tidak langsung
Pada percobaan senyawa hidrat ini menggunakan kristal CuSO4 x H2O yang
berarti CuSO4 ini mengandung molekul sejumlah air.
Dari hasil percobaan ini pada awalnya krus kosong tanpa tutup ditimbang
beratnya 40,90 gram. Lalu setelah di open dan didinginkan beratnya
menjadi 40,85 gram. Hal ini terbukti terjadinya pengurangan molekul air
pada Kristal CuSO4.
Untuk mengetahui berat BaCl2 dalam senyawa hidrat dengan cara
pemanasan agar air yang terdapat pada kristal tersebut hilang dengan cara
menguap. Dalam percobaan ini massa sampel yang digunakan adalah 1
gram, massa air yang hilang adalah 0,15 gram. Berat BaCl2 0,85 gram,
kandungan air yang hilang 0,16 gram. Kadar berat BaCl2 85%

VIII. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan :
 Pada praktikum ini terjadi beberapa reaksi kimia yaitu
a. Reaksi asam basa : penetralan
HCl + NaOH → NaCl + H2O
CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O
b. Reaksi redoks : perubahan bilangan oksidasi
H2C2O4 + H2SO4 + KMnO4 K2SO4 → MnSO4 + CO2
Fe2+ + H2SO4 → FeSO4 + H2
FeSO4 + KMnO4 → K2SO4 + Fe(MnO4)2
c. Reaksi pengendapan : terbentuknya endapan dalam larutan
NaCl + AgCl → AgCl + NaNO3
BaCl2 + K2CrO4 → KCl + BaCrO4
d. Reaksi senyawa kompleks : terjadinya perubahan warna
K2CrO4 + HCl → H2CrO4 + KCl
K2CrO4 + NaOH → Na2CrO4 + KOH
K2CrO4 + HCl → H2Cr2O7 + KCl
K2CrO4 + NaOH → Na2Cr2O7 + KOH
Al2(SO4)3 + NaOH → Na2SO4 + Al(OH)
Al2(SO4)3 + NH4OH → (NH4)2SO4 + Al(OH)3
e. Reaksi pembentukan gas : terjadinya gelembung (oksigen)
(NH4)2SO4 + NaOH → Na2SO4 + NH3 + H2O
f. Reaksi pembentukan gas dan pengendapan
Ba(OH)2 + CaCO3 + 2 HCl → BaCl2 +Ca(OH)2+ H2CO3
 Penentuan kadar atau kandungan air dalam sampel secara gravimetri
- Berat/massa sampel yang digunakan : 0,84 g
- Massa air yang hilang : 0,15 g
- Berat BaCl2 dalam sampel : 1 gram
- % berat BaCl2 dalam sampel : 85%

IX. Daftar Pustaka


1. Chang, Raymong. 2005. Kimia Dasar : Konsep-konsep inti, edisi ketiga
jilid 1. Jakarta : Erlangga
2. Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisi Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimakro. Jakarta : PT. Kalman Media Pustaka
3. Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung : ITB
4. Tim Kimia Dasar. 2018 Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Program
Studi Farmasi FMIPA, Universitas Islam Bandung : Bandung
5.

Anda mungkin juga menyukai