Titrasi formol
Menentukan Kadar Protein
dengan Metode Titrasi formol
Oleh :
Leni Marlina 31181075
Affiyah Putri Aulia 31181076
Fanny Pardiela 31181077
Nadhea Aprilia 31181078
Susan Kristianti 31181079
Aliefia Syera Dinna 31181080
Menentukan Kadar Protein
dengan Metode Titrasi Formol
Content Here
Tujuan Prinsip
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara standarisasi
larutan NaOH Menetralkan larutan dengan basa NaOH
2. Mahasiswa dapat melakukan analisis kadar
Content Here membentuk dimethiol dengan penambahan
protein pada sample bahan pangan menggunakan formaldehid yang mana gugus amino sudah
metode titrasi formol terikat dan tidak memengaruhi reaksi asam
basa NaOH. Titik indikator yang digunakan
adalah PP. Reaksi akhir titrasi akan terjadi
perubahan warna merah muda
Content Here (Herawati,2011)
Dasar Teori
Protein adalah zat makanan yang paling kompleks. Protein terdiri dari karbon,
hydrogen, oksigen, nitrogen, dan sulfur, dan biasanya fosfor. Protein sering disebut
sebagai zat makanan bernitrogen karena protein merupakan satu-satunya
zat makanan yang mengandung unsur nitrogen. Protein esensial untuk pembangunan
protoplasma hidup karena terdiri dari unsure karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan
sulfur. Protein terkandung dalam makanan nabati dan hewani, tetapi protein hewani
paling bernilai untuk tubuh manusia sebagai materi pembangun karena komposisinya
sama dengan protein manusia. Di lain pihak protein nabati lebih murah. Protein ini
lebih bermanfaat sebagai bahan bakar tubuh daripada sebagai pembangun tubuh,
tetapi menyediakan asam amino lebih murah yang dibutuhkan tubuh untuk
membangun jaringan.
Dasar Teori
Semua protein dibuat dari substansi lebih sederhana, yang disebut asam amino. Terdapat
kira-kira 20 asam amino, tetapi masing-masing protein mengandung hanya beberapa asam
amino tersebut. Asam amino seperti huruf yang dapat membentuk kata.Setiap kata
merupakan kombinasi huruf yang berbeda-beda. Protein dalam bahan makanan yang
berbeda mengandung kombinasi asam amino yang berbeda.Sepuluh asam amino esensial
ditemukan dalam protein manusia. Asam amino tersebut merupakan asam amino yang tidak
dapat diproduksi oleh tubuh. Protein yang mengandung ke- 10 asam amino tersebut disebut
protein lengkap, misalnya albumin, myosin, dan kasein. Protein yang tidak mengandung ke-
10 asam amino itu disebut protein tidak lengkap, misalnya gelatin yang terkandung dalam
semua jaringan fibrosa dan diekstraksi dari tulang dan kaki anak sapi dalam pembuatan sup
dan agar-agar. Protein hewani seperti telur, susu, dan daging tidak hanya mengandung
semua asam amino yang dibutuhkan tubuh, tetapi juga semua asam amino dalam proporsi
yang baik, yang disebut protein kelas pertama dan merupakan materi pembangun paling baik
untuk jaringan tubuh. Protein nabati, seperti ketan dan polong-polongan, mengandung hanya
sejumlah kecil asam amino, yakni satu atau asam amino dari sepuluh yang esensial untuk
tubuh, dan dengan demikian disebut protein kelas kedua, karena asam amino tersebut bukan
merupakan zat pembangun yang baik.
Dasar Teori
Titrasi formol digunakan untuk menunjukkan kadar N-amino, selain itu juga dapat
digunakan untuk mengukur hidrolisis protein. Metode ini sangat ekonomis, murah,
cepat, dan tidak memerlukan keahlian khusus, walaupun metode ini kurang praktis
dalam penentuan kandungan protein secara absolut akibat dari keseimbangan
nitrogen (N) yang berbeda. Alkalimetri merupakan salah satu metode titrasi asam-basa
yang sering digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu asam. Metode alkalimetri
merupakan metode reaksi penetralana asam dengan basa. Natrium hidroksida
merupakan basa yang paling lazim digunakan. Alkalimetri merupakan cara penetralan
jumlah basa terlarut atau konsentrasi larutan basa melalui cara titrimetri. Untuk
penentuan titik akhir titrasi alkalimetri adalah dengan terjadinya perubahan warna.
Indikator yang digunakan dalam metode alkalimetri adalah indikator PP
(Phenophtalein).
Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Neraca analitik 1. Susu milo
2. Gelas ukur 2. Aquades
3. Erlenmeyer 3. Larutan NaOH 0,1 N
4. Beaker glass 4. Larutan formalin 40 %
5. Buret 5. Indikator PP 1 %
6. Pipet tetes dan 6. Larutan ammonium oksalat
7. Labu ukur (NH4)2 C2O4 jenuh
7. Asam oksalat 0,1 N
PROSEDUR
Menghitung rata-rata
Diulangi prosedur b Catat volume titran
volume titran dengan sampai c, kemudian (NaOH) pada
cara menentukan dicatat volume titran pada erlenmeyer 1, dicatat
Normalitas Laruatan Erlenmeyer 2, dicatat sebagai V1 titran
NaOH sebagai V2 titran.
Penetapan Volume Titran Untuk Blanko
Dititrasi kembali
sampai terjadi ditambahkan 1 mL
Ditambahkan
perubahan warna formalin (larutan jadi
kembali 3 tetes
kembali (pink) tidak berwarna
indikator PP
kembali)
Dihitung volume
Hitung volume rata-
rata-rata titran Dilakukan duplo
rata titran NaOH
NaOH
Penetapan Volume Titran Untuk Sampel
VOLUME ASAM
INDIKATOR PP PERUBAHAN WARNA VOLUME TITRAN
OKSALAT
Rata-Rata = 4,05 ml
Penetapan Volume Titran Untuk Blanko
Rata-Rata = 3,15 ml
Perhitungan