LARUTAN adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan dan
masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik.
Larutan terdiri atas zat terlarut dan pelarut.
Berdasarkan daya hantar listriknya (daya ionisasinya), larutan dibedakan dalam dua macam,
yaitu larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.
2. ELEKTROLIT LEMAH
Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah dengan harga
derajat ionisasi sebesar: O < alpha < 1.
Yang tergolong elektrolit lemah:
a. Asam-asam lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan lain-lain
b. Basa-basa lemah seperti : NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain
c. Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO4, PbI2 dan lain-lain
Konsentrasi merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut dan
pelarut.
Menyatakan konsentrasi larutan ada beberapa macam, di antaranya:
1.FRAKSI MOL (X)
Fraksi mol adalah perbandingan antara jumiah mol suatu komponen dengan jumlah mol
seluruh komponen yang terdapat dalam larutan.
3.MOLALITAS (m)
Molalitas menyatakan mol zat terlarut dalam kg (1000 gram) pelarut.
Contoh:
Hitunglah molalitas 4 gram NaOH (Mr = 40) dalam 500 gram air !
– molalitas NaOH = (4/40) / 500 gram air = (0.1 x 2 mol) / 1000 gram air = 0,2 m
4.MOLARITAS (M)
Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.
Contoh:
Berapakah molaritas 9.8 gram H2SO4 (Mr= 98) dalam 250 ml larutan ?
– molaritas H2SO4= (9.8/98) mol / 0.25 liter = (0.1 x 4) mol / liter = 0.4 M
5.NORMALITAS (N)
Normalitas menyatakan jumlah mol ekivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan.
Untuk asam, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion H+.
Untuk basa, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion OH–.
Antara Normalitas dan Molaritas terdapat hubungan :
N = M x valensi
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat terlarut
tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat terlarut).
Sifat koligatif meliputi:
1. Penurunan tekanan uap jenuh
2. Kenaikan titik didih
3. Penurunan titik beku
4. Tekanan osmotik
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat Larutan itu
sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam
larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit
terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion.
Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit
dan sifat koligatif larutan elektrolit.
Reaksi Reduksi Oksidasi dan Tata Nama Senyawa
Reaksi redoks dipandang sebagai hasil dari perpindahan atom oksigen dan hidrogen. Oksidasi
merupakan proses terjadinya penangkapan oksigen oleh suatu zat. Sementara itu reduksi
adalah proses terjadinya pelepasan oksigen oleh suatu zat. Oksidasi juga diartikan sebagai
suatu proses terjadinya pelepasan hidrogen oleh suatu zat dan reduksi adalah suatu proses
terjadinya penangkap hidrogen. Seiring dilakukannya berbagai percobaan, konsep redoks
juga mengalami perkembangan.
Munculah teori yang lebih modern yang hingga saat ini masih dipakai.
1. Oksidasi adalah proses yang menyebabkan hilangnya satu atau lebih elektron dari
dalam zat. Zat yang mengalami oksidasi menjadi lebih
2. Reduksi adalah proses yang menyebabkan diperolehnya satu atau lebih elektron oleh
suatu zat. Zat yang mengalami reduksi akan menjadi lebih Teori ini masih dipakai
hingga saat ini. Jadi proses oksidasi dan reduksi tidak hanya dilihat dari penangkapan
oksigen dan hidrogen, melainkan dipandang sebagai proses perpindahan elektron dari
zat yang satu ke zat yang lain (Arifatun Anifah Setyawati, 2009).
1. Reaksi Oksidasi
Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi yang terjadi antara suatu zat dan oksigen
sehingga membentuk senyawa yang mengandung oksigen. Misalnya (Nana Sutresna, 2007 );
Besi (Fe) mula-mula bereaksi dengan oksigen dan uap air menghasilkan senyawa yang
mengandung oksigen (Fe2O3. 2H2O) yang disebut karat.
Reaksinya:
b. Perubahan minyak goreng menjadi tengik. Reaksi ini disebabkan karena asam lemak yang
ada pada minyak bereaksi dengan oksigen, sehingga minyak tersebut teroksidasi sehingga
berbau tidak enak.
c. Pembakaran; pembakaran kertas, pembakaran lilin, pembakaran minyak tanah, atau elpiji
dalam rumah tangga, dan pembakaran glukosa dalam tubuh.
2. Reaksi Reduksi
Reaksi reduksi merupakan kebalikan dari reaksi oksidasi, yaitu reaksi pelepasan oksigen dari
suatu zat yang mengandung oksigen. Misalnya (Nana Sutresna, 2007 );
a. Reaksi Fotosintesis
Pada reaksi fotosintesis, tumbuhan menggunakan karbon dioksida, air, dan matahari untuk
menghasilkan zat gula dan oksigen. Reaksinya yaitu;
Bijih besi mengandung atom oksigen (Fe2O3). Untuk memisahkan oksigen dari bijih besi,
bijih tersebut direaksikan dengan karbon dan dipanaskan. Sehingga dihasilkan CO2 dan besi
murni. Reaksinya yaitu;
Bilangan oksidasi atau tingkat oksidasi merupakan nilai muatan atom dalam suatu molekul
atau ion. Biloks atau b.o ini dapat berharga positif atau negatif. Ada atom yang hanya
memiliki satu biloks, ada pula yang memiliki lebih dari satu biloks. Prinsip reaksi redoks
berdasarkan perubahan biloks terkait dengan pelepasan dan penerimaan elektron dalam suatu
reaksi redoks yang menyebabkan perubahan biloks unsur-unsur yang terdapat di dalamnya.
