Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1

Reaksi-Reaksi Dasar Anorganik, Kendali Termokimia


dan Kinetika
Dosen Pengampu: Amalia Zia Salma, S.Pd., M.Si
Tanggal Percobaan: 20 September 2022

Oleh: Irsam Muhammad Fadhilah (1217040034)


Kelompok 5:
Friska Zakiah Shufyan (1217040026)
Lahifa Nur Aisha (1217040039)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2022

1
A. TUJUAN
1. Menganalisis reaksi asam basa dan metatesis yang diuapkan.
2. Menganalisis karakteristik dari reaksi redoks.
3. Menganalisis karakteristik dari reaksi pembentukan kompleks dan substitusi
ligan.
4. Menganalis karakteristik dari reaksi katalis.
5. Mengidentifikasi jenis reaksi berdasarkan jenis kendalinya pada reaksi asam
basa dan metatesis, reaksi redoks, reaksi pembentukan kompleks dan
subsitusi ligan, serta reaksi katalisis.
6. Menentukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya suatu reaksi.

B. DASAR TEORI
Reaksi kimia adalah perubahan irreversible dalam komposisi awal zat
untuk membenruk produk kimia yang sama sekali berbeda. Proses pembentukan
produk dengan reaktan merupakan fenomena yang luar biasa dan menarik.
Persamaan kimia yang digunakan untuk menggambarkan transformasi partikel
elementer kimia yang terjadi di bawah konfisi yang kondusif seperti pada
tekanan, konsentrasi, dan suhu yang sesuai. (Syukri, 1992).
Senyawa anorganik didefinisikan pada umumnya menyusun material
atau benda tak hidup. Semua senyawa yang berasal dari mineral digolongkan
senyawa anorganik. (Svehla, 1990). Reaksi anorganik mengartikan sebuah reaksi
kimia yang melibatkan senyawa-senyawa anorganik. Pengkajiannya dapat
berupa sifat- sifat, struktur, sintesis, dan reaksi dari unsur-unsur yang ada pada
tabel periodik.
1. Reaksi Asam Basa dan Metatesis
Reaksi asam basa merupakan reaksi kimia yang melibatkan reagen
asam dan reagen basa yang menghasilkan air dan garam. Reagen asam yang
dipakai dapat berupa asam kuat maupun asam lemah. Begitupun dengan
reagen basa yang dipakai dapat berupa basa kuat dan basa lemah.
Konsep asam basa menurut beberapa ahli diantaranya teori
Arrhenius, teori Bronsted-Lowry, dan teori Lewis. Teori asam basa
Arrheniusmenjelaskan bahwa asam adalah senyawa yang di dalam air dapat
melepaskanion H+ sedangkan basa adalah senyawa yang di dalam air dapat
menghasilkanion OH-. Teori ini hanya terbatas untuk larutan dengan pelarut
1
berupa air.Teori asam basa Bronsted-Lowry menjelaskan bahwa asam
adalah spesi yangmemberikan proton (donor H+) sedangkan basa adalah
spesi yang menerima proton (aseptor H+). Teori ini dapat menjelaskan sifat
asam basa suatu larutanmeskipun pelarutnya bukan air. Teori asam basa
Lewis menjelaskan bahwaasam adalah spesi penerima pasangan elektron,
sedangkan basa adalah spesiyang memberikan pasangan elektron. (Keron,
2020).
Dalam ilmu kimia, garam adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion
positif (kation) dan ion negatif (anion), sehingga membentuk senyawa netral
(tanpa bermuatan). Garam terbentuk dari hasil reaksi asam dan basa.
Komponen kation dan anion ini mampu berupa senyawa anorganik seperti
klorida (Cl-), dan mampu juga berupa senyawa organik seperti asetat
(CH3COO-) dan ion monoatomik seperti fluorida (F -), serta ion poliatomik
seperti sulfat (SO42-). Natrium klorida (NaCl), bahan utama garam dapur
adalah suatu garam. Garam adalah sebuah padatan yang memiliki warna
putih berbentuk kristal yang merupakan satuan senyawa dengan bagian
Natrium Chlorida terbesar (>80%) memiliki senyawa lain seperti
Magnesium Chlorida, Magnesium Sulfat, Calsium Chlorida, dan lain-lain.
Garam ini mempunyai karakteristik dan higroskopis sendiri yang berarti
mudah menyerap air sebesar 0,8-0,9 dan titik lebur pada tingkat suhu 80°C
(Burhanuddin, 2001).
Reaksi metatesis, terkadang disebut sebagai reaksi pertukaran ganda,
reaksi penggantian ganda, atau reaksi dekomposisi ganda, adalah suatu
reaksi kimia yang melibatkan pertukaran ikatan antara dua spesi kimia yang
tak- saling bereaksi yang menghasilkan pembentukan produk dengan jenis
ikatan yang sama. Reaksi ini digambarkan melalui skema berikut:
A-B + C-D → A-D + C-B
Suatu reaksi metatesis melibatkan pertukaran dua gugus atau ion di
antara reaktan. Ikatan antara spesi-spesi yang bereaksi dapat bersifat ionik
maupun kovalen. Biasanya, reaksi ini menghasilkan suatu produk tak-larut
dari reaktan yang larut. Produk ini disebut sebagai endapan. (Kolby, 2016).

