Anda di halaman 1dari 7

Asidimetri

I. Pendahuluan
Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode kimia analisa kuantitatif yang
didasarkan pada prinsip titrasi asam-basa dalam suatu larutan secara analisa
volumetric. Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi
antara ion hydrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal
dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga
dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima proton
(basa).
H+ + OH- → H2O
Pada titrasi asidi-alkalimetri dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
1. Asidimetri
Titrasi dengan menggunakan larutan standar asam yang digunakan untuk
menentukan basa larutan standar asam yang biasa digunakan adalah HCl,
asam cuka, dan asam oksalat.
2. Alkalimetri
Titrasi ini merupakan kebalikan dari asidimetri dimana larutan standar yang
digunakan umtuk menentukan asam. Disini dipakai larutan standar NaOH.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang
perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan
sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes. Keadaan
dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator
disebut sebagai titik akhir titrasi (Anonim, 2009).
Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana reaksi telah berjalan dengan
sempurna yang biasanya ditandai dengan pengamatan visual melalui
perubahan warna indikator. Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa
adalah asam lemah atau basa lemah. Asam lemah dan basa lemah ini
umumnya senyawa organik yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi yang
mengkontribusi perubahan warna pada indikator tersebut. Jumlah indikator
yang ditambahkan kedalam larutan yang akan dititrasi harus sesedikit
mungkin, sehingga indikator tidak mempengaruhi pH larutan dengan demikian
jumlah titran yang diperlukan untuk terjadi perubahan warna juga seminimal
mungkin.
Perhitungan titrasi asam basa didasarkan pada reaksi penetralan,
menggunakan dua macam cara. Untuk reaksi asam basa lemahnya akan
dibahas pada konsep lain karena pada banyak kedaan tidak menghasilkan
larutan netral. Reaksi asam dan basa kuat yang akan menghasilkan larutan
bersifat netral adalah yang jumlah mol H+ dari asamnya sama dengan jumlah
mol ion OH- dari basa. Ada dua kedaan lain yang bisa terjadi:
1. jika mol H+ = mol OH-, maka dapat dipastikan larutan yang dihasilkan
bersifat netral
2. jika mol H+ > OH-, maka larutan akan bersifat asam. pH ditentukan oleh
jumlah mol H+ yang bersisa
3. jika mol H+ < OH-, maka larutan akan bersifat basa, pH ditentukan oleh
mol OH- yang bersisa
Untuk menentukan mol H+ atau OH- yang bersisa kalian dapat menggunakan
stoikiometri reaksi (mula2, rekasi, sisa) atau dapat menggunakan rumus :
mol H+ sisa = mol H+ mula2 - mol OH-
mol OH- sisa = mol OH- mula2 - mol H+

Kalian juga harus ingat rumus mencari mol jika diketahui M dan V nya.
n=MxV
Jika V = mL, maka satuan n = mmol
Jika V = L, maka satuan n = mol
Dalam perhitungan selanjutnya, digunakan persamaan volume dan konsentrasi
masing masing zat yang dititrasi dengan penetrasinya dan berlaku rumus
sebagai berikut:
V1 x N1 = V2 x N2
V1: Volume zat penetrasi/ standar (mL)
N1: Normalitas zat penetrasi (gr ekivalen/L)
V2: Volume zat yang dititrasi (mL)
N2: Normalitas zat yang dititrasi (gr ekivalen/L)

II. Tujuan
Untuk mengetahui kadar (N) HCl yang sebenarnya.
III. Prinsip
NaOH adalah basa kuat yang dititrasi dengan asam klorida (HCl) dengan
indicator PP sehingga terbentuk netralisasi.
IV. Reaksi
NaOH + HCl →NaCl + H2O
V. Alat dan Bahan

Alat Bahan
1. Buret 1. NaOH 0,1 N
2. Statif 2. Indikator PP 1%
3. Erlenmeyer 3. HCl 0,1 N
4. Pipet tetes
5. Pipet gondok 10,0 ml
6. Beker glass
7. Corong
VI. Prosedur Kerja
1. Memasukkan HCl 0,1 N kedalam buret
2. Memasukkan NaOH 0,1 N sebanyak 10 ml secara kuantitatif menggunakan
pipet gondok kedalam erlenmeyer
3. Menambahkan indikator PP sebanyak 3 tetes, maka akan terbentuk warna
merah muda (pink)
4. Melakukan titrasi dengan HCl 0,1 N hingga terjadi titik akhir titrasi (TAT)
jernih/warna pink hilang.

VII. Hasil Praktikum


Kelompok mL Titrasi Kadar
1 10,1 0,1622
VIII. Perhit
ungan
a. Diketahui :
1. V1 = 10,1 ml
2. N2 = 0,1639
3. V2 = 10 ml
b. Ditanya : N1?
c. Jawab :
N1 x V1 = N2 x V2
N1 x 10,1 = 0,1639 x 10
N1 = 1,639/10,1
N1 = 0,1622 N

IX. Pembahasan
Penetapan kadar karbonat dan bikarbonat dalam campuran dilakukan
menggunakan metode titrasi asidimetri menggunakan larutan asam klorida (HCl).
Penambahan indikator phenolphthalein pada larutan campuran berfungsi sebagai
zat penunjuk yang digunakan karena larutan campuran memiliki pH di atas 7 atau
berada dalam suasana basa sehingga larutan akan memberikan warna merah
secara teori dalam suasana basa. Penambahan indikator pada larutan membuat
larutan berubah warna menjadi merah muda, penitrasian dilakukan dengan asam
klorida (HCl) hingga larutan berubah menjadi tak berwarna. Perubahan warna
larutan menjadi tak berwarna menandakan bahwa larutan telah bersuasana asam
dimana pada pH di bawah 8,3 larutan akan berubah menjadi tak berwarna.

X. Kesimpulan
Dari hasil percobaan asidimetri yang telah dilakukan dapat disimpulkan
normalitas HCl dalam titrasi yaitu 0,1622 N.
Mengetahui,

DOSEN PENGAMPU

SURATI, S.Si. Apt., M. Si. Med.

Semarang, 24 Agustus 2019

Praktikan,

Arzaq d.k.k
LAPORAN PRAKTIKUM
ASIDIMETRI

Kelompok 4
Nama anggota :
Arzaq Nurhadi Fadhilah P1337434319013
Putri Wijayanti P1337434319023
Dwi Eristasari P1337434319021
Yunita Listianingsih P1337434319029
Frida Givan Insani P1337434319030

SARJANA TERAPAN TEKNIK LABORATORIUM MEDIK


TINGKAT 1
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG 2019
LAMPIRAN
Daftar Pustaka

http://faradillahchemistry09.blogspot.com/2012/06/laporan-titrasi-asidimetri-dan.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Asidi-alkalimetri
https://www.avkimia.com/2016/12/reaksi-penetralan-atau-reaksi-asam-dengan-basa.html

Anda mungkin juga menyukai