Reaksi redoks terjadi jika dalam reaksi tersebut terjadi perubahan bilangan oksidasi.
Reaksi auto redoks atau reaksi disproporsionasi yaitu reaksi yang terjadi jika terdapat satu zat
yang mengalami reaksi reduksi sekaligus reaksi oksidasi. Jadi, zat tersebut mengalami
penambahan sekaligus pengurangan bilangan oksidasi (Nana Sutresna, 2007 ).
Partikel akan bersifat pengoksidasi bila ia mempunyai kecenderungan menarik elektron dari
partikel lain, yaitu unsur elektronegatif (seperti oksigen, halogen dan H+) dan senyawa yang
mengandung unsur elektronegatif (seperti HNO3). Partikel bersifat pereduksi bila mempunyai
elektron yang terikat lemah, sehingga mudah lepas dan ditarik oleh partikel lain. Dari sifat
periodik unsur diketahui bahwa unsur yang demikian adalah unsur elektropositif atau logam
(Syukri S, 1999).
Beberapa unsur transisi dapat membentuk senyawa dengan lebih dari satu bilangan oksidasi.
Misalnya besi dapat membentuk dua macam oksida, yaitu fero oksida (FeO) dan feri oksida
(Fe2O3). Nama fero diberikan pada besi dengan bilangan oksidasi rendah (+2) dan feri
diberikan pada besi dengan bilangan oksidasi tinggi (+3). Permasalahan yang timbul adalah
untuk logam yang dapat membentuk senyawa dengan lebih dari dua bilangan oksidasi. Oleh
karena itu, IUPAC membuat aturan tata nama dengan menunjukkan bilangan oksidasinya.
Caranya dengan menambahkan angka romawi dalam tanda kurung. Sebagai contoh, besi
mempunyai dua bilangan oksidasi, yaitu +2 dan +3 yang disebut sebagai besi (II) dan besi
(III), sehingga nama untuk FeO adalah besi (II) oksida dan Fe2O3 adalah besi (III) oksida
(Unggul Sudarmo, 2013).
Setiap senyawa perlu mempunyai nama spesifik. Seperti halnya penamaa unsur, pada
mulanya penamaan senyawa didasarkan pada berbagai hal, seperti nama tempat, nama orang,
atau sifat tertentu dari senyawa yang bersangkutan.
Dewasa ini, jutaan senyawa telah dikenal dan tiap tahun ditemukan ribuan senyawa baru,
sehingga diperlukan cara untuk pemberian nama. Oleh karena itu mustahil bagi kita untuk
menghapalkan jutaan nama dan setiap nama berdiri sendiri, tanpa kaitan antara yang satu
dengan yang lainnya. Dalam sistem penamaan yang digunakan sekarang, nama senyawa
didasarkan pada rumus kimianya. Kita akan membahas cara penamaan senyawa yang terdiri
dari dua dan tiga jenis unsur.
Tata Nama Senyawa Anorganik yang dipelajari pada pokok bahasan ini adalah:
Bi – Si – As – C – P – N – H – S – I – Br – Cl – O – T
b. Tuliskan nama unsur logam tanpa modifikasi apa pun, kemudian diikuti nama unsur non
logam dengan akhiran “ida”.
c. Unsur – unsur logam dengan bilangan oksidasi lebih dari satu jenis, maka bilangan
oksidasinya ditulis dengan angka romawi.
Cara penulisan rumus dan senyawanya yaitu dengan menuliskan terlebih dahulu unsur
dengan bilangan oksidasi positif baru kemudian diikuti unsur dengan bilangan oksidasi
negatif + ida.
Cara penulisan rumus dan senyawanya yaitu dengan menuliskan terlebih dahulu unsur
dengan bilangan oksidasi positif diikuti unsur dengan awalan mono / di / tri…../ deka dan
akhiran “ida”.
Senyawa ion terdiri atas suatu kation dan suatu anion. Kation umumnya adalah ion logam
sedangkan anion dapat berupa anion non logam. Berikut ini beberapa contoh senyawa ion.
Senyawa terner sederhana meliputi asam, basa, dan garam. Asam, basa, dan garam adalah
tiga kelompok senyawa yang paling terkait satu dengan yang lain. Reaksi asam dengan basa
menghasilkan garam.
Rumus asam terdiri atas atom hidrogen dan suatu anion yang di sebut sisa asam. Akan tetapi
perlu diingat bahwa asam adalah senyawa molekul, bukan senyawa ion.
Contoh : H3PO4
Nama asam : asam fosfat
Basa adalah zat yang didalam air dapat menghasilkan ion OH–. Pada umumnya basa adalah
senyawa ion yang terdiri dari kation logam dan anion OH–. Nama basa sama dengan nama
kationnya yang diikuti kata hidroksida.
Garam adalah senyawa ion yang terdiri dari kation basa dan anion sisa asam. Rumus dan
penamaannya sama dengan senyawa ion.
Senyawa organik adalah senyawa – senyawa karbon dengan sifat – sifat tertentu. Senyawa
organik mempunyai tata nama khusus. Selain nama sistematis, banyak senyawa organik
mempunyai nama lazim atau nama dagang.
1. CH4
2. CO(NH2)2
3. CH3COOH
4. C6H12O6
5. C12H22O11
Jumlah senyawa organik sangat banyak dan tata nama senyawa organnik lebih kompleks
karena tidak dapat ditentukan dari rumus kimianya saja tetapi dari rumus struktur dan gugus
fungsinya. Disini hanya dibahas tata nama senyawa organik yang sederhana saja.