2
Terdapat beberapa jenis reaksi metatesis, diantaranya: reaksi
metatesis netralisasi, reaksi metatesis asam dan karbonat, juga reaksi
metatesis garam.
2. Reaksi Redoks
Redoks adalah sebuah istilah yang menjelaskan adanya suatu
perubahan bilangan oksidasi (keadaan oksidasi) atom-atom dalam sebuah
reaksi kimia. Redoks merupakan singkatan dari reduksi dan oksidasi.
Adapun arti dari oksidasi adalah pelepasan elektron oleh sebuah molekul,
atom dan ion, reaksi kenaikan bilangan oksidasi (biloks) dan reaksi
pengikatan oksigen. Sedangkan reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan
elektron, reaksi penurunan bilangan oksidasi (biloks) serta reaksi pelepasan
oksigen. (Kemendikbud)
Reaksi redoks memiliki beberapa ciri, diantaranya: adanya unsur
bebas misalnya Cl2 (klor) dan O2 (oksigen), terjadinya perubahan biloks, ada
yang bertindak sebagai reduktor dan oksidator. Reaksi redoks terjadi pada
kimia anorganik dan organik, peristiwa korosi merupakan salah satu
peristiwa yang menunjukkan adanya reaksi reduksi oksidasi.
Senyawa oksida anorganik yang terdapat di alam bersifat sangat
stabil. Senyawa semacam ini tidak terurai bila dipanaskan, kecuali pada
temperatur yang sangat tinggi. Namun beberapa senyawa anorganik dapat
dipirolisis (diuraikan melalui pemanasan) menghasilkan unsur oksigen
sebagai produk reaksi, diantaranya KClO3, HgO, Ag2O, dan NaNO3. Di
laboratorium, Garam KClO3 paling sering digunakan untuk menghasilkan
gas O2. (Rery, 2019).
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi sedangkan oksigen
(udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida
atau karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe 2O3. xH2O, suatu zat padat
yang berwarna coklat-merah. Air merupakan elektrolit yang ikut
bertanggung jawab terhadap kerusakan logam besi karena karat, demikian
juga beberapa cairan lain seperti asam dan basa. Asam dan basa
berpengaruh sesuai dengan jenis. Asam kuat seperti H2SO4 merupakan
oksidator kuat, sehingga semakin

3
tinggi konsentrasi H2SO4 maka semakin banyak karat yang dihasilkan.
(Richard, 2021).
3. Reaksi Pembentukan Kompleks dan Substitusi Ligan
Suatu senyawa kompleks akan terbentuk bila terjadi ikatan kovalen
koordinasi antara suatu atom atau ion logam dengan beberapa molekul
netral atau ion donor elektron. Atom atau ion logam berfungsi sebagai ion
pusat, sedangkan molekul netral atau ion donor elektron berfungsi sebagai
gugus pengeliling, yaitu yang disebut dengan ligan. (Day dan Selbi, 1985).
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion logam
pusat dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron
bebasnya kepada ion logam pusat. Donasi pasangan elektron ligan kepada
logam pusat menghasilkan ikatan kovalen koordinasi. (Cotton dan
Wilkinson, 1989).
Ligan adalah suatu ion atau molekul yang memiliki sepasang
elektron atau lebih yang dapat disumbangkan. Ligan merupakan basa Lewis
yang dapat terkoordinasi pada ion logam atau sebagai asam Lewis
membentuk senyawa kompleks. Ligan dapat berupa anion atau molekul
netral (Saragih, 2011).
Substitusi ligan adalah langkah penting dalam banyak reaksi
kompleks koordinasi. Molekul-molekul pelarut berkompetisi untuk ion
logam pusat, sehingga pembentukan suatu kompleks dengan ligan lainnya
merupakan reaksi substitusi ligan, yaitu suatu reaksi dimana grup pendatang
menggantikan sebuah ligan (molekul pelarut) yang telah ada. Pada reaksi
subsitusi terjadi pergantian ligan pada senyawa kompleks awal untuk
membentuk senyawa kompleks baru. (Achmad, 2016).
Besi termasuk golongan logam transisi yang mempunyai konfigurasi
elektronik [Ar] 3d6 4s2 yang mempunyai tingkat oksidasi utama (+II) dan
(+III), kompleks Fe(III) pada umumnya lebih stabil daripada kompleks
besi(II) (Lee, 1991.). Fe(III) ditinjau dari muatan kompleksnya dapat
membentuk komplkes yang bervariasi yaitu kationik, netral, dan anionik
(Greenwood, Earnshow, 1984).
4. Reaksi Katalisis

4
Katalis merupakan zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi
kimia untuk menambah laju reaksi dengan cara menurunkan energi
pengaktifan reaksi tersebut. Katalis mengadsorpsi pereaksi-pereaksi pada
permukannya dan membuatnya lebih reaktif.
Katalis digolongkan menjadi dua jenis berdasarkan fasenya, yaitu
katalis homogen dan katalis heterogen. Katalis homogen adalah katalis yang
berada pada fase yang sama dengan pereaksi dalam reaksi yang
dikatalisnya, sedangkan katalis homogen adalah katalis yang ada dalam fase
yang berbeda. Ikatan yang terjadi pada katalis homogen lebih kuat daripada
katalis heterogen. (Pudjiatmaka, 1997).
Setiap reaksi kimia yang berlangsung akan selalu melibatkan
perubahan struktur dan energi. Hal ini berkaitan dengan termodinamika
kimia dan kinetika kimia. Ditinjau dari segi energi, dikenal 2 jenis reaksi,
yaitu reaksi eksoterm (reaksi yang mengeluarkan panas) dan reaksi
endoterm (reaksi yang menyerap panas). Dalam perubahan materi, terutam
pada reaksi kimia, terdapau dua jenis kendali, yaitu kendali termokimia dan
kendali kinetika. Di mana kedua jenis kendali ini dapat dikenali dengan cara
memeriksa selisih energi bebasnya antara produk dengan reaktan, jika cukup
negatif dan reaksi mudah berlangsung, maka reaksi tersebut dikatakan di
bawah kendali termokimia. Sebaliknya, jika suatu reaksi sulit untuk terjadi
dan hanya dapat diusahakan hanya bila dibantu dengan katalis, maka reaksi
yang terjadi dikatakan di bawah kendali kinetika. (Prabowo dan Zia, 2022).
Kendali termokimia atau kinetika dalam reaksi kimia dapat
menentukan komposisi campuran produk reaksi ketika jalur bersaing
mengarah pada produk yang berbeda serta selektivitas dari pengaruh kondisi
reaksi tersebut. Kondisi reaksi seperti suhu, tekanan atau konsentrasi pelarut
tentunya akan mempengaruhi berjalanannya suatu reaksi, selain itu
penambahan katalis juga dapat mempercepat terjadinya laju reaksi.
(Kemendikbud).

5
C. ALAT DAN BAHAN
Pada percobaan reaksi-reaksi dasar anorganik, kendali termokimia dan
kinetika digunakan alat, yaitu: tabung reaksi sedang sebanyak 4 buah, kaca arloji
2 buah, gelas kimia 50 mL 2 buah, gelas ukur 50 mL pipet tetes, termometer,
paku besi, mika bening, stopwatch, kertas, dan spidol masing-masing 1 buah.
Selain itu, digunakan bahan, yaitu: 2 mL HCl 6N, 3 mL Na ₂CO ₃, 1 mL
NH₃ 1M, 1 mL NaOH 6N, 1 mL CH₃COOH, 1 mL CaCl, ,5 gr KCLO₃, 2
mL
H₂SO₄, 1 mL AgNO₃, 1 mL NaCl, 1 mL FeCl₃, 1 ml CaCl ₂ dan beberapa tetes
NH4OH 0,1 M, juga EDTA. Lalu 10 mL Fe(NO₃)₃ 1M, 10 mL Na₂S₂O₃ 1M,
dan masing-masing 1 tetes CuSO₄, FeSO₄ dan NiSO₄ yang digunakan sebagai
katalis.

