Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh karena
zat ini berfungsi sebagai sumber energy dalam tubuh serta sebagai zat pembangun
dan pengatur. Protein adalah polimer dari asam amino yang dihubungkan dengan
ikatan peptide. Molekul protein mengandung unsur logam seperti besi dan
tembaga (Winarno, 1984)
Pada umumnya kadar protein didalam bahan pangan menentukan mutu bahan
pangan itu sendiri. Nilai gizi dari suatu bahan pangan ditentukan bukan saja oleh
nutrient yang dikandungnya, tetapi juga oleh dapat tidaknya nutrient tersebut
digunakan oleh tubuh (Muchtadi, 1989). Salah satu parameter nilai gizi protein
adalah daya cernanya yang didefinisikan sebagai efektivitas absorbs protein oleh
tubuh (Del Valle, 1981).
Cara makro kjeldahl digunakan untuk ukuran kecil yaitu kurang dari 300
mg dari bahan homogeny. Cara analisis ini akan berhasil dengan baik dengan
asumsi nitrogen dalam bentuk ikatan N-N dan N-O dalam sampel tidak terdapat
dalam jumlah yang besar. Cara ini memiliki kekurangan yaitu bahwa Purina,
piridina, vitamin-vitamin, asam amino besar, kreatina, dan kreatininaikut
teranalisis dan terukur sebagai nit rogen protein. Walaupun demikian, cara
inimasih digunakan dan dianggap cukup teliti untuk oengukuran kadar protein
dalam bahan makanan. (Lenhinger, 1982).
Analisa dengan cara kjeldahl dapat dibagi menjadi tiga tahapan yaitu
proses dektruksi, destilasi dan titrasi.
Pada tahap dektruksi sampel dipanaskan dalam asam sulfat pehat sehingga
terjadi dektruksi menjadi unsure-unsurnya. Elemen karbon, hydrogen teroksidasi
menjadi CO2 dan H2O. sedangkan N akan berubah menjadi (NH4)2SO4. Untuk
mempercepat proses dektruksi sering ditambahkan katalisator berupa campuran
Na2SO4 dan HgO. Gunning menganjurkan menggunakan K2SO4 atau CuSO4.
Dengan penambahan katalisator tersebut titik didih asam sulfat akan dipertinggi
sehingga dektruksi berjalan lebih cepat. Selain katalisator yang telah disebutkan,
kadang-kadang diberikan selenium. Selenium dapat mempercepat proses oksidasi
karena zat tersebut selain menaikkan titik didih juga mudah mengadakan
perubahan dari valensi tinggi ke valensi rendah atau sebaliknya. (Sudarmadji,
1996).
a. Memberikan ukuran protein yang benar, karena semua nitrogen dalam sampel
tidak dalam bentuk protein
b. Protein yang berbeda memerlukan factor koreksi yang berbeda karena
memiliki urutan asam amino yang berbeda
c. Penggunaan asam sulfat pekat pada suhu tinggi menimbulkan bahaya yang
cukup besar, seperti halnya penggunaan beberapa kemungkinan katalis teknik
ini memakan waktu untuk membawa keluar. (Mustika, 2012).
Dektruksi
a. Penimbangan bahan :
Susu : 1,001 gram
Kalsium sulfat : 7,5065 gram
Raksa : 0,352 gram
b. Data pengamatan
Labu dibilas dengan etanol kemudian dimasukan 1,001 gram serbuk dancow
ditambahkan 7,5061 gran K2SO4 dan 0,352 gram Hg2O larutan menjadi warna
orange. Kemudian ditambahkan 12 mL H2SO4 warna larutan berubah menjadi
coklat keehitaman.
Destilasi
Titrasi
= 1,575 gram
b. Penimbangan NaOH
N = 0,1 N
BE NaOH = 40
Volume = 50 mL
𝑔𝑟 1000
N = 𝐵𝐸 x 𝑉
𝑔𝑟 1000
0,1 N = 40 x 50 𝑚𝐿
0,1 𝑁 𝑥 40 𝑥 50 𝑚𝐿
g =
1000
200 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 1000
= 0,2 gram
c. HCl 0,1 N dalam 500 mL
(V1 . N1) HCl Pekat = (V2 . N2) HCl yang akan dibuat
V1 . 12 N = 500 mL . 0,1 N
50 𝑚𝐿
V1 = 12
V HCl pekat yang akan diambil = 4,16 mL
d. Data titrasi
Titrasi NaOH
Volume awal = 9,2 mL
Volume akhir = 16,2 mL
Titrasi HCl
Volume awal = 59,5 mL
Volume akhir = 53,2 mL
e. Pembakuan NaOH
V NaOH yang terpakai = 16,2 mL
V asam oksalat = 25 mL
N asam oksalat = 0,1 N
(V1 . N1) asam oksalat = (V2 . N2) NaOH
25 mL. 0,1 N = 16,2 mL . N2
2,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
N2 = 16,2 𝑚𝐿
= 0,15 N
f. Blanko HCl
V NaOH yang terpakai = 53,2 mL
V HCl = 50 mL
N hasil pembakuan NaOH = 0,15 N
(V1 . N1) NaOH = (V2 . N2) HCl
53,2 mL . 0,15 N = 50 mL . N2
6,384 𝑔𝑟𝑎𝑚
N2 = 50 𝑚𝐿
= 0,128 N
Volume Titran (NaOH)
Asam Oksalat
HCl
Blanko HCl
Sampel Hasil Destilasi
DAFTAR PUSTAKA
Cakrawati dan Mustika NH, Dewi, (2012), Bahan Pangan, Gizi dan Kesehatan,
Alfabeta, Bandung.
Del Valle, F.R., (1981), Nutritional Qualities of Soya Protein as Affected by
Processing, JAOCS.
Lehninger, Albert L., (1982), Dasar-dasar Biokimia Jilid 1, Erlangga, Jakarta.
Muchtadi, (1989), Evaluasi Nilai Gizi Pangan, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Universitas Pangan dan Gizi IPB, Bogor.
Sudarmadji, S., Haryono, B., Suhardi, (1996), Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian, Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Winarno, F.G., (1984), Kimia Pangan dan Gizi, Gramedia, Jakarta.