Disusun oleh :
1. Ainaia Deaqiila XI-9/01
2. Khansa Rahma XI-9/14
3. Moch. Ferry XI-9/15
4. Ray Refaldi XI-9/25
5. Savira Maharani XI-9/29
A. Tujuan
Untuk mengetahui reaksi eksoterm dan reaksi endoterm.
B. Dasar Teori
Semua reaksi kimia dapat menyerap maupun melepaskan energi
dalam bentuk panas (kalor). Kalor adalah perpindahan energi termal
antara dua materi yang memiliki perbedaan temperatur. Kalor selalu
mengalir dari benda panas menuju benda dingin. Termokimia adalah
kajian tentang perpindahan kalor yang terjadi dalam reaksi kimia (kalor
yang menyertai suatu reaksi kimia). Aliran kalor yang terjadi dalam reaksi
kimia dapat dijelaskan melalui konsep sistem-lingkungan.
Sistem adalah bagian spesifik (khusus) yang sedang dipelajari oleh
kimiawan. Reaksi yang diujicobakan (reagen-reagen yang sedang
dicampurkan) dalam tabung reaksi merupakan sistem. Sementara
lingkungan adalah area di luar sistem, area yang mengelilingi sistem.
Dalam hal ini, tabung reaksi, tempat berlangsungnya reaksi kimia,
merupakan lingkungan.
Hampir dalam setiap reaksi kimia akan selalu terjadi penyerapan dan
pelepasan energi. Apabila perubahan kimia terjadi pada wadah sekat,
sehingga tidak ada kalor yang masuk maupun keluar dari sistem. Dengan
demikian energi total yang dimiliki sistem adalah tetap. Perubahan energi
dalam reaksi kimia ada dua yaitu: perubahan endoterm dan perubahan
eksoterm.
1. Reaksi Eksoterm
Eksoterm adalah reaksi yang membebaskan kalor, yaitu
perubahan yang mampu mengalirkan kalor dari sistem ke
lingkungan. Bila perubahan eksoterm terjadi temperatur
sistem meningkat, energi potensial zat-zat yang terlibat
dalam reaksi menurun. Artinya entalpi produk lebih kecil dari
pada entalpi reaksi. Oleh karena itu, perubahan entalpi
reaksinya bernilai negatif. Artinya, entalpi produk (Hp) lebih
kecil dari pada entalpi pereaksi (Hr). Oleh karena itu,
perubahan entalpinya (∆𝐻) bertanda negatif.
Reaksi Eksoterm: ∆𝐻 = 𝐻𝑝 – 𝐻𝑟 < 0 (negatif).
2. Reaksi Endoterm
Reaksi Endoterm adalah reaksi yang menyerap kalor
yaitu perubahan yang akan mengalirkan ke dalam sistem.
Bila suatu perubahan endoterm terjadi, temperatur sistem
menurun, energi potensial zat-zat yang terlibat dalam reaksi
akan meningkat.
Pada reaksi endoterm, sistem menyerap energi. Oleh
karena itu, entalpi sistem akan bertambah, artinya entalpi
produk (Hp) lebih besar daripada entalpi pereaksi (Hr).
Akibatnya, perubahan entalpinya (∆𝐻) bertanda positif.
Reaksi Endoterm: ∆𝐻 = 𝐻𝑝 – 𝐻𝑟 > 0 (positif).
E. Data Pengamatan
F. Pertanyaan
1.) Gejala apakah yang menunjukkan telah terjadi reaksi kimia pada
percobaan 1, 2, dan 3 ?
Jawab :
I. Pada saat potongan pita magnesium di masukkan ke
dalam HCl menimbulkan gelembung berupa gas
sehingga beberapa selang waktu kemudian pita tersebut
menjadi putih.
II. Pada kristal barium hidroksida [Ba(OH)2 . 8H2O] yang
ditambahkan dengan kristal amonium klorida (NH4Cl) dan
ditutup dengan tisu sehingga udara tidak dapat masuk
dan keluar, kemudian pada saat tabung dipegang terasa
dingin dan setelah tisu dibuka, tercium bau yang tidak
sedap.
III. Pada saat pembakaran, terjadi perubahan karena pada
serbuk besi, yaitu mula mula berwarna orange lama-
kelamaan berubah menjadi kemerahan kemudian
menjadi warna hitam.
2.) Jika hasil reaksi dibiarkan beberapa jam, apa yang anda harapkan
terjadi dengan suhu campuran pada (1) dan (2) ?
Jawab : (1) Pita magnesium meleleh
(2) Senyawa yang bereaksi akan mencair
G. Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat di simpulkan bahwa sebagian reaksi dapat
berlangsung pada suhu rendah , sementara reaksi lain hanya dapat
berlangsung pada suhu yang tinggi. Reaksi yang memerlukan pemanasan
itu belum tentu endoterm. Reaksi antara serbuk besi dengan serbuk
belerang merupakan contoh reaksi eksoterm yang hanya dapat
berlangsung pada suhu tinggi. Meskipun memerlukan pemanasan, reaksi
secara keseluruhan membebaskan energi. Reaksi eksoterm seperti itu
memerlukan panas untuk mencapai kondisi yang memungkinkan reaksi
dapat berlangsung. Jika reaksi sudah mulai berlangsung, maka
pemanasan tidak diperlukan lagi. Sebaliknya, reaksi endoterm yang
berlangsung pada suhu tinggi terus-menerus memerlukan pemanasan.
Jika pemanasan dihentikan, maka reaksi akan terhenti. Jadi reaksi kimia
yang melepaskan atau mengeluarkan kalor disebut reaksi eksoterm,
sedangkan reaksi kimia yang menyerap kalor disebut reaksi endoterm.