D. PROSEDUR
Percobaan pertama, yaitu reaksi asam basa dan metatesis. Dimana
langsung dipersiapkan empat tabung reaksi kosong. Untuk tabung reaksi 1 diisi
dengan 1mL larutan HCL 6N dengan 1mL larutan NaOH 6N. Temperatur
campuran diukur, lalu diuapkan hingga larutan habis dan temperatur sesaat
sebelum larutan habis diukur kembali. Untuk tabung reaksi 2 diisi dengan 0,01
mol Na2CO3 dan 0,005 mol HCl. Termeratur campuran diukur pada suhu kamar.
Lalu diuapkan, sebelum cairan habis, ukur kembali suhu larutan. Untuk tabung
reaksi 3 diisi dengan 0,1 mol amoniak dan 0,1 mol asam asetat. Temperatur
campuran dalam tabung 3 diukur pada suhu kamar, lalu diuapkan hingga larutan
habis dan diukur suhu lagi sesaat sebelum larutan kering. Untuk tabung reaksi 4
diisi 0,1 mol Na2CO3. Dan 0,1 mol CaCl2. Temperatur campuran dalam tabung 3
diukur pada suhu kamar, lalu diuapkan hingga kering, sesaat sebelum campuran
kering, ukur suhunya.

Percobaan kedua, yaitu reaksi redoks. Dimana 0,5 gram KClO 3 dipanaskan
dalam tabung reaksi oleh proses pembakaran. Di sisi lain, dalam sebuah tabung
reaksi dimasukkan 2 mL larutan H2SO4 1M, lalu dicelupkan paku besi dan reaksi
yang terjadi diamati. Pada prosedur lainnya, 0,001 mol AgNO 3 dalam sebuah
tabung reaksi ditambahkan NaCl, lalu campuran dikocok. Setelah dirasa
homogen, campuran disaring dan pisahkan endapannya. Endapan tersebut dibagi

6
2 bagian dan disimpan di atas mika. Satu bagian dijemur selama 5 menit dan
bagian lainnya disimpan di tempat gelap, lalu perbedaanya dimatai.

Percobaan ketiga, yaitu reaksi pembentukan kompleks dan subtitusi ligan.


Dimana 1 mL FeCl3 0.01 mol ditambahkan amoniak 0,1 M, perubahan yang
terjadi diamati, lalu ditambhakan EDTA 0,1 M, hasil reaksi yang terjadi diamati.
Prosedur lain hampir sama, 1 mL FeCl3 0.01 mol ditambahkan EDTA 0,1 M,
perubahan yang terjadi diamati, lalu ditambhakan amoniak 0,1 M, hasil reaksi
yang terjadi diamati.

Percobaan keempat, yaotu reaksi katalis. Untuk langkah pertama siapkan


selembar kertas dan buat pola lingkaran sebesar gelas kimia dengan tanda silang
di dalamnya. Larutan Fe(NO3)3 dimasukkan dalam gelas kimia, lalu
ditambahkan katalis FeSO4.7H2O. bersamaan dengan dimasukkannya katalis,
stopwatch dinyalakan dan dihitung waktunya hingga tanda silang di bawah gelas
kimia terlihat. Lakukan langkah yang sama dengan katalisnya diganti dengan
CuSO4 dan NiSO4.

E. PENGAMATAN
No Perlakuan Pengamatan
1. Reaksi Asam Basa dan Metatesis
 Percobaan pertama
 Percobaan pertama
a. Dimasukkan 1 mL HCl 6 N ke
a. Teramati larutan HCl 6 N tidak
tabung reaksi A
berwarna
b. Ditambahkan dengan 1 mL
b. Teramati larutan NaOH tidak
NaOH 6 N
berwarna
c. Diamati campurannya
c. Teramati campurannya
berwarna kuning pudar
d. Diukur suhunya
d. Teramati suhu yang terukur
adalah 41°C
e. Diuapkan sampai kering
e. Teramati saat diuapkan,
terbentuk endapan putih
f. Diukur kembali suhunya

7
f. Teramati suhu yang terukur
setelah diuapkan adalah 82°C
 Percobaan kedua
a.
Dimasukkan 2 mL Na2CO3 ke  Percobaan kedua
dalam tabung reaksi B a.
Teramati larutan Na2CO3 tidak
b.
Ditambahkan dengan 1 mL HCl berwarna
b.
1M Teramati larutan HCl tidak
c.
Diamati campurannya berwarna
c.
Teramati campurannya tidak
berwarna dan terbentuk
gelembung-gelembung gas
d. d.
Diukur suhunya Teramati suhu yang terukur
adalah 29°C
e. e.
Diuapkan sampai kering Teramati saat diuapkan,
terbentuk endapan putih
f. f.
Diukur kembali suhunya Teramati suhu yang terukur
setelah diuapkan adalah
84uapkan adalah 84°C
 Percobaan ketiga
a.
Dimasukkan 1 mL NH4 ke dalam  Percobaan ketiga
tabung reaksi C a.
Teramati larutan NH4 tidak
b.
Ditambahkan dengan 1 mL berwarna
CH3COOH 1 M b.
Teramati larutan CH3COOH
c.
Diamati campurannya tidak berwarna
c.
Teramati campurannya tidak
berwarna dan terbentuk
d.
Diukur suhunya gelembung-gelembung gas
d.
Teramati suhu yang terukur
e.
Diuapkan sampai kering adalah 30°C
e.
Teramati setelah diuapkan
f.
Diukur kembali suhunya terbentuk endapan putih

8
f. Teramati suhu yang terukur
 Percobaan keempat setelah diuapkan adalah 77°C
a.
Dimasukkan 1 mL Na2CO3 ke
dalam tabung reaksi D  Percobaan keempat
b.
Ditambahkan dengan 1 mL a.
Teramati larutan Na2CO3 tidak
CaCO3 1 M berwarna
b.
Teramati larutan CaCO3 tidak
c.
Diamati campurannya berwarna
c.
Teramati campuran tidak
berwarna dan terbentuk endapan
d.
Diukur suhunya berwarna putih
d.
Teramati suhu yang terukur
e.
Diuapkan sampai kering adalah 28°C
e.
Teramati setelah diuapkan
f.
Diukur kembali suhunya terbentuk endapan biru
f.
Teramati suhu yang terukur
setelah diuapkan adalah 89°C
2. Reaksi Redoks  Percobaan pertama
 Percobaan pertama a.
Teramati KClO3 yang berwujud
a. Dipanaskan sekitar 0,5 gram serbuk berwarna putih
KClO3 dipanaskan di atas spirtus
selama beberapa menit
b.
Teramati setelah dipanaskan,
padatan KClO3 mencair,
b. Diamati reaksi yang terjadi
terbentuk gas, dan setelah
didiamkan menjadi mengkristal

 Percobaan kedua
a. Dimasukkan Fe ke dalam 2 mL  Percobaan Kedua
larutan H2SO4 1 M pada tabung a. Teramati paku (Fe) berwarna
reaksi abu-abu mengkilat dan larutan
b. Diamati reaksi yang terjadi H2SO4 tak berwarna

9
b. Muncul gelembung-gelembung
kecil dan setelah didiamkan
lebih lama, warna paku
menggelap.
 Percobaan ketiga
a.
Dicampurkan 1 mL AgNO3 1 M  Percobaan ketiga
dan 1 mL NaCl di dalam tabung a.
Teramati AgNO3 dan NaCl tidak
reaksi berwarna, setelah dicampurkan
teramati campuran berwarna
putih dan terbentuk endapan
b.
Disaring berwarna putih
b.
Teramati endapan yang disaring
c.
Dipisahkan endapan sebagaian berwarna putih
c.
disimpan di tempat yang gelap Teramati endapan tersebut
dan sebagian lagi di tempat yang dipisahkan
terkena sinat matahari selama 5
menit
d.
Diamati perbedaan dan hasil
d.
yang terjadi Teramati endapan yang berada
di tempat gelap tetap berwarna
putih dan endapan yang berada
di tempat terang berubah
menjadi abu-abu tua
3. Reaksi Pembentukan Kompleks dan
Substitusi Ligan
 Percobaan pertama
a.
Dilarutkan 1 mL FeCl3 dalam  Percobaan pertama
aquades di tabung reaksi a.
Teramati FeCl3 berwarna kuning
b.
Ditambahkan dengan NH4OH dan aquades tidak berwarna
b.
secara bertahap sampai tidak Teramati warna larutan menjadi
ditemukan lagi perubahan warna kecokelatan dengan adanya

1
c. Ditambahkan dengan EDTA endapan coklat dan adanya
secara bertahap sampai tidak kenaikan suhu.
ditemukan lagi perubahan warna c. Teramati larutan menjadi
berwarna coklat tanpa endapan.
 Percobaan kedua
a.
Dilarutkan 1 mL FeCl3 dalam  Percobaan kedua
aquades di tabung reaksi a.
Teramati FeCl3 berwarna kuning
b.
Ditambahkan dengan EDTA dan aqudest tidak berwarna
b.
secara bertahap sampai tidak Teramati warna larutan menjadi
ditemukan lagi perubahan warna kuning kecoklatan dan adanya
c.
Ditambahkan dengan NH4 secara endapan berwarna kemerahan.
c.
bertahap sampai tidak ditemukan Teramati tidak adanya endapan
lagi perubahan warna dan terjadi kenaikan suhu di
awal reaksi.
d.
d.
Diamati setiap ada perubahan Teramati tidak ada lagi
warna perubahan warna

 Percobaan Ketiga  Percobaan Ketiga


a.
Dilarutkan 1 mL CaCl2 dalam a.
Teramati CaCl2 tidak berwarna
aquades di tabung reaksi dan aquadest tidak berwarna
b.
b.
Ditambahkan dengan NH4OH Teramati larutan mengental
secara bertahap sampai tidak seperti sirup.
c.
ditemukan lagi perubahan warna Teramati larutan mencair
c.
Ditambahkan dengan EDTA kembali dan tidak berwarna.
secara bertahap sampai tidak
ditemukan lagi perubahan warna

 Percobaan Keempat  Percobaan Keempat


a. Dilarutkan 1 mL CaCl2 dalam a.
Teramati CaCl2 tidak berwarna
aquades di tabung reaksi dan aquadest tidak berwarna
b.
Teramati larutan mengental
seperti sirup

1
b. Ditambahkan dengan EDTA c. Teramati larutan mencair
secara bertahap sampai tidak kembali dan tidak berwarna.
ditemukan lagi perubahan warna
c. Ditambahkan dengan NH4OH
secara bertahap sampai tidak
ditemukan lagi perubahan warna
4.
Reaksi Katalisis
a. Teramati gelas kimia di atas
a. Disiapkan kertas putih dan gelas
gelas putih
kimia
b. Teramati tanda kertas lingkaran
b. Dibuat lingkaran dengan spidol
dan tanda silang di atas kertas
hitam di permukaa kertas putih
sebesar lingkaran alas dari gelas
kimia dan digambar tanda silang
pada lingkaran tersebut dan
ditempatkan gelas kimia di atas
gambar yang telah dibuat
c. Teramati Fe(NO3)3 tidak
c. Ditambahkan 10 mL Fe(NO3)3 1
berwarna
M ke dalam gelas kimia
d. Teramati Na2S2O3 tidak
d. Ditambahkan 10 mL Na2S2O3 1
berwarna dan saat ditambahkan
M
campuran menjadi berwarna
cokelat pekat
e. Teramati tanda silang pertama
e. Diaktifkan stopwatch bersamaan
kali terlihat pada detik 76 detik.
dengan ditambahkannya Na2S2O3
dan dilihat perubahan yang
terjadi dari atas gelas kimia dan
dihentikan stopwatch sampai
tanda silang pertama kali terlihat
f. Termati tanda silang pertama
dari atas gelas kimia
kali terlihat untuk katalis:
f. Diulangi langkah-langkah di atas
NiSO4 = 85 detik
untuk 3 percobaan selanjutnya,
CuSO4 = 2 detik

1
setelah ditambahkan Fe(NO3)3 FeSO4 = 55 detik
lalu ditambahkan 1 tetes larutan:
 NiSO4
 CuSO4
 FeSO4

1. Reaksi Asam Basa dan Metatesis


Suhu Endapan
Terbentuk
Reaksi Warna (setelah
T1 T2 Gas
dipanaskan)
Tidak
HCl + NaOH 41°C 82°C Putih -
berwarna
Tidak
Na2CO3 + HCl 29°C 84°C Putih ✓
berwarna
NH4OH + Tidak
30°C 77°C Putih ✓
CH3COOH berwarna
Na2CO3 + CaCl2 28°C 89°C Putih Putih -

2. Reaksi Redoks
Terbentuk
Reaksi Warna Endapan
Gas
Terbentuk kembali
KClO3 Serbuk putih ✓
kristal putih
Larutan tidak
Fe + H2SO4 - ✓
berwarna
Putih (AgCl)
Larutan tidak
AgNO3 + NaCl Terang: Abu-abu tua -
berwarna
Gelap: Putih

3. Reaksi Pembentukan Kompleks dan Substitusi Ligan


Reaksi Warna Berhenti pada-

1
FeCl3 Kuning
FeCl3 + NH4OH Oranye pekat 30 tetes NH4OH
FeCl3 + NH4OH + EDTA Kuning 30 tetes EDTA
Kuning
FeCl3
Kuning muda
FeCl3 + EDTA 20 tetes EDTA
Kuning ada 2 fasa,
FeCl3 + EDTA + NH4OH 20 tetes NH4OH
fasa atas oranye
CaCl2 Tidak berwarna
CaCl2 + NH4OH Tidak berwarna 25 tetes NH4OH
CaCl2 + NH4OH + EDTA Tidak berwarna 25 tetes EDTA
CaCl2 Tidak berwarna
CaCl2 + EDTA Tidak berwarna 20 tetes EDTA
CaCl2 + EDTA + NH4OH Tidak berwarna 20 tetes NH4OH

4. Reaksi Katalisis
Reaksi Katalis Waktu
Fe(NO3)3 + N2S3O3 - 76 detik
Fe(NO3)3 + N2S3O3 NiSO4 85 detik
Fe(NO3)3 + N2S3O3 CuSO4 2 detik
Fe(NO3)3 + N2S3O3 FeSO4 55 detik

F. PERHITUNGAN
1. Pembuatan Larutan Fe(NO3)3
𝑀𝑟 𝐹𝑒𝑆𝑂4 = 404 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐹𝑒𝑆𝑂4 = 1 𝑀
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐹𝑒𝑆𝑂4 = 50 𝑚𝑙
𝒏=𝑴𝒙𝑽
𝑛 𝐹𝑒𝑆𝑂4 = 1 𝑀 𝑥 50 𝑚𝑙 = 50 𝑚𝑚𝑜𝑙
𝒎𝒂𝒔𝒔𝒂
𝒏= → 𝒎𝒂𝒔𝒔𝒂 = 𝒏 𝒙 𝑴
𝑴
𝒓 𝑔𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐹𝑒𝑆𝑂4 = 50 𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑥 404 = 20,2 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑚𝑜𝑙

1
2. Pembuatan Larutan Na2S2O3
𝑀𝑟 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 = 158,11 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 = 1 𝑀
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐹𝑒𝑆𝑂4 = 50 𝑚𝑙
𝒏=𝑴𝒙𝑽
𝑛 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 = 1 𝑀 𝑥 50 𝑚𝑙 = 50 𝑚𝑚𝑜𝑙
𝒎𝒂𝒔𝒔𝒂
𝒏= → 𝒎𝒂𝒔𝒔𝒂 = 𝒏 𝒙 𝑴
𝑴
𝒓 𝑔𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 = 50 𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑥 158,11 = 7,9055 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑚𝑜𝑙
G. PEMBAHASAN
1. Reaksi Asam Basa dan Metatesis
Pada percobaan reaksi asam basa dan metatesis dilakukan 4
percobaan. Pada reaksi ini direaksikan antara asam dan basa sehingga bisa
membentuk garam dan air. Sementara itu, dikatakan reaksi metatesis karena
dalam percobaan ini juga terjadi pertukaran ion dari elektrolit (kation dan
anion) pembentuk garam. Pada percobaan ini juga dilakukan penguapan, hal
ini bertujuan untuk memisahkan padatan garam dari pelarutnya.
Percobaan yang pertama yaitu pereaksian antara larutan HCl dan
NaOH. Persamaan reaksi yang terjadi adalah:
HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
Pada percobaan ini, HCl bertindak sebagai asam kuat yang
terionisasi menjadi H+ dan Cl-, sedangkan NaOH bentindak sebagai basa
kuat yang terionisasi menjadi Na+ dan OH-. Ion-ion tersebut berikatan dan
membentuk produk NaCl (garam dapur) dan H2O (air). Oleh karena reaksi
terjadi antara pereaktan asam dan basa yang jumlahnya sama maka reaksi ini
merupkan reaksi netralisasi. Reaksi netralisasi merupakan salah satu contoh
dari reaksi metatesis perpindahan ganda. Pada saat pencampuran tidak
terbentuk endapan karena adanya perbedaan konsentrasi antara reaktan,
namun saat diuapkan dapat terbenetuk sedikit endapan berwarna putih.
Endapan putih yang terbentuk saat setelah diuapkan menunjukkan
keberadaan NaCl sebagai garam, sedangkan air yang yang terbentuk
merupakan larutan yang sangat lemah dan sulit untuk terionisasi.

1
Pecobaan yang kedua yaitu pereaksian antara larutan Na 2CO3 dan
HCl. Larutan Na2CO3 termasuk senyawa karbonat. Secara fisik, semua
garam-garam karbonat adalah berwarna putih dan terbentuk serbuk dan
jarang sekali yang berbentuk kristal. Persamaan reaksi yang terjadi adalah:
Na2CO3(aq) + HCl(aq) → 2NaCl(aq) + H2O(l) + CO2(g)
Pada percobaan ini, Na2CO3 bertindak sebagai garam yang bersifat
basa karena menjadi Na+ dan CO32-, sedangkan HCl bertindak sebagai
asam kuat yang terionisasi menjadi H+ dan Cl-. Ion-ion tersebut
berikatan dan membentuk produk garam dapur, air, dan karbon dioksida.
Oleh karena reaksi ini terjadi antara karbonat dengan asam, maka reaksi
ini merupakan reaksi reaksi metatesis asam dan karbonat. Dalam reaksi
ini, karbonat terpecah menjadi dua spesi, yaitu H2O dan CO2.
Gelembung-gelembung gas yang terbentuk saat setelah pencampuran
menunjukkan adanya gas CO2 yang terbentuk. Setelah diuapkan terbentuk
endapan putih yang merupakan garam.
Percobaan yang ketiga yaitu pereaksian antara larutan NH4OH
dengan CH3COOH. Persamaan reaksi yang terjadi adalah:
NH4OH(aq) + CH3COOH(aq) → CH3COONH4(aq) + H2O(l)
Pada percobaan ini, NH4OH bertindak sebagai basa lemah yang
terionisasi menjadi NH4+ dan OH-, sedangkan CH3COOH bertindak
sebagai asam lemah yang terioniasi menjadi CH3COOH- dan H+. Ion ion
tersebut berikatan dan membentuk produk garam lemah CH3COONH4 dan
air. Produk yang terbentuk ini sesuai literatur yang menyebutkan bahwa
ketika asam lemah direaksikan dengan basa lemah, maka akan menghasilkan
garam lemah pula yang tergantung pada nilai ka maupun kb.
Percobaan yang keempat yaitu pereaksian antara larutan Na2CO3
dengan CaCl2. Persamaan reaksi yang terjadi adalah:
Na2CO3(aq) + CaCl2(aq) → 2NaCl(aq) + CaCO3(aq)
Pada percobaan ini, Na2CO3 bertindak sebagai garam yang berasal
dari basa kuat dan asam lemah, senyawa ini terionisasi menjadi Na+ dan
CO32-, sedangkan CaCl2 terionisasi menjadi Ca2+ dan 2Cl-. Ion ion tersebut
berikatan dan membentuk produk garam dapur dan kalsium karbonat yang

1
sukar larut dalam air. Setelah diuapkan terbentuk endapan berwarna putih
menunjukkan adanya garam.
Dari seluruh keempat percobaan di percobaan reaksi asam basa dan
metatesis, terjadi kenaikan suhu dari suhu awal dan suhu akhirnya. Hal ini
menunjukkan bahwa reaksi atas senyawa yang diuapkan merupakan reaksi
eksoterm atau reaksi yang melepaskan kalor dari sistem ke lingkungan.
Hasil reaksi pada pecobaan ini pun membentuk garam, yang di mana
hal ini sesuai dengan literatur bahwa ketika asam dan basa direaksikan maka
akan membentuk senyawa garam dan air. Garam akan dapat terbentuk
sebagai endapan, oleh karena itu terdapat endapan berwarna putih ketika
diuapkan yang merupakan garam. Ketika saat diuapkan terdapat zat-zat
yang menempel pada dinding tabung reaksi, hal itu menunjukkan bahwa zat
yang diuapkan bersifat mudah menguap (volatile), oleh karena itulah
dengan diuapkan larutan dalam tabung reaksi akan habis pula meninggalkan
garam yang terbentuk sebagai endapan.
Dalam literatur, keempat percobaan yang telah dilakukan merupakan
kendali termokimia. Hal ini karena nilai ∆G° yang negatif. Sesuai dengan
yang telah disebutkan bahwa jika selisih energi bebas antara reaktan dan
produk adalah negatif, maka reaksi tersebut dikatakan di bawah kendali
termokimia.

2. Reaksi Redoks
Pada percobaan reaksi redoks dilakukan 3 percobaan reaksi redoks.
Disebutkan dalam literatur bahwa suatu reaksi dapat dikatakan sebagai
reaksi redoks ketika terjadi kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi.
Percobaan pertama dilakukan pemanasan pada 0,5 kg KClO3.
Persamaan reaksi pemanasan yang terjadi adalah:
2KClO3(s) → 2KCl(s) + 3O2(g)
Pada percobaan ini, peristiwa reduksi terjadi pada atom Cl dalam
KClO3 menjadi KCl, sedangkan peristiwa oksidasi terjadi pada atom O
dalam KClO3 menjadi O2. Reduksi yang terjadi dibuktikan dengan
penurunan bilangan oksidasi Cl dari +6 menjadi -1 dan oksidasi yang terjadi
dibuktikan

1
dengan kenaikan bilangan oksidasi O dari -2 menjadi 0. Sementara itu,
bilangan oksidasi untuk K tetap +1 saat dalam reaktan maupun produk.
Adanya penurunan dan kenaikan bilangan oksidasi menunjukkan bahwa
reaksi pemanasan serbuk KClO3 termasuk pada reaksi redoks. Pada
pemanasan yang dilakukan terbentuk gelembung-gelembung gas dari gas
O2, sementara zat yang kembali mengkristal setelah meleleh saat dipanaskan
menunjukkan bawah hasil reaksi yang terjadi adalah padatan putih KCl.
Percobaan kedua dilakukan pereaksian antara paku yang
mengandung unsur Fe dengan larutan asam kuat H 2SO4. Persamaan reaksi
yang terjadi adalah:
Fe(s) + H2SO4(aq) → FeSO4(aq) + H2(g)
Pada percoban ini, adanya buih yang terjadi pada permukaan paku
saat dimasukkan ke dalam asam sulfat menunjukkan bahwa asam sulfat ini
merupakan larutan asam kuat yang mampu mengaratkan paku. Pengkaratan
yang terjadi memperlihatkan bahwa reaksi ini merupakan reaksi redoks.
Peristiwa oksidasi terjadi pada Fe, hal ini ditandai dengan Fe yang mengikat
oksigen dan mengalami kenaikan bilangan oksidasi dari 0 menjadi +2
sehingga menunjukkan bahwa Fe juga melepaskan elektronnya. Sementara
itu H2SO4 yang mengoksidasi Fe mengalami reduksi. Gelembung-
gelembung gas yang terbentuk pada saat pengkaratan menunjukkan adanya
gas H2 dan hasil dari pengkaratan tersebut adalah FeSO4. Dengan
mendiamkan paku pada larutan asam sulfat yang pekat tersebut dapat
membuat paku lama kelamaan meluruh seluruh. Hal ini sesuai dengan
literatur yang menyebutkan bahwa asam sulfat sebagai zat pengoksidator
kuat mengakibatkan logam Fe teroksidasi. Semakin besar konsentrasi
asam sulfat maka semakin banyak atom-atom yang terlepas dari besi
sehingga kecepatan korosi semakin besar. Percobaan ketiga dilakukan
pereaksian antara AgNO3 dan NaCl.
Persamaan reaksi yang terjadi adalah:
AgNO3(aq) + NaCl(aq) → AgCl2(s)+ NaNO3(aq)
Pada reaksi ini, AgNO3 terionisasi menjadi Ag+ dan NO3-,
sedangkan NaCl terionisasi menjadi Na+ dan Cl-. Ion Cl- ini sangat mudah
larut dalam pelarut air, AgNO3 dapat mengendapkan ion Cl- membentuk
1
AgCl yang

1
merupakan endapan berwarna putih. Endapan yang dihasilkan ini disimpan
di tempat gelap dan di tempat terang, hal ini bertujuan untuk melihat
pengaruh cahaya terhadap endapan AgCl. Di tempat terang, endapan ini
berwarn abu- abu muda, sedangkan di tempat gelap, endapan ini berwarna
abu-abu gelap yang menunjukkan bahwa endapan AgCl yang langsung
terpapar oleh sinar matahari (UV) teroksidasi menjadi Ag+ dan tereduksi
menjadi Cl-. Sementara itu, endapan yang disimpan di tempat yang gelap
tidak terjadi reaksi redoks, disebutkan dalam literatur bahwa endapan AgCl
akan tetap berwarna putih ketika disimpan di tempat yang gelap, hal itu
menunjukkan bahwa tidak ada sinar yang mencapai endapan.
Pada 3 percobaan yang telah dilakukan, telah terbukti bahwa ketiga
percobaan tersebut menunjukkan terjadinya reaksi oksidasi reduksi, sesuai
dengan literatur yang menyebutkan bahwa ciri reaksi reduksi oksidasi
adalah adanya kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi yang ditandai
dengan adanya transfer elektron, pelepasan dan pengikatan oksigen juga
hidrogen. Oleh karena reaksi yang dilakukan pada percobaan reaksi redoks
mudah berlangsung, maka reaksi tersebut juga terjadi di bawah kendali
termokimia.

3. Reaksi Pembentukan Kompleks dan Substitusi Ligan


Pada percobaan reaksi pembentukan kompleks dan substitusi ligan
dilakukan 4 percobaan. Dalam percobaan ini dapat dibuktikan mengenai
satu atau lebih ligan dalam suatu senyawa kompleks digantikan dengan
ligan yang lain. Dalam literatur disebutkan bahwa pada beberapa reaksi
yang melibatkan pembentukan ion kompleks, kecepatan reaksinya sangat
cepat, hal ini membuat bentuk ion yang dihasilkan secara termodinamika
adalah stabil. Keadaan ion kompleks ini dapat ditentukan dengan melihat
perubahan warna yang terjadi jika ditambahkan dengan suatu reagen yang
bereaksi dengan ligan yang ada dalam ion kompleks.
Pada percobaan yang pertama, FeCl3 yang berwarna kuning itu
berubah menjadi oranye pekat saat ditambahkan dengan NH4OH lalu
menjadi kuning kembali saat ditambahkan dengan EDTA. Persamaan reaksi
yang terjadi adalah:

2
FeCl3(aq) + NH4OH(aq) → NH4Cl(aq) + Fe(OH)3(aq)
Fe(OH)3(aq) + [Mg(EDTA)](aq) → [Fe(EDTA)](aq) + Mg(OH)3(aq)
Sementara itu, percobaan kedua, dalam reaksi ini, FeCl 3 berubah
menjadi kuning muda saat ditambahkan dengan EDTA, lalu menjadi oranye
saat ditambahkan dengan NH4OH. Persamaan reaksi yang terjadi adalah:
FeCl3(aq) + Mg-EDTA(aq) → [Fe(EDTA)](aq) + MgCl3(aq)
[Fe(EDTA)](aq) + NH4OH → NH4[Fe(EDTA)](aq)
Dari kedua reaksi tersebut dapat dibandingkan bahwa perubahan
warna yang terjadi disebabkan dengan adanya penambahan senyawa yang
membentuk kompleks, dari perubahan tersebut dapat diketahui bahwa
urutan penambahan senyawa pada FeCl3 berpengaruh pada warna yang
dihasilkan, hal ini menunjukkan sifat dari senyawa komplkes dan substitusi
ligan pada kompleks itu sendiri. Dalam sebuah literatur, disebutkan bahwa
penambahan NH4OH terlebih dahulu lalu EDTA akan membentuk endapan
yang menandakan adanya ion kompleks. Dalam sebuah literatur dikatakan
bawa Besi(III) hidroksi ini tidak akan membentuk reaksi jika langsung
dicampurkan dengan unsur yang mengandung ligan, sedangkan unsur yang
mengandung ligan dapat membetuk kompleks [Fe(EDTA)] karena satu atom
pusat membentuk ikatan kovalen koordinasi dengan ligannya.
Pada percobaan yang ketiga, CaCl2 yang tidak berwarna itu hanya
mengalami perubahan dengan terbentuknya serabut tipis pada saat
penambahan NH4OH dan terbentuk serabut nyata pada saat penambahan
EDTA. Persamaan reaksi yang terjadi adalah:
CaCl2(aq) + 2NH4OH(aq) → Ca(OH)2(aq) + 2NH4Cl2(aq)
Ca(OH)2(aq) + Mg-EDTA(aq) → Ca-EDTA(aq) + Mg(OH)2(aq)
Pada percobaan yang ketiga, CaCl2 yang tidak berwarna itu hanya
mengalami perubahan dengan terbentuknya serabut tipis pada saat
penambahan NH4OH dan terbentuk serabut nyata pada saat penambahan
EDTA. Persamaan reaksi yang terjadi adalah:
CaCl2(aq) + Mg-EDTA(aq) → Ca-EDTA(aq) + MgCl2(aq)
Ca-EDTA(aq) + 2NH4OH(aq) → [Ca(NH3)6](aq)

2
Dalam reaksi pembentukan kompleks dan substitusi ligan, terdapat
ketidakstabilan yang terjadi dalam reaksinya, hal ini membuat reaksi
tersebut berada di bawah kendali kinetika.

4. Reaksi Katalis
Pada percobaan reaksi katalis, dilakukan 4 percobaan. Dengan
menurunkan energi aktivasinya, katalis ini memungkinkan membuat laju
reaksi suatu zat berjalan lebih cepat dibandingkan dengan reaksi tanpa
katalis. Hal tersebut bisa dibuktikan pada beberapa percobaan yang telah
dilakukan di percobaan reaksi katalis ini.
Pada percobaan pertama, dilakukan pereaksian tanpa menambahkan
katalis. Fe(NO3)3 langsung ditambahkan dengan Na2S2O3. Waktu tercatat
sampai tanda silang pada kertas terlihat kembali adalah 76 detik. Persamaan
reaksi yang terjadi adalah:
Fe(NO3)3(aq) + Na2S2O3(aq) → Fe2(SO4)3(aq) + Na3(NO3)2(aq)
Untuk percobaan kedua, dilakukan pereaksian dengan katalis NiSO4.
Penambahan satu tetes katalis Ni2SO4 ini membuat reaksi lebih cepat terjadi,
di mana waktu tercatat sampai tanda silang pada kertas terlihat kembali
adalah 85 detik. Persamaan reaksi yang terjadi adalah:
NiSO4(aq) + Na2S2O3(aq) → Ni(S2O3)3(aq) + Na2SO4(aq)
Untuk percobaan ketiga, dilakukan pereaksian dengan katalis
CuSO4. Penambahan satu tetes katalis Cu2SO4 ini sangat signifikan
membuat reaksi lebih cepat terjadi, hal ini dibuktikan dengan waktu yang
tercatat sampai tanda silang pada kertas tidak terlihat lagi adalah selama 2
detik. Persamaan reaksi yang terjadi adalah:
CuSO4(aq) + Na2S2O3(aq) → Cu(S2O3)3(aq) + Na2SO4(aq)
Untuk percobaan yang terakhir, dilakukan pereaksian dengan katalis
FeSO4. Penambahan satu tetes katalis Fe 2SO4 ini pun membuat reaksi lebih
cepat terjadi, waktu yang tercatat sampai tanda silang pada kertas tidak
terlihat lagi adalah selama 55 detik. Persamaan reaksi yang tejadi adalah:
FeSO4(aq) + Na2S2O3(aq) → Fe(S2O3)3(aq) + Na2SO4(aq)

2
Dalam percobaan katalis ini, garam-garam berperan sebagai katalis
yang bisa mempercepat terjadinya reaksi, hal ini dilihat dari berkurangnya
waktu terjadinya reaksi ketika Na2S2O3 ditambahkan dengan katalis. Dalam
ketiga percobaan dengan penambahan katalis, CuSO 4 menjadi katalis yang
paling signifikan menurunkan harga aktivasinya dan membuat laju reaksi
sangat cepat terjadi. Reaksi katalisis ini merupakan reaksi di bawah kendali
termokimia.

H. KESIMPULAN
1. Reaksi asam basa diidentifikasi dengan terbentuknya garam dan air dari
hasil pereaksian antara asam dan basa. Sementara itu, adanya pertukaran
kation dan anion pembentuk garam pada reaksi metatesis. Lalu penguapan
yang dilakukan ditujukan untuk mempercepat laju reaksi dan melihat jika
reaksi antara asam dan basa tersebut menghasilkan garam larut atau tidak
larut.
2. Reaksi redoks diidentifikasi dengan adanya suatu zat yang mengalami
reduksi dan oksidasi dengan ditandai oleh kenaikan dan penurunan bilangan
oksidasi, transfer elektron, juga dengan pelepasan dan pengikatan atom
oksigen dan hidrogen.
3. Reaksi pembentukan kompleks dan substitusi ligan diidentifikasi dengan
adanya pertukaran ligan yang dilihat dari terbentuknya endapan ion
kompleks.
4. Reaksi katalisis diidentifikasi dengan adanya katalis yang mempercepat
terjadinya suatu reaksi dengan menurunkan energi aktivasinya.
5. Jenis kendali reaksi atas reaksi yang telah dilakukan. Dimana reaksi asam-
basa dan metatesis, reaksi redoks dan reaksi katalitik adalah tipe yang
dikendalikan secara termokimia sedangkan kompleksasi dan substitusi ligan
adalah tipe yang dikendalikan secara kinetik.
6. Dapat diidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya suatu
reaksi, di antaranya faktor-faktor tersebut adalah: konsentrasi, suhu,
permukaan, kelarutan suatu zat dan katalis

2
I. DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin. 2001. Proceeding Forum Pasar Garam Indonesia. Jakarta: Badan
Riset Kelautan dan Perikanan.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid I. Jakarta:
Erlangga.
Cotton, F. A., and G. Wilkinson Cotton, F. A. (1989). Kimia Anorganik Dasar.
Jakarta: Universitas Indonesia Pres.
Day, M. C dan Selbin, J. 1985. Theoritical Inorganic Chemistry 2nd Edition.
New Delhi: East-West Press.
Dimas, Achmad. 2016. SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA
KOMPLEKS Cu(II)-KURKUMIN, SERTA UJI AKTIVITASNYA
SEBAGAI INHIBITOR ENZIM LIPASE PANKREAS.
Greenwood, N.N dan Earnshow, A. 1984. Chemistry of the Element. New York:
Pergamon-press.
Kemendikbud. 2019. Modul Kimia. diakses pada 23 September 2022 pada
https://repositori.kemdikbud.go.id/20649/1/Kelas%20XII_Kimia_KD%
203.3.pdf
Kolby, Jeff. 2016. ACT Prep Course: The Most Comprehensive ACT. (dalam
bahasa Inggris). Nova Press. hlm. 550. ISBN 9781944595074.
Kusyanto, Andi. 2016. SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA
KOMPLEKS BESI(III) DENGAN LIGAN 1,10-FENANTROLIN
DAN ANION TRIFLUOROMETANASULFONAT.
Lee, J.D. 1994. Concise Inorganic Chemistry. Fourth edition. London: Chapman
and Hall.
Rery, Usman. 2019. PENENTUAN SUMBER GAS OKSIGEN UNTUK
PERCOBAAAN VOLUME MOLAR GAS.
https://jps.ejournal.unri.ac.id/index.php
Richard, dkk. 2021. Korosi Besi dengan Elektrolit H2SO4 dan Karakteriskit
Produk.
S, Syukri. 1992. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB
Shevla, G. 1985. Analisis Kualitatif Makro dan Semi Mikro. Jakarta: Kalman
Media Psutaka.

2
Underwood, A.L dan Day, R.A.1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga.
Utomo, Pranjoto. 2008. TEORI ASAM-BASA.

2